Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanankesehatan secara keseluruhan.
Kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan secara menyeluruh dan tidak dapat
diabaikan terutama pada tingkatsekolah dasar (Depkes RI, 2004,cit. Pahrurrazi, 2009). Undang-
Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyelenggaraan kesehatan
sekolahdimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik
gunamemungkinkan pertumbuhan dan perkembangan harmonis dan optimal menjadisumber daya
manusia yang lebih berkualitas. Masa anak usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan
landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas, dan kesehatan merupakan faktor
penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 1996).
Penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan
masa depan anak. Anak-anak menjadi rawan kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut
menurunkan selera makan mereka.Kemampuan belajar anak pun akan menurun sehingga akan
berpengaruh pada prestasi belajar (Zatnika, 2009). Tingginya angka karies gigi dan rendahnya
status kebersihan mulut merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai
pada kelompok usia anak. Karies gigi dapat menimbulkan kesulitan makan pada anak karena karies
gigi menyebabkan penurunan fungsi gigi sebagai alat cerna. Seperti yang diungkapkan oleh
Widyaningsih (2000,cit. Junaidi dkk.,2007), kesulitan makan pada anak dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu: faktor nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit yang mempengaruhi
antaralain adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi, stomatitisdan
gingivitis
WHO (1995,cit.Departemen Kesehatan RI, 2008) memiliki target pencapain gigi sehat yaitu, 90%
anak umur 5 tahun bebas karies serta tingkatkeparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) pada anak
umur 12 tahun sebesar 1.Oleh karenanya program promotif dan preventif lebih ditekankan
dalam penanggulangan masalah kesehatan gigi. Indikator lain dinyatakan oleh
DepartemenKesehatan (2000) yaitu untuk target tahun 2010 indeks DMF-T anak kelompok usia12
tahun ≤ 2, dan PTI (Performed Treatment Indeks) sebesar 20%. Indikator ini menggambarkan
motivasi anak untuk menumpatkan giginya dalam upayamempertahankan gigi permanennya.
Hasil Riskesdas (2007) melaporkan bahwa prevalensi karies gigi diIndonesia adalah sebesar 46,5
dengan penjabaran prevalensi karies untuk kelompok usia 12 tahun sebesar 36,1% dengan DMF-T
0,91, kelompok usia 35-44 tahun prevalensi karies gigi mencapai 80,5 dengan DMF-T 4,46
sedangkan usia diatas 65tahun dengan prevalensi karies sebesar 94,4% dan DMF-T 18,33. Data
tersebut menunjukkan bahwa prevalensi karies cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya
umur yang berarti adanya kecenderungan penurunan status kesehatangigi dengan meningkatnya
umur. Maka perlu dilakukan tindakan pencegahan dan perawatan sedini mungkin (Sriyono,2009).
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa provinsi D.I. Yogyakarta merupakan provinsi dengan
indeks DMF-T tertinggi kedua di Indonesia(Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan profil
kesehatan Kabupaten Slemantahun 2010, karies gigi menempati urutan ke 7 dan penyakit
periodontal urutan ke14 untuk 10 besar penyakit rawat jalan puskesmas pada golongan umur 5-9
tahun.Pada golongan umur 10-14 tahun, karies menempati posisi ke 7 dan penyakit periodontal ke
12. Pada tahun 2010, persentase murid Sekolah Dasar/MadrasahIbtidaiyah di Kabupaten Sleman
yang telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulutadalah 97,32%. Persentase tersebut akan
ditingkatkan menjadi 100% dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan dengan mengacu Visi
Indonesia Sehat 2015(Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011).
Masyarakat sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang strategisuntuk diikutsertakan dalam
upaya kesehatan gigi dan mulut. Upaya kesehatan gigidan mulut pada anak sekolah dilaksanakan
melalui kegiatan pokok kesehatan gigidan mulut di puskesmas yang diselenggarakan secara terpadu
dengan kegiatanUsaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam bentuk program Usaha Kesehatan
GigiSekolah (Depkes RI,1997). Menurut Nugraheni (2008,cit.Darwita dkk., 2011) program tersebut
merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar (SD) yang
dititikberatkan pada upaya penyuluhan dan gerakan sikatgigi massal, serta pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut pada setiap murid.
UKGS adalah suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yangmerupakan suatu paket
pelayanan asuhan sistematik dan ditujukan bagi semuamurid sekolah dasar dalam bentuk paket
promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif
dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya peningkatan kesehatan harus sedini mungkin
dandilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Di samping itu kelompok ini juga lebih
mudah dibentuk mengingat anak sekolah dasar selalu di bawah bimbingan dan pengawasan para
guru sehingga pada kelompok ini sangat potensialuntuk ditanamkan kebiasaan berperilaku hidup
sehat (Depkes RI, 2000). Kesehatan gigi dan mulut harus dipelihara sejak dini terutama pada masa
gigi bercampur yaituanak usia sekolah dasar usia 6-12 tahun (Maulani dan Enterprise,
2005,cit.Hutabarat, 2009) sebab anak usia Sekolah Dasar (SD) tergolong ke dalam kelompok rawan
penyakit gigi dan mulut.
Pengertian UKGS
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa
terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam suatu kurun waktu tertentu dan
diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar
dan paketoptimal (Depkes RI, 1996). Menurut Depkes (1983 cit.Priyono, 1995) UKGS merupakan
sarana utama dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak-anak sekolah. Melalui
UKGS dapat ditanamkan sikap yang baik terhadapkesehatan gigi dan mulut lewat kegiatan
penyuluhan dan pendidikan kesehatanyang dilakukan serta tindakan dan perawatan yang ada.
Kegiatan UKGS
o Kegiatan preventif
Upaya preventif meliputi sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas
IIIdengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/ bulan
dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut (Depkes RI, 1996)
Menurut WHO (1987,cit.Sriyono, 2007), tindakan pencegahan karies gigi dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Tindakan masyarakat
Berupa fluoridasi air minum, fluoridasi air minum sekolah, fluoridasi garamdapur, fluoridasi
minuman susu, dan peningkatan diet yang sehat
2. Tindakan perseorangan
Kumur-kumur F
Tablet fluor
Menyikat gigi dengan cairan F, jeli dan pasta profilaksis
Aplikasi topikal F
Profilaksis F pasta
Pit dan fisur silen
Profilaksis dan pengambilan plak.
3. Kombinasi antara tindakan sendiri dibawah supervisi dan tindakan oleh profesional
Pemakaian pasta F
Kontrol diet oleh individu
Kumur-kumur F dan penggunaan F tablet di rumah
o Kegiatan kuratif
Tahap-tahap UKGS
Menurut Depkes RI (1996) terdapat tiga tahap UKGS berdasarkankeadaan tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi di Puskesmas, yaitu:
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang terbatas. Paket standar UKS yaitu UKGS tahap II meliputi seluruh paket
minimal UKS atau UKGS tahap Iditambah dengan:
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi)
b. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung
yang sudah waktunya tanggal
c. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
d. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengankelas VI (care on
demand )
e. Rujukan bagi yang memerlukan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkautenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang sudah memadai. UKGS tahap IIImemakai sistem inkremental dengan
pemeriksaan ulang setiap 2 tahun untuk gigi tetap. Paket optimal UKS yaitu UKGS Tahap III
meliputi seluruh paketstandar UKS atau UKGS Tahap II ditambah dengan pelayanan medik
gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment need ).
Sasaran UKGS
Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) sasaran progam UKGS adalah semua murid usia sekolah
yang dalam lingkup wilayah kerja puskesmas yaitu :
Sasaran kegiatan UKGS yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di bagian IKGP dan IKGM
FKG UGM angkatan 58 adalah siswa kelas 3B(7 siswa)dan kelas 6B (6 siswa) SD Kanisius
Sengkan, Kecamatan Depok, Sleman,Yogyakarta yang telah menjalin kerjasama dengan FKG
UGM.
Tujuan UKGS
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari UKGS adalah tercapainya kesehatan gigi dan mulutsiswa yang optimal
dengan mengacu pada Visi Indonesia Sehat 2010, yaituuntuk target tahun 2010 indeks DMF-
T anak kelompok usia 12 tahun ≤ 2, danPTI (Performed Treatment Indeks) sebesar 20%
(Depkes RI, 2000). Selain itukegiatan UKGS ini bertujuan untuk meningkatkan persentase
murid SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Sleman yang telah mendapat
pemeriksaan gigi dan mulut menjadi 100% mengacu pada Visi Indonesia Sehat2015 (Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011).
2. Tujuan khusus :
Manfaat UKGS
Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari : tenaga pelaksana di sekolah meliputi guru olahraga dan dokter
kecil yang telah dilatih tentang kesehatan gigi dan mulut,serta tenaga pelaksana di puskesmas
meliputi dokter dan perawat gigi/ tenagakesehatan lain yang telah dilatih (DepKes RI, 1996)
b.Dokter kecil
1. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa giginya.
2. Membantu guru dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanankesehatan secara keseluruhan.
Kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan secara menyeluruh dan tidak dapat
diabaikan terutama pada tingkatsekolah dasar (Depkes RI, 2004,cit. Pahrurrazi, 2009). Undang-
Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyelenggaraan kesehatan
sekolahdimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik
gunamemungkinkan pertumbuhan dan perkembangan harmonis dan optimal menjadisumber daya
manusia yang lebih berkualitas. Masa anak usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan
landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas, dan kesehatan merupakan faktor
penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 1996).
Penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan
masa depan anak. Anak-anak menjadi rawan kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut
menurunkan selera makan mereka.Kemampuan belajar anak pun akan menurun sehingga akan
berpengaruh pada prestasi belajar (Zatnika, 2009). Tingginya angka karies gigi dan rendahnya
status kebersihan mulut merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai
pada kelompok usia anak. Karies gigi dapat menimbulkan kesulitan makan pada anak karena karies
gigi menyebabkan penurunan fungsi gigi sebagai alat cerna. Seperti yang diungkapkan oleh
Widyaningsih (2000,cit. Junaidi dkk.,2007), kesulitan makan pada anak dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu: faktor nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit yang mempengaruhi
antaralain adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi, stomatitisdan
gingivitis
WHO (1995,cit.Departemen Kesehatan RI, 2008) memiliki target pencapain gigi sehat yaitu, 90%
anak umur 5 tahun bebas karies serta tingkatkeparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) pada anak
umur 12 tahun sebesar 1.Oleh karenanya program promotif dan preventif lebih ditekankan
dalam penanggulangan masalah kesehatan gigi. Indikator lain dinyatakan oleh
DepartemenKesehatan (2000) yaitu untuk target tahun 2010 indeks DMF-T anak kelompok usia12
tahun ≤ 2, dan PTI (Performed Treatment Indeks) sebesar 20%. Indikator ini menggambarkan
motivasi anak untuk menumpatkan giginya dalam upayamempertahankan gigi permanennya.
Hasil Riskesdas (2007) melaporkan bahwa prevalensi karies gigi diIndonesia adalah sebesar 46,5
dengan penjabaran prevalensi karies untuk kelompok usia 12 tahun sebesar 36,1% dengan DMF-T
0,91, kelompok usia 35-44 tahun prevalensi karies gigi mencapai 80,5 dengan DMF-T 4,46
sedangkan usia diatas 65tahun dengan prevalensi karies sebesar 94,4% dan DMF-T 18,33. Data
tersebut menunjukkan bahwa prevalensi karies cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya
umur yang berarti adanya kecenderungan penurunan status kesehatangigi dengan meningkatnya
umur. Maka perlu dilakukan tindakan pencegahan dan perawatan sedini mungkin (Sriyono,2009).
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa provinsi D.I. Yogyakarta merupakan provinsi dengan
indeks DMF-T tertinggi kedua di Indonesia(Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan profil
kesehatan Kabupaten Slemantahun 2010, karies gigi menempati urutan ke 7 dan penyakit
periodontal urutan ke14 untuk 10 besar penyakit rawat jalan puskesmas pada golongan umur 5-9
tahun.Pada golongan umur 10-14 tahun, karies menempati posisi ke 7 dan penyakit periodontal ke
12. Pada tahun 2010, persentase murid Sekolah Dasar/MadrasahIbtidaiyah di Kabupaten Sleman
yang telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulutadalah 97,32%. Persentase tersebut akan
ditingkatkan menjadi 100% dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan dengan mengacu Visi
Indonesia Sehat 2015(Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011).
Masyarakat sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang strategisuntuk diikutsertakan dalam
upaya kesehatan gigi dan mulut. Upaya kesehatan gigidan mulut pada anak sekolah dilaksanakan
melalui kegiatan pokok kesehatan gigidan mulut di puskesmas yang diselenggarakan secara terpadu
dengan kegiatanUsaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam bentuk program Usaha Kesehatan
GigiSekolah (Depkes RI,1997). Menurut Nugraheni (2008,cit.Darwita dkk., 2011) program tersebut
merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar (SD) yang
dititikberatkan pada upaya penyuluhan dan gerakan sikatgigi massal, serta pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut pada setiap murid.
UKGS adalah suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yangmerupakan suatu paket
pelayanan asuhan sistematik dan ditujukan bagi semuamurid sekolah dasar dalam bentuk paket
promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif
dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya peningkatan kesehatan harus sedini mungkin
dandilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Di samping itu kelompok ini juga lebih
mudah dibentuk mengingat anak sekolah dasar selalu di bawah bimbingan dan pengawasan para
guru sehingga pada kelompok ini sangat potensialuntuk ditanamkan kebiasaan berperilaku hidup
sehat (Depkes RI, 2000). Kesehatan gigi dan mulut harus dipelihara sejak dini terutama pada masa
gigi bercampur yaituanak usia sekolah dasar usia 6-12 tahun (Maulani dan Enterprise,
2005,cit.Hutabarat, 2009) sebab anak usia Sekolah Dasar (SD) tergolong ke dalam kelompok rawan
penyakit gigi dan mulut.
Pengertian UKGS
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa
terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam suatu kurun waktu tertentu dan
diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar
dan paketoptimal (Depkes RI, 1996). Menurut Depkes (1983 cit.Priyono, 1995) UKGS merupakan
sarana utama dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak-anak sekolah. Melalui
UKGS dapat ditanamkan sikap yang baik terhadapkesehatan gigi dan mulut lewat kegiatan
penyuluhan dan pendidikan kesehatanyang dilakukan serta tindakan dan perawatan yang ada.
Kegiatan UKGS
o Kegiatan preventif
Upaya preventif meliputi sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas
IIIdengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/ bulan
dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut (Depkes RI, 1996)
Menurut WHO (1987,cit.Sriyono, 2007), tindakan pencegahan karies gigi dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Tindakan masyarakat
Berupa fluoridasi air minum, fluoridasi air minum sekolah, fluoridasi garamdapur, fluoridasi
minuman susu, dan peningkatan diet yang sehat
2. Tindakan perseorangan
Kumur-kumur F
Tablet fluor
Menyikat gigi dengan cairan F, jeli dan pasta profilaksis
Aplikasi topikal F
Profilaksis F pasta
Pit dan fisur silen
Profilaksis dan pengambilan plak.
3. Kombinasi antara tindakan sendiri dibawah supervisi dan tindakan oleh profesional
Pemakaian pasta F
Kontrol diet oleh individu
Kumur-kumur F dan penggunaan F tablet di rumah
o Kegiatan kuratif
Tahap-tahap UKGS
Menurut Depkes RI (1996) terdapat tiga tahap UKGS berdasarkankeadaan tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi di Puskesmas, yaitu:
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang terbatas. Paket standar UKS yaitu UKGS tahap II meliputi seluruh paket
minimal UKS atau UKGS tahap Iditambah dengan:
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi)
b. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung
yang sudah waktunya tanggal
c. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
d. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengankelas VI (care on
demand )
e. Rujukan bagi yang memerlukan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkautenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang sudah memadai. UKGS tahap IIImemakai sistem inkremental dengan
pemeriksaan ulang setiap 2 tahun untuk gigi tetap. Paket optimal UKS yaitu UKGS Tahap III
meliputi seluruh paketstandar UKS atau UKGS Tahap II ditambah dengan pelayanan medik
gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment need ).
Sasaran UKGS
Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) sasaran progam UKGS adalah semua murid usia sekolah
yang dalam lingkup wilayah kerja puskesmas yaitu :
Sasaran kegiatan UKGS yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di bagian IKGP dan IKGM
FKG UGM angkatan 58 adalah siswa kelas 3B(7 siswa)dan kelas 6B (6 siswa) SD Kanisius
Sengkan, Kecamatan Depok, Sleman,Yogyakarta yang telah menjalin kerjasama dengan FKG
UGM.
Tujuan UKGS
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari UKGS adalah tercapainya kesehatan gigi dan mulutsiswa yang optimal
dengan mengacu pada Visi Indonesia Sehat 2010, yaituuntuk target tahun 2010 indeks DMF-
T anak kelompok usia 12 tahun ≤ 2, danPTI (Performed Treatment Indeks) sebesar 20%
(Depkes RI, 2000). Selain itukegiatan UKGS ini bertujuan untuk meningkatkan persentase
murid SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Sleman yang telah mendapat
pemeriksaan gigi dan mulut menjadi 100% mengacu pada Visi Indonesia Sehat2015 (Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011).
2. Tujuan khusus :
Manfaat UKGS
Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari : tenaga pelaksana di sekolah meliputi guru olahraga dan dokter
kecil yang telah dilatih tentang kesehatan gigi dan mulut,serta tenaga pelaksana di puskesmas
meliputi dokter dan perawat gigi/ tenagakesehatan lain yang telah dilatih (DepKes RI, 1996)
b.Dokter kecil
1. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa giginya.
2. Membantu guru dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi.
3. Memberi petunjuk kepada murid mengenai tempat berobat gigi (klinik gigi).
a. Kepala Puskesmas
b. Dokter gigi
c. Perawat gigi
d. Petugas UKS
1. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaan guru dandokter kecil,
monitoring program, dan hubungan dengan Depdikbud.
2. Pemeriksaan murid (screening).
3. Melaksanakan rujukan.
4. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikankesehatan gigi
a. Kepala Puskesmas
Peran kepala puskesmas dalam kegiatan UKGS antara lain :
b. Dokter gigi
c. Perawat gigi
d. Petugas UKS
1. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaan guru dandokter kecil,
monitoring program, dan hubungan dengan Depdikbud.
2. Pemeriksaan murid (screening).
3. Melaksanakan rujukan.
4. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikankesehatan gigi