Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Audit Maternal dan Perinatal
Audit Maternal Perinatal adalah serangkaian kegiatan penelusuran sebab
kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal guna mencegah kesakitan atau
kematian serupa di masa yang akan datang. Pengkajian yang dilakukan harus
menerapkan prinsip menghormati dan melindungi semua pihak yang terkait, baik
individu maupun institusi. Sebelum proses audit dilakukan, harus ditekankan kembali
kepada pihak yang terkait bahwa AMP kabupaten/kota ini tidak dapat digunakan
untuk kepentingan hukum (digunakan untuk bukti dalam persidangan) maupun untuk
kepentingan lainnya selain hanya untuk kajian terhadap kasus. Pernyataan tersebut
juga harus jelas tercantum dalam laporan AMP Kabupaten/Kota (Kemenkes,2010)
Kegiatan Audit Maternal-Perinatal yang dilakukan harus menerapkan prinsip
menghormati dan melindungi semua pihak yang terkait, baik individu maupun
institusi. Sebelum audit dilakukan, harus ditekankan kembali kepada pihak yang
terkait bahwa kegiatan ini tidak dapat digunakan untuk kepentingan hukum (bukti
dalam persidangan) maupun untuk kepentingan lainnya selain hanya untuk kajian
terhadap kasus (Depkes, 2010).
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan
sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
1. Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat
pelayanan kesehatan.
2. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara
otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluatga atau orang lain yang
mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh
sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab
kematian.
2.2 Tujuan
2. 2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum Audit Maternal dan Perinatal adalah untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan KIA di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional
melalui upaya penerapan tata kelola klinik yang baik (clinical governance) dalam
rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB

2. 2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus Audit Maternal dan Perinatal adalah
1. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan
perinatal/neonatal secara teratur dan berkesinambungan dalam wilayah
kabupaten
2. Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor penyebab
kematian ibu dan perinatal/neonatal yang dapat dicegah meliputi:
a. Penyebab yang berhubungan dengan pasien/keluarga seperti: situasi
pribadi, keluarga, lingkungan (komunitas), termasuk masalah sosial
ekonomi, dan prilaku pasien.
b. Penyebab yang berhubungan dengan petugas kesehatan.
c. Penyebab yang berhubungan dengan manajemen pelayanan kesehatan
d. Penyebab yang berhubungan dengan kebijakan pelayanan kesehatan.
3. Menembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan, dan
perencanaan yang terpadu antatara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah
sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, rumah bersalin, bidan praktek
swasta, organisasi profesi, dan lintas sektoral.
4. Menentukan rekomendasi, intervensi, strategi pembelajaran, dan pembinaan
bagi masing-masing pihak terkait dalam upaya mengatasi masalah-masalah
yang ditemukan dalam pembahasan kasus.
5. Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengembangan
terhadap rekomendasi yang disepakati.
6. Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling sesuai
diterapkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota atas peneyebab
timbulnya morbiditas atau mortalitas ibu, perinatal, maupun neonatal
2.3 Peserta Audit
Pelaksanaan AMP di kabupaten/kota memerlukan manajemen yang
dikelola secara berjenjang dalam lingkup kabupaten/kota tersebut. Untuk itu
diperlukan adanya suatu tim yang bekerja secara legal dengan dibekali surat
penugasan atau surat keputusan bupati/walikota sebagai pelindung kegiatan AMP
ini. Tim AMP kabupaten/kota dibentuk melalui Surat Penetapan dari bupati
/walikota.Tim AMP kabupaten/kota terdiri dari dari tim manajemen, tim
pengkaji, dan komunitas pelayanan. Para anggota tim manajemen dan tim
pengkaji memerlukan surat penugasan/surat keputusan sebelum mulai bertugas yaitu
susunannya sebagai berikut:
1. Tim Pelindung
Pelindung kegiatan AMP adalah bupati/walikota setempat. Tugas pelindung
adalah menyediakan payung hukum dan kebijakan bagi para pihak yang
terkait dalam kegiatan AMP baik sebagai tim manajemen, tim pengkaji,
maupun komunitas pelayanan.
2. Tim Manajeman AMP
Tim manajemen AMP adalah para pihak yang bertugas mengelola kegiatan
AMP disuatu wilayah kabupaten/kota.
a. Penanggung Jawab
Penanggung Jawab Tim AMP adalah Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten/kota. Tugasnya adalah memastikan terlaksananya AMP di
kabupaten/kota wilayahnya, memfasilitasi koordinator tim manajemen
dalam peneyelenggaraan dan pengalokasian dana pelaksanaan AMP
kabupaten/kota, serta mengupayakan tindak lanjut rekomendasi-rekomendasi
yang dihasilkan. Disamping itu Penanggung jawab Tim AMP juga
menetapkan indikator dan standar outcome kegiatan AMP yang diberlakukan
di wilayahnya.
b. Kordinator Tim Manajemen
Koordinator Tim manajemen adalah petugas penanggung jawab program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau program Pelayanan Kesehatan (Yankes)
yang ditunjuk Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Tugasnya adalah
mempersiapkandan meneyelenggarakan pertemuan kajian kasus secara rutin
(minimal 3 bulan sekali, sesuai dengan kemampuan masing- masing
Kabupaten/Kota), mengelola data hasil kajian kasus, dan mengatur
pemanfaatan hasil-hasil kajian kasus untuk keperluan pemebelajaran,
pelaporan, dan perencanaan. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, koordinator
Tim Manajemen dibantu oleh Sekretariat AMP kabupaten/kota.
c. Seketariat
Sekretariat yang berkedudukan di kabupaten/kota terdiri dari beberapa
orang staf KIA dinas kesehatan kabupaten /Kota yang penunjukannya
diusulkan oleh Koordinator tim manajemen. Sekretariat bertugas membantu
koordinator tim manajemen dalam bidang administrasi, termasuk menjadi
notulis dalam pertemuan kajian kasus maupun sesi pembelajaran dan
memfasilitasi pelaksanaan pertemuan AMP.
3. Tim Pengkaji
Tim pengkaji adalah para klinisi atau para pakar yang bidang keahliannya terkait
dengan pelayanan maternal-perinatal/neonatal. Dalam melakukan tugasnya,
Tim
Pengkaji diharapkan dapat menerapkan azas profesionalisme (professional
judgement) dan mengedepankan etika. Diharapkan organisasi Profesi ( Persatuan
Obstetri Gynecologi Indonesia (POGI), Ikatan Dokter Anak Indonesi ( IDAI),
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dapat ikut berperan serta aktif dalam
proses pelaksanaan AMP untuk memperbaiki kualitas pelayanan melalui
peningkatan profesionalisme, patient safety, dan clinicalgovernance dalam
bidang Kesehatan Ibu dan Bayi.
a. Pengkajian Internal
Pengkaji internal adalah para pakar di kabupaten atau kota
setempat yang terkait dengan proses pemberian pelayanan ibu dan anak
serta aspek- aspek yang terkait dengan morbiditas dan mortalitasnya:
seperti dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis anak, bidan senior,
dan pengelolan program KIA. Apabila diperlukan, dapat melibatkan
dokter spesialis lain seperti anastesi, penyakit dalam, dan lain-lain.
Pengkaji internal bertugas melakukan pengkajian kasus, merumuskan
rekomendasi, dan bila memungkinkan mengembangkan pedoman praktik
(local practice guideline) bagi komunitas pelayanan di wilayahnya.
b. Pengkajian Eksternal
Pengkaji eksternal adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi
dan spesialis anak atau para pakar yang berasal dari lua/kota yang biasanya
berasal dari pusat – pusat pendidikan kedokteran atau dari kabupaten/kota
tetangga yang mempunyai kemampuan untuk menjadi pengkaji. Tugas utama
pengkaji internal tentang suatu kasus yang dikaji, dan menyediakan
informasi tentang bukti- bukti ilmiah (evidence-based practice). Bukti-bukti
ilmiah yang
diajukan oleh Pengkaji Eksternal dapat dipakai oleh pengkaji internal
dalam merumuskan rekomendasi dan mengembangkan pedoman praktik
lokal. Keberadaan pengkaji eksternal tidak menjadi syarat utama
dilakukannya AMP, pelibatan pengkaji eksternal menjadi keputusan
koordinator AMP dengan melihatberbagai pertimbangan terhadap kasus
kematian yang terjadi, misalnya pada situasi dimana disuatu kabupaten
tidak didapatkan pengkaji internal, kasus rumit yang jarang terjadi di
kabupaten tersebut atau kasus yang dikaji adalah kasus yang dikelola oleh
pengkaji internal. Apabila di suatu kabupaten/kota belum ada pengkaji
iternalnya

4. Pelayanan Komunitas
Komunitas pelayanan adalah para pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam pemberian pelayanan maternal perinatal/neonatal.
Dalam konteks AMP, komunitas pelayanan adalah pihak yang berugas
memberikan input kepada tim manajemen dan tim pengkaji, serta berhak
menerima umpan balik bagi keperluan pemebelajaran, pelaporan, dan
perencanaan. Ada empat kelompok yang membentuk komunitas pelayanan
maternal perinatal/neonatal dikabupaten/kota yaitu kelompok: kelompok
masyarakat, kelompok petugas kesehatan, kelompok pimpinan fasilitas
pelayanan, dan kelompok pembuat kebijakan.
a. Kelompok Masyarakat
Termasuk dalam kelompok ini adalah para pasien dan keluarganya
serta kelompok atau organisasi kemasyarakatan. Sebagai kelompok atau
organisasi kemasyrakatan. Sebagai pihak yang mengalami pelayanan dalam
bidang maternal-perinatal/neonatal, kelompok masyarakat perlu di
berdayakan melalui pemberian informasi dan pelatihan yang
diperlukan sehingga animo dan kualitas partisipasinya semakin
meningkat.
b. Kelompok Petugas Kesehatan

Kelompok petugas kesehatan adalah pihak yang secara langsung


memberikan pelayanan maternal perinatal/neonatal. Kelompok petugas
kesehatan terdiri dari para petugas misalnya para bidan, perawat dan
dokter. Kelompok petugas kesehatan dapat membrikan input berupa
informasi atas kematian yang ditelusuri dari masyarakat atau diperoleh dari
fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya).

c. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan


Kelompok pimpinan fasilitas pelayanan terdiri dari para kepala
puskesmas, direktur rumah sakit, dan para pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Tugas Kelompok ini adalah memfasilitasi kegiatan
pengumpulan dan pelaporan data pelaporan data kematian, serta
memfasilitasi implementasi rekomendasi-rekomendasi yang terkait dengan
fasilitas yang dipimpinnya.
d. Kelompok Pembuat Kebijakan
Kelompok Pembuat kebijakan adalah pihak yang berwenang
dalam pembuatan dan penetapan kebijakan- kebijakan terkait
pelayanan maternal - perinatala/neonatal di Kabupaten/Kota. Pimpinan
Dinas Kesehatan, pihak pengelola asuransi kesehatan, adalah beberapa
contoh komponen kelompok ini.

2.4 Langkah – Langkah Audit


Pelaksanaan AMP terdiri dari tujuh langkah berurutan yang melibatkan seluruh
komponen tim AMP: Tim Manajemen, Tim Pengkaji, dan komunitas Pelayanan.
Langkah 1 : Identifikasi Kasus Kematian dan Pelaporan Data Kematian
1. Kematian Maternal : kematian wanita yang sedang dalam keadaan hamil
melahirkan, atau dalam masa nifas dan tidak termasuk kematian karena
kecelakaan atau kejadian insidental.
2. Kematian Perinatal/Neonatal : kematian bayi usia 0 sampai 28 hari
3. Permintaan Data Kematian Ibu, Perinatal atau Neonatal : setelah diketahui
adanya kejadian kematian, penanggungjawab Tim AMP akan meminta data
kematian kepada Pimpinan Fasilitas Pelayanan (untuk kejadian di puskesmas
dan rumah sakit). Data laporan dalam bentuk tertulis pada fotmulir yang telah
disediakan Tim AMP.
4. Pengiriman Berkas Data Kematian Ibu, Perinatal atau Neonatal
Langkah 2 : Registrasi dan Anonimasi
Berkas laporan akan diterima oleh Sekretariat AMP dan dilaporkan kepada
kepada Koodinator Tim manajemen AMP untuk dikaji kelengkapan pengisiannya
untuk kebutuhan pengkajian. Berkas akan di dokumentasikan dalam Buku
Register Kematian Maternal/Perinatal/Neonatal dan dijaga kerahasiaannya.
Registras diikuti kegiatan anonimasi yaitu proses pemberian nomor kode kasus
dan menghilangkan seluruh identitas pasien, pemberi layanan kesehatan, serta
institusi kesehatan yang terkait.
Langkah 3 : Pemilihan Kasus dan Pengkajiannya, serta Penjadwalan Pengkajian
Untuk kasus kematian maternal, tim pengkaji minimal yang diperlukan adalah
dokter spesialis kebidanan, 1 Bidan senior/kompeten, dan 1 staf unit KIA
Kabupaten/Kota. Untuk kasus kematian Perinatal/Neonatal, tim pengkaji kasus
maternal ditambah 1 dokter spesialis anak.
Langkah 4 : Penggandaan dan Pengiriman Bahan Kajian
Penggandaan berkas hanya boleh dilakukan setelah proses anonimasi selesai
dilakukan. Bahan kajian yang telah digandakan dikirim dalam bentuk arsip kepada
Pengkaji Internal serta Eksternal beberapa hari sebelum pelaksanaan pengkajian.
Langkah 5 : Pertemuan Pengkajian Kasus
1. Analisis kematian
Aspek medis : penilaian awal, pengenalan masalah/penegakan diagnosis,
rencana tatalaksana, monitoring, hingga upaya resusitasi sejak pasien
bersentuhan dengan petugas kesehatan hingga terjadinya kegawatdaruratan
hingga akhirnya meninggal.
Aspek non-medis : hal yang berkaitan dengan pasien (masalah pribadi
pasien, keluarga, dan masyarakat termasuk masalah sosial dan
ekonomi) masalah administratif/sistem kesehatan, termasuk masalah rujukan
(transportasi, keterjangkauan\pembiayaan, fasilitas kesehatan, kurangnya
petugas yang mendapat pelatihan pada kasus tersebut).
2. Klasifikasi penyebab kematian
Penyebab kematian maternal dikelompokkan dalam:
a. Kematian maternal langsung
b. Kematian maternal tidak langsung
c. Kematian insidental
d. Kematian maternal lanjut

Penyebab kematian Perinatal (umur 0-6 hari) dibagi dalam:

a. Penyebab utama neonatus


b. Penyebab lain neonatus
c. Penyebab utama ibu
d. Penyebab lain ibu Kondisi perinatal lainnya
Penyebab kematian Neonatus (> 7) hari dibagi dalam:
a. Penyebab langsung
b. Penyebab antara
c. Penyebab dasar
3. Penyusun rekomendasi
Sasaran rekomendasi perlu dirumuskan dengan rinci apakah ditujukan
pada masyarakat, petugas keshatan, pimpinan pelayanan kesehatan, atau para
pembuat kebijakan
Langkah 6 : Pendataan dan Pengolahan Hasil Kajian
Data yang dikumpulkan dikelompokkan menjadi dua : data identitas
dan data kejadian kematian. Untuk setiap kejadian kematian Maternal,
Perinatal/Noenatal Tim pengkaji menyimpulkan hal-hal tersebut di bawah ini:
a. Diagnosis penyebab kematian
b. Komorbiditas apa saja yang ada
c. Komplikasi apa saja yang terjadi
d. Peningkatan pemenuhan standar pelayanan
e. Masalah dalam area klinis
f. Masalah dalam area rujukan
g. Akar penyebab masalah yang dapat dicegah
h. Akar penyebab masalah yang dapat dicegah dalam area rujukan
i. Rekomendasi spesifik yang dapat dilakukan oleh kelompok dalam
komunitas pelayanan

Langkah 7 : Pemanfaatan Hasil Kajian

Hasil kajian dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran/pembinaan


ditujukan kepada seluruh komponen komunitas pelayanan. Untuk keperluan
perencanaan, hasil kajian dan rekomendasi akan didistribusikan oleh
sekretariat AMP kepada seluruh komponen komunitas pelayanan sesuai
kebutuhannya. Waktu pengiriman disesuaikan dengan waktu dilakukannya
penyusunan rencana kerja tahunan pihak – pihak bersangkutan (kemenkes,
2010)

Anda mungkin juga menyukai