PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM disuatu negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu
diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat
melalui upaya perbaikan gizi didalam keluarga maupun pelayanan gizi individu yang
karena kondisi kesehatannya harus dirawat disuatu sarana pelayanan kesehatan misalnya
Rumah Sakit (RS).
Salah satu bentuk perubahan sistem pengelolaan program dalam rangka otonomi
daerah adalah perubahan struktur organisasi kementerian ditingkat pusat. Reorganisasi
dilingkungan Kementerian Kesehatan telah mengubah pola struktur unit- unit kerjanya,
termasuk tugas pokok dan fungsi. Kementerian Kesehatan berperan sebagai pengawas,
pembina, dan regulator upaya perbaikan dan pelayanan gizi, baik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah maupun swasta.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan gizi dirumah sakit
dengan memperhatikan aspek gizi dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu
pelayanan gizi dirumah sakit.
2. Tujuan Khusus
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi dirumah sakit baik rawat
inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan,
maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di rumah
sakit untuk memenihu kebutuhan gizi pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan
pasien.
3. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan
rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau
karyawan, pasien rawat inap dan pengunjung poliklinik.
4. Terapi Gizi Medik adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut
maupun kronik atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap
kondisi klien/pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien/pasien
serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah diberikan.
5. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi klien/pasien yang dihitung berdasarkan status
gizi degeneratif penyakit dan kondisi kesehatannya.
E. Landasan Hukum
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Total 10
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Denah terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Tabel sarana/fasilitas ruang konseling gizi
13 Audio visual
1 Bangunan Luas 3 x 4
m2 atau 2 x
2,5 m2
4 Ruang masak
6 Dapur susu
Tungku Ada
7 Ruang pegawai
WC ada Ada
8 Kantor
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. ASUHAN GIZI
2. TUJUAN
Memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara optimal baik berupa pemberian
makanan pada pasien yang dirawat maupun konsultasi pada pasien rawat jalan. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk
melaksanakan urutan kegiatan, yang dikelompokkan menjadi lima kegiatan, yaitu:
a) Membuat diagnosis masalah gizi.
b) Menentukan kebutuhan terapi gizi.
c) Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral, enteral dan
parenteral) sesuai kebutuhan.
d) Melaksanakan pemberian makanan.
e) Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan.
3. PERAN NUTRITION/DIETISIEN
1. Mengkaji status gizi klien/pasien berdasarkan rujukan.
2. Melakukan anamnesis riwayat diet klien/pasien.
3. Menerjemahkan rencana diet kedalam bentuk makanan yang disesuaikan dengan
kebiasaan makan serta keperluan terapi.
4. Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil pemantauan/evaluasi terapi gizi.
5. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada klien/pasien dan
keluarganya.
6. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.
7. Melakukan kunjungan keliling kepada klien/pasien.
8. Mengevaluasi status gizi klien/pasien secara berkala, asupan makanandan bila perlu
melakukan perubahan diet pasien.
9. Mengkomunikasikan hasil terapi gizi.
10. Menentukan rencana diet awal sementara bila belum ada penentuan diet dari dokter.
11. Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan.
1 Penentuan
2 Intervensi
TUJUAN
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan agar memperoleh asupan makanan
yang sesuai denagn kondisi kesehatannya.
SASARAN
Pasien dan keluarga.
KEGIATANNYA:
1. Pengkajian status gizi
1. Antropometri
Dilakukan dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Bila
pasien tidak dapat dilakukan pengukuran tersebut, dapat dilakukan pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) maupun tinggi lutut.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab
akibat antara status gizi dengan kesehatan serta menentukan terapi obat dan
diet. Pemeriksaan fisik meliputi tanda- tanda klinis kurang gizi ( sangat kurus,
pucat, atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau obesitas), sistem
kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem metabolik,
dan sistem neurologi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan
masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan
intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
2. Riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi pasien ada dua macam, yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari-hari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan
makanan, sedangkan anamnesis kuantitatif dilakukan untuk mendapat gambaran
asupan zat gizi sehari, dengan menggunakan recall 24 jam yang diukur dengan
food model. Analisis asupan gizi menggunakan Daftar Penukar Bahan Makanan
(DPBM).
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 16
3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya. Penentuan
kebutuhan gizi diberikan kepada kilen/pasien atas dasar status gizi, pemeriksaan
klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga memperhatikan kebutuhan
untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena
kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang
sakit.
4. Menentukan macam atau jenis diet sesuai dengan status gizi dan penyakitnya serta
cara pemberian makanan. Jenis diet disesuaikan dengan keadaan penyakit yang
diderita serta kemampuan pasienuntuk menerima makanan dengan
memperhatikan prinsip menu seimbang dan kebiasaan pola makan
5. Konseling gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana
konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode,
penilaian dan tindak lanjut. Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku makanan serta pola makan sesuai dengan
kebutuhan klien/pasien. Hal ini akan terlihat dari seberapa jauh kepatuhan untuk
melaksanakan diet yang telah ditentukan dan pemecahan masalah yang timbul
dalam melaksanakan rencana diet tersebut.
6. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi (kunjungan ulang).
Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan diperoleh melalui kunjungan
ulang pasien. Evaluasi tersebut mencakup rencana diet yang diberikan dan
kepatuhan menjalankan rencana diet, klinis dan laboratorium, dan status gizi.
Tindak lanjut yang dibutuhkan tergantung hasil evaluasi pelayanan gizi yang
diperoleh dirumah, bila perlu dilakukan rencana diet atau kunjungan rumah.
B. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. PENGERTIAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien, dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.
2. TUJUAN
3. SASARAN
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah pasien. Dalam
penyelenggaraan makanan rumah sakit:
a. Standar masukan meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metode, peralatan.
b. Standar proses meliputi penyusunan angaran belanja bahan makanan, perencanaan
menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, pembelian bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, serta
pengolahan makanan dan pendistribusian makanan.
c. Standar keluaran meliputi mutu makanan dan kepuasan pasien.
Kebijakan
1. Tersedianya siklus menu
2. Tersedianya peraturan bahan makanan tambahan.
3. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
4. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan.
5. Tersedianya prosedur tetap pengolahan
Kebijakan
1. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar
penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.
2. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
3. Adanya peraturan pengambilan makanan.
4. Adanya amprah permintaan makan.
5. Tersedianya makanan sesuai ketentuan dan kebutuhan diet pasien.
6. Tersedianya peralatan makan.
7. Tersedianya sarana pendistribusian makanan.
8. Adanya jadwal pendistribusian makanan.
Sistem penyaluran makanan
Sistem penyaluran yang digunakan sangat mempengaruhi makanan yang
disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan
yang ada.
Sistem penyaluran makanan yang dilaksanakan di rumah sakit, yaitu sistem
penyaluran makanan yang dipusatkan (sentralisasi).
Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik
dalam rumah sakit bukan logistik pendistribusian makanan, tetapi hanya menyangkut
manajemen persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi
jasa tersebut. Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan, dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan materi atau alat.
Logistik unit gizi rumah sakit islam ibnu sina simpang empat memiliki dua jenis
logistik, yaitu logistik umum, pengamprahan dilakukan sekali sebulan dan logistik gizi,
pengamprahan dilakukan setiap hari.
1. Jenis Persediaan Barang Logistik Umum
ATK
3 Gunting 2 buah
5 Isolasi 1 buah
8 Type-x 1 buah
10 Kertas A4 1 rim
11 Kalkulator 1 buah
12 Kertas F4 1 rim
18 Penggaris 1 buah
CETAKAN
RUMAH TANGGA
29 Sunlight 6 bungkus
36 Plastik ½ kg ½ kg
37 Plastik 1 kg ½ kg
38 Plastik ¼ kg 1 kg
44 Sendok agar ¼ kg
48 Handsoap 1 buah
49 Masker 3 kotak
2 Beras 60 sukek
3 Mihun 6 kg
4 Mie kuning 5 kg
5 Mentega 17 bungkus
7 Gula pasir 48 kg
9 Kecap 7 bungkus
10 Tepung gula ¼ kg
19 Bawang goreng 2 kg
20 Tepung panir 2 kg
21 Kemiri 1 kg
22 Lasa 9 bungkus
27 Cuka 1 botol
28 Fermipan 3 bungkus
29 Gula merah 19 kg
30 Kerupuk emping ½ kg
32 Tepung terigu 25 kg
38 Tbm/ovalet 1 kg
40 Maggie 5 botol
41 Keju 1 batang
43 Ketumbar ¼ kg
44 Pala 1 ons
45 Cengkeh 1 ons
46 Merica 1 ons
50 Wijen ¼ kg
51 Kismis ¼ kg
53 Mentega putih ½ kg
54 Regal 1 bungkus
55 Gabin 2 bungkus
64 Vanile 2 botol
72 Ubi rambat 12 kg
73 Kentang 40 kg
75 Wortel 90 kg
76 Japan 53 kg
77 Buncis 40 kg
78 Pitulo 63 kg
79 Toge 17 kg
80 Kangkung 17 ikat
81 Timun 45 kg
82 Rimbang ¾ kg
84 Tomat 30 kg
85 Sayur pangsit 13 kg
86 Bunga kol 10 kg
87 Bayam 14 ikat
88 Cubadak 30000
89 Sawi hijau 25 kg
90 Lobak 3 kg
91 Melinjo 2 kg
93 Terung 5 kg
94 Tomat hijau 2 kg
96 Daun bawang 18 kg
112 Tauco ¾ kg
BUAH
122 Anggur 5 kg
123 Lengkeng 3 kg
124 Pear 27 kg
126 Apel 15 kg
127 Pepaya 20 kg
128 Melon 18 kg
LAUK
134 Udang ¼ kg
PERALATAN
Keselamatan pasien yang terkait dengan unit gizi adalah sanitasi makanan.
Sanitasi Makanan
Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat menggangu atau merusak kesehatan. Salah satu
kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan minuman. Kegiatan
ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman.
Tujuan:
- Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan pasien.
- Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit.
- Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan
a. Ruang pengolahan (dapur)
1. Tersedianya fasilitas kamar mandi bagi petugas, locker, ruang untuk ganti
pakaian.
2. Ruang dalam dapur bersih, tersedia tempat smapah sementara yang diberi
kantong plastik yang kemudian dibuang dengan plastiknya ketempat
pengumpulan sampah diluar.
b. Bangunan
1. Fasilitas cuci tangan:
- Terletak diluar ruang ganti pakaian, kamar mandi.
- Tersedia air yang mengalir.
- Tersedia sabun cair
- Terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, anti karat.
2. Saluran limbah, tempat pembuangan limbah pengolahan makanan yang aman
dari binatang pengganggu.
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 36
c. Sarana dan peralatan untuk pelaksanaan sanitasi makanan
1. Air bersih
Tersedia air yang bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan
meemnuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor
01/Birhukmas/I/1975.
Standar mutu air bersih, meliputi:
- Standar bersih, yaitu suhu, warna, bau dan rasa.
- Standar biologi, yaitu kuman-kuman parasit, kuman- kuman
pathogen, dan bakteri E. Coli.
- Standar kimiawi, yaitu derajat keasaman (pH) jumlah zat padat dan
bahan-bahan kimia lainnya.
- Standar radio aktif meliputi benda-benda radio aktif yang mungkin
terkandung dalam air.
2. Rak-rak penyimpanan bahan makanan menggunakan roda/kulkas logistik, agar
mudah dipindah-pindahkan untuk proses pembersihan.
3. Peralatan yang kontak dengan makanan, memenuhi syarat sebagai berikut:
- Permukaan utuh/tidak cacat, dan mudah dibersihkan.
- Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat dalam asam/basa,
atau garam-garaman yang lazim dijumpai dalam makanan.
- Tidak terbuat dari logam berat.
- Wadah makanan, alat penyajian, dan distribusi makanan bertutup.
1. Bahan makanan
a. Sumber bahan makanan
Tidak tercemar dari sampah, bebas dari insektisida, peptisida, atau bahan kimia
lainnya.
b. Mutu bahan makanan
Bahan makanan yang bermutu baik, yaitu bahan makanan segar, yang aman, utuh,
baik dan bergizi, misalnya utuh, tidak berlubang, tidak busuk, tidak kotor, tidak layu
dan cukup masak/matang (untuk buah).
Meliputi:
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan ileh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang padat mengurangi bahaya dan terjadinya
kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena pekerjaan yang
terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur tempat kerja yang aman dan terjamin
kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya
terjadi secara tiba- tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan, serta dapat
menyebabkan kerusakan pada alat- alat makanan, dan melukai pegawai.
Keselamatan Kerja
Pengertian
Segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari
kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian.
Tujuan
Menurut undang-undang keselamatan kerja tahun 1970, syarat-syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi perlindungan pada petugas.
g. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban, memperoleh kebersihan antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
a. Prinsip penyelenggaraan kerja petugas dalam proses penyelenggaraan
a. Pengendalian teknis mencakup:
1. Letak, bentuk dan konstruksi alat memenuhi syarat yang telah ditentukan.
2. Ruangan dapur cukup luas.
3. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis.
4. Penerapan dan ventilas yang cukup, memenuhi syarat.
5. Tersedianya ruang istirahat untuk petugas.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu pada pelayanan gizi di rumah sakit islam ibnu sina simpang empat
terdiri dari pengawasan dan pengendalian
A. PENGERTIAN
a. Pengawasan
Merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan atau
kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan
dan hasil yang telah ditetapkan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Pengawasan
bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijkana yang telah
ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
b. Pengendalian
Merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan pelaksaan yang terjadi
sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara
berdayaguna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian
tugas, rumusan kerja,pedoman pelaksanaan dan peraturan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Evaluasi
c. Pengawasan harga
Langkah- langkah yang dilakukan:
1. Menetapkan kebijakan keuangan yang ingin dicapai.
2. Membuat form isian pelaksanaan pencatatan, pelaporan untuk pengawasan:
Pencatatan pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan makanan
untuk setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
Kalkulasi harga pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan
makanan untuk setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
Penghitungan stok opname.
Mengumpulkan data harian, satu putaran menu, bulanan, triwulan dan
tahunan.
Biaya overhead dicatat harian, setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan
tahunan.
3. Kalkulasi pemasukan bahan makanan berikut niali rupiahnya setiap saat dan
pada periode tertentu yang telah ditentukan.
4. Hitung biaya perporsi atau biaya perorang perhari.
d. Pengendalian biaya.
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pengelola mencoba menagtur biaya
guna mencegah pemborosan dan biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dimaksud
adalah biaya makan. Biaya bahan makanan dapat meningkat atau menurun dari
harga yang diperkirakan. Oleh karena itu biaya makanan dapat dikendalikan
melalui berbagai cara, seperti menukar, mengubah, atau mengganti bahan makanan
dengan bahan makanan lain. Pengendalian biaya ini merupakan proses yang
berkelanjutan dan melibatkan aktivitas- aktivitas seperti perencanaan menu,
pembelian/pemesanan, penerimaan, pengolahan dan tenaga.
Tujuan pengendalian biaya makanan:
Menganalisa biaya yang direncanakan dibandingkan dengan harga yang
sesungguhnya digunakan untuk penyelenggaraan makanan.
Menilai harga penawaran bahan makanan.
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 44
Mencegah sisa bahan makanan yang tidak efisien.
Menyediakan data untuk laporan penyelenggaraan institusi.
Membandingkan dua atau lebih kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan
makanan.
Cara pengendalian biaya makanan:
Mengembangkan kebijakan keuangan bgi institusi.
Mengembangkan pengendalian secara rutin, mencakup prosedur kerja karyawan
dan pemeriksaan menyeluruh mulai dari perencanaan menu, pembelian,
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, produksi, distribusi serta penyajian.
Pengendalian biaya makanan berkaitan dengan laporan.
Kendala pengendalian biaya makanan:
Banyak menggunakan bahan makanan yang mudah rusak.
Banyak volume kegiatan yang tidak dapat diperkirakan sehingga sulit membuat
perkiraan jumlah makanan (secara tepat) yang harus disiapkan.
Tidak stabilnya kondisi pasar sehingga dapat mempengaruhi harga makanan.