Anda di halaman 1dari 21

MONITORING

PRIMATA JAWA
(OWA JAWA DAN SURILI)

Anton Ario
Program Manager
Conservation International Indonesia
2017
Metode Penelitian Primata
Estimasi ukuran populasi secara akurat sangat susah dilakukan,
dan memerlukan teknik/metode tersendiri.

Metode-metode yang digunakan secara umum dapat


diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Penghitungan seluruh anggota populasi secara langsung,
2. Pendugaan ukuran populasi berdasarkan densitas, dan
3. Pendugaan berdasarkan tanda-tanda khas (dari suatu spesies)
yang ditinggalkan.

Estimasi ukuran populasi pada spesies-spesies primata juga


demikian halnya, dapat dilakukan dengan berbagai metode;
namun demikian, metode yang paling umum digunakan adalah
yang didasarkan pada densitas, terutama metode jalur (line
transects method).
Metode Penelitian Primata
Total Counts/Direct Counts
 Teknik paling akurat dalam menentukan ukuran populasi
(primata),
 Hanya akan akurat bila selama pelaksanaan tidak ada individu
yang berpindah atau bersembunyi sehingga tidak terdeteksi
/terhitung
 Mengetahui pola sebaran populasi dalam kawasan serta sebaran
umur dan sex dari populasi tersebut
 Akan baik dan cepat bila diterapkan di daerah terbuka;
sebaliknya akan banyak kendala (dalam mendeteksi populasi)
bila diterapkan di kawasan hutan, sehingga akan mempunyai bias
yang besar.
 Jika areal yang diamati luas maka relatif akan susah dilaksanakan
dalam suatu waktu yang bersamaan.
Metode Penelitian Primata
Fixed-width transects / Strip Transects/ plot sampling
Transek dengan lebar jalur tetap
 Metode ini akan baik digunakan pada kondisi kawasan yang homogen;
sebaliknya akan kurang baik diterapkan pada kondisi heterogen karena kemampuan
deteksi (jarak pandang) observer pada kondisi yang berbeda tidak akan sama

Jalur pengamatan

100 m
Metode Penelitian Primata
Line Transects/Metode Jalur/distance sampling
Transek dengan lebar jalur tidak tetap
 Adaptif di kondisi habitat heterogen karena lebar jalur efektif (kawasan yang mampu diamati) akan
berbeda sesuai dengan kondisi hutan/habitat
 Kurang baik digunakan untuk populasi kecil atau terhadap suatu spesies yang dapat bergerak tenang atau
bersembunyi sehingga tidak dapat terdeteksi saat pengamatan.

Penentuan lebar jalur dengan jarak tegak lurus (perpendicular distances)


 Lebar jalur, dengan metode ini, ditentukan berdasarkan jarak antara primata target dan jalur secara tegak lurus (Y).
 Untuk mengetahui Y, dilakukan dengan mengukur jarak langsung antara pengamat (P) dan posisi primata target (R)
serta mengukur sudut perpotongan antara garis “R” dan jalur.
 Dengan persamaan Phytagoras, maka panjang Y dapat ditentukan.

Observer harus mencatat : x


ri
a. Panjang jalur yang ditempuh /L (meter) yi
T0 i Ta
b. Jarak langsung (DR= direct distance) antara observer P P i
dan primata /X (meter) ri
yi
c. Sudut antara garis khayal observerprimata dan jalur x
L
(derajat)
d. Jumlah individu primata (N)

ri = jarak antara posisi pengamat (P) dengan posisi satwa


(x) atau disebut sighting distance,
i = sudut kontak (sighting angle),
yi = jarak tegak lurus antara posisi satwa dengan garis
transek (perpendicular distance), y = r.sin,
L=panjang transek.
Transek Jalur
 Menentukan jarak antara satwa dan pengamat
(jarak lurus; PPD/PerPendicular Distance) atau
jarak pengamatan, serta sudut kontak antara
posisi satwa yang terdeteksi dengan jalur
pengamatan atau sudut pengamatan (sudut
DD/Direct Distance)
Jumlah Anggota
Setiap tim survei terdiri dari:
1 ketua tim dan 2 anggota tim
Peralatan Utama
• Binokuler (8x40mm),
• Kamera digital,
• GPS,
• Parang/golok,
• Kompas,
• Alat komunikasi HT,
• Peta lapangan/ kerja (1: 25.000),
• jam tangan,
• meteran,
• DBH meter,
• pita tagging masing-masing1 buah setiap tim
• Lembar isian data (secukupnya).
Waktu Kegiatan

Survei dilakukan dua kali setiap


tahun dan dilakukan pada dua
musim, masa musim berbuah dan
tidak musim berbuah
Waktu yang tepat
Dilakukan pengamatan pada pagi hari pukul
06.00-09.00 dan sore hari 15.00-17.00 WIB.
Data yang
dikumpulkan
 jumlah individu,
 komposisi individu dalam
kelompok,
 jika memungkinkan dapat
mengumpulkan data aktivitas satwa.
Metode:
Vokalisasi Fixed-point count
• Gunakan titik tertinggi (puncak bukit atau igir gunung)
sebagai listening point (LPS)
• Kemudian segera berjalan kearah datangnya suara owa
dilengkapi GPS, mode track dihidupkan ketika mulai
berjalan dan dimatikan ketika sudah sampai ke
tempat owa bersuara,
• kemudian dicatat jarak hasil penghitungan
dalam GPS dari titik awal (listening point)
Analisa data
Rumus untuk kerapatan populasi berdasarkan survey
VOKALISASI-FIXED POINT COUNT (Whittaker 2005):

D = n/p(m) A
Dimana:
• D = estimasi kerapatan;
• n= jumlah kelompok yang terdengar (jumlah
tertinggi kelompok bersuara yang terdengar dalam satu
hari) (Brockelman dan Ali,1987).
• p(m)= proporsi kelompok yang diharapkan bersuara
selama sampel waktu
• m (= 0,85 untuk maximum estimasi populasi);
• A=luas area.
Terima Kasih

Jakarta Office:
Lido Office:
Jl. Pejaten Barat No. 16 A, Kemang
Komplek Taman Wisata Lido
Jakarta 12550, INDONESIA
Jl. Raya Bogor Sukabumi Km. 21, Cigombong, Bogor
Phone: (62 21) 78838624-78838626-78832564
Tel/Fax : (0251) 224 963
Fax: (62 21) 7806723
www.conservation.or.id
www.conservation.or.id

Anda mungkin juga menyukai