Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Perguruan tinggi di Indonesia dituntut untuk dapat mengantisipasi semakin pesatnya

perkembangan teknologi yang terjadi dalam era revolusi industri 4.0. Rancangan kurikulum dan metode

pendidikan pun harus dapat menyesuaikan dengan iklim bisnis yang terus berkembang, jasa pendidikan

dan bisnis industri juga sangat cepat perkembangannya, dan semakin kompetitif yang harus mengikuti

perkembangan teknologi dan informasi. Perubahan yang terjadi dalam era revolusi industri juga sangat

berpengaruh pada karakter manusia, dunia kerja sehingga keterampilan yang diperlukan juga cepat

berubah.Tantangan yang kita hadapi adalah bagaimana mempersiapkan dan memetakan angkatan kerja

dari lulusan pendidikan yang benar-benar siap kerja, yang dengan kata lain profesional sesuai dengan

bidang keahlianya, dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

Dunia kerja di era revolusi industri 4.0, merupakan integrasi pemanfaatan internet dengan lini

produksi di dunia industri yang memanfaatkan kecangihan teknologi dan informasi. Pengembangan

model dan konsep pendidikan karakter, yang secara umum banyak dikembangkan melalui konsep

multiple intelligence. Pengintegrasian kecakapan dan kemahiran matematika yang hatus kita siapkan

sebagai tenaga pendidik dalam konsep pendidikan era milenial dan dapat membangun karakter bagi

anak-anak sangat penting sejak anak usia dini.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (Kemendikbud, 2003). Sejalan dengan pengertian

tersebut pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sujadi, 2017). Untuk mengemban fungsi tersebut

pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU No

20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas


Sesuai Undang-undang No. 20 pasal 3 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional

mengatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

yang demokratis serta bertanggung Jawab. Terutama pendidikan karakter sebagai daya cegah pengaruh

negatif globalisasi yang semakin gencar masuk dalam lingkungan kehidupan masyarakat bangsa

Indonesia.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan disemua jenjang pendidikan di

Indonesia. Sebagai hasil dari tuntutan bahwa tantangan yang dihadapi siswa terkait dengan arus global,

pendidik matematika di sekolah ditantang untuk memikirkan pertanyaan yang tepat yaitu mengenai

manusia dengan kualitas apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan (Standar Kompetensi

Lulusan) dan setelah mereka mempelajari matematika (Kompetensi Inti), sehingga pendidik

matematika perlu memikirkan nilai-nilai apa yang harus dikembangkan melalui pembelajaran

matematika. Nilai-nilai pengajaran dan pembelajaran secara umum pasti terjadi di semua kelas, akan

tetapi para guru tampaknya sebagian besar mengharapkan nilai-nilai tersebut secara implisit terjadi

dalam proses pembelajaran.

Oleh sebab itu dalam menyiapkan generasi milenial zaman now terhadap pengaruh globalisasi

yang saat ini sedang berlangsung, pentingnya dalam sekolah-sekolah ditanamkan pendidikan karakter

bagi para pelajarnya sehingga dapat bersaing dan tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar.

PEMBAHASAN

Revolusi pendidikan di generasi milenial era 4.0

Revolusi industri 4.0 telah dipandang sebagai sebuah ancaman. Banyak pendapat yang

mengatakan bahwa dengan berkembangnya teknologi komputasi dan robotik, banyak pekerja

level menengah ke bawah yang akan kehilangan pekerjaan. Berdasarkan data dari McKinsey

Global Institute (MGI) tahun 2017, revolusi industri dari revolusi yang pertama sampai revolusi
keempat (4.0) telah berdampak pada perubahan lapangan pekerjaan dan keahlian yang

dibutuhkan.

GAMBAR 1!

Untuk dapat menyiapkan lulusan yang mampu memenuhi tantangan revolusi industri 4.0,

pemerintah perlu melakukan modernisasi sistem pendidikan untuk abad ke-21 (education 4,0). Analisis

tentang kemampuan kinerja yang paling diminati di era otomasi baru menunjukkan pentingnya

keterampilan teknologi, tapi juga kemampuan bekerja sama, kreativitas, komunikasi, dan keterampilan

sosial dan emosional. Pemerintah perlu memberi dukungan kepada sekolah/kampus untuk dapat

melakukan transformasi pembelajaran dari model pembelajaran yang didominasi oleh inisiasi pendidik

menjadi pembelajaran menggunakan teknologi digital yang mendorong pembelajaran yang berpusat

pada cara dan minat belajar peserta didik.

Pendidikan di era revolusi industri 4.0 adalah kegiatan orang dewasa untuk membimbing dan

mengarahkan orang lain agar bisa belajar untuk diri mereka sendiri. Untuk itu, pendidikan harus mampu

menciptakan lingkungan dan situasi di mana seseorang dapat memunculkan potensi dan kemampuan

mereka sendiri, dan mengasah kemampuan yang mereka miliki untuk menciptakan pengetahuan mereka

sendiri, menafsirkan dunia dengan cara unik mereka sendiri, dan akhirnya menyadari potensi penuh

mereka. setiap orang dituntut untuk dapat berinovasi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk

masyarakat. Untuk dapat menghasilkan karya-karya inovasi, seseorang memerlukan proses belajar yang

dapat memaksimalkan potensi setiap individu, memberi fasilitas dan akses yang sesuai dengan minat

dan bakatnya dalam belajar.

Setiap peserta didik perlu mendapatkan kesempatan untuk menggali potensi masing-masing

dalam konteks bidang ilmu dan pekerjaan yang akan digeluti di masa datang. Pembelajaran harus

mampu mengitegrasikan ke-18 kemampuan tersebut dalam kegiatan pembelajaran yang membangun

daya sensorik peserta didik, kemampuan kognitif, kemampuan alami berbahasa, kemampuan sosial dan

emosional, dan kemampuan fisik. Untuk itu perlu dirancang skenario pembelajaran yang mampu

menciptakan lingkungan dan situasi dimana seseorang dapat memunculkan potensi dan kemampuan

mereka sendiri, dan mengasah kemampuan yang mereka miliki untuk menciptakan pengetahuan mereka
sendiri dalam kaitannya dengan bidang ilmu yang mereka tekuni sekarang dan bidang pekerjaan yang

akan digeluti di masa datang.

Karakter generasi melenial era 4.0

Perkembangan dunia abad 21 menuntut perubahan kompetensi, yang ditandai dengan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses

pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi

kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Untuk menyongsong kemajuan dan tuntutan

hidup pada abad 21, anak harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills).

Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving),

berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, kecakapan berkomunikasi, dan perlu dikuatkan tentang

karakter bangsa.

Pengembangan karakter bangsa sangat dibutuhkan oleh setiap Warga Negara Indonesia untuk

bisa hidup di abad 21 dengan baik. Pengembangan karakter tersebut mencakup pengembangan

kemandirian (self-reliance), martabat international (bargaining positions), persatuan nasional (national

unity), dan demokrasi (democracy) (Suyitno, 2012). Secara singkat nilai nilai karakter bangsa yang

harus diperkuat pada diri peserta didik agar mampu bersaing dalam hidup di abad 21 adalah jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, konsisten, taat azas, dan tanggung jawab.

Kecakapan matematika di generasi milenial era 4.0

Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar sanggup

menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui

latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, efisien, dan efektif. Di

samping itu, peserta didik diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada

penataan nalar dan pembentukan sikap peserta didik serta keterampilan dalam penerapan matematika

(Sujadi, 2011).

Menurut (NCTM, 2000), ada lima tujuan peserta didik harus mempelajari matematika: (1)

mereka belajar untuk menghargai matematika (they learn to value mathematics), (2) mereka menjadi

percaya diri dengan kemampuannya dalam mengerjakan matematika (they become confident in their

ability to do mathematics, (3) mereka menjadi pemecah masalah matematika (they become

mathematical problem solvers), (4) mereka belajar untuk berkomunikasi secara matematika (they learn

to communicate mathematically, dan (5) mereka belajar untuk bernalar atau beralasan secara

matematika (they learn to reason mathematically). Berdasar tujuan tesebut ada nilai yang diperoleh

dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah belajar menghargai, percaya diri akan

kemampuannya, menjadi problem solver yang baik, berani mengkomunikasikan ide, belajar bernalar

dan berargumen dengan baik.

Nilai dalam pembelajaran matematika memang bisa juga beririsan dengan nilai dalam

pembelajaran umum. Nilai-nilai yang seharusnya dikembangkan pada peserta dididk tersebut diperoleh

bukan diharapkan dari pembelajaran umum atau pembelajaran matematika yang dilakukan (by change),

akan tetapi nilai tersebut akan bermakna ketika nilai tersebut diperoleh dari pembelajaran yang

direncanakan oleh guru (by design). Dengan perencanaan pembelajaran matematika yang baik nilai

nilai karakter bangsa akan bisa ditumbuhkan dari pemberian refleksi dan penguatan akan nilai nilai

matematika yang dipelajari maupun nilai nilai pembelajaran yang telah dilakukan.

Pembelajaran matematika yang sekurang kurangnya menerapkan prinsip prinsip pembelajaran

sebagaimana tertuang dalam standar proses pembelajaran kurikulum yang berlaku saat ini, sangat

dimungkinkan mempunyai peran yang sangat besar dalam penguatan karakter bangsa peserta didiknya.

Dengan kuatnya karakter bangsa peserta didik saat ini, diharapkan peserta didik tersebut mampu

mempertahankan hidupnya pada saat ini dan mampu menghadapi tantangan hidup di masa yang akan

datang.

Revolusi Pendidikan Era 4.0


Peserta didik adalah generasi digital native yang sudah menggunakan teknologi sebagai bagian

dari kesehariannya dan memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa teknologi akan digunakan dalam proses

mereka belajar. Abad ke-21 juga dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), dalam era ini,

semua alternative upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis

pengetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based

education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic),

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based social

empowering), dan pengembangan dalam bidang industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based

industry) (Mukhadis, 2013:115)

Sistem pendidikan Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia yang

meliputi sekitar 30 juta peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta tenaga pendidik, tersebar

dalam area yang hampir seluas benua Eropa. Namun perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika

kita tidak ingin terlindas oleh perubahan jaman global.

P21 (Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan framework pembelajaran di abad

21 yang menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang

teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan

karir (P21, 2015). Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian

yang harus dikuasai agar siswa dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.

GAMBAR 2 !

Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada

kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan,

berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud,

2013). Adapun penjelasan mengenai framework pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP:2010)

adalah sebagai berikut:

 Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-

Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam

konteks pemecahan masalah;


 Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration

Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai

pihak;

 Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-

Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam

konteks pemecahan masalah;

 Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration

Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai

pihak;

 Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills), mampu

mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan

yang inovatif;

 Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications

Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;

 Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) , mampu menjalani

aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan

pribadi, dan

 Kemampuan informasi dan literasi media s, mampu memahami dan menggunakan

berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan

aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.

Gambar 3

Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir

kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan menguasai

teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg & Andone, 2011). sejumlah penelitian tentang
pemanfaatan teknologi informasi yang mendukung pembelajaran abad 21 telah dilakukan di berbagai

Negara.

Perubahan zaman sangat berpengaruh terhadap situasi pendidikan di indonesia umumnya,

walaupun indonesia masih dalam suatu kelambatan dibanding negara-negara berkembang lainnya,

Indonesia masih bisa mengikuti perubahan zaman. Diantaranya beberapa revolusi pendidikan yang

pernah terjadi di Negara Indonesia :

 1.0 proses pendidikan pedagogi yaitu seorang ahli, yang membimbing anak kearah

tujuan hidup tertentu. Pada zaman ini guru sebagai centre, guru sebagai orientasi

pendidikan, mengajar dan memberi solusi disetiap masalah pelajaran.

 2.0 proses pendidikan andragogi yaitu suatu bentuk pembelajaran yang mampu

melahirkan sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri

dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri.

 3.0 proses pendidikan andragogi dengan mobile learning yaitu guru melepas sasaran

(murid) untuk belajar bagi dirinya sendiri tidak terbatas untuk mencari sumber belajar

bisa di dapatkan dimana saja dan kapan saja.

 4.0 proses pendidikan heutagogi yaitu pendekatan holistik untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif dan proaktif, dan peserta

didik melayani sebagai "agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri, yang terjadi

sebagai akibat dari pengalaman pribadi" (Hase & Kenyon, 2007, hal. 112).

Gambar ! 4

Anda mungkin juga menyukai