Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“Ekonomi Rumah Tangga” sebagai tugas kelompok dosen Dr. Ir. Haslina, MSi. mata kuliah
Pengantar Teknologi Pertanian.
Makalah ini berisikan tentang penanganan pascapanen buah mangga. Diharapkan makalah
ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep ekonomi dalam rumah tangga.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
keanekaragaman buah cukup tersedia sepanjang tahun, namun tergantung pada musimnya,
misalnya buah mangga tersedia bulan Oktober sampai Desember; rambutan dan durian antara
bulan Februari sampai April; sehingga apabila ingin mengkonsumsi buah-buah tertentu harus
pada bulan tertentu pula, tidak akan dijumpai di luar musimnya. Kondisi tersebut menyebabkan
periode pemanfaatan buah segar sangat dibatasi oleh musimnya. Langkanya ketersediaan buah
Buah mangga merupakan salah satu buah musiman yang sangat digemari baik sebagai buah
segar maupun dalam bentuk olahannya. Selain rasanya yang enak, buah mangga merupakan
sumber gizi yang baik untuk kesehatan. Daging buah mangga berwarna kuning oranye banyak
mengandung vitamin A yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan vitamin A dalam
mangga berkisar antara 1.200-16.400 si. Mangga dengan kandungan vitamin A tertinggi adalah
mangga gedong yaitu 16.400 si. Selain vitamin A, mangga juga mengandung vitamin c
berkisar antara 6-30mg/100g bauh. Mangga (Mangifera indica L.) merupakan komoditas
holtikultura yang banyak dikembangkan kerena mempunyai peluang yang ditinjau dari aspek
pasar, nilai ekonomi, areal pengembangan dan dukungan ketersediaan teknologi maupun
kandungan gizinya.
Seperti halnya buah-buahan yang lainnya, buah mangga mempunyai daya simpan yang
singkat. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati akan memperbesar jumlah kerusakan.
Selain kerusakan mekanis dan mikrobiologis, kehilangan susut bobot selama dalam
pengolahan hasil produksi buah mangga memegang peranan penting dalam agribisnis dan
argoindustri karena selain dapat menekan kerusakan dan kerugian hasil juga dapat digunakan
untuk meningkatkan nilai tambah (added value) suatu produk. Untuk menekan besarnya
kerugian akibat kehilangan bobot karena kerusakan buah dan proses penguapan air, maka
berbagai jenis olahan adalah salah satu cara untuk menyelamatkan hasil panen yang berlimpah
pada saat penen raya, produk lebih awet, dan jangkauan pemasarannya menjadi lebih luas
1.2.1. Bagaimana cara panen buah mangga yang baik dan benar?
1.3. Tujuan
tempat dekat lapang penanaman. Pemanenan dilakukan terhadap buah-buah yang telah
menunjukkan criteria yang ditetapkan. Penetapan ini sangat terkait dengan tujuan dan jarak
pemasaran. Namun demikian, pemanenan pada kondisi matang optimal merupakan kondisi
terbaik bagi buah-buah agar diperoleh kualitas buah masak yang maksimal. Kondisi atau indek
Pemanenan yang benar serta tingkat kematangan yang sesuai akan mempengaruhi kualitas
mangga. Buah mangga dipanen dengan tingkat ketuaan 85% yaitu berumur 110 – 120 hari
semenjak bunga mekar dengan warna hijau dengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen
dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm. Hal ini dikarenakan dengan menyisakan
tangkai tidak akan terjadi penyebaran getah. Getah ini diperkirakan akan mempercepat
kerusakan buah dan mendorong terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan buah
sehingga buah tetap terlihat bersih. Dalam tahap pemanenan buah tidak boleh dilempar untuk
mengurangi kerusakan akibat memar. Waktu panen dan cara petik yang tepat dapat menekan
kerusakan dan meningkatkan kualitas terutama untuk pemasaran eskspor. Waktu petik yang
disarankan adalah pada pagi hari yaitu pada pukul 07.00 - 08.00 wib, tetapi pada beberapa
daerah tertentu, waktu petik lebih disesuaikan pada budaya serta kebiasaan daerah setempat.
Setelah pemetikan sebaiknya buah jangan langsung terkena sinar matahari karena akan
tekstur kulit, tebal daging, dan aroma. Sumarno (2011) menjelaskan mengenai indeks
1. Manalagi
Berat buah 560 gram, berukuran 16 x 8.2 x 7.3 cm, berbentuk jorong, letak tangkai
miring, pangkal buah runcing, sedikit berleher, pucuk buah bulat, tidak atau sedikit
berlekuk, berparuh jelas. Kulit buah tebal, halus, berlilin, bintik-bintik jarang berwarna
hijau keputihan, timbul titik-titik coklat di tengahnya. Warna masak, pangkal buah
kuning, pucuk buah hijau, daging buah tebal, lunak, warna masak kuning, berserat halus
sekali, beraroma harum, rasanya manis segar. Bijinya kecil, berukuran 14 x 4,6 x 2 cm,
2. Lalijiwo
Tinggi pohon mencapai 9 - 11 m, tajuk pohon jorong ke atas bergaris tengah 13,5 -
3. Arumanis
Berat buah 450 gram, berukuran 15.1 x 7.8 x 5.5 cm berbentuk jorong, letak tangkai di
tengah, pangkal buah bulat dan miring, lekukan dangkal atau tidak ada, pucuk buah
runcing, berparuh sedikit. kulit buah tipis, halus, berlilin bintik-bintik agak jarang
berwarna putih kehijauan. Warna buah masak pangkal buah hijau kuning kecoklatan
sampai merah keunguan, pucuk buah hijau. Daging buah tebal, warna masak kuning
berserat halus, air buah banyak, beraroma harum rasanya manis. Bijinya tipis berukuran
Berat buah 180 gram, berukuran 7 x 18 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring,
pangkal buah bulat, sedikit melekuk dan miring, sedikit berparuh. Kulit buah halus,
berlilin, bintik-bintik rapat dan jelas berwarna hijau muda. Warna masak: pangkal buah
hijau muda. Daging buah tebal, kenyal, warna masak kuning, pucuk buah hijau tua,
berserat banyak, air buah sedang, beraroma sedang, rasanya masam. Bijinya kecil
5. Golek
Berat buah 512 gram, berukuran 16.7 x 7.9 x 6.2 cm, berbentuk panjang, letak
tangkai di tengah, pangkal buah runcing, tidak berlekuk, tidak berparuh, kulit buah agak
tebal, halus berlilin, bintik-bintik sedang, berwarna putih kehijauan. Buah yang masak
pangkalnya kuning, pucuknya hijau muda. Daging buah tebal lunak, warna masak
kuning halus, air buah sedang, beraroma agak harum, rasanya manis, apabila terlalu
masak rasanya tidak enak lagi. Bijinya medium, berukuran 14.5 x 4.2 x 2.8 cm, sebagian
6. Madu
Berat buah 370 gram, berukuran 10.4 x 6.9 x 5.6 cm, berbentuk jorong, letak
tangkai agak miring, pangkal buah bulat, pucuk buah bulat, tidak berlekuk, tidak
berparuh. Kulit buah sedang, halus berlilin, bintik- bintik sedang, berwarna putih
kehijauan. Daging buah tebal lunak, warna masak kuning berserat, sedikit dan agak kasar,
air buah sedang, beraroma harum, rasanya manis. Bijinya sedang, berukuran 9.1 x 4.9
x 2.4 cm, sebagian biji berserat pendek. Pada umumnya buah segera dapat dipanen setelah
tanaman berumur 3-4 bulan dari saat berbunga. Adapun cara pemetikan buah yang
sehingga apabila bambu ditarik maka buah akan langsung dapat masuk ke dalam anyaman
tersebut.
1 Manalagi 7-11
2 Lalijiwo 9-10
3 Arumanis 10-12
4 Satog 10-12
5 Golek 9-10
6 Madu 8-12
Buah mangga yang telah dipanen tidak boleh langsung terkena sinar matahari, angin, atau
hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut ke tempat pengemasan karena hal tersebut
dapat mempengarui kualitas buah. Setelah dipanen perlu dilakukan penanganan pasca panen.
Penanganan pasca panen buah dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan
kemudian pemasaran. Penanganan pasca panen yang dilakukan pada buah mangga diantaranya
adalah:
Apabila saat panen digunakan gunting untuk memanen buah, setidaknya 10 cm dari
tangkai harus dipertahankan. Dengan demikian getah yang sangat lekat dan mudah
mengalir pada buah mangga yang baru dipetik, tidak akan mengotori buah. Buah mangga,
khususnya varietas berwarna hijau di Indonesia, banyak sekali mengalirkan lateks atau
getah dari tangkai yang baru saja dipotong. Getah ini harus dibersihkan dari buah dengan
mencuci buah dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit secepatnya setelah buah
dipetik, untuk mencegah getah membakar kulit buah yang selanjutnya dapat menyebabkan
buah membusuk. Untuk mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat
bersuhu 520 C selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metode ini ialah bahwa
sulit sekali untuk mempertahankan suhu yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia
di daerah pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buah akan banyak bertambah ringan,
kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepat membusuk sebagai akibat dari penerapan
metode tersebut.
Setelah pemanenan, dilakukan sortasi dan grading. Perlakuan ini dilakukan untuk
memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi
bertujuan untuk memisahkan buah yang layak jual dan tidak layak dijual agar diperoleh
buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan kematangannya sedangkan grading
dilakukan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya (besar, sedang, kecil atau
sangat kecil).
Sortasi dan grading mangga gedong dilakukan dengan kriteria ukuran yang seragam
dilakukan dengan pemilahan buah berdasarkan ukuran, tidak cacat, utuh, tidak duduk, tidak
bernoda hitam, tidak berlubang dan tidak tergores. Sortasi dan pengkelasan dilakukan
secara manual dengan cara memisahkan buah berukuran kecil ≤200g, sedang 200-400g dan
besar ≥400g. Kegiatan ini penting dilakukan agar buah yang dipasarkan terjaga mutunya,
karena buah yang rusak akan mempercepat dan mempengaruhi kerusakan buah yang lain
yang ada dalam satu kemasan. Pada buah mangga gedong, kriteria yang juga sangat penting
dalam sortasi adalah buah tidak duduk (bentuk buah datar di ujung).
2.2.3. Pelilinan
Dalam penanganan pascapanen mangga, pelapisan lilin atau waxing dapat menekan
laju respirasi sehingga perlakuan ini merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang
perubahan kimiawi yang terjadi pada mangga relatif terhambat. Dengan terjadinya
dengan penggunaan benomyl 1000 ppm dan glossy agent dengan konsentrasi 0,125% dapat
pada seluruh permukaan mangga dan menutupi pori-pori secara merata namun tidak
mengganggu aktivitas fisiologis yang masih berlangsung. Proses ini yang diduga sebagai
proses penghambatan sehingga buah lebih tahan lama dibandingkan dengan tanpa adanya
pelilinan.
membiarkan kering angin atau menggunakan kipas angin guna mempercepat proses
pengeringan. Mangga yang diberi perlakuan pelilinan memiliki penampakan yang lebih
bagus dibandingkan dengan tanpa pelilinan. Di tingkat kelompok tani, perlakuan pelilinan
Selain dapat menjaga dari kerusakan juga dapat memperbaiki penampilan buah. Seperti
juga penelitian yang dilakukan oleh Prusky et al (1999) yang melakukan pelilinan pada
buah mangga dapat menurunkan serangan antracnose dan buah memiliki penampakan yang
2.2.4. Pengemasan
Pengemasan harus mampu melindungi mangga dari kerusakan yang terjadi selama
distribusi dan pemasaran. Fungsi lain pengemasan adalah mempertahankan bentuk dan
kekuatan kemasan dalam waktu yang lama, termasuk dalam kondisi kelembaban nisbi yang
mendekati jenuh atau setelah terguyur air. Pengemasan merupakan bagian dari kegiatan
yang ada di dalamnya dan melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik
dimasukkan ke dalam karton, mangga diberi pelapis net foam. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kerusakan fisik akibat benturan selama dalam transportasi. Setelah dilakukan
pengemasan dengan net foam, baru kemudian dimasukkan ke dalam karton yang dibagian
dalam diberi pelapis lilin. Ukuran karton yang digunakan adalah 40x30x10 cm dengan isi
Buah sebelum disimpan perlu dilakukan adaptasi suhu. Adaptasi suhu diperlukan
untuk mencegah terjadinya chilling injury. Adaptasi suhu dilakukan pada suhu 15°C
selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menggunakan suhu adaptasi
pada 15°C yang dapat mempertahankan kesegaran buah selama 4 minggu (Lam and Ng,
1984). Setelah buah dikemas kemudian dilakukan adaptasi pada cold room. Setelah
tercapai suhu yang diinginkan, buah dipindahkan ke ruang berpendingin dengan suhu 10°C
untuk penyimpanan.
2.2.6. Penyimpanan
Penyimpanan buah mangga dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan dingin buah
respon jaringan terhadap etilen. Hal ini berarti, buah memerlukan waktu kontak lebih lama
dengan dosis etilen tertentu untuk mengawali kematangannya pada suhu rendah (Broto, W,
dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka waktu yang lama.
Perlu diperhatikan bahwa buah mangga dapat rusak karena suhu rendah/dingin (kerusakaan
rendah ini antara lain terlihat sebagai berubahnya warna kulit menjadi abu-abu, terbentuk
nya lobang-lobang pada kulit dan buah tidak merata menjadi masak (warna buah jelek dan
juga rasanya pun tidak enak). Guna mencegah kerusakan oleh suhu rendah, sebaiknya buah
mangga disimpan pada duhu 10 - 150C. Kisaran ini disebabkan oleh varietas, tingkat masak
pada kondisi suhu 13OC dan kelembaban 85 – 90 persen, namun demikian beberapa
varietas masih dapat bertahan pada suhu yang lebih rendah yaitu 10OC di bawah suhu
tersebut merupakan kondisi yang tidak baik bagi penyimpanan mangga. Penyimpanan
buah mangga pada sistim udara terkendali nampaknya tidak memberikan banyak
untuk buah mangga yang aman adalah bersuhu 13OC dengan kadar CO2 : 5% dan kadar O2
: 5%.
2.2.7. Pengangkutan
Dilihat dari sudut teknis mapun ekonomis, pengangkutan merupakan faktor penting
pada penanganan dan pemasaran buah mangga karena buah mangga cepat membusuk bila
tidak disimpan pada suhu dingin, sangat penting untuk secepat mungkin mengangkutnya
ke lokasi pemasaran. Pada pengangkutan buah mangga untuk tujuan ekspor maupun
domestik harus menggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk
menjaga rantai dingin selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi
Teknologi pengepakan
Pengiriman
Bongkar muatan
Konsumen
PENUTUP
3.1. Simpulan
dengan waktu petik yang disarankan adalah pada pagi hari yaitu pada pukul 07.00 -
08.00 WIB.
3.1.2. Tahapan proses penanganan pasca panen mangga meliputi: pembersihan buah, sortasi
3.2. Saran
Sebaiknya setelah panen buah mangga perlu dilakukan penanganan pasca panen yang
benar sehingga hasil panen mangga tetap berkualitas dan mempunyai daya simpan yang lama
selain itu perlu dilakukan pengolahan terhadap buah mangga yang mempunyai kualitas kurang
Broto, W., 2003. Mangga: Budi Daya, Pascapanen dan Tata Niaganya. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Firdaus, M dan Wagiono, Y.K. 2008. Apa kabar Daya Saing Buah Kita (On-line)
http://firdausipb.files.wordpress.com/2008/04/apa-kabar-dayasaing-buah-kita.pdf.
diakses tanggal 1 Juni 2012.
Lam, P.F and K.H. Ng. 1984. Influence of Temperature Adaption and Physiological Stage on The
Storage of ‘Harumanis’ Mango. Proceeding First Australian Mango Research Workshop.
Cairn. Quensland Australia. 274 – 278.
Prusky, Dov et al., 1999. Effect of hot water brushing, prochloraz treatment and waxing on the
incindence of black spot decay caused by alternaria alternata in mango fruits. Postharvest
Technology and Biology 15: 165 – 174.
Setyadjit dan Sjaifullah. 1992. Pengaruh Ketebalan Plastik untuk Penyimpanan Atmosfir
Termodifikasi Mangga Cv. Arumanis dan Indramayu. Jurnal Hortikultura 2(1) 31 – 42.
Sjaifullah, Yulianingsih dan Sulusi P. 1998. Penyimpanan Buah Mangga Gedong Segar dengan
Teknik Modifikasi Atmosfir. Jurnal Hortikultura 7(4):927 – 935.