Anda di halaman 1dari 21

PENJELASAN

ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

NOMOR : 02 TAHUN 2012

TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012-2032

I. UMUM

Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan


ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah
penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang
berhasilguna dan berdayaguna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup
yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan (iii) tidak
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.

Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya
tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat
meningkatkan kualitas ruang yang ada, karena pengelolaan subsistem yang satu
berpengaruh pada subsistem yang lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem
wilayah ruang daerah dan provinsi secara keseluruhan. Untuk itu pengaturan penataan
ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama.

Ruang wilayah Provinsi Bengkulu yang merupakan bagian integral dari wilayah
kesatuan Negara Republik Indonesia, adalah wadah atau tempat bagi penduduk dan
mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa,
ruang wajib dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya secara optimal secara
berkelanjutan demi kelangsungan hidup yang berkualitas.

Ruang dikaitkan dengan pengaturannya diatur oleh batas, fungsi dan sistemnya
satu kesatuan wilayah pengelolaan. Secara geografis, letak dan kedudukan Provinsi
Bengkulu berada di ujung Selatan Pulau Sumatera, sangat strategis, baik bagi
kepentingan penduduk Bengkulu, maupun bagi kepentingan Pulau Sumatera dan
kepentingan Provinsi pada umumnya. Dengan demikian, ruang wilayah Provinsi
Bengkulu merupakan aset yang harus dimanfaatkan secara terkoordinasi, terpadu, dan
seefektif mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan, serta kelestarian lingkungan hidup untuk menopang
pembangunan daerah demi tercapainya masyarakat Bengkulu yang mandiri, sejahtera,
adil dan makmur.

Upaya-upaya memaksimalkan kinerja pembangunan daerah terus ditingkatkan


melalui mekanisme perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang lebih terpadu dan
terarah, agar seluruh sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien secara berkesinambungan. Salah satu upaya yang harus dilaksanakan untuk
mencapai hal tersebut adalah melalui keterpaduan dan keserasian pembangunan
disegala bidang dalam matra ruang yang tertata secara baik dan dapat mewadahi
aspirasi masyarakat dan kebutuhan pembangunan daerah.

Berdasarkan filosofi yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka kedudukan Penataan Ruang Wilayah
Provinsi Bengkulu dan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota tidak semata-mata
bersifat hirarki, tetapi juga saling melengkapi. Penataan Ruang Wilayah Provinsi
mengatur hal-hal yang bersifat koordinasi antar Kabupaten/Kota, sedangkan pengisian
pembangunan di setiap Kabupaten/Kota adalah sepenuhnya menjadi kewenangan
masing-masing pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pemahaman tentang Tata Ruang dalam arti luas mencakup keterkaitan dan
keserasian tataguna lahan, tataguna air, tataguna udara serta alokasi sumberdaya
melalui koordinasi dan upaya penyelesaian konflik antar kepentingan yang berbeda.
Dengan demikian Penataan Ruang Wilayah dapat dirumuskan sebagai hasil dari proses
perencanaan tataguna lahan, tataguna air, tataguna udara dan sumberdaya lainnya di
Provinsi Bengkulu. Di samping itu Penataan Ruang Wilayah Provinsi merupakan
penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan merupakan payung terhadap
rencana tata ruang yang lebih detail.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, Penataan Ruang Wilayah Provinsi
didasarkan pada dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan fungsional dan pendekatan
konsepsional.
Berdasarkan pendekatan fungsional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Bengkulu merupakan :
 Matra ruang semua bentuk rencana pembangunan Provinsi Bengkulu.
 Alat koordinasi pembangunan pada tingkat provinsi dan lintas Kabupaten/Kota
dengan tujuan menghindari konflik kepentingan antar pihak terkait.
 Acuan penyusunan rencana tata ruang yang lebih detail.
Berdasarkan pendekatan konsepsional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Bengkulu merupakan media untuk :
 Memadukan perencanaan pembangunan lintas sektoral dalam Provinsi dan lintas
kabupaten/kota se-Provinsi Bengkulu.
 Mempertahankan laju dan tingkat pertumbuhan pada wilayah yang mempunyai
sumberdaya alam dan lokasi yang strategis dan secara historis menguntungkan,
sehingga kegiatan pembangunan mampu memacu tumbuh dan berkembangnya
wilayah lain.
 Mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar Kabupaten/Kota dengan cara
meningkatkan pemerataan dan keseimbangan pertumbuhan wilayah.
 Meningkatkan interaksi antar pusat-pusat pertumbuhan yang ada.
 Meningkatkan interaksi positif antara pusat pertumbuhan dengan daerah
pelayanannya, sehingga diharapkan akan terjadi pemerataan pembangunan.
 Mencari alternatif serta mengembangkan pusat pertumbuhan baru, agar dapat
merangsang pertumbuhan wilayah disekitarnya terutama pada kota-kota orde tiga
dan empat, dengan tujuan untuk mengurangi urbanisasi yang tinggi ke kota-kota
orde satu dan orde dua.
 Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru melalui peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana untuk memacu berkembangnya pelayanan kegiatan
sosial dan ekonomi.
 Mengoptimalkan dayaguna potensi sumberdaya alam wilayah tanpa mengorbankan
keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam, sehingga penetapan kawasan
lindung dan kawasan budidaya tidak diterapkan secara kaku.
Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang wilayah secara optimal, serasi,
seimbang dan lestari diperlukan tindak penataan ruang yang jelas, tegas dan
menyeluruh, memberikan kepastian hukum bagi upaya pengelolaan dan pemanfaatan
ruang, upaya pengendalian dan pengawasan pembangunan serta dalam rangka
pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku yang mengatur tentang
penataan ruang wilayah, maka ketentuan tentang Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Bengkulu yang telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 5 Tahun
2001 tentang Penataan Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 5 Tahun 2005, sudah tidak sesuai
lagi dengan tantangan, situasi dan kondisi pembangunan, perkembangan keadaan serta
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku saat ini, maka dalam rangka
mengkoordinasikan kebutuhan ruang dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
tersebut, dipandang perlu untuk meninjau kembali Peraturan Daerah dimaksud;
Sehubungan dengan maksud tersebut di atas serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 23 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, dipandang perlu menetapkan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Bengkulu dengan Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup Jelas.

Pasal 2
Yang dimaksud dengan “merata dan terpadu” adalah upaya untuk meminimalisir terjadinya
ketimpangan atau disparitas pembangunan.
Yang dimaksud dengan “aman” adalah situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas
kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman.

Pasal 3
Kebijakan penataan ruang dimaksudkan sebagai sebuah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan dasar dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang.
Strategi dimaksudkan sebagai langkah-langkah pelaksanaan kebijakan penataan ruang.

Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas

Pasal 6
Cukup Jelas.

Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 8
Rencana struktur ruang memberikan gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk
dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan
dikembangkan.
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 9

Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas

Pasal 10

Pengembangan kota baru Provinsi Bengkulu yang berlokasi di Kota Bengkulu direncanakan
sebagai kawasan baru pemerintahan Provinsi Bengkulu dan akan menjadi “Counter Magnet”
bagi kota-kota di sekitarnya, dimaksudkan sebagai pengembangan kawasan untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan hidup secara
harmonis, serta peningakatan jaringan prasarana dan sarana pelayanan penduduk yang sesuai
dengan kebutuhan untuk menunjang fungsi pusat perkotaan dalam wilayah Provinsi yang
telah ada. Sebagai kawasan baru pemerintahan Provinsi Bengkulu, diharapkan Kota
Bengkulu sebagai pusat perkotaan provinsi mempunyai fungsi (1) ekonomi, yaitu sebagai
pusat produksi dan pengolahan barang, (2) jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan
kegiatan keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi barang, dan/atau
sebagai pusat simpul transportasi, (3) pemerintahan, yaitu sebagai pusat jasa pelayanan
pemerintahan daerah, dan (4) jasa sosial lainnya, yaitu sebagai pusat pelayanan pendidikan,
kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.

Pasal 12
Cukup Jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas
Ayat (10)
Cukup Jelas

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas

Pasal 17
Ayat (1)
Tatanan bandar udara dimaksudkan sebagai suatu sistem kebandarudaraan
Provinsi yang memuat hirarki, peran, fungsi, klasifikasi, jenis
penyelenggaraan kegiatan, keterpaduan intra dan antarmoda, serta
keterpaduan dengan sektor lainnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ruang udara untuk penerbangan adalah ruang udara
yang dimanfaatkan untuk kegiatan transportasi udara atau kegiatan
penerbangan sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi
provinsi.

Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 19
Cukup Jelas.

Pasal 20
Cukup Jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 22
Ayat (1)
Tatanan pelabuhan laut dimaksudkan sebagai suatu sistem kepelabuhanan
Provinsi yang memuat hirarki, peran, fungsi, klasifikasi, jenis
penyelenggaraan kegiatan, keterpaduan intra dan antarmoda, serta
keterpaduan dengan sektor lainnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan pembangkit tenaga listrik adalah fasilitas untuk
kegiatan memproduksi tenaga listrik.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 26
Ayat (1)
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi yang terdiri atas sistem
jaringan terestrial dan satelit dimaksudkan untuk menciptakan sebuah sistem
telekomunikasi Provinsi yang andal, memiliki jangkauan luas dan merata,
serta terjangkau. Sistem jaringan telekomunikasi tersebut mencakup pula
sistem jaringan telekomunikasi yang menggunakan spektrum frekuensi radio
sebagai sarana transmisi.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 27
Cukup Jelas.

Pasal 28
Cukup Jelas.

Pasal 29
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 32
Cukup Jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Kawasan yang dapat memberikan perlindungan dapat diterapkan untuk
mengatasi dan mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini dan
pada masa yang akan datang akibat kurangnya kemampuan perlindungan
wilayah yang ada.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Ayat (4)
Cukup Jelas.

Pasal 34
Cukup Jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.

Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.

Pasal 36
Cukup Jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan
hutan yang secara ruang digunakan untuk budidaya hutan alam.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan
yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 38
Cukup Jelas.

Pasal 39
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas

Pasal 40
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Untuk mewujudkan pusat pemukiman dengan tingkat intensitas
pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya ke arah vertikal, pengembangan pemukiman di
PKN dapat dilakukan berdasarkan kawasan siap bangun dan lingkungan
siap bangun.

Pasal 45
Ayat (1)
Tujuan pengembangan kawasan peruntukan industri adalah untuk
mendorong terwujudnya kawasan peruntukan industri yang diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna


investasi di daerah sekitarnya;
b. Mendorong perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor
serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. Tidak mengganggu fungsi lindung;
d. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. Meningkatkan pendapatan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
g. Menciptakan kesempatan kerja;
h. Meningkatkan ekspor; dan/atau
i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berbudaya industri dan
berdaya saing.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 47
Cukup Jelas.

Pasal 48
Ayat (1)
Kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi merupakan kawasan yang
menjadi motor penggerak kegiatan perekonomian dan memberikan
kontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi, sehingga perlu didukung
infrastruktur yang memadai.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas

Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas

Pasal 52
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas

Pasal 53
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.

Pasal 54
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas.

Pasal 55
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.

Pasal 56
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas
Ayat (10)
Cukup Jelas.
Ayat (11)
Cukup Jelas
Ayat (12)
Cukup Jelas
Ayat (13)
Cukup Jelas
Ayat (14)
Cukup Jelas
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas
Ayat (10)
Cukup Jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 59
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 60
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 61
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 62

Cukup Jelas.

Pasal 63

Cukup Jelas.
Pasal 64
Cukup Jelas.

Pasal 65
Cukup Jelas.

Pasal 66
Cukup Jelas.

Pasal 67
Cukup Jelas.

Pasal 68
Cukup Jelas.

Pasal 69
Cukup Jelas.

Pasal 70
Cukup Jelas.

Pasal 71
Cukup Jelas.

Pasal 72
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.

Pasal 73
Cukup Jelas.

Pasal 74
Cukup Jelas.

Pasal 75
Cukup Jelas.
Pasal 76
Cukup Jelas.

Pasal 77
Cukup Jelas.

Pasal 78
Cukup Jelas.

Pasal 79
Cukup Jelas.

Pasal 80
Cukup Jelas.

Pasal 81
Cukup Jelas.

Pasal 82
Cukup Jelas.

Pasal 83
Cukup Jelas.

Pasal 84
Cukup Jelas.

Pasal 85
Cukup Jelas.

Pasal 86
Cukup Jelas.

Pasal 87
Cukup Jelas.

Pasal 88
Cukup Jelas.

Pasal 89
Cukup Jelas.

Pasal 90
Cukup Jelas.
Pasal 91
Cukup Jelas.

Pasal 92
Cukup Jelas.

Pasal 93
Cukup Jelas.

Pasal 94
Cukup Jelas.
Pasal 95
Cukup Jelas.

Pasal 96
Cukup Jelas.
Pasal 97
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.

Pasal 98
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 99
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 100
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.

Pasal 101
Cukup Jelas.

Pasal 102
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.

Pasal 103
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 104
Cukup Jelas.

Pasal 105
Cukup Jelas.

Pasal 106
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 107
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 108
Cukup Jelas.

Pasal 109
Cukup Jelas.

Pasal 110
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 111
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.

Pasal 112
Cukup Jelas

Pasal 113
Cukup Jelas

Pasal 114
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 115
Ayat (1)
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 420/kpts-II/1999
Tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi
Bengkulu.
Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 116
Cukup Jelas

Pasal 117
Cukup Jelas

Pasal 118
Cukup Jelas

Pasal 119
Cukup Jelas

Pasal 120
Cukup Jelas

Pasal 121
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR

Anda mungkin juga menyukai