laporan
Oleh:
Kelompok V (3B-D3 Teknik Kimia)
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Memb Memb
semipermeab
ran semipermeab
ran
le
tek le
Tek ana
os
ana
mo
TDS tinggi TDS rendah TDS tinggi TDS rendah
Gambar 1.1. Perbandingan Proses Osmosis dan Reverse Osmosis (Sumber : Jane Kucera, 2010, Reverse
Osmosis Industrial Aplication)
Proses reverse osmosis dilakukan dengan memberikan tekanan tinggi pada air yang
dialirkan melalui membrane semipermeable dimana pemisahan ion terjadi. Dengan
pemisahan ion, molekul air membentuk barrier yang memungkinkan molekul air lainnya
untuk lewat dan menghalangi lewatnya kontaminan. Tingkat penolakan kontaminan ini
berkisar antara 85-95% tergantung pada kualitas awal dari air yang diolah (Wenten, 2014).
Kinerja membran Reverse Osmosis merupakan faktor yang paling penting untuk
menentukan efisiensi dari seluruh proses Reverse Osmosis. Kinerja membran ditentukan oleh
fluks dan rejeksi. Fluks adalah laju volumetrik permeate per satuan luas membrane (L/m2/hr)
sedangkan rejeksi adalah kemampuan suatu membrane untuk menahan suatu komponen
tertentu. Kemampuan rejeksi membran reverse osmosis tergantung kepada muatan ionik, berat
molekul, derajat dissosiasi, percabangan rantai, derajat hidrasi, dan polaritas. Parameter proses
fluks permeat dan rejeksi membran dipengaruhi oleh tekanan, temperatur, recovery,
konsentrasi solut, dan pH (Fritzmann et al, 2007; Greenlee et al, 2009).
2.2 Faktor Faktor yang memengaruhi Reverse Osmosis
Dalam proses reverse osmosis, terdapat beberapa faktor-faktor yang akan
mempengaruhi kualitas air hasil reverse osmosis. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut
1. Tekanan
Menurut Heitmann (1990) dalam Yusuf,dkk (2009), tekanan mempengaruhi laju alir bahan
pelarut yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus meningkatnya
tekanan, dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat. Tekanan memegang
peranan penting bagi laja permeate yang terjadi pada proses membran. Semakin tinggi
tekanan suatu membran, maka semakin besar pula fluks yang dihasilkan permeate (Nassa
dan Dewi, 2004).
2. Temperatur/suhu
Standar temperatur yang digunakan dari 70ºF (21 C), tetapi umumnya yang digunakan
mulai dari 85ºF (29ºC) (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
3. Kepadatan/kerapatan membrane.
Semakin rapat membran, maka semakin baik air olahan yang dihasilkan (Eckenfelder, 2000
dalam Yusuf,dkk, 2009).
4. Flux
Gerakan air yang terus menerus. Untuk menentukan fluks dapat diperoleh dengan
menghitung laju alir permeate per satuan luas membran (Nassa dan Dewi, 2004).
5. Salt Rejection (rejeksi garam-garaman)
Garam rejeksi tergantung dari tipe dan karakteristik pemilihan membran. Namun juga
sangat tergantung pada kondisi operasi, konsentrasi larutan umpan dan debit aliran. Nilai
rejeksi merupakan angka mutlak (Nassa dan Dewi, 2004). Umumnya nilai rejeksi dari 85
– 99,5% dengan 95% yang lebih sering digunakan (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk,
2009).
6. Ketahanan Membran
Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan cepat rusak) apabila terlalu banyak
komponen – komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam air umpan, seperti
bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH terlalu tinggi/rendah. Biasanya membran dapat
bertahan selama 2 tahun dengan perubahan pada efisiensinya (Eckenfelder, 2000 dalam
Yusuf, dkk, 2009).
7. pH
pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi antara 6 – 7,7.
8. Kekeruhan (Turbidity)
Reverse Osmosis digunakan untuk memindahkan/menyingkirkan kekeruhan dari air umpan
(air masuk). (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
9. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Pretreatment merupakan proses awal agar membran tidak cepat rusak dan dapat tahan lebih
lama. Selain itu pretreatment juga dilakukan agar partikel-partikel yang tidak diinginkan
yang berat molekulnya lebih besar tidak ikut masuk ke dalam membran (Yusuf, 2011).
10. Pembersihan
Pembersihan pada membran tergantung dari jenis membran yang digunakan dan proses
penggunaannya (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, 2011).
2.3 Membran Reverse Osmosis
Pada proses reverse osmosis membran yang digunakan adalah membran semipermeabel.
Membran semipermeabel bersifat selektif terhadap benda-benda yang melaluinya. Membran
ini sangat mudah dilalui oleh air karena ukuran molekul air sangat kecil, serta akan mencegah
masuknya kontaminan-kontaminan yang ukuran partikelnya lebih besar dari pada air.
Membran reverse osmosis memiliki ukuran yang mencapai 0.0001
Mikron (ukuran bakteria 0.2 sampai 1 Mikron, dan virus antara 0.02 sampai 0,4 Mikron).
Proses RO secara efektif mampu menyingkirkan semua jenis bakteri, virus, sebagian besar
bahan kimia non organik (garam), kontaminan yang menyangkut kesehatan (arsen). Membran
ini sering disebut dengan nama membran reverse osmosis (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf,
dkk, 2009).
Gambar 2.1. Membran reverse osmosis (sumber:Yusur, dkk, 2009, Pengaruh Tekanan Reverse Osmosis Pada
Pengolahan Air Payau MenjadiAir Bersih)
Membran semipermeabel pada aplikasi reverse osmosis terdiri dari lapisan tipis polimer pada
penyangga berpori (fabric support). Membran untuk kebutuhan komersial harus memiliki sifat
permeabilitas yang tinggi terhadap air. Selain itu, membran juga harus memiliki derajat
semipermeabilitas yang tinggi dalam arti laju transportasi air melewati membran harus jauh
lebih tinggi dibandingkan laju transportasi ion-ion yang terlarut dalam umpan. Membran juga
harus memiliki ketahanan (stabil) terhadap variasi pH dan suhu.
Terdapat dua jenis membran sesuai dengan material penyusun yang digunakan sebagai
bahan membran reverse osmosis: selulosa asetat (CAB) dan komposit poliamida (CPA).
Kedua jenis material membran ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada proses
pembuatannya, kondisi operasi dan kinerjanya seperti yang terlihat pada tabel 1.
Tabel 1.1 Jenis membran berdasarkan material penyusun
Batasan Membran selulosa Membran komposit
asetat poliamida
pH 2-8 2-11
Temperatur 5-30℃ 5-50 ℃
Ketahanan terhadap serangan Lemah Sangat Kuat
bakteri
Ketahanan terhadap klorin 0-1 ppm 0-0,1 ppm
Rejeksi terhadap garam saat 60 85-92 % 94-98 %
psi
Rejeksi terhadap nitrat 60 psi 30-50 % 70-90 %
Cost relatif Rendah Tinggi
Sumber: Widiasa, Ariyanti. 2011.
Keterangan :
1. Sedimen 5 mikron
2. Granular Activated Carbon (GAC)
3. Chlorine Taste Odor (CTO) Carbon Block
4. Membrane Reverse Osmosis
5. Post Carbon
6. Pompa Diafragma
Filter Sedimen 5 Mikron. Filter dengan ukuran ini efektif untuk menyingkirkan kotoran,
karat dan partikel pasir, yang mempengaruhi rasa, bau dan warna air. Filter ini digunakan
untuk menyaring partikel > 5 mikron.
Filter Granular/Block Activated Carbon. Filter ini mampu untuk
menyingkirkan 99% chlorine dan bahan kimia yang bersifat organik. Juga berfungsi baik
dalam mengurangi rasa, bau dan warna yang mengganggu. Menyingkirkan fungisida,
pestisida, in-sectisida, dan herbisida.
Filter Chlorine Taste Odor (CTO). Filter ini berfungsi untuk menyaring air sebagai
kelanjutan tahap 1 untuk membuang zat-zat kimia kimia yang ada di dalam air kaporit/klorin,
netralisir rasa, bau, triklorometana dengan tingkatan yang lebih baik. Juga menyaring partikel
> 1 mikron.
Membran Reverse Osmosis. Berupa membran Thin Film Composite (TFC), membran
berkualitas tinggi yang mampu mengalirkan 50 galon air minum berkualitas per hari.
Membran ini mampu menyingkirkan kontaminan berbahaya seperti lead, cooper, barium,
chromium, mercury, sodium, cadnium, fluoride, nitrite, nitrate, dan selenium. Menyingkirkan
bakteria, E.Coli, giardia, cryptosporodium, dan lain-lain.
Post Carbon Filter. Filter ini membuang semua rasa dan bau yang tidak diinginkan dan
meningkatkan kualitas air minum yang dihasilkan.
Pompa Diafragma. Pompa ini merupakan pompa positive displacement pumps menggunakan
kombinasi dari perlakuan reciprocating dari karet, termoplastik atau teflon diafragma. Pompa
ini digunakan untuk memompa fluida untuk masuk ke dalam membran reverse osmosis.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Skema Alat Reverse Osmosis
Melakukan sampling pada konsentrat dan permeat setiap 10 menit selama 60 menit
2.5
2
1.5 Permeat (Run
1)
1
0.5 Permeat (Run
0 2)
0 20 40 60
Waktu (menit)