Anda di halaman 1dari 46

PEDOMAN PELAYANAN UNIT GIZI

RSI IBNU SINA SIMPANG EMPAT


PASAMAN BARAT
TAHUN 2017

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 1


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM disuatu negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu
diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat
melalui upaya perbaikan gizi didalam keluarga maupun pelayanan gizi individu yang
karena kondisi kesehatannya harus dirawat disuatu sarana pelayanan kesehatan misalnya
Rumah Sakit (RS).

Otonomi daerah yang telah digulirkan pemerintah dalam rangka percepatan


pemerataan pembangunan wilayah, menuntut adanya perubahan kebijakan pembangunan
disektor-sektor tertentu, meliputi pola perencanaan dan pelaksanaan program. Demikian
pula peran dan tugas departemen harus beralih dari sistem sentralisasi menjadi
desentralisasi dengan memberikan porsi operasional program kepada daerah. Dalam hal
ini, tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan terutama menyusun standar kebijakan
dan standar program. Sedangkan tugas pokok dan fungsi daerah adalah sebagai pelaksana
operasional program sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu bentuk perubahan sistem pengelolaan program dalam rangka otonomi
daerah adalah perubahan struktur organisasi kementerian ditingkat pusat. Reorganisasi
dilingkungan Kementerian Kesehatan telah mengubah pola struktur unit- unit kerjanya,
termasuk tugas pokok dan fungsi. Kementerian Kesehatan berperan sebagai pengawas,
pembina, dan regulator upaya perbaikan dan pelayanan gizi, baik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah maupun swasta.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 2


Masalah gizi dirumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecendrungan peningkatan kasus
penyakit yang terkait gizi pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja hingga usia lanjut, memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus, oleh karena itu
dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan gizi yang
optimal dan mempercepat penyembuhan. Resiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan
sakit, terutama pada pasien anoreksia, kondisi mulut dan gigi geligi yang buruk, gangguan
menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah, diare, infeksi berat, lansia dengan
penurunan kesadaran dalam waktu lama dan yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sunita Almatsier dibeberapa rumah sakit umum di jakarta tahun 1991
menunjukkan 20%- 60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit.
Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap orang,
memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan bermutu. Pelayanan
gizi yang bermutu dirumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan
pasien,memperpendek lama hari rawat, dan menghemat biaya perawatan. Keuntungan lain
jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri
dan keluarganya. Hal ini sejalan dengan perkembangan IPTEK dibidang kesehatan, dimana
telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan kesatuan dari asuhan medis, asuhan
keperawatan, dan asuhan gizi.

B. Tujuan Pedoman

1. Tujuan Umum

Pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan gizi dirumah sakit
dengan memperhatikan aspek gizi dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu
pelayanan gizi dirumah sakit.

2. Tujuan Khusus

1. Penegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan


anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh.
2. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan.
3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
4. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah
pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 3


5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan
keadaan klinis, status gizi, dan status laboratorium.
6. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan, dan pengolahan sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan pasien.
7. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
8. Penyelenggaraan penyuluhan dan konsultasi tetang pentingnya diet pada pasien dan
keluarganya.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

1. Pelayanan gizi rawat jalan.


2. Pelayanan giz rawat inap.
3. Penyelenggaraan makanan.
4. Penelitian dan pengembangan gizi

D. Batasan Operasional

1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi dirumah sakit baik rawat
inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan,
maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di rumah
sakit untuk memenihu kebutuhan gizi pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan
pasien.
3. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan
rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau
karyawan, pasien rawat inap dan pengunjung poliklinik.
4. Terapi Gizi Medik adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut
maupun kronik atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap
kondisi klien/pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien/pasien
serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah diberikan.
5. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi klien/pasien yang dihitung berdasarkan status
gizi degeneratif penyakit dan kondisi kesehatannya.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 4


8. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga membantu
klien/pasien mengenali dan mengatasi gizi yang dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
9. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik dimasyarakat maupun rumah sakit dan unit
pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
keterampilan dietetik baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman
bekerja denagn masa kerja minimal satu tahun atau yang mendapat sertifikat dari
Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) dan bekerja diunit pelayanan yang menyelenggarakan
terapi dietetik.
11. Food Model adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
12. Klien pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit yang berstatus
rawat jalan.
13. Nutrition Related disease adalah penyakit - penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
14. Mutu pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.

E. Landasan Hukum

1. Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 983 tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan 1045 tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi
Makanan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan no 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 23 tahun 2001 tentang
Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 5


9. Peraturan Menteri Kesehatan No 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
dan Praktik Tenaga Gizi.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 78 tahun 2013 tentang Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Agar pelayanan gizi dapat terselenggarakan dengan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka pelayanan gizi harus dilakukan oelh tenaga yang profesional.

NAMA PENDIDIKAN SERTIFIKASI JUMLAH


JABATAN KEBUTUHAN

Koordinator Gizi D III Gizi  Ijazah D III Gizi 1


 Memiliki sertifikat
pengalamam kerja
 Memiliki STR
 Memiliki SIK
 Memiliki sertifikat
pelatihan

Ahli Gizi D III Gizi  Ijazah D III Gizi 1


 Memiliki sertifikat
pengalamam kerja
 Memiliki STR
 Memiliki SIK
Memiliki sertifikat
pelatihan

Pastry SMA sederajat  Ijazah SMA 1

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 6


 Memiliki sertifikat
pelatihan

Asisten Masak SMA sederajat  Ijazah SMA 1


 Memiliki sertifikat
pelatihan

Juru Masak SMP/SMA  Ijazah SMP/SMA 6


sederajat sederajat
 Memiliki sertifikat
pelatihan

Total 10

B. Distribusi Ketenagaan

NO NAMA KUALIFIKASI FORMAL JUMLAH


JABATAN
DAN INFORMAL SDM

1 Koordinator Gizi D III Gizi 1

2 Ahli Gizi D III Gizi 1

3 Pastry SMA sederajat 1

4 Asisten Masak SMA sederajat 1

5 Juru Masak SMP/SMA sederajat 6

C. Pengaturan Jaga

NO NAMA KUALIFIKASI FORMAL WAKTU JUMLAH


JABATAN
DAN INFORMAL KERJA SDM

1 Koordinator Gizi D III Gizi 07.30 -14.30 1

2 Ahli Gizi D III Gizi 07.30 - 14.30 1

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 7


3 Pastry SMA sederajat 07.30 - 14.30 1

4 Asisten Masak SMA sederajat 10.00 - 17.00 1


11.00 -18.00

5 Juru Masak SMP/SMA sederajat Shift pagi 6


07.30 - 14.30
Shift siang
14.00 -21.00
Shift malam
21.00 - 07.30

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Denah terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Tabel sarana/fasilitas ruang konseling gizi

NO JENIS STANDAR JUMLAH YANG


KELENGKAPAN
DIMILIKI

1 Ruang konseling gizi Ukuran 2x


2,5 m

2 Meja konseling ada Tidak ada

3 Kursi onseling ada Tidak ada

4 Bangku ruang tunggu ada Tidak ada

5 Telepon ada Tidak ada

6 Komputer +print ada Tidak ada

7 Lemari peraga ada Tidak ada


[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 8
8 Food model ada Tidak ada

9 Formulir-formulir (konsumsi ada Ada


makanan, pola makan, asupan
zat gizi, pencatatan dan
pelaporan

10 Leafleat diet ada Ada

11 Daftar Bahan Makanan ada Ada


Penukar

12 Poster -poster ada Ada

13 Audio visual

14 Wireless ada Tidak ada

15 Papan display ada Tidak ada

16 Kardeks standar diet ada Tidak ada

17 Software konseling ada Ada (dilaptop ahli gizi)

18 Buku-buku pedoman ada Ada


tatalaksana program

19 Standar antropomentri ada Tidak ada

20 Alat ukur tinggi badan dan ada Tidak ada


berat badan

21 Alat ukur panjang badan/anak ada Tidak ada

22 Timbangan bayi ada Tidak ada

23 Alat ukur LILA ada Tidak ada

24 Alat ukur LIKA ada Tidak ada

25 Alat ukur tinggi lutut ada Tidak ada

26 Formulir skrining ada Ada

27 Skinfold tickness caliper ada Tidak ada

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 9


2. Tabel sarana/fasilitas, peralatan dan perlengkapan pantry/dapur ruangan

NO JENIS STANDAR JUMLAH YANG


KELENGKAPAN
DIMILIKI

1 Bangunan Luas 3 x 4
m2 atau 2 x
2,5 m2

2 Kompor gas ada Tidak ada

3 Water heater (aliran air panas ada Tidak ada


dan dingin)

4 Bak cuci ganda ada Tidak ada

5 Meja distribusi ada Tidak ada

6 Lemari makan gantung ada Tidak ada

7 Lemari alat-alat ada Tidak ada

8 Alat pemanas makan ada Tidak ada


(panci,wajan, dll)

9 Alat pengaduk dan penggoreng ada Tidak ada

10 Alat makan piring (piring, ada Ada


gelas, sendok

11 Lemari pendingin ada Tidak ada

12 Blender ada Tidak ada

13 Sarana kebersihan ada Ada

14 Tempat sampah bertutup ada Ada

15 Papan tulis ada Tidak ada

3. Tabel sarana/fasilitas, peralatan dan perlengkapan di dapur

NO JENIS STANDAR JUMLAH YANG


KELENGKAPAN
DIMILIKI

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 10


1 Ruang penerimaan

Timbangan 100-300 kg Ada Tidak ada

Rak bahan makanan beroda Ada Tidak ada

Kereta angkut Ada Ada

Pembuka botol ada Tidak ada

Penusuk beras Ada Tidak ada

Pisau ada Ada

2 Ruang penyimpangan makanan


kering dan segar/basah

Timbangan 20-100 kg ada Tidak ada

Rak bahan makanan ada Ada

Lemari es ada Ada

Freezer ada Ada

Tempat bahan makanan dari ada Ada


plastik/stainless steel

3 Ruang persiapan bahan


makanan

Meja kerja Ada Ada

Meja daging ada Tidak ada

Mesin sayuran ada Tidak ada

Mesin pemarut kelapa ada Ada

Mesin pemotong dan ada Tidak ada


penggiling daging

Mixer ada Ada

Blender ada Ada

Timbangan meja ada Ada

Talenan ada Ada

Bangku kerja ada Ada

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 11


Penggiling dari batu ada Ada

Bak cuci ada Ada

4 Ruang masak

Ketel uap 10-250 lt ada Tidak ada

Ketel uap 6 lt ada Ada

Tungku masak ada Ada

Oven ada Ada

Penggorengan ada Ada

Mixer ada Ada

Blender ada Ada

Lemari es ada Ada

Meja pemanas ada Tidak ada

Pemanggang sate ada Ada

Toaster ada Tidak ada

Meja kerja ada Ada

Bak cuci ada Ada

Kereta dorong ada Ada

Rak alat ada Ada

Bangku ada Ada

Meja pembagi ada Ada

5 Ruang pencuci dan


penyimpanan alat

Bak cuci Ada Ada

Rak alat Ada Ada

Tempat sampah Ada Ada

Lemari Ada Ada

6 Dapur susu

Meja kerja Ada Ada

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 12


Meja pembagi Ada Ada

Sterilisator Ada Tidak ada

Tempat sampah Ada Ada

Pencuci botol Tidak ada

Mixer dan blender Tidak ada

Lemari es Tidak ada

Tungku Ada

Meja pemanas Tidak ada

7 Ruang pegawai

Kamar mandi ada Ada

Locker ada Tidak ada

Meja kursi ada Tidak ada

Tempat sampah ada Tidak ada

WC ada Ada

Tempat tidur ada Tidak ada

8 Kantor

Meja kursi Ada Ada

Filling cabinet Ada Ada

Lemari buku/lemari kaca Ada Ada

Lemari es Ada Tidak ada

Alat peraga Ada Tidak ada

Alat tulis menulis Ada Ada

Komputer Ada Ada

printer Ada Ada

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. ASUHAN GIZI

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 13


1. PENGERTIAN
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien. Pelayanan
gizi rawat inap sering disebut dengan terapi gizi medik. Pelayanan kesehatan paripurna
seorang pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, secara teoritis memerlukan tiga
jenis asuhan yang pada pelaksanaaanya dikenal sebagai pelayanan. Ketiga jenis asuhan
tersebut adalah asuhan medik, asuhan keperawatan, dan asuhan gizi.

2. TUJUAN
Memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara optimal baik berupa pemberian
makanan pada pasien yang dirawat maupun konsultasi pada pasien rawat jalan. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk
melaksanakan urutan kegiatan, yang dikelompokkan menjadi lima kegiatan, yaitu:
a) Membuat diagnosis masalah gizi.
b) Menentukan kebutuhan terapi gizi.
c) Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral, enteral dan
parenteral) sesuai kebutuhan.
d) Melaksanakan pemberian makanan.
e) Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan.

3. PERAN NUTRITION/DIETISIEN
1. Mengkaji status gizi klien/pasien berdasarkan rujukan.
2. Melakukan anamnesis riwayat diet klien/pasien.
3. Menerjemahkan rencana diet kedalam bentuk makanan yang disesuaikan dengan
kebiasaan makan serta keperluan terapi.
4. Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil pemantauan/evaluasi terapi gizi.
5. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada klien/pasien dan
keluarganya.
6. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.
7. Melakukan kunjungan keliling kepada klien/pasien.
8. Mengevaluasi status gizi klien/pasien secara berkala, asupan makanandan bila perlu
melakukan perubahan diet pasien.
9. Mengkomunikasikan hasil terapi gizi.
10. Menentukan rencana diet awal sementara bila belum ada penentuan diet dari dokter.
11. Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan.

4. PROSEDUR KERJA ASUHAN GIZI DI RUANG RAWAT INAP

NO KEGIATAN MEKANISME UNSUR PENANGGUNG


TERKAIT JAWAB

1 Penentuan

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 14


Status Gizi

Klinis Dilakukan untuk Dokter Dokter


setiap pasien baru
dan dimonitor setiap
hari

Deteksi Dilakukan pada saat Dokter Dokter dan kepala


pasien masuk ruangan

Antropometri Pengukuran Perawat/dietisien Kepala ruangan


dilakukan

Laboratorium Glukosa darah, Hb, Dokter/analis Dokter/analis


urine lengkap, feses

2 Intervensi

Klinis Mengatasi semua Dokter/perawat Dokter


gejala penyakit
(Hipoglikemi,
hipotermi, dehidrasi,
infeksi, dll)

Diet - Menentukan diet Dietisien/nutrisionis Dietisien/nutrisionis


- Pemantauan
- Konsumsi
makanan
- Status gizi
- Penyuluhan gizi
- Pemberian diet
- Persiapan pulang
- Pencatatan gizi

3 Pelaporan Berdasarkan rekam Dietisien/nutrisionis Dietisien/nutrisionis


medis:
- Ruang rawat jalan
- Ruang rawat inap

5. ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN


Dalam pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dilakukan kepada pasien rawat jalan
dan pasien rawat inap.
1. Asuhan Gizi Rawat Jalan

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 15


PENGERTIAN
Serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
asessmen, pemberian diagnosis, intervensi gizi, dan monitoring evaluasi kepada
pasien di rawat jalan.

TUJUAN
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan agar memperoleh asupan makanan
yang sesuai denagn kondisi kesehatannya.
SASARAN
Pasien dan keluarga.
KEGIATANNYA:
1. Pengkajian status gizi
1. Antropometri
Dilakukan dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Bila
pasien tidak dapat dilakukan pengukuran tersebut, dapat dilakukan pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) maupun tinggi lutut.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab
akibat antara status gizi dengan kesehatan serta menentukan terapi obat dan
diet. Pemeriksaan fisik meliputi tanda- tanda klinis kurang gizi ( sangat kurus,
pucat, atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau obesitas), sistem
kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem metabolik,
dan sistem neurologi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan
masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan
intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
2. Riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi pasien ada dua macam, yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari-hari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan
makanan, sedangkan anamnesis kuantitatif dilakukan untuk mendapat gambaran
asupan zat gizi sehari, dengan menggunakan recall 24 jam yang diukur dengan
food model. Analisis asupan gizi menggunakan Daftar Penukar Bahan Makanan
(DPBM).
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 16
3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya. Penentuan
kebutuhan gizi diberikan kepada kilen/pasien atas dasar status gizi, pemeriksaan
klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga memperhatikan kebutuhan
untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena
kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang
sakit.
4. Menentukan macam atau jenis diet sesuai dengan status gizi dan penyakitnya serta
cara pemberian makanan. Jenis diet disesuaikan dengan keadaan penyakit yang
diderita serta kemampuan pasienuntuk menerima makanan dengan
memperhatikan prinsip menu seimbang dan kebiasaan pola makan
5. Konseling gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana
konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode,
penilaian dan tindak lanjut. Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku makanan serta pola makan sesuai dengan
kebutuhan klien/pasien. Hal ini akan terlihat dari seberapa jauh kepatuhan untuk
melaksanakan diet yang telah ditentukan dan pemecahan masalah yang timbul
dalam melaksanakan rencana diet tersebut.
6. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi (kunjungan ulang).
Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan diperoleh melalui kunjungan
ulang pasien. Evaluasi tersebut mencakup rencana diet yang diberikan dan
kepatuhan menjalankan rencana diet, klinis dan laboratorium, dan status gizi.
Tindak lanjut yang dibutuhkan tergantung hasil evaluasi pelayanan gizi yang
diperoleh dirumah, bila perlu dilakukan rencana diet atau kunjungan rumah.

2. Asuhan Gizi Rawat Inap


PENGERTIAN
Serangkaian kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
perencanaan diet hingga evaluasi diet pasien di ruang rawat inap.
TUJUAN
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai
dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses peyembuhan,
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
SASARAN
Pasien dan kelurga
KEGIATANNYA:
1. Pengkajian status gizi
1. Antropometri

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 17


Setiap pasien diukur data antropometri berupa tinggi badan atau panjang badan
dan berat badan. Bila tidak memungkinkan pasien diukur tinggi badan atau
panjang badan dan berat badan, dapat dilakukan pengukuran lengan atas
(LILA) dan tinggi lutut.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab
akibat antara status gizi dengan kesehatan serta menentukan terapi obat dan
diet. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kurang gizi atau gizi lebih,
sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
metabolik dan sistem neurologi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan
masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan
intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
2. Riwayat gizi
Setiap pasien rawat inap dianalisis kebiasaan makan sebelum dirawat yang
meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan serta pantangan
makan. Asupan zat gizi diukur dan selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan
menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar. Analisis asupan zat gizi
memberikan informasi perbandingan antara asupan dengan kebutuhan gizi dalam
sehari. Setiap pasien rawat inap akan dianamnesis untuk mengetahui asupan
makanan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk
makanan dan frekuensi makanan serta pantangan makan. Semua data
antropometri, klinis, dan biokimia yang didapat dicatat dalam formulir pencatatan
gizi. Kajian riwayat gizi hasilnya akan dibandingkan dengan perhitungan
kebutuhan gizi dari saran diet sesuai kondisi pada saat melakukan konseling.
3. Penentuan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar status gizi,
pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga memperhatikan
kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan
karena kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang
sedang sakit.
4. Penentuan macam dan jenis diet

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 18


Setelah dokter menentukan diet pasien, ahli gizi akan mempelajari dan menyusun
rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan menterjemahkan kedalam
menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan
diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi (biasa, lunka, maupun cair) sesuai
dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam
dan jumlah bahan makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut
diperlukan penyesuaian, maka ahli gizi akan mengkonsultasikan kepada dokter.
5. Konseling dan penyuluhan gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana
konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode,
penilaian dan tindak lanjut. Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku makanan serta pola makan sesuai dengan
kebutuhan klien/pasien. Hal ini akan terlihat dari seberapa jauh kepatuhan untuk
melaksanakan diet yang telah ditentukan dan pemecahan masalah yang timbul
dalam melaksanakan rencana diet tersebut.
6. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut
Aktivitas utama dan proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah memantau
pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai proses penyembuhan
dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencakup antara lain perubahan diet,
bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan,
mual, muntah, keadaaan klinis defekasi, hasil laboratorium, dan lain-lain. Tindak
lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi
pelayanan gizi antara lain perubahan diet yang dilakukan dengan mengubah
perskripsi diet sesuia kondisi pasien. Apabila perlu, dilakukan kunjungan ulang.
Untuk pasien yang dirawat walaupun tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap
perlu mendapatkan perhatian agar tidak terjadi hospital malnutrisi tertuama pada
pasien-pasien yang mempunyai masalah dalam asupan makanannya seperti
adanya mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.

B. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. PENGERTIAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien, dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.

2. TUJUAN

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 19


Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkannya.

3. SASARAN
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah pasien. Dalam
penyelenggaraan makanan rumah sakit:
a. Standar masukan meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metode, peralatan.
b. Standar proses meliputi penyusunan angaran belanja bahan makanan, perencanaan
menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, pembelian bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, serta
pengolahan makanan dan pendistribusian makanan.
c. Standar keluaran meliputi mutu makanan dan kepuasan pasien.

4. BENTUK PENYELENGGARAAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT


Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan pelayanan gizi di
rumah sakit. Adapun sistem penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilakukan oleh
pihak rumah sakit sendiri secara penuh, dikenal juga sebagai Swakelola.

5. MEKANISME KERJA PENYELENGGARAAN MAKANAN


Mekanisme kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi:
1. Perencanaan Anggran Belanja Makanan
Pengertian
Suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan
makanan bai pasien.
Tujuan:
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan macan dan jumlah bahan makanan bagi pasien yang dilayani sesuai
dengan standar kecukupan gizi.
Kebijakan:
1. Tersedianaya data peraturan pemberian makanan rumah sakit.
2. Tersedianya data standar makanan untuk pasien.
3. Tersedianya data standar harga bahan makanan.
4. Tersedianya data rata-rata jumlah pasien yang dilayani.
5. Tersedianya siklus menu.
6. Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan.
Langkah perencanaan anggaran belanja makanan:
1. Melihat anggaran belanja gizi pada RKAP tahun sebelumnya.
2. Analisa peningkatan atau penurunan total jumlah porsi makanan pasien yang
disiapkan oleh bagian gizi.
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 20
3. Kumpulkan harga bahan makanan dengan melakukan survei pasar, kemudian
tentukan harga rata-rata bahan makanan.
4. Prediksi anggaran belanja gizi tahun depan sesuai dengan persentase biaya umum.
5. informasikan kepada atasan (sesuai dengan struktur organisasi masing-masing)
untuk memnta perbaikan.
2. Perencanaan menu
Pengertian
Suatu kegiatan penyusunanmenu yang akan diolah untuk memenuhi selera pasien,
dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuan:
Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit
misalnya menu 10 hari.
Kebijakan:
1. Peraturan pemberian makanan rumah sakit.
2. Standar porsi dan standar resep.
3. Standar bumbu.
Langkah perencanaan menu:
1. Mengumpulkan berbagai menu baik dari siklus menu maupun dari buku resep.
2. Menyiapkan formulir penilaian menu.
3. Membuat rincian macam dan jumlah pasein yang akan dilayani.
4. Mengumpulkan data peralatan dan perlengkapan dapur yang tersedia.
5. Memperhatikan kebiasaan makan daerah setempat dan pasar.
6. Tetapkan siklus menu yang akan dipakai.
7. Tetapkan standar porsi
3. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
Pengertian
Suatu kegiatan penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk
pengadaan bahan makanan.
Tujuan:
Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan untuk pasien dalam satu
tahun anggaran.
Kebijakan:
1. Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit.
2. Tersedianya data standar makanan untuk pasien.
3. Tersedianya siklus menu.
4. Tersedianya data jumlah pasein yang dilayani.

Langkah perencanaan anggaran belanja makanan:


1. Menentukan jumlah pasien yang dilayani makanannya dan membuat standar
porsinya.
2. Menyusun harga makanan per orang per hari berdasarkan makanan yang telah
ditetapkan.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 21


3. Merekapitulasi macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan pada tiap
kelompok untuk satu putaran menu atau satu bulan.
4. Mengalihkan harga makanan per orang per hari dengan kebutuhan macam dan
jumlah bahan makanan per hari.
5. Menjumlahkan biaya bahan makanan selama satu bulan untuk seluruh kelompok.
4. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
Pengertian
Penyusunan permintaan bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan
rata-rata jumlah pasien yang dilayani.
Tujuan:
Tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau spesifikasi yang
ditetapkan.
Kebijakan:
1. Adanya surat perjanjian dengan suplier.
2. Adanya spesifikasi bahan makanan.
3. Adanya daftar pesanan bahan makanan.
4. Tersedianya dana.
Langkah Pemesanan dan pembelian bahan makanan:
1. Petugas logistik merekapitulasi kebutuhan bahan makanan disesuaikan dengan
jumlah pasien sesuai standar porsi berdasarkan siklus menu yang berlaku.
2. Petugas logistik membuat daftar pesanan bahan makanan sebanyak 2 rangkap.
3. Menyerahkan daftar pesanan ke suplier.
5. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan.
1. Penerimaan bahan makanan
Pengertian
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang
macam, kualitas, dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai pesanan serta
spesifikasi yang telah dittetapkan.
Tujuan
Tersedianya bahan makann yang siap untuk di olah.
Kebijakan
1. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan
jumlah bahan makanan yang akan diterima.
2. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.
Langkah penerimaan bahan makanan:
1. Petugas logistik menerima bahan makanan yang dikirim oleh suplier dan
mencocokkan dengan standar spesifikasi yang berlaku.
2. Bahan makanan basah ditimbang menggunakan timbangan yang tersedia.
3. Kemudian bahan makanan disimpan di gudang penyimpanan sesuai dengan
jenis barang.
4. Esok harinya masing-masing bagian pengolahan mengambil bahan makanan
sesuai dengan kebutuhannya.
2. Penyimpanan bahan makanan

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 22


Pengertian
Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara, keamanan bahan makanan
kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan
kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya.
Tujuan:
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai dengan perencanaan.
Kebijakan
1. Adanya sistem penyimpanan barang.
2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.
3. Tersedianya kartu stok keluar masuknya bahan makanan.
Langkah penyimpanan bahan makanan:
1. Petugas logistik memeriksa bahan makanan yang diterima dari suplier serta
mencocokkan dengan kualitas dan kuantitas serta menyesuaikan spesifikasi
yang telah ditetapkan.
2. Bahan makanan yang diterima kemudian disimpan sesuai tempatnya.
3. Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan
diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa ke ruang
persiapan bahan makanan.
Syarat ruang penyimpanan bahan kering:
1. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menuntut macam, golongan,
ataupun urutan pemakaian bahan makanan.
2. Menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu (FIFO= First In First
Out).
3. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di
bagian penyimpanan bahan makanan, termasuk kartu stok bahan makanan
harus segera disi tanpa ditunda dan diteliti secara kontinyu.
4. Kartu stok dan pengeluaran bahan makanan, harus segera diisi dan diletakkan
pada tempatnya.
5. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat,
dan tidak berlobang.
6. Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada
waktu-waktu yang ditentukan.
7. Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 20 s/d 25 celcius.
Syarat ruang penyimpanan bahan basah:
1. Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan agar
tidak menjadi rusak.
2. Semua bahan yang akan dimasukkan ke ruang pendingin ditata kedalam
wadah plastik dengan suhu -5 s/d 15 celcius.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 23


3. Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan
makanan yang tidak berbau.
4. Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betuk diperhatikan.
Untuk buah-buahan, ada yang tidak memerlukan pendingin.
3. Penyaluran bahan makanan
Pengertian
Tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan harian
Tujuan
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai dengan pesanan.
Kebijakan
1. Adanya bon permintaan bahan makanan.
2. Tersedianya kartu stok keluar masuknya bahan makanan.
6. Persiapan bahan makanan
Pengertian
Serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan yaitu meliputi berbagai
proses antara lain membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam,dan
lain-lain.
Tujuan
Mempersiapkan bahan-bahan makanan, serta bumbu-bumbu sebelum dilakukan
kegiatan pemasakan.
Kebijakan
1. Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan.
2. Tersedianya peralatan persiapan.
3. Tersedianya protap persiapan.
4. Tersedainya aturan proses-proses persiapan.
7. Pengolahan bahan makanan
Pengertian
Suatu kegiatan mengubah/memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang
siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan
1. Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan.
2. Meningkatkan nilai cerna.
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna,rasa, keempukan, dan penampilan
makanan.
4. Bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh.

Kebijakan
1. Tersedianya siklus menu
2. Tersedianya peraturan bahan makanan tambahan.
3. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
4. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan.
5. Tersedianya prosedur tetap pengolahan

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 24


Macam proses pemasakan

1. Pemasakan dengan medium udara, seperti:


- Membakar yaitu memasak bahan makanan dalam oven sehingga masakan
menjadi kering.
- Memanggang yaitu memasak bahan makanan langsung diatas bara api sampai
kecoklatan dan mendapat lapisan yang kuning.
2. Pemasakan dengan menggunakan medium air, seperti:
- Merebus yaitu memasak dengan banyak air
- Menyetup yaitu memasak dengan sedkit air,
- Mengetim: memasak dalam tempat yang dipanaskan dengan air mendidih.
- Mengukus: memasak dengan uap air mendidih.
3. Pemasakan dengan menggunakan lemak, seperti:
- Menggoreng: memasukkan bahan makanan dalam minyak banyak atau dalam
mentega/margarin sehingga bahan menjadi kering dan berwarna kuning
kecoklatan
4. Pemasakan dengan kombinasi, seperti:
Menumis: memasak dengan sedikit minyak atau margarin untuk membuat layu
atau setengah masak ditambah air sedkit dan ditutup.
8. Pendistribusian dan penyajian makanan
Pengertian
Serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis
makanan pasien yang dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus)
Tujuan
Pasien mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku

Kebijakan
1. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar
penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.
2. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
3. Adanya peraturan pengambilan makanan.
4. Adanya amprah permintaan makan.
5. Tersedianya makanan sesuai ketentuan dan kebutuhan diet pasien.
6. Tersedianya peralatan makan.
7. Tersedianya sarana pendistribusian makanan.
8. Adanya jadwal pendistribusian makanan.
Sistem penyaluran makanan
Sistem penyaluran yang digunakan sangat mempengaruhi makanan yang
disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan
yang ada.
Sistem penyaluran makanan yang dilaksanakan di rumah sakit, yaitu sistem
penyaluran makanan yang dipusatkan (sentralisasi).

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 25


Adapun sistem penyaluran makanan dengan sentralisasi mempunyai keuntungan
dan kelemahan sebagai berikut:
Keuntungan cara sentralisasi:
1. Tenaga lebih hemat, sehingga lebih menghemat biaya dan pengawasan.
2. Makanan dapat disampaikan langsung ke pasien dengan sedikit kesalahan
pemberian makanan.
3. Ruangan pasein terhindar dari keributan pada waktu pembagian makan serta
bau masakan.
4. Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat.

Kelemahan cara sentralisasi:

1. Makanan sampai kepasien sudah agak dingin.


2. Adanya tambahan biaya untuk peralatan, perlengkapan, serta pemeliharaan.
3. Memerlukan tempat, peralatan, dan perlengkapan makanan yang
lebih banyak.

C. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Penelitian dan pengembangan gizi di unit gizi RSI Ibnu Sina Simpang Empat
merupakan kegiatan pendukung pelayanan gizi rumah sakit yang belum terlaksana secara
terencana, dikarenakan belum memenuhi standar pelayanan gizi, dimana harus adanya
penyusunan program – program penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan gizi yang disusun berdasarkan kaidah penelitian, yaitu adanya usulan
penelitian, laporan hasil penelitian serta dokumentasi hasil penelitian.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 26


BAB V
LOGISTIK

Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik
dalam rumah sakit bukan logistik pendistribusian makanan, tetapi hanya menyangkut
manajemen persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi
jasa tersebut. Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan, dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan materi atau alat.
Logistik unit gizi rumah sakit islam ibnu sina simpang empat memiliki dua jenis
logistik, yaitu logistik umum, pengamprahan dilakukan sekali sebulan dan logistik gizi,
pengamprahan dilakukan setiap hari.
1. Jenis Persediaan Barang Logistik Umum

NO PERSEDIAAN BARANG JUMLAH BARANG

ATK

1 Buku tulis isi 30 5 buah

2 Buku folio 2 buah

3 Gunting 2 buah

4 Isi hekter 2 kotak

5 Isolasi 1 buah

6 Lem kertas 1 buah

7 Nota kuitansi 2 buku

8 Type-x 1 buah

9 Map plastik/spring file 1 buah

10 Kertas A4 1 rim

11 Kalkulator 1 buah

12 Kertas F4 1 rim

13 Tinta printer 1 buha

14 Klip kecil 2 buah

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 27


15 Clip file 12 buah

16 Box file 4 buah

17 Bolpoint merah 1 buah

18 Penggaris 1 buah

19 Label adhesive 3 bungkus

20 Map gobi 3 buah

21 Baterai jam 2 buah

CETAKAN

22 Amprah harian 2 buku

23 Daftar belanja dapur 2 buku

24 Nota permintaan barang 1 buku

25 Nota perbaikan barang 1 buku

26 Kartu stok 100 lembar

27 Stiker etiket makan 300 lembar

28 Leafleat 200 lembar

RUMAH TANGGA

29 Sunlight 6 bungkus

30 Tisu petak 6 buah

31 Tisu gulung 1 gulung

32 Kotak kue besar 400 buah

33 Kotak kue sedang 300 buah

34 Kotak kue kecil 200 buah

35 Kotak kue Sp7 300 buah

36 Plastik ½ kg ½ kg

37 Plastik 1 kg ½ kg

38 Plastik ¼ kg 1 kg

39 Plastik wraping 2 roll

40 Cup agar 1 pak

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 28


41 Cup kue 1 pak

42 Asoy putih 5 buah

43 Cup hunkwe 1 pak

44 Sendok agar ¼ kg

45 Sarung tangan 3 kotak

46 Kotak plastik bumbu 21 kotak

47 Kotak plastik 9 kotak

48 Handsoap 1 buah

49 Masker 3 kotak

2. Jenis Persediaan Barang Logistik Gizi

NO PERSEDIAAN BARANG JUMLAH BARANG

BAHAN MAKANAN KERING

1 Agar- agar 36 bungkus

2 Beras 60 sukek

3 Mihun 6 kg

4 Mie kuning 5 kg

5 Mentega 17 bungkus

6 Coklat bubuk 2 kotak

7 Gula pasir 48 kg

8 Minyak goreng 96 liter

9 Kecap 7 bungkus

10 Tepung gula ¼ kg

11 Kacang tanah 7 liter

12 Kacang hijau 5 liter

13 Kerupuk larisa 4 bungkus

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 29


14 Kerupuk mama 5 bungkus

15 Kerupuk panda 4 bungkus

16 Garam halus 31 bungkus

17 Garam kasar 14 bungkus

18 Garam lasosa 4 bungkus

19 Bawang goreng 2 kg

20 Tepung panir 2 kg

21 Kemiri 1 kg

22 Lasa 9 bungkus

23 Saus sambal sachet 12 bungkus

24 Saus sambal botol 2 botol

25 Saus tomat botol 5 botol

26 Saus tiram 2 botol

27 Cuka 1 botol

28 Fermipan 3 bungkus

29 Gula merah 19 kg

30 Kerupuk emping ½ kg

31 Tepung hunkwe 5 bungkus

32 Tepung terigu 25 kg

33 Tepung maizena 6 kotak

34 Tepung ketan 3 bungkus

35 Tepung beras 30 bungkus

36 Choco chip 1 bungkus

37 Gula warna 1 bungkus

38 Tbm/ovalet 1 kg

39 Baking powder 1 bungkus

40 Maggie 5 botol

41 Keju 1 batang

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 30


42 Susu kaleng 5 kaleng

43 Ketumbar ¼ kg

44 Pala 1 ons

45 Cengkeh 1 ons

46 Merica 1 ons

47 Garda mungu 1 ons

48 Bunga lawang 1 ons

49 Coklat batang 1 batang

50 Wijen ¼ kg

51 Kismis ¼ kg

52 Meses ceres 1 bungkus

53 Mentega putih ½ kg

54 Regal 1 bungkus

55 Gabin 2 bungkus

56 Sirup ABC 1 botol

57 Susu SGM 96 kotak

58 Susu Lactogem 40 kotak

59 Susu Dancow 2 kotak

60 Susu diabetasol 24 kotak

61 Susu LLM 2 kotak

62 Susu kaleng coklat 1 kaleng

63 Teh celup 14 kotak

64 Vanile 2 botol

65 Pewarna makanan 5 botol

66 Roti tawar 2 bungkus

67 Soda kue 1 bungkus

68 Bumbu sate 1 ons

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 31


69 Milo sachet 3 bungkus

70 Jagung kaleng 1 kaleng

BAHAN MAKANAN BASAH

71 Ubi rambat ungu ½ kg

72 Ubi rambat 12 kg

73 Kentang 40 kg

74 Kelapa 300 jarek

75 Wortel 90 kg

76 Japan 53 kg

77 Buncis 40 kg

78 Pitulo 63 kg

79 Toge 17 kg

80 Kangkung 17 ikat

81 Timun 45 kg

82 Rimbang ¾ kg

83 Kacang panjang 47 ikat

84 Tomat 30 kg

85 Sayur pangsit 13 kg

86 Bunga kol 10 kg

87 Bayam 14 ikat

88 Cubadak 30000

89 Sawi hijau 25 kg

90 Lobak 3 kg

91 Melinjo 2 kg

92 Daun melinjo 10000

93 Terung 5 kg

94 Tomat hijau 2 kg

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 32


95 Seledri 5 kg

96 Daun bawang 18 kg

97 Daun pisang 2 ikat

98 Daun pandan 3000

99 Daun jeruk +kencur 20000

100 Cabe merah 9 kg

101 Cabe hijau 6 kg

102 Cabe rawit 1 ons

103 Cabe giling 11 kg

104 Laos giling 5 kg

105 Jahe giling 5 kg

106 Bawang putih giling 11 kg

107 Kunyit giling ¾ kg

108 Jeruk nipis 8 kg

109 Asam jawa 10 bungkus

110 Asam kandis ¼ kg

111 Langkok 40000

112 Tauco ¾ kg

113 Labu kuning 0,3 kg

114 Tape 3 bungkus

115 Jagung 45 buah

116 Bumbu sayur asem 11000

117 Daun selada ¾ kg

BUAH

118 Pisang batu 3 ssr

119 Pisang buai 9 ssr

120 Pisang sarai 2 ssr

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 33


121 Semangka 15 kg

122 Anggur 5 kg

123 Lengkeng 3 kg

124 Pear 27 kg

125 Jeruk manis 32 kg

126 Apel 15 kg

127 Pepaya 20 kg

128 Melon 18 kg

LAUK

129 Daging sapi giling 3 kg

130 Daging sapi 28 kg

131 Daging ayam 173 ekor

132 Ikan laut 178 kg

133 Ikan tawar 1 kg

134 Udang ¼ kg

135 Telur ayam 66 ppn

136 Telur puyuh 1 kotak

137 Teri 1,75 kg

138 Tahu 195000

139 Tempe 46 batang

PERALATAN

140 Aneka cetakan kue 200 buah

141 Ampia 1 buah

142 Baki persegi 3 buah

143 Baki bulat 6 buah

144 Pengupas wortel 1 buah

145 Parutan keju 1 buah

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 34


146 Cobek 1 buah

147 Magic com 1 buah

148 Panci (besar, sedang, kecil) 20 buah

149 Serbet kain 4 buah

150 Pisau dapur/cutter 10 buah

151 Pisau kue 1 buah

152 Saringan 6 buah

153 Saringan MC 1 buah

154 Kompor gas 5 buah

155 Talenan 2 buah

156 Wajan (besar, sedang, kecil) 15 buah

157 Teflon (besar, kecil) 2 buah

158 Tempat sampah injak besar 1 buah

159 Tempat sampah injak sedang 1 buah

160 Tempat sampah injak kecil 1 buah

161 Blender pastry 1 buah

162 Blender bumbu 1 buah

163 Parutan kelapa 1 buah

164 Mixer 1 buah

165 Presto 1 buah

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 35


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien yang terkait dengan unit gizi adalah sanitasi makanan.
Sanitasi Makanan
Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat menggangu atau merusak kesehatan. Salah satu
kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan minuman. Kegiatan
ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman.
Tujuan:
- Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan pasien.
- Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit.
- Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan
a. Ruang pengolahan (dapur)
1. Tersedianya fasilitas kamar mandi bagi petugas, locker, ruang untuk ganti
pakaian.
2. Ruang dalam dapur bersih, tersedia tempat smapah sementara yang diberi
kantong plastik yang kemudian dibuang dengan plastiknya ketempat
pengumpulan sampah diluar.
b. Bangunan
1. Fasilitas cuci tangan:
- Terletak diluar ruang ganti pakaian, kamar mandi.
- Tersedia air yang mengalir.
- Tersedia sabun cair
- Terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, anti karat.
2. Saluran limbah, tempat pembuangan limbah pengolahan makanan yang aman
dari binatang pengganggu.
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 36
c. Sarana dan peralatan untuk pelaksanaan sanitasi makanan
1. Air bersih
Tersedia air yang bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan
meemnuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor
01/Birhukmas/I/1975.
Standar mutu air bersih, meliputi:
- Standar bersih, yaitu suhu, warna, bau dan rasa.
- Standar biologi, yaitu kuman-kuman parasit, kuman- kuman
pathogen, dan bakteri E. Coli.
- Standar kimiawi, yaitu derajat keasaman (pH) jumlah zat padat dan
bahan-bahan kimia lainnya.
- Standar radio aktif meliputi benda-benda radio aktif yang mungkin
terkandung dalam air.
2. Rak-rak penyimpanan bahan makanan menggunakan roda/kulkas logistik, agar
mudah dipindah-pindahkan untuk proses pembersihan.
3. Peralatan yang kontak dengan makanan, memenuhi syarat sebagai berikut:
- Permukaan utuh/tidak cacat, dan mudah dibersihkan.
- Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat dalam asam/basa,
atau garam-garaman yang lazim dijumpai dalam makanan.
- Tidak terbuat dari logam berat.
- Wadah makanan, alat penyajian, dan distribusi makanan bertutup.

Prinsip penyehatan makanan dalam penyelenggaraan makanan


Prinsip penyehatan makanan menggunakan tehnik HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) meliputi bahan makanan, penjamah makanan dan cara kerja yang
dilakukan serta upaya penegendalian pertumbuhan kuman berbahaya.

1. Bahan makanan
a. Sumber bahan makanan
Tidak tercemar dari sampah, bebas dari insektisida, peptisida, atau bahan kimia
lainnya.
b. Mutu bahan makanan
Bahan makanan yang bermutu baik, yaitu bahan makanan segar, yang aman, utuh,
baik dan bergizi, misalnya utuh, tidak berlubang, tidak busuk, tidak kotor, tidak layu
dan cukup masak/matang (untuk buah).

c. Cara penanganan bahan makanan, menggunakan plastik wraping/kemasan dan


alat pengangkut makanan yang tertutup
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 37
2. Hygiene tenaga penjamah makanan
1. Syarat:
- Sehat diri dan bebas dari penyakit.
- Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, ataupun luka
bakar.
- Menggunakan APD lengkap.
- Berprilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan.
2. Perilaku, kebiasaan, dan sikap bekerja
a. Melakukan 6 langkah cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah bekerja.
b. Sebelum dan selama bekerja tidak menggaruk kepala,muka, hidung yang
menimbulkan kuman.
c. Alihkan muka dari makanan dan alat-alat makan dan minum bila batuk atau
bersin.
d. Pengolahan makanan dilakukan menurut proses yang ditetapkan, sesuai
dengan peralatan masak, waktu, dan suhu atau tingkat pemasakan.
e. Menjamah makanan menggunakan sendok, atau lat lainnya.
f. Menjaga tempat kerja,ruang ganti pakaian, kamar mandi, serta alat-alat tetap
bersih setiap waktu.
g. Menggunakan APD lengkap.
3. Prosedur kerja
Kontaminasi makanan dapat disebabkan oleh prilaku penjamah makanan selama
kerja, oleh sebab itu penjamah makanan dapat melakukan prosedur kerja sebagai
berikut: selesai bekerja penjamah makanan harus mencuci peralatan masak kemudian
diletakkan di rak penyimpanan peralatan, sehingga apabila dipakai kembali oleh
penjamah lain peralatan tersebut bersih.
4. Upaya pengendalian

Upaya pengendalian faktor mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan


minuman, dilakukan dengan pemantauan titik-titik rawan pada jalur penanganan
makanan dan minuman yang dapat diperkirakan timbulnya bakteri dan jamur. Titik-
titik rawan dalam proses penaanganan makanan dan minuman adalah:

- Proses pembersihan makanan


Melakukan pembersihan pada bahan makanan sehingga tidak adanya makanan dan
minuman yang membusuk.
- Proses persiapan bahan makanan, meliputi: tersedia air bersih, kran air bersih, dan
tersedia tempat pembuangan sampah yang mudah dibersihkan, yang dilapisi dengan
kantong plastik.
- Proses penyimpanan

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 38


Dalam penyimpanan bahan makanan, disimpan dalam tempat yang terpisah dari
ruang makanan terolah yang suhunya diatur.
- Proses pemasakan makanan
Pengolahan makanan diproses dengan bantuan panas, sesuai dengan tehnik/cara
pemasakannya sehingga tidak memungkinkan kuman tumbuh dan berkembang
biak.
- Proses pembersihan ruang dan pencucian alat masak
a. Pembersihan dilakukan segera setelah proses pekerjaan sesuai dengan
prosedurnya.
b. Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak, dengan langkah:
membuang sisa makanan yang melekat pada alat, kemudian disabun, dibilas
dengan air mengalir dan dikeringkan.
- proses penyajian makanan diruang rawat.
a. Alat- alat makan untuk menyajikan makanan dalam keadaan bersih (dicuci
dengan sabun/disinfektan dan dibilas denagn air panas).
b. Tidak ada tanda-tanda vektor.
c. Penyajian makanan kepada pasien menggunakan plastik wraping.

Pengawasan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan

Meliputi:

a. Penjamah makanan , melakukan pemeriksaan kesehatan.


b. Bahan makanan dan minuman meliputi pemeriksaan kualitas bahan makanan
melaui berbagai uji, serta penilaiaan kualitas makanan melalui metode HACCP.
c. Peralatan dengan melakukan uji sanitasi peralatan, misalnya uji usap meja kerja,
dan peralatan masak.
d. Lingkungan dengan melakukan uji sanitasi lingkungan, misalnya dengan uji
sanitasi lantai dan dinding.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 39


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan ileh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang padat mengurangi bahaya dan terjadinya
kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena pekerjaan yang
terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur tempat kerja yang aman dan terjamin
kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya
terjadi secara tiba- tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan, serta dapat
menyebabkan kerusakan pada alat- alat makanan, dan melukai pegawai.
Keselamatan Kerja
Pengertian
Segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari
kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian.
Tujuan
Menurut undang-undang keselamatan kerja tahun 1970, syarat-syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi perlindungan pada petugas.
g. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban, memperoleh kebersihan antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
a. Prinsip penyelenggaraan kerja petugas dalam proses penyelenggaraan
a. Pengendalian teknis mencakup:
1. Letak, bentuk dan konstruksi alat memenuhi syarat yang telah ditentukan.
2. Ruangan dapur cukup luas.
3. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis.
4. Penerapan dan ventilas yang cukup, memenuhi syarat.
5. Tersedianya ruang istirahat untuk petugas.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 40


b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh petugas.
c. Pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan kerja petugas.
d. Volume kerja yang dibebankan sesuai denagn jam kerja yang telah ditetapkan.
e. Perawatan alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan dalam kondisi layak
pakai.
b. Prosedur keselamatan kerja
a. Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
- Menempatkan barang yang berat dibagian bawah dan mengangkat dengan alat
pengangkut untuk barang tersebut.
- Menggunakan wadah bertutup/panci bertutup
b. Ruang persiapan dan pengolahan makanan
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap.
- Mengunakan peralatan dengan baik, misalnya menggunakan pisau, parutan
kelapa, sesuai dengan petunjuk pemakaiannya.
- Menggunakan serbet apabila membersihkan peralatan dapur.
- Membersihkan dan mematikan mesin sesuai petunjuknya.
- Berhati-hati dalam membuka/menutup, menyalakan atau mematikan mesin,
lampu, gas/listrik dan lainnya.
- Meneliti kembali peralatan yang menggunakan mesin, apakah sudah mati atau
belum.
- Mengisi panci-pansi menurut ukuran, dan tidak melebihi kapasitas porsinya.
- Meletakkan alat pada tempatnya.
- Mengisi air panas, tutuplah dengan rapatdan tidak mengisi terlalu penuh.
c. Ruang pembagian makanan di unit gizi
1. Tidak mengisi panci terlalu penuh.
2. Mengisi air panas, tutuplah dengan rapatdan tidak mengisi terlalu penuh.
d. Dapur unit gizi
1. Menggunakan peralatan yang bersih dan kering.
2. Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
3. Menggunakan APD lengkap.
4. Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan.
5. Menggunakan serbet apabila membersihkan peralatan dapur.
6. Berhati-hati dalam membuka/menutup, menyalakan atau mematikan mesin,
lampu, gas/listrik dan lainnya.
7. Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
8. Membersihkan/mencuci peralatan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
9. Mengikuti petunjuk/prosedur kerja yang telah ditetapkan, sebelum dan sesudah
bekerja melakukan hand hygiene menggunakan sabun cair.
10. Membuang sampah segera setelah melakukan penyelenggaraan makanan.
11. Sebelum meninggalkan dapur dapat meneliti kembali semua peralatan yang
digunakan dan dapur gizi dalam keadaan tertutup dan terkunci.
e. Alat pelindung diri (APD)
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 41
1. Baju masak, celemek, terbuat dari bahan yang tidak panas dan enak dipakai.
2. Menggunakan sandal yang tidak licin.
3. Menggunakan serbet pada tempatnya.
4. Tersedianya alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlahnya cukup, sabun.
5. Tersedia alat pemadam kebakaran.
6. Tersedia obat P3K.
f. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan kerja merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kerja
yang menjadi hak setiap tenaga kerja dan merupakan kewajiban dari rumah sakit.
Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan untuk mempertahankan derajat
kesehatan tenaga kerja, yang sekurang-kurangnya dilakukan 1 tahun sekali oleh
pihak rumah sakit.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pada pelayanan gizi di rumah sakit islam ibnu sina simpang empat
terdiri dari pengawasan dan pengendalian

A. PENGERTIAN

a. Pengawasan
Merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan atau
kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan
dan hasil yang telah ditetapkan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Pengawasan
bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijkana yang telah
ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.

b. Pengendalian
Merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan pelaksaan yang terjadi
sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara
berdayaguna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian
tugas, rumusan kerja,pedoman pelaksanaan dan peraturan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

c. Evaluasi

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 42


Bertujuan menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan
yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.. melalui
penilaian, petugas dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun
membuat rencana program yang baru.

B. BENTUK- BENTUK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

a. Pencatatan dan pelaporan


Adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan
pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan
bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun untuk pengambilan
keputusan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di unit gizi:
a) Pencatatan dan pelaporan pengadaan makanan
- Daftar belanja dapur bahan makanan harian.
- Pencatatan sisa bahan makanan basah dan bahan makanan kering
(harian/bulanan).
- Pencatatan data permintaan/pemesanan bahan makanan berdasarkan nota
permintaan dari masing-masing unit kerja.

b) Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggraan makanan

- Buku laporan timbang terima pergantian antara shift dinas petugas.


- Amprah permintaan makan pasien baru, pasien makanan biasa dan pasien
berdiet khusus.
- Buku laporan total pasien porsi (harian/bulanan)

c) Pencatatan dan pelaporan tentang perlengkapan peralatan unit gizi

- Buku laporan inventaris peralatan unit gizi.


d) Pencatatan dan pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
- Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama 1
kali putaran menu.
- Rekapitulasi tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan.
e) Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap
- Formulir sisa makanan pasien yang tidak dihabiskan
- Amprah permintaan makan pasien (pasien dengan diet biasa, berdiet khusus,
pasien baru)
- Formulir kuisioner pasien.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 43


- Formulir skrining diet pasien
- Buku laporan pasien konsultasi gizi.

b. Pengawasan standar porsi


a. Bahan makanan (diet diabetes) pengawasan porsi dilakukan penimbangan.
b. Bahan makanan cair seperti susu dipakai gelas ukur yang sudah distandarisasi.
Bahan makanan seperti bumbu dipakai sendok yang sudah distandarisasi.
c. Pemotongan bentuk bahan makanan sesuai jenis hidangan, menggunakan alat
pemotong menurut petunjuk.
d. Mendapatkan porsi yang tetap menggunakan standar porsi dan standar resep.

c. Pengawasan harga
Langkah- langkah yang dilakukan:
1. Menetapkan kebijakan keuangan yang ingin dicapai.
2. Membuat form isian pelaksanaan pencatatan, pelaporan untuk pengawasan:
 Pencatatan pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan makanan
untuk setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
 Kalkulasi harga pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan
makanan untuk setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
 Penghitungan stok opname.
 Mengumpulkan data harian, satu putaran menu, bulanan, triwulan dan
tahunan.
 Biaya overhead dicatat harian, setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan
tahunan.
3. Kalkulasi pemasukan bahan makanan berikut niali rupiahnya setiap saat dan
pada periode tertentu yang telah ditentukan.
4. Hitung biaya perporsi atau biaya perorang perhari.

d. Pengendalian biaya.
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pengelola mencoba menagtur biaya
guna mencegah pemborosan dan biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dimaksud
adalah biaya makan. Biaya bahan makanan dapat meningkat atau menurun dari
harga yang diperkirakan. Oleh karena itu biaya makanan dapat dikendalikan
melalui berbagai cara, seperti menukar, mengubah, atau mengganti bahan makanan
dengan bahan makanan lain. Pengendalian biaya ini merupakan proses yang
berkelanjutan dan melibatkan aktivitas- aktivitas seperti perencanaan menu,
pembelian/pemesanan, penerimaan, pengolahan dan tenaga.
Tujuan pengendalian biaya makanan:
 Menganalisa biaya yang direncanakan dibandingkan dengan harga yang
sesungguhnya digunakan untuk penyelenggaraan makanan.
 Menilai harga penawaran bahan makanan.
[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 44
 Mencegah sisa bahan makanan yang tidak efisien.
 Menyediakan data untuk laporan penyelenggaraan institusi.
 Membandingkan dua atau lebih kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan
makanan.
Cara pengendalian biaya makanan:
 Mengembangkan kebijakan keuangan bgi institusi.
 Mengembangkan pengendalian secara rutin, mencakup prosedur kerja karyawan
dan pemeriksaan menyeluruh mulai dari perencanaan menu, pembelian,
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, produksi, distribusi serta penyajian.
 Pengendalian biaya makanan berkaitan dengan laporan.
Kendala pengendalian biaya makanan:
 Banyak menggunakan bahan makanan yang mudah rusak.
 Banyak volume kegiatan yang tidak dapat diperkirakan sehingga sulit membuat
perkiraan jumlah makanan (secara tepat) yang harus disiapkan.
 Tidak stabilnya kondisi pasar sehingga dapat mempengaruhi harga makanan.

e. Pengendalian biaya tenaga/harga tenaga


Tujuan: untuk memaksimalkan efisien tenaga kerja secara berdaya guna sesuai
dengan standar kualitas dan pelayanan yang dilakukan sehingga dapat tercapai
tujuan yang optimal.

Faktor yang mempengaruhi biaya:


1. Tipe menu dan besarnya persiapan yang diperlukan.
2. Jenis pelayanan.
3. Jumlah hidangan yang disajikan setiap hari.
4. Jenis dan jumlah makanan.
5. Peralatan.
6. Jumlah tenaga.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 45


BAB IX
PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, khususnya


dibidang gizi, peraturan perundang-undangan dan pembaharuan standar acuan pelayanan yang
berkualitas melalui akreditasi baru yang mengacu pada The Join Comission International
(JCI) for Hospital Accreditation berdampak pada pelayanan gizi dan dietetik.
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
lainnya dirumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
dirumah sakit.
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas
dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi dirumah sakit yang tepat
bagi pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pedoman ini juga akan
bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi
kemajuan serta perkembangan pelayanan gizi yang holistik.

[Pedoman Pelayanan Unit Gizi] Page 46

Anda mungkin juga menyukai