Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI (PLI)

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : REVERSE OSMOSIS


PEMBIMBING : DIANTY ROSIRDA DEWI KURNIA, S.T., M.T

Tanggal Praktikum : 17 oktober 2019


Tanggal Pengumpulan : 28 Oktober 2019

laporan

Oleh:
Kelompok V (3B-D3 Teknik Kimia)

Kemal Vassa P.M. 171411049

M. Risnandar Zirkhan 171411050

Melinda Indah K. 171411051

Miranti Nur A. 171411052

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan. Dan kebutuhan air juga
semakin meningkat dengan berkembangnya zaman khususnya pada proses yang dilakukan di
industri. Pada era industri 4.0 kebutuhan air sangat dibutuhkan untuk proses produksi, karena
hampir 90% proses di industri melibatkan penggunaan air.
Pada kegiataan di industri terdapat beberapa unit yang penting untuk proses produksi, salah
satunya adalah unit utilitas. Unit utilitas merupakan unit yang berfungsi sebagai sarana
penunjang bagi unit lain untuk beroperasi. Unit utilitas ini meliputi penyediaan air, listrik, dan
steam.
Dalam unit utilitas penyediaan air sangat penting karena air digunakan untuk proses
penyedian steam, air yang digunakan sebagai air umpan boiler harus memenuhi standar baku
mutu air umpan boiler. Apabila air umpan boiler tidak memenuhi standar baku mutu air umpan
boiler maka dapat mengakibatkan kinerja dan efisiensi boiler tidak optimal, dan dapat
menyebabkan terjadi korosi yang dapat memperpendek umur penggunaan boiler. Air yang
biasa digunakan pada proses ini berasal dari air tanah atau air sungai. Air sungai atau air tanah
yang diambil dari alam belum dalam keadaan murni, karena pada air ini biasanya terkandung
garam-garam dan TDS, garam-garam ini memiliki kandungan Cl-. kandungan ion Cl- dapat
menyebabkan terjadi pembentuk kerak yang akan mengakibatkan korosi. Dan apabila nilai
TDS tinggi dapat mengakibat nilai kesadahan yang tinggi yang dapat menyebabkan korosi.
Oleh sebab itu proses reverse osmosis dapat dilakukan pada proses pengolahan air umpan
boiler, karena proses reverse osmosis dapat menghambat kadar seperti Cl-, bakteri, virus,
kontaminan, dan padatan terlarut dikarenakan proses reverse osmosis memiliki membran yang
memiliki pori-pori yang sangat kecil. Proses reverse osmosis dapat menghasilkan air yang
tidak mengandung ion kation, kandungan TDS yang sangat rendah, dan memiliki nilai
kemurnian yang tinggi antara 96-98%.

1.2 Tujuan Praktikum


Berdasarkan latar belakang tersbut, tujuan dilakukannya praktikum reverse osmosis adalah
sebagai berikut
1. Menghitung persen zat terlarut yang ditolak (% reject)
2. Mengetahui pengaruh TDS, DHL, pH dan kekeruhan terhadap waktu di aliran permeat
dan konsentrat,
3. Membandingkan air hasil proses reverse osmosis dengan baku mutu air umpan boiler
4. Mengetahui pengaruh tekanan terhadap TDS, DHL, TSS, dan pH di aliran konsentrat dan
permeat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reverse Osmosis
Osmosis adalah peristiwa difusi dari air yang melewati membran semipermeable dari
suatu solution dengan kadar salinitas (TDS) yang rendah ke tinggi, sedangkan Reverse
Osmosis adalah perpindahan air atau larutan dari konsentrasi tinggi (TDS tinggi) ke
konsentrasi rendah (TDS rendah) yang dipisahkan oleh membran semipermeable (Into et al,
2004). Perbandingan proses Osmosis dan Reverse Osmosis ditunjukkan pada Gambar 1.

Memb Memb
semipermeab
ran semipermeab
ran
le
tek le
Tek ana
os
ana
mo
TDS tinggi TDS rendah TDS tinggi TDS rendah

Gambar 1.1. Perbandingan Proses Osmosis dan Reverse Osmosis (Sumber : Jane Kucera, 2010, Reverse
Osmosis Industrial Aplication)
Proses reverse osmosis dilakukan dengan memberikan tekanan tinggi pada air yang
dialirkan melalui membrane semipermeable dimana pemisahan ion terjadi. Dengan
pemisahan ion, molekul air membentuk barrier yang memungkinkan molekul air lainnya
untuk lewat dan menghalangi lewatnya kontaminan. Tingkat penolakan kontaminan ini
berkisar antara 85-95% tergantung pada kualitas awal dari air yang diolah (Wenten, 2014).
Kinerja membran Reverse Osmosis merupakan faktor yang paling penting untuk
menentukan efisiensi dari seluruh proses Reverse Osmosis. Kinerja membran ditentukan oleh
fluks dan rejeksi. Fluks adalah laju volumetrik permeate per satuan luas membrane (L/m2/hr)
sedangkan rejeksi adalah kemampuan suatu membrane untuk menahan suatu komponen
tertentu. Kemampuan rejeksi membran reverse osmosis tergantung kepada muatan ionik, berat
molekul, derajat dissosiasi, percabangan rantai, derajat hidrasi, dan polaritas. Parameter proses
fluks permeat dan rejeksi membran dipengaruhi oleh tekanan, temperatur, recovery,
konsentrasi solut, dan pH (Fritzmann et al, 2007; Greenlee et al, 2009).
2.2 Faktor Faktor yang memengaruhi Reverse Osmosis
Dalam proses reverse osmosis, terdapat beberapa faktor-faktor yang akan
mempengaruhi kualitas air hasil reverse osmosis. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut
1. Tekanan
Menurut Heitmann (1990) dalam Yusuf,dkk (2009), tekanan mempengaruhi laju alir bahan
pelarut yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus meningkatnya
tekanan, dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat. Tekanan memegang
peranan penting bagi laja permeate yang terjadi pada proses membran. Semakin tinggi
tekanan suatu membran, maka semakin besar pula fluks yang dihasilkan permeate (Nassa
dan Dewi, 2004).

2. Temperatur/suhu
Standar temperatur yang digunakan dari 70ºF (21 C), tetapi umumnya yang digunakan
mulai dari 85ºF (29ºC) (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
3. Kepadatan/kerapatan membrane.
Semakin rapat membran, maka semakin baik air olahan yang dihasilkan (Eckenfelder, 2000
dalam Yusuf,dkk, 2009).
4. Flux
Gerakan air yang terus menerus. Untuk menentukan fluks dapat diperoleh dengan
menghitung laju alir permeate per satuan luas membran (Nassa dan Dewi, 2004).
5. Salt Rejection (rejeksi garam-garaman)
Garam rejeksi tergantung dari tipe dan karakteristik pemilihan membran. Namun juga
sangat tergantung pada kondisi operasi, konsentrasi larutan umpan dan debit aliran. Nilai
rejeksi merupakan angka mutlak (Nassa dan Dewi, 2004). Umumnya nilai rejeksi dari 85
– 99,5% dengan 95% yang lebih sering digunakan (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk,
2009).
6. Ketahanan Membran
Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan cepat rusak) apabila terlalu banyak
komponen – komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam air umpan, seperti
bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH terlalu tinggi/rendah. Biasanya membran dapat
bertahan selama 2 tahun dengan perubahan pada efisiensinya (Eckenfelder, 2000 dalam
Yusuf, dkk, 2009).
7. pH
pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi antara 6 – 7,7.
8. Kekeruhan (Turbidity)
Reverse Osmosis digunakan untuk memindahkan/menyingkirkan kekeruhan dari air umpan
(air masuk). (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
9. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Pretreatment merupakan proses awal agar membran tidak cepat rusak dan dapat tahan lebih
lama. Selain itu pretreatment juga dilakukan agar partikel-partikel yang tidak diinginkan
yang berat molekulnya lebih besar tidak ikut masuk ke dalam membran (Yusuf, 2011).
10. Pembersihan
Pembersihan pada membran tergantung dari jenis membran yang digunakan dan proses
penggunaannya (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, 2011).
2.3 Membran Reverse Osmosis
Pada proses reverse osmosis membran yang digunakan adalah membran semipermeabel.
Membran semipermeabel bersifat selektif terhadap benda-benda yang melaluinya. Membran
ini sangat mudah dilalui oleh air karena ukuran molekul air sangat kecil, serta akan mencegah
masuknya kontaminan-kontaminan yang ukuran partikelnya lebih besar dari pada air.
Membran reverse osmosis memiliki ukuran yang mencapai 0.0001
Mikron (ukuran bakteria 0.2 sampai 1 Mikron, dan virus antara 0.02 sampai 0,4 Mikron).
Proses RO secara efektif mampu menyingkirkan semua jenis bakteri, virus, sebagian besar
bahan kimia non organik (garam), kontaminan yang menyangkut kesehatan (arsen). Membran
ini sering disebut dengan nama membran reverse osmosis (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf,
dkk, 2009).

Gambar 2.1. Membran reverse osmosis (sumber:Yusur, dkk, 2009, Pengaruh Tekanan Reverse Osmosis Pada
Pengolahan Air Payau MenjadiAir Bersih)
Membran semipermeabel pada aplikasi reverse osmosis terdiri dari lapisan tipis polimer pada
penyangga berpori (fabric support). Membran untuk kebutuhan komersial harus memiliki sifat
permeabilitas yang tinggi terhadap air. Selain itu, membran juga harus memiliki derajat
semipermeabilitas yang tinggi dalam arti laju transportasi air melewati membran harus jauh
lebih tinggi dibandingkan laju transportasi ion-ion yang terlarut dalam umpan. Membran juga
harus memiliki ketahanan (stabil) terhadap variasi pH dan suhu.
Terdapat dua jenis membran sesuai dengan material penyusun yang digunakan sebagai
bahan membran reverse osmosis: selulosa asetat (CAB) dan komposit poliamida (CPA).
Kedua jenis material membran ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada proses
pembuatannya, kondisi operasi dan kinerjanya seperti yang terlihat pada tabel 1.
Tabel 1.1 Jenis membran berdasarkan material penyusun
Batasan Membran selulosa Membran komposit
asetat poliamida
pH 2-8 2-11
Temperatur 5-30℃ 5-50 ℃
Ketahanan terhadap serangan Lemah Sangat Kuat
bakteri
Ketahanan terhadap klorin 0-1 ppm 0-0,1 ppm
Rejeksi terhadap garam saat 60 85-92 % 94-98 %
psi
Rejeksi terhadap nitrat 60 psi 30-50 % 70-90 %
Cost relatif Rendah Tinggi
Sumber: Widiasa, Ariyanti. 2011.

2.4 Baku Mutu Air Umpan Boiler


Air hasil proses hasil reverse osmosis dapat digunakan sebagai air umpan boiler.
Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan boiler adalah air yang tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk
kerak pada pipa sambungan maupun pada boilernya. Sangat penting untuk menjaga kualitas
air yang akan diumpankan untuk boiler karena akan berhubungan dengan efisiensi dari boiler
tersebut. Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai air umpan boiler, maka air baku dari
sumber air harus dilakukan pengolahan agar memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Persyaratan kualitas air umpan boiler menurut American Boiler Manufacturer’s
Association (ABMA) dan American Society of Mechanical Engineering (ASME) pada tabel
2.
Tabel 2. Persyaratan kualitas air boiler (ABMA)
Total
Tekanan Total Solids Suspended Konduktivitas
Alkalinitas Silica (ppm)
(psig) (ppm) solid(ppm) Micro.ohm/cm
(ppm)
0– 300 3.500 700 300 150 7.000
301– 450 3.000 600 250 90 6.000
451– 600 2.500 500 150 40 5.000
601– 750 2.000 400 100 30 4.000
751– 900 1.500 300 60 20 3.000
901–1.000 1.250 250 40 8 2.000
1001- 1500 1.000 200 21 2 150
Sumber : (Edward dan James, 1975)
Sedangkan baku mutu air umpan boiler menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,
Nomor 20 tahun 1990 ditunjukan pada tabel 2.3
Tabel 2.3. Baku mutu air umpan boiler
Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang tidak diolah,
proses pengolahan yang digunakan, dan prosedur pengoperasian
boiler. Sebagai aturan umum, semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar
sensitivitasnya terhadap kotoran.

2.5 Desain Alat Reverse Osmosis

Gambar 2.2. Peralatan Reverse Osmosis (kristinah, 2012)

Keterangan :
1. Sedimen 5 mikron
2. Granular Activated Carbon (GAC)
3. Chlorine Taste Odor (CTO) Carbon Block
4. Membrane Reverse Osmosis
5. Post Carbon
6. Pompa Diafragma

 Filter Sedimen 5 Mikron. Filter dengan ukuran ini efektif untuk menyingkirkan kotoran,
karat dan partikel pasir, yang mempengaruhi rasa, bau dan warna air. Filter ini digunakan
untuk menyaring partikel > 5 mikron.
 Filter Granular/Block Activated Carbon. Filter ini mampu untuk
menyingkirkan 99% chlorine dan bahan kimia yang bersifat organik. Juga berfungsi baik
dalam mengurangi rasa, bau dan warna yang mengganggu. Menyingkirkan fungisida,
pestisida, in-sectisida, dan herbisida.
 Filter Chlorine Taste Odor (CTO). Filter ini berfungsi untuk menyaring air sebagai
kelanjutan tahap 1 untuk membuang zat-zat kimia kimia yang ada di dalam air kaporit/klorin,
netralisir rasa, bau, triklorometana dengan tingkatan yang lebih baik. Juga menyaring partikel
> 1 mikron.
 Membran Reverse Osmosis. Berupa membran Thin Film Composite (TFC), membran
berkualitas tinggi yang mampu mengalirkan 50 galon air minum berkualitas per hari.
Membran ini mampu menyingkirkan kontaminan berbahaya seperti lead, cooper, barium,
chromium, mercury, sodium, cadnium, fluoride, nitrite, nitrate, dan selenium. Menyingkirkan
bakteria, E.Coli, giardia, cryptosporodium, dan lain-lain.
 Post Carbon Filter. Filter ini membuang semua rasa dan bau yang tidak diinginkan dan
meningkatkan kualitas air minum yang dihasilkan.
 Pompa Diafragma. Pompa ini merupakan pompa positive displacement pumps menggunakan
kombinasi dari perlakuan reciprocating dari karet, termoplastik atau teflon diafragma. Pompa
ini digunakan untuk memompa fluida untuk masuk ke dalam membran reverse osmosis.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Skema Alat Reverse Osmosis

Gambar 3.1 Skema alat Reverse Osmosis


(Sumber : Widiasa, 2011)
3.2. Alat yang digunakan
Tabel 3.2 Alat yang digunakan
Seperangkat alat Reverse Osmosis Botol Semprot

Gelas Kimia 100 mL Turbidymeter

Gelas Kimia 250 mL Konduktometer

Gelas Kimia 500 mL pH meter

Gelas Ukur 100 mL TDS meter

3.3. Bahan yang digunakan


Bahan yang digunakan dalam praktikum Reverse Osmosis adalah air tanah
4.4 Cara Kerja

Membuka semua valve di aliran influen

Menyalakan mesin reverse osmosis

Mengukur tekanan operasi pada skala 1-3 bar

Mengukur DHL, kekeruhan, TDS, dan pH awal influen

Melakukan kalibrasi konsentrat dan permeat sebelum melakukan sampling

Melakukan sampling pada konsentrat dan permeat setiap 10 menit selama 60 menit

Mengukur volume setiap sample di permeat dan konsentrat

Mengukur DHL, kekeruhan, TDS, dan pH setiap sample

Menampung aliran permeat ke bak penampung dan menampung aliran konsentrat ke


saluran pembuangan

Mengukur debit di aliran konsentrat

Menutup semua valve di aliran influen

Mematikan mesin reverse osmosis


4.5 Keselamatan Kerja

1. Menggunakan alat pelindung diri


2. Bekerja sesuai SOP
3. Bekerja secara serius dan fokus ketika sedang praktikum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan oleh Kemal Vassa P.M (171411049)
Pada praktikum kali ini dilakukan pengolahan air dengan metoda reverse osmosis. Prinsip
dari metode reverse osmosis itu sendiri merupakan kebalikan dari metode osmosis di mana
air baku yang diumpankan dialirkan melalui membran selektif permeabel yang nantinya akan
menahan ion-ion yang terlarut dalam air. Air hasil olahan ini diharapkan dapat memenuhi
standar baku mutu air umpan boiler, agar dapat digunakan sebagai air umpan boiler. Air
umpan yang digunakan merupakan air tanah. Air tanah ini memiliki TDS 164 ppm, pH 6,
DHL 41.5 mS/cm, dan TSS 2.75 NTU. Air umpan ini dapat digunakan dalam proses reverse
osmosis karena sudah memenuhi kriteria kerja membran reverse osmosis karena memiliki
nilai pH 6. Praktikum ini dilakukan untuk melihat pengaruh proses RO terhadap TDS, DHL,
pH, dan kekeruhan selama waktu percobaan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan baku
mutu air umpan boiler.
Pada praktikum ini kita melakukan variasi tekana dengan mengatur valve bukaan air umpan.
Pada run 1 memiliki tekanan sebesar 105 psi, sedangkan untuk run 2 memiliki tekanan 110
psi. Pada percobaan ini dilakukan selama 50 menit, dimana setiap 10 menit diambil sampel
pada keluaran permeat dan konsentrat. Sampel yang diambil kemudian diuji nilai TDS, pH,
DHL, dan kekeruhannya. Dan didapat kurva hasil percobaan selama 50 menit dibawah ini:
Kurva TDS Permeat dan Konsentrat Terhadap
Waktu
300
250 TDS Permeat (RUN
200 1)
TDS (PPM)

150 TDS Konsentrat (Run


1)
100
TDS Permeat (RUN
50 2)
0 TDS Konsentrat
0 20 40 60 (RUN 2)
Waktu (Menit)

Gambar 1. Kurva TDS permeat dan Konsentrat terhadap waktu


Dapat dilihat pada kurva TDS run 1 dan run 2. TDS mengalami penurunan selama berjalannya
waktu, karena padatan tidak mampu melewati sehingga padatan tertahan pada membran yang
menyebabkan nilai TDS berkurang semakin berjalannya waktu. Sedangkan pada run 2 dapat
dilihat pada pengambilan sampel yang terakhir nilai TDSnya 0, hal ini disebabkan padatan
tertahan pada membran sehingga menyebabkan nilainya menjadi 0 dan menyebabkan
persentase rejection pada keadaan maksimal (100%).

Grafik DHL Permeat dan Konsentrat


Terhadap Waktu
70
60
DHL Permeat
DHL (mS/cm) 50
(RUN 1)
40
DHL Konsentrat
30 (RUN 1)
20 DHL Permeat
(RUN 2)"
10
DHL Konsentrat
0
(RUN 2)
0 20 40 60
Waktu (Menit)

Gambar 2. Kurv DHL permeat dan konsentrat terhadap waktu


Dilihat dari grafik hubungan DHL terhadap waktu pada bukaan valve air umpan yang berbeda.
DHL pada aliran permeat memiliki nilai yang lebih rendah dari nilai DHL pada aliran
konsentrat. Nilai DHL pada run 1 dan run 2 pada aliran permeat akan berkurang selama
berjalannya waktu, hal ini disebabkan karena ion-ion yang terkandung dalam air umpan akan
tertahan didalam membran dengan padatan terlarut. Nilai TDS dan DHL berbanding lurus
karena zat terlarut didalam air umpan mengandung ion- ion yang dapat menghantarkan listrik.
Hal ini telah sesuai literature bahwa permeat yang dihasilkan dari proses, memiliki
karakteristik air yang cenderung lebih murni (air hanya mengandung H2O) dibandingkan
konsentrat.

Kurva TSS terhadap waktu


3
Kekeruhan (NTU)

2.5
2
1.5 Permeat (Run
1)
1
0.5 Permeat (Run
0 2)
0 20 40 60
Waktu (menit)

Gambar 3. Kurva TSS terhdap waktu


Dapat dilihat pada kurva TSS pada run 1 dan run 2. Pada aliran permeat pada run 1 dan run 2
nilai kekeruhan mengalami penurunan, penurunan kekeruhan ini disebabkan oleh filter seperti
sedimen mikron 5, GAC, CTO, dan membran RO sudah bekerja dengan baik karena mampu

Anda mungkin juga menyukai