Mioma Uteri
Disusun Oleh :
Adi Tri Pamungkas
Pembimbing :
dr. Abdul Samad Sp.OG
dr. Rima
dr. Veimina
Daftar Isi
Status Pasien.............................................................................................................3
Indentitas Pasien.......................................................................................3
Anamnesis....................................................................................................3
Pemeriksaan Fisik.....................................................................................5
Pemeriksaan Penunjang..........................................................................7
Resume..........................................................................................................11
Diagnosis......................................................................................................11
Penatalaksanaan.......................................................................................11
Prognosis.....................................................................................................12
Analisa Kasus..........................................................................................................13
Anamnesis...................................................................................................13
Faktor Resiko………...................................................................................14
Pemeriksaan penunjang........................................................................14
Diagnosis.....................................................................................................14
Tatalaksana................................................................................................14
Tinjauan Pustaka...................................................................................................16
Daftar Pustaka........................................................................................................37
2
Bab I
Status Pasien
I. Identitas pasien
II. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis pada hari Rabu 31 Oktober 2018
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sulit BAB sejak 3 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien mengeluhkan sulit untuk BAB sejak 3 bulan SMRS,pasien
mengaku jika ingin BAB harus colok dubur dahulu dan terasa keras.
Keluhan sulit BAB juga disertai dengan adanya nyeri pada bagian pinggang
pasien. BAB bercampur darah disangkal, BAB seperti kotoran kambing
disangkal. Selain itu, pasien mengatakan 3 hari SMRS muncul flek flek
darah yang keluar dari vaginanya. Demam disangkal, keluhan BAK tidak
ada. Terdapat mual, tidak dikeluhkan adanya muntah. Nyeri saat
berhubungan tidak ada. Nafsu makan pasien baik, tidak ada penurunan
berat badan drastis.
3
Riwayat Kebidanan
Riwayat haid: Menarche usia 18 tahun. Siklus haid teratur selama
kurang lebih 28 hari. Lamanya haid 4-5 hari. Banyaknya darah
kurang lebih 2-3 kali ganti pembalut sehari. Pasien mengatakan
bahwa ia sudah tidak haid selama 14 tahun terakhir ini. Tetapi pada
3 hari SMRS terdapat flek perdarahan melalui vagina.
Riwayat kehamilan sebelumnya: Pasien tidak pernah melahirkan
anak
Riwayat KB: Tidak memakai KB
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi
obat (-).
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
Diabetes Mellitus (-), hipertensi (+), penyakit jantung (+), kelainan
pembekuan darah (-). Pada keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
seperti ini.
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi (RSE) :
Pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak merokok,
tidak minum alkohol, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Status general :
Kepala
Normochepal
Tidak tampak adanya deformitas
4
Mata
Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
Conjunctiva anemis -/-
Sklera tidak tampak ikterik
Pupil: isokor
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis
Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan
Telinga
Daun telinga : normal
Liang telinga : lapang
Membrana timpani : intak
Nyeri tekan mastoid : tidak ada
Sekret : tidak ada
Leher
JVP : (5+2) cm H2O
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Trakea : letak di tengah
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan nafas statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
5
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis
sinistra, ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis
sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani,nyeri ketok CVA -/-, shifting dullnes
(-)
Palpasi : Supel,datar,tidak teraba adanya pembesaran
organ,nyeri tekan (-)
Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, turgor kembali lambat (-).
Ekstremitas Bawah : gerakan bebas, jaringan parut (-), pigmentasi
normal, jari tabuh (-), turgor kembali lambat
(-)
6
V. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
7
- Pemeriksaan Rontgen
o Rontgen Thoraks PA
Foto simetris,inspirasi cukup
Trakea posisi ditengah
Skeletal dan soft tissue masih tampak baik
Mediastinum tidak tampak melebar
Cor sedikit membesar, CTR > 50%
Kalsifikasi aorta (+)
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo : hili normal, corakan bronkovaskular bertambah, tidak
tampak infiltrat
Kesan :
o Kardiomegali ringan dd/ posisi
o Atherosklerosis aorta
o Tidak tampak TB paru aktif
- Pemeriksaan USG
Gambar 1 : USG (18-09-2018)
8
Pemeriksaan CT-Scan Abdomen dengan Kontras
9
Kesan :
Multiple lesi padat dengan komponen kalsifikasi prominen di
adneksa kanan dan kiri yang menyempitkan proksimal-mid
rectum setinggi S3, DD/ Calcified fibroma ovarium, low grade
serous carcinoma.
10
Nefrolithiasis kanan dengan kaliektasis pole inferior, mid
ginjalkanan dengan penipisan korteks.
Tidak tampak hidroureter kanan
Tidak tampak kelainan pada organ intraabdominal lain yang
tervisualisasi
Retrolisthesis L5 grade 1 dan laterolisthesis L5 ke kanan
Scoliosis torakolumbal ke kiri
Spondylosis torakolumbal dengan degenerative disc disease
V. RESUME
Uraian Pembedahan :
11
o Insisi yang diperdalam sampai peritoneum. Buka peritoneum,
tampak unterus dengan mioma urteri multiple bertangkai
o Identifikasi rotundum, ureter dan infundibulo
o Dilakukan histerektomi total dan salpingo ooforektomi bilateral,
kontrol perdarahan, bilas cavum peritonii dengan Nacl
o Jahit tutup luka oprasi
Planning
- Medikamentosa
o ceftriaxone 2x1 gr IV
o omeprazole 2x20 mg IV
o Transamin 2x500 mg IV
o Tramal supp 3 x 100 mg
- Non-Medikamentosa
o Mobilisasi bertahap
o Perawatan luka
VI. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
12
Bab II
Pembahasan
1. Anamnesis
Dari anamnesis pada pasien ini didapati pasien mengeluh sulit untuk buang
air besar. Menurut beberapa sumber, mioma uteri dapat menimbulkan gejala
klinis penekanan pada rectum dan juga ureter yang dapat menimbulkan keluhan
sulit untuk buang air besar dan buang air kecil. Mioma dengan ukuran besar
dapat menyebabkan penekanan tersebut yang biasanya mioma tersebut terletak
pada intramural. Selain itu keluhan pasien yang mungkin dapat disebabkan oleh
mioma uteri adalah munculnya flek flek darah yang keluar melalui vagina.
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan perdarahan
abnormal ini bila terjadi secara kronis dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi1. Gejala klinis hanya terjadi pada 35%-50% penderita mioma1. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, ukuran
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Hampir sebagian besar penderita
tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya. Keluhan
perdarahan pervaginam pada pasien ini, kemungkinan akibat dari mioma yang
dideritanya. Karena pasien menderita mioma uteri multiple, yang kemungkinan
terdapat mioma submokosa dan mioma intramural yang dapat menyebabkan
abnormal intauterine bleeding.
2. Faktor Resiko
Faktor resiko yang ditemukan pada pasien ini adalah umur yang melebihi
40 tahun. Pasien pertama kali menyadari adanya keluhan sulit BAB sejak 3
bulan SMRS. Menurut penelitian yang dilakukan Parker, wanita
kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an, tetapi
masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi disebabkan oleh
peningkatan formasi atau peningkatan pertumbuhan mioma secara sekunder
13
terhadap perubahan hormon pada usia ini5. Selain itu, pada pasien ny. N,
faktor resiko nya adalah tidak memiliki anak kandung. Beberapa penelitian
mengatakan pada pasien dengan paritas tinggi mengurangi resiko terjadinya
mioma uteri karena adanya remodelling miometrium dan pembuluh darah
yang menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah untuk terus
membesar.
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Diagnosis
5. Penatalaksanaan
14
oophorectomy profilaksis pada saat yang bersama dengan histerektomi,
walaupun hanya kurang dari 5% yang memiliki resiko tinggi terhadap kanker
payudara dan kanker ovarium12. HTSOB dilakukan sebagai langkah untuk
profilaksis dari kanker payudara dan kanker ovarium. Oophorectomy saat
histerektomi dapat mengurangi resiko payudara sebesar 20%-50% jika
dilakukan pada usia muda. Walaupun etiologi dari mioma uteri belum diketahui
secara pasti, esterogen dan progesteron diketahui berpengaruh pada
pertumbuhan mioma uteri, dan mioma uteri mengecil pada saat menopasue13.
Paparan esterogen dan progesteron juga merupakan sebagai faktor resiko dari
kanker payudara. Jadi ada hubungannya ketika seseorang menderita mioma
uteri dengan adanya resiko untuk terkena kanker payudara karena kedua
penyakit ini memiliki faktor resiko yang hampir sama.
15
Bab III
Tinjauan Pustaka
Mioma Uteri
1. Definisi
Mioma uteri atau yang dapat disebut fibromioma, leiomioma, dan fibroid
merupakan sebuah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim
dan jaringan ikat disekitarnya1. Mioma uteri berbatas tegas, memiliki pseudo
kapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat
berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak
jika otot rahimnya yang dominan (Sozen, 2000) .
2. Anatomi Uterus
Uterus merupakan organ yang berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram1.
16
2.1. Pembagian Uterus
1. Fundus Uteri : Bagian uterus yang proksimal yang terletak antara kedua
pangkal saluran telur.
2. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Serviks: Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.
17
Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sakrum kiri dan kanan.
Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antefleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.
Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena
ovarika.
18
3. Epidemiologi
4. Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma
uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah
pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon
estrogen. Beberapa peneliti menyimpulkan penyebab mioma uteri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, berdasarkan faktor hormonal, faktor genetik,
faktor pertumbuhan, dan biologi molekular dari tumor itu sendiri5. Faktor yang
diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah
abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara
kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada
19
kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-
perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor
(growth factors) 5.
5. Faktor Resiko
Usia
Endogenous Hormonal
Riwayat Keluarga
20
Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai
mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan
etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri
setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak
mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan
Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan
mempunyai mioma yang lebih banyak dan lebih besar serta lebih menunjukkan
gejala klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah
kerana masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen,
metabolisme estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan. Walaupun demikian,
pada penelitian terbaru menunjukkan Val/Val genotype dari enzim essensial
untuk metabolisme estrogen,catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui pada
47% wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih.
Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini
menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri
dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi5.
Berat Badan
21
Diet
Sebuah studi yang melaporkan, makanan seperti daging sapi, daging merah
atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa
menurunkannya. Studi ini sulit diinterpretasikan karena pada studi ini tidak
menghitung jumlah kalori, dan asupan lemak. Tidak jelas apakah vitamin, serat,
atau phytoestrogen yang menyebabkan efek tersebut.
Olah Raga
Mantan atlet didapati pada penelitian sekitar 40% lebih rendah untuk
beresiko menderita mioma dibandingkan dengan non-atlet. Tidak jelas
perbedaan ini dihasilkan oleh efek dari olah raga atau rendahnya androgen dari
esterogen pada tubuh yang ideal5.
Merokok
22
Seperti salah satunya adalah mengurangi konversi androgen menjadi estrone
yang disebabkan karena nikotin menginhibisi aromatase5.
6. Patogenesis
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini,
tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor
hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak
ini 5. Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka
kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarche1. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak
oleh stimulasi hormon estrogen6. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen
pada mioma uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium
normal.
Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori
genitoblast. teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus
terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang terangsang) dan
estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Menurut Meyer asal
mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat
lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian
preparat progesteron atau testosteron. Apakah estrogen secara langsung
memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator masih menimbulkan
silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator didalam
mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor – 1 ( IGF – 1 ),
connexsin – 43 – Gap junction protein dan marker proliferasi.
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator
dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih
23
belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler.
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi
somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid
seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal
dalam proses pertumbuhan tumor
Tidak ada bukti yang kuat yang mengatakan bahwa esterogen menjadi
penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor
pertumbuhan miomatosa. Konsentrasi reseptor esterogen dalam jaringan mioma
memang lebih tinggi dibandingan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih
rendah dibandingkan dengan endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita
hamil atau terpapar esterogen dan mengecil atau menghilang setelah
menopause. Walaupun progesterone dianggap sebagai penyeimbang esterogen
tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten.
Degenerasi Jinak
o Atrofi : Ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi
setelah menopause atau setelah persalinan.
o Degenerasi Hialin : Terjadi pada mioma yang telah matang, dimana
bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat hilangnya
pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak
24
atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya
degenerasi hialin. Degenerasi hialin merupakan degenerasi yang
paling banyak terjadi (60%) diantara degenerasi lainnya7.
o Degenerasi Kistik : Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut akan
berlanjut dengan cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya
menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian
tersebut dapat menyebaban keluarnya cairan kista ke kavum uteri,
kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
o Degenerasi Kalsifikasi : Disebut juga degenerasi kalkareus yang
umumnya mengenai mioma subserosa yang sangat rentan terhadap
defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan pengendapan kalsium
karbonat dan fosfat dalam tumor
o Septik : Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami
nekrosis dibagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang
ditandai dengan adanya nyeri, kaku dinding perut dan demam.
o Carneous : Disebut juga dengan degenerasi merah yang diakibatkan
oleh trombosis yang diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan
perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna pada mioma.
Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan
karena kecepetan pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih
diprioritaskan sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi
degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi ini disertai dengan rasa
nyeri tetapi akan menghilang sendiri (self limiting). Terhadap
kehamilannya sendiri, dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi
diseminata intravaskuler.
o Miksomatosa : Disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah
proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan
umumnya asimtomatik.
Degenerasi ganas
o Transformasi kearah keganasan (menjadi miosarkoma) Terjadi pada
0,1%-0,5% penderita mioma uteri.
25
7. Klasifikasi
7.1 Subserosa
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai1. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum
latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar
akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan
ementum di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih
dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus,
sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
7.2 Intramural
7.3 Submukosa
26
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,
dengan adanya benjolan waktu kuret, di kenal sebagai “ Currete bump” dan
dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa
yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina,dikenal dengan nama “mioma geburt” atau mioma yang di lahirkan,
yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark.
Gejala klinis hanya terjadi pada 35%-50% penderita mioma1. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, ukuran
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi . Hampir sebagian besar
penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya,
27
terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Gejala klinis yang dapat terjadi
pada mioma uteri adalah :
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan
perdarahan abnormal ini bila terjadi secara kronis dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi1. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Antara penyebab
perdarahan ini adalah:
o Nyeri
o Efek Penekanan
28
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Mioma
intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ disekitar.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia.
Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna,perlekatannya
dengan omentum dapat menyebabkan strangulasi usus. Semua efek penekanan
ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan
MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma
terhadap kavum uteri1.
9. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
29
yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping, seringkali
teraba terbenjol- benjol
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Histeroskopi
MRI adalah suatu cara pemeriksaan yang paling baik untuk mengevaluasi
ukuran, posisi dan jumlah mioma dan MRI merupakan pilihan yang tepat untuk
menentukan sejauh mana mioma submukosa telah berpenetrasi ke
miometrium4. Keuntungan dari MRI itu sendiri adalah hasilnya tidak tergantung
30
pada tehnik oprator untuk mengoprasikan MRI dan rendahnya varibialitas
interpretasi antar oprator jika dibandingkan dengan USG4.
11. Penatalaksanaan
Konservatif
Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih
besar dari kehamilan 10 – 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi
torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi5. Observasi dilakukan setiap
3-6 bulan sekali. Selain itu bila terjadi anemia maka pasien dapat diberikan zat
besi atau PRC bila hb < 8.
Medikamentosa
31
Tetapi efek terapi dari GnRha bersifat sementara, ketika tidak dilanjutkan
dalam beberapa siklus maka besarnya mioma akan kembali seperti sebelum di
terapi. Adjuvan terapi dilakukan pada 3-4 bulan pemberian GnRHa sehingga
dapat mengecilkan ukuran dari mioma, dan mempermudah jalannya oprasi
dengan sedikitnya adanya perdarahan8. Selain hasil yang cukup baik dari
pengecilan mioma setelah pemberian GnRHa, penggunaan GnRHa dapat
menimbukan efek samping jangka pendek dan dalam jangka panjang seperti
gejala postmenopausal dan osteoporosis. Nyeri pada pelvis dapat muncul saat
adanya pengecilan dari mioma ketika dilakukan pengobatan dengan GnRHa8.
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uteri
yang diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6 bulan, ditemukan
pengurangan volume uterus rata-rata 67 %, ,pada 90 wanita didapatkan
pengecilan volume uterus sebesar 20 %, dan pada 35 wanita ditemukan
pengurangan volume mioma sebanyak 80 %.
Terapi Pembedahan
Miomektomi
32
terjadinya infertilitas dan gangguan pada saat kehamilan yang disebabkan oleh
sifat dari mioma8. Berdasarkan Iverson et al, morbiditas pada pasien yang
dilakukan abdominal myomectomy lebih kecil jika dibandingkan dengan pasien
yang dilakukan histerektomi. Pada penelitiannya, dilaporkan pada pasien yang
dilakukan miomektomi lebih sedikit terjadinya perdarahan dan demam jika
dibandingkan dengan pasien yang dilakukan histerektomi. Beberapa pasien
dengan histerektomi mengeluhkan adanya keluhan pada uretra, dan kantung
kemihnya sedangkan pada pasien dengan miomektomi tidak8. Walaupun
demikian, wanita dengan mioma yang besar, jumlah mioma yang banyak dan
wanita dengan riwayat miomektomi yang berulang , sebaiknya disarankan untuk
melakukan histerektomi. Selain itu, wanita dengan riwayat miomektomi dengan
mioma multipel memiliki kecendrungan untuk munculnya mioma kembali jika
dibandingkan dengan wanita dengan riwayat miomektomi dengan 1 mioma8.
Ada beberapa teknik miomektomi yang dilakukan yaitu
33
penetrasi kurang dari 50% ke miometrium. T2: Mioma submukosa dengan
penetresi lebih dari 50% ke miometrium8.
Histerektomi
34
Vaginal hysterectomy, adalah prosedur standard untuk mengangkat
uterus pada kebanyakan pasien. Kelebihannya terhadap teknik yang lain
adalah pasien lebih cepat untuk dapat melakukan aktivitas normal kembali,
waktu rawat dirumah sakit yang lebih singkat, lebih kecil resiko infeksi dan
demam jika dibandingkan dengan histerektomi melalui abdomen. Oleh
karena itu, vaginal histerektomi lebih dipilih daripada abdominal
histerektomi ketika mungkin untuk dilakukan. Secara umum histerektomi
vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal,
dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang
mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi
pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien
dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska
operasi lebih minimal10.
35
12. Prognosis
36
Daftar Pustaka
37
38