Anda di halaman 1dari 12

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Sekilas Siswa Kelas V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SEKILAS SISWA KELAS V

Indah Tri Kusumawati


PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya ( indah_kussuma@yahoo.co.id )

Masengut Sukidi
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak: Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN Kedungsoko 2 belum menguasai
keterampilan membaca sekilas. Hal itu ditunjukkan dari persentase hasil belajar siswa yang telah
memenuhi KKM bahasa Indonesia sebesar 54,55%. Oleh karena itu, dipilihlah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan
membaca sekilas, hasil belajar siswa, serta kendala-kendala yang terjadi dan cara mengatasinya.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama dua siklus. Teknik
pengumpulan data pada penelitian adalah observasi, tes, dan catatan lapangan, yang dianalisis
menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase
keterlaksanaan aktivitas pembelajaran pada siklus I dan siklus II adalah sebesar 100%. Skor ketercapaian
aktivitas pembelajaran pada siklus I sebesar 72, sedangkan pada siklus II sebesar 83. Persentase
ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 63,64%, sedangkan pada siklus II sebesar
81,82%. Rata-rata ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 77,71 dan pada siklus II sebesar 85,42. Kendala
yang terjadi dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan keterampilan membaca sekilas, hasil belajar, serta
mengatasi kendala yang terjadi pada pembelajaran membaca sekilas siswa kelas V SDN Kedungsoko 2.
Saran bagi guru adalah, hendaknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan keterampilan membaca sekilas.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Keterampilan Membaca Sekilas

Abstract: Observation showed that the students in fifth grades of Kedungsoko 2 elementary school, didn’t
have skimming skill. It showed from percentage of students learning outcomes that have complete the
MCC were 54,55%. So, choosen cooperative learning model type STAD to be a solution of the problem.
The goals of this research are discribe the aplication of cooperative learning type STAD to increase the
skimming skill, learning outcomes, the obstacle that happened and this solution. It research used
Classroom Action Research that did in two cycle. Data organitation techniques of this research were
observation, test, and note field, that were analysed by descriptive qualitative and quantitative.
Researched outcomes showed that percentage of learning activity has 100%. Reached score in cycle I
was 72, and in cycle II was 83. Percentage of classical completeness in cycle I was 63,64%, and in cycle
II was 81,82%. Students completeness average in cycle I was 77,71, and in cycle II was 85,42. The
obstacle that happened can be solved well. Bessed on researched outcomes, concluded that cooperative
model type STAD increased skimming skill, learning outcomes, and solved the obstacle that happened in
skimming learning at fifth grades of Kedungsoko 2 elementar school. Suggest to the teacher is, the
teacher should apply cooperative model type STAD to increase skimming skill.
Keywords: Cooperative Learning Type STAD, Skimming Skill

PENDAHULUAN Sedangkan keterampilan membaca dan menulis baru


Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat diajarkan ketika siswa telah menempuh pendidikan
empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh formal di sekolah. Oleh karena itu banyak sekali
siswa meliputi keterampilan menyimak, berbicara, masalah-masalah yang muncul dari keterampilan
membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca dan menulis, terutama dalam kasus membaca.
berbicara sederhana sudah dilakukan sejak sebelum siswa Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan
mengenyam pendidikan formal di sekolah, dengan Pendidikan (Depdiknas, KTSP 2006:328) untuk kelas V
demikian siswa tidak terlalu sulit untuk mempelajarinya sekolah dasar khususnya dalam mata pelajaran bahasa

1
JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

Indonesia pada kompetensi membaca, salah satu dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas V SDN
kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan Kedungsoko 2 selama menggunakan model pembelajaran
membandingkan isi dua teks dengan membaca sekilas. kooperatif tipe STAD.
Dengan demikian, siswa harusnya dapat membandingkan Model pembelajaran merupakan pola mengajar
isi dua teks dengan membaca sekilas. yang telah direncanakan dengan matang dan merupakan
Pada kenyataannya, siswa belum mampu pedoman pelaksanaan pembelaaran mulai dari kegiatan
membandingkan isi dua teks dengan membaca sekilas. pembukaan, inti, dan penutup serta penilaian
Hal itu ditunjukkan dengan hasil tanya jawab yang pembelajaran yang disusun sedemikian rupa untuk
dilakukan, diperoleh data sebanyak 12 dari 22 siswa kelas mencapai tujuan pembelajaran (Suprihatiningrum,
V SDN Kedungsoko 2 atau sekitar 54,55% siswa tuntas 2013:185).
hasil belajarnya sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Model pembelajaran kooperatif merupakan salah
Minimal (KKM) yang ditentukan untuk mata pelajaran satu model pembelajaran yang sangat popular untuk
bahasa Indonesia yaitu sebesar 75. Sementara itu, siswa diterapkan dalam berbagai bidang studi. Berkaitan
yang lainnya belum tuntas. dengan hal tersebut, Rusman (2012:209) berpendapat
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran membaca sekilas model pengajaran di mana siswa belajar dalam
di kelas, disimpulkan bahwa penyebab terjadinya kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
masalah tersebut adalah: (1) siswa belum mampu kemampuan berbeda dalam menyelesaikan tugas
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari dua teks, kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan
(2) penggunaan model pembelajaran konvensional oleh membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif
karena itu, perlu segera dicarikan solusi sebuah model adalah Student Teams Achievement Division (STAD).
pembelajaran inovatif. Model pembelajarfan kooperatif tipe STAD merupakan
Dari beberapa model pembelajaran inovatif yang model pembelajaran yang dikembangkanoleh Slavin dan
ada, model pembelajaran kooperatif tipe STAD teman-temannya di Universitas John Hopkin. Gagasan
merupakan model pembelajaran yang cocok untuk utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar
mengatasi masalah membandingkan isi dua teks dengan saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
membaca sekilas. Model pembelajaran kooperatif tipe menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.
STAD merupakan salah satu tipe dari model Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap siswa yang merupakan campuran menurut tingkat
kelompok 4-5 siswa secara heterogen (Trianto, 2007:52). prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan
Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe pelajaran, dan kemudia siswa bekerja dalam tim mereka
STAD sebagai solusi didasarkan pada pertimbangan memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD pelaaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes
memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (1) model tentang materi tersebut. Pada saat tes siswa tidak
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model diperbolehkan untuk bekerjasama.
pembelajaran yang sederhana dan mudah diadaptasi, (2) Student Teams Achievement Division (STAD)
siswa dibagi dalam kelompok-kelompok belajar yang merupakan pendekatan kooperatif yang paling sederhana.
heterogen, (3) model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan
memacu siswa untuk saling mendorong dan membantu informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
satu sama lain dalam menguasai keterampilan yang menggunakan presentasi verbal atau teks
diajarkan oleh guru, (4) interaksi antar siswa (Suprihatiningrum, 2013:202)
meningkatkan kemampuan mereka dalam menyampaikan
pendapat (Rusman, 2012:212). Kerjasama yang dilakukan dalaam STAD
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini merupakan kerjasama untuk bertukar jawaban,
memiliki tujuan antara lain: (1) mengetahui penerapan mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu
model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk sama lain, mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk
meningkatkan keterampilan membaca sekilas siswa kelas memecakan masalah, atau mendiskusikan isi materi yang
V SDN Kedungsoko2, (2) mengetahui hasil belajar siswa mereka pelajari.
kelas V SDN Kedungsoko 2 dengan menerapkan model Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan (3) mengetahui pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain: (1)
kendala-kendala yang dijumpai serta cara mengatasinya Perangkat pembelajaran, (2) Membentuk kelompok

2
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Sekilas Siswa Kelas V

belajar, (3) Menentukan skor awal, (4) Pengaturan tempat or organization, (4) Reading for inference, (5) Reading to
duduk, dan (5) Kerja kelompok. classify, (6) Reading to evaluate, dan (7) Rading to
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif compare or contrast.
yang lain, model pembelajaran Kooperatif tipe STAD Tujuan membaca pada poin ke tujuh yaitu reading
juga memiliki sintaks dalam setiap pembelajaran. sintaks to compare or contrast adalah tujuan membaca yang
model pembelajaran kooperatif dijelaskan pada tabel akan dilakukan pada penelitian ini. yaitu membandingkan
berikut: isi dua teks dengan membaca sekilas.
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Membaca sekilas (skimming) termasuk jenis
STAD membaca ekstensif yang merupakan membaca secara
Fase-Fase Kegiatan Guru luas. Objek baca dari keterampilan membaca ekstensif
Fase 1 Menyampaikan semua tujuan meliputi bacaan yang memiliki teks panjang. Dari teks
Menyampaikan pembelajaran yang ingin dicapai panjang tersebut, pembaca hanya memiliki waktu yang
tujuan dan pada pembelajaran tersebut dan singkat untuk mengetahui isi yang penting dari teks
memotivasi memotivasi siswa belajar. tersebut. Sehingga harus membaca dengan cepat dan
siswa efektif untuk menemukan isi penting suatu bacaan.
Fase 2 Menyajikan informasi kepada Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis
Menyajikan/ siswa dengan jalan membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat
menyampaikan mendemonstrasikan atau lewat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari
informasi bahan bacaan. serta mendapatkan informasi, penerangan (Tarigan,
Fase 3 Menjelaskan kepada siswa 2008:33). Sedangkan menurut Dalman (2013:16)
Mengorganisasi bagaimana caranya membentuk membaca layap-layap atau membaca sekilas atau
kan siswa dalam kelompok belajar dan membantu skimming adalah membaca dengan cepat untuk
kelompok- setiap kelompok belajar dan mengetahui isi suatu bacaan atau bagiannya.
kelompok membantu kelompok agar Membaca sekilas memiliki tiga tujuan utama
belajar melakukan transisi secara efisien. antara lain: (1) untuk memperoleh kesan umum suatu
Fase 4 Membimbing kelompok-kelompok buku, teks bacaan, artikel, atau tulisan singkat. (2) untuk
Membimbing belajar pada saat mereka menemukan hal tertentu dari suatu bacaan, (3) untuk
kelompok mengerjakan tugas mereka menemukan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
bekerja dan
belajar METODE
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan
Evaluasi materi yang telah diajarkan atau kelas (PTK) yakni jenis penelitian yang menurut
masing-masing kelompok Departemen Pendidikan Nasional (dalam Arikunto,
mempresentasikan hasil kerjanya 2012:1) merupakan penelitian yang sangat tepat untuk
Fase 6 Mencari cara-cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya
Memberikan menghargai baik upaya maupun dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara luas.
penghargaan hasil belajar individu dan kelompok Menurut Mulyasa (2010:11) penelitian tindakan
(Rusman, 2012:211) kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan
belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.
Bahasa Indonesia kompetensi membaca. Membaca Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan dengan peserta didik, atau oleh peserta didik dibawah
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
bahasa tulis (Tarigan, 2008:7). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru
Menurut Finochiaro dan Bonomo (dalam Tarigan, dan seluruh siswa kelas V SDN Kedungsoko 2 Sukomoro
2008:9), reading is bringing meaning to and geting Nganjuk. Dengan jumlah siswa 22 siswa, 9 siswa putra
meaning from printed or writen material. Membaca dan 13 siswa putri. Lokasi yang digunakan sebagai
adalah memberikan makna dan untuk mendapatkan penelitian tentang penerapan model pembelajaran
makna dari cetakan atau materi tulisan. kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan
Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008:10-11) membaca sekilas adalah SDN Kedungsoko 2, Kecamatan
Tujuan membaca antara lain: (1) Reading for details or Sukomoro, Nganjuk yang terletak di Desa Kedungsoko,
fact, (2) Reading for main ideas,(3) Reading for squence Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk.

3
JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah (1) di Teknik Analisis Data pada penelitian ini adalah
SDN Kedungsoko 2 kecamatan Sukomoro Kabupaten dengan teknik analisis data dengan cara deskriptif
Nganjuk terdapat masalah yang harus segera diatasi, (2) kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif maksudnya
para guru bersedia berkolaborasi dengan peneliti, dengan adalah dalam penelitian ini hanya menggambarkan objek
harapan penelitian bisa berhasil, (3) sekolah terbuka permasalahan untuk mencapai kejelasan masalah yang
terhadap dilaksanakannya penelitian, dan (4) kepala dibahas, sehingga dapat diketahui apakah ada
sekolah mengizinkan diadakan penelitian. penyimpangan-penyimpangan atau sudah sesuai dengan
Prosedur pelaksanaan penelitian ini mengacu pada teori-teori yang ada, selanjutnya dipergunakan sebagai
prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain: dasar untuk membahas permasalahan dalam penelitian
tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi, dan ini. Sedangkan deskriptif kuantitatif maksudnya adalah
refleksi pada setiap siklusnya. Pada tahap perencanaan dalam pembahasan juga diuraikan hasil yang dicapai
yang dilakukan antara lain; menganalisis kurikulum, dalam bentuk data numerik (data yang berupa angka).
menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen Rumus yang digunakan untuk menganalisis hasil
pengamatan yang akan dilakukan pada penelitian. observasi nilai ketercapaian aktivitas pembelajaran
Pada tahap pelaksanaan Pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
adalah perlakuan yang dilaksanakan peneliti berdasarkan
perencanaan yang telah disusun, yaitu peneliti P= x 100%
mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang
telah disusun pada tahap perencanaan dalam suatu Keterangan:
kegiatan pembelajaran. P : persentase keterlaksanaan aktivitas pembelajaran
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan f : frekuensi aktivitas yang muncul
tahap pelaksanaan. Ketika proses pembelajaran, peneliti N : Jumlah aktivitas keseluruhan
melakukan observasi terhadap perilaku siswa dan guru (Indarti, 2008:26)
untuk melihat ketercapaian dan keterlaksanaan aktivitas Sedangkan untuk menganalisis persentase
pembelajaran. Dalam melaksanakan pengamatan keterlaksanaan aktivitas pembelajaran digunakan rumus
(observasi) observer berpedoman pada instrumen sebagai berikut:
observasi. Sementara itu, hal-hal lain yang tidak sesuai
dengan kegiatan pembelajaran dicatat dalam lembar P= x 100
catatan lapangan.
Tahap refleksi merupakan tahap akhir dari setiap Keterangan:
siklus untuk melihat berbagai kekurangan dari aktivitas P : nilai ketercapaian aktivitas pembelajaran
yang telah dilakukan. Pada tahap refleksi peneliti dan f : banyaknya aktivitas yang dilakukan
guru berkumpul untuk membahas data-data yang N : jumlah aktivitas keseluruhan
diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran. Apabila dalam (Arikunto, 2010:245)
pelaksanaan pembelajaran diperoleh data-data dan Selanjutnya yaitu keberhasilan hasil tes adalah
catatan-catatan yang mengidentifikasikan adanya apabila siswa telah mencapai KKM yang diterapkan di
kekurangan dalam proses pembelajaran, maka tahap SDN Kedungsoko 2 untuk mata pelajaran Bahasa
tersebut akan dilakukan perencanaan ulang oleh peneliti Indonesia yaitu memperoleh nilai lebih besar dari atau
dan guru, sehingga dihasilkan perencanaan baru yang sama dengan 75. Sedangkan persentase keberhasilan
siap untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. kelas dihitung secara klasikal dengan menggunakan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara rumus:
lain: (1) data hasil pengamatan aktivitas pembelajaran
dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan P= x 100%
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
(2) data catatan lapangan hasil temuan-temuan dari Keterangan:
aktivitas pembelajaran yang tidak terdapat pada data P : Persentase keberhasilan kelas
pedoman observasi aktivitas pembelajaran, dan (3) data f : Jumlah siswa yang tuntas
hasil tes siswa sebagai hasil evaluasi belajar n : Jumlah siswa seluruhnya
membandingkan isi dua teks dengan membaca sekilas (Aqib, 2010:41)
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Sementara itu nilai rata-rata ketuntasan siswa
STAD. Adapun teknik pengumpulan data yang dianalisis menggunakan rumus:
digunakan dalam penelitian ini antara lain: Observasi, P = ∑X
catatan lapangan dan Tes. ∑N

4
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Sekilas Siswa Kelas V

pada kegiatan apersepsi, hasil temuan informasi yang


Keterangan: diperoleh siswa dalam lagu tidak dicatat di papan tulis,
P : nilai rata-rata (2) siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam
∑X : jumlah semua nilai siswa penyampaian materi pembelajaran. sehingga membuat
∑N : jumlah siswa siswa kurang fokus terhadap kegiatan pembelajaran, (3)
penguasaan kelas masih kurang, (4) guru tidak memberi
Indikator Keberhasilan penelitian antara lain: (1) pengertian kepada siswa yang tidak setuju terhadap
Aktivitas pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila pembentukan kelompok belajar, (5) ada dua kelompok
nilai ketecapaian aktivitas pembelajaran 80, (2) belajar yang kurang optimal dalam kegiatan diskusi, (6)
Ketuntasan belajar siswa apabila hasil belajar individu kegiatan pengerjaan LKS melebihi batas waktu yang
mencapai sama dengan atau lebih dari 75, sedangkan ditentukan, (7) peneliti kurang membimbing kegiatan
ketuntasan klasikal sama dengan atau lebih dari 80%, dan presentasi, sehingga sikap siswa kurang tertib.
(3) Kendala-kendala yang dijumpai pada kegiatan Sementara itu, keterlaksanaan dan ketercapaian
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran aktivitas pembelajaran di observasi oleh dua observer.
kooperatif tipe STAD pada pelajaran bahasa Indonesia Berikut adalah hasil observasi pada pertemuan pertama:
materi membandingkan isi dua teks dengan membaca Tabel 2. Aktivitas Pembelajaran Siklus I Pertemuan
sekilas dapat ditemukan solusinya. Pertama
Skor Keterlaksanaan
No Aspek yang dinilai Rerata
HASIL DAN PEMBAHASAN O1 O2 Ya Tidak
1 Apersepsi dan
Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Masing- memotivasi siswa
3 2 2,5 √

masing siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu 2 Menyampaikan tujuan


3 3 3 √
4 x 35 menit. Siklus pertama dilaksanakan pada 21 pembelajaran
3 Menyampaikan materi
Februari 2014 pada pertemuan pertama dan 22 Februari pembelajaran
2014 pada pertemuan kedua. Sedangkan siklus kedua membaca sekilas dan 3 3 3 √
dilaksanakan pada 28 Februari 2014 pada pertemuan menemukan informasi
pada teks
pertama dan 1 maret 2014 pada siklus kedua. 4 Pembentukan
3 3 3 √
Sebelum melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan kelompok belajar
5 Pembagian LKS
Kelas) Siklus I, peneliti telah melakukan identifikasi “Menemukan 3 3 3 √
masalah dengan melakukan observasi terlebih dahulu Informasi Pada Teks”
untuk mengetahui permasalahan pembelajaran Bahasa 6 Kuantitas bimbingan
5 5 5 √
kelompok
Indonesia yang dihadapi siswa kelas V SDN 7 Intensitas bimbingan
4 4 4 √
Kedungsoko 2. Hal-hal yang diobservasi berkaitan kelompok
8 Membimbing
dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru presentasi hasil diskusi
2 2 2 √
dan siswa. 9 Evaluasi 4 4 4 √
Tahap awal setelah dilakukan identifikasi masalah 10 Memberikan
penghargaan kepada 5 5 5 √
adalah membuat perencanaan antara lain: (1) analisis kelompok yang terbaik
kurikulum Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar Jumlah skor yang diperoleh 35 34 34,5 10
Skor Maksimal 50 50 50 10
Standar Kompetensi 7 Memahami teks dengan membaca
Ketercapaian aktivitas
sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak. 69 100%
pembelajaran
pada Kompetensi Dasar 7.1 Membandingkan isi dua teks
yang dibaca dengan membaca sekilas, (2) menyusun
perangkat pembelajaran, dan (3) menyiapkan instrumen Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada
penelitian. pertemuan pertama, besar persentase keterlaksanaan
Selanjutnya adalah proses pelaksanaan tindakan aktivitas pembelajaran adalah sebesar 100%. Sementara
dan observasi aktivitas pembelajaran. Pada pelaksanaan nilai/ skor ketercapaian aktivitas pembelajarn pada
kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana pertemuan pertama adalah sebesar 69. Tabel di atas
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sesuai menunjukkan bahwa aktivitas dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5,
dengan fase pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. 6, dan 8 masih perlu diperbaiki pada pertemuan
Dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi beberapa hal berikutnya, karena mendapatkan skor 2-3 dari skor
yang belum sesuai fase pembelajaran STAD. maksimal 5. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas-
Hal-hal yang belum sesuai dengan fase kativitas yang disebutkan di atas masih tergolong dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut dicatat pada kategori cukup baik dan kurang.
lembar catatan lapangan. Hal-hal tersebut antara lain: (1)

5
JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

Sementara itu, pada petemuan kedua hasil Pada siklus I baik pada pertemuan pertama
observasi aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut: maupun pertemuan kedua besar persentase
keterlaksanaan aktivitas pembelajaran adalah 100%.
Tabel 3. Aktivitas Pembelajaran Siklus I Pertemuan
Kedua Sehingga, jika dirata-rata maka besarnya akan tetap
Skor Keterlaksanaan 100%. Sementara itu besar nilai ketercapaian aktivitas
No Aspek yang dinilai Rerata
O1 O2 Ya Tidak pembelajaran diperoleh rata-rata nilai ketercapaian
1 Apersepsi dan aktivitas pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu 69
4 3 3,5 √
memotivasi siswa dan pertemuan kedua sebesar 75, maka nilai rata-rata
2 Menyampaikan
ketercapaian siswa adalah sebesar 72.
tujuan 4 3 3,5 √
pembelajaran Sementara itu, hasil belajar siswa pada siklus I
3 Menyampaikan ditunjukkan pada tabel berikut:
materi
pembelajaran 4 3 3,5 √ Tabel 4. Hasil Belajar Siswa
membandingkan No Nama Siswa Nilai Keterangan
isi dua teks 1 Amatari Alfian P 79,0 T
4 Pembentukan 2 Andrian Candra P 71,0 TT
3 3 3 √
kelompok belajar
3 Brilian Rahma K 76,0 T
5 Pembagian LKS
“Membandigkan 3 3 3 √
4 Deny Dwi Prasetyo 69,0 TT
Isi Dua Teks” 5 Febby Yulianti 59,0 TT
6 Kuantitas 6 Fitri Maulida R.A 79,0 T
bimbingan 5 5 5 √ 7 Hesty Ayu Nur F. 76,0 T
kelompok 8 Johan Putra R. 62,0 TT
7 Intensitas
bimbingan 4 4 4 √
9 Khoirun Nisa 82,0 T
kelompok 10 Koko Hermanto 65,0 TT
8 Membimbing 11 Lintang Balgista T 68,0 TT
presentasi hasil 3 3 3 √ 12 Manise Anggraini B 76,0 T
diskusi 13 M. Rizal Evendi 75,0 T
9 Evaluasi 4 4 4 √
14 Nafisatul Mujayanah 68,0 TT
10 Memberikan
penghargaan
15 Nurul Septiana 65,0 TT
5 5 5 √ 16 Putri Aprilia Karisma 78,0 T
kepada kelompok
yang terbaik 17 Ricard Dean T 78,0 T
Jumlah skor yang
39 36 37,5 10 18 Ridho Ismet Sofyan 75,0 T
diperoleh 19 Riski Intan Maulidea 78,0 T
Skor Maksimal 50 50 50 10
20 Sasa Lelisa R 82,0 T
Persentase hasil
observasi
75 100% 21 Viola Agustina M 79,0 T
Keterangan: 22 Yuni Marlina 75,0 T
O1 : Observer 1 Keterangan:
T : Tuntas
O2 : Observer 2
TT : Tidak Tuntas

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa Berdasarkan data diatas yang telah dianalisis,
persentase keterlaksanaan pembelajaran adalah sebesar diperoleh bahwa besar persentase rata-rata ketuntasan
100%. Sementara itu, nilai/ skor ketercapaian aktivitas klasikal siswa pada siklus I, sebesar 63,64%, sedangkan
pembelajaran adalah sebesar 75. Tabel di atas rata-rata ketuntasan siswa adalah sebesar 77,7, dengan
menunjukkan bahwa aktivitas nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan jumlah nilai siswa yang tuntas 1.088,0 dan jumlah siswa
8 masih perlu diperbaiki pada siklus berikutnya, karena yang tuntas 14 siswa. Dalam melaksanakan kegiatan
hanya mendapat skor 3-3,5 dari 5 skor. Hal ini pembelajaran pada siklus I ini, masih memerlukan
menunjukkan bahwa aktivitas-kativitas yang disebutkan beberapa perbaikan pada kegiatan pembelajaran
di atas masih tergolong dalam kategori cukup baik. selanjutnya.
Selain hal di atas ada beberapa hal yang Berdasarkan refleksi hasil observasi dan tes pada
ditemukan oleh observer yang dicatat dalam lembar siklus I, dilakukan pembelajaran pada siklus II untuk
catatan lapangan, antara lain: (1) siswa tidak dilibatkan memperbaiki kekurangan pada siklus I. Pada siklus II
secara aktif dalam kegiatan apersepsi. (2) siswa tidak prosedur yang dilakukan tidak berbeda mulai dari
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan penjelasan materi perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi.
pembelajaran, sehingga kondisi kelas sangat gaduh.

6
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Sekilas Siswa Kelas V

Perencanaan tidak jauh berbeda dengan siklus I, Sementara itu pada pertemuan kedua, hasil
yaitu membuat perencanaan pembelajaran dan observasi aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:
mempersiapkan instrumen penelitian. Dalam pelaksanaan
Tabel 6. Aktivitas Pembelajaran Siklus II
tindakan, juga dilakukan observasi aktivitas
Pertemuan Kedua
pembelajaran. berikut akan ditunjukkan hasil observasi Aspek yang Skor Rera Keterlaksanaan
No
pelaksanaan pembelajaran: dinilai O1 O2 ta Ya Tidak
1 Apersepsi dan
Tabel 5. Aktivitas Pembelajaran Siklus II memotivasi 5 4 4,5 √
siswa
Pertemuan Pertama 2 Menyampaikan
Aspek yang Skor Keterlaksanaan tujuan 4 4 4 √
No Rerata
dinilai O1 O2 Ya Tidak pembelajaran
Apersepsi dan 5 4 4,5 √ 3 Menyampaikan
1 materi
memotivasi siswa
Menyampaikan 4 4 4 √ pembelajaran
membaca
2 tujuan 5 4 4,5 √
sekilas dan
pembelajaran menemukan
Menyampaikan 5 4 4,5 √ informasi pada
materi teks
pembelajaran 4 Pembentukan
3 membaca sekilas kelompok 4 4 4 √
belajar
dan menemukan
5 Pembagian LKS
informasi pada
“Menemukan
teks 3 3 3 √
Informasi Pada
Pembentukan 4 4 4 √ Teks”
4
kelompok belajar 6 Kuantitas
Pembagian LKS 3 3 3 √ bimbingan 5 5 5 √
“Menemukan kelompok
5 7 Intensitas
Informasi Pada
bimbingan 4 4 4 √
Teks” kelompok
Kuantitas 5 5 5 √ 8 Membimbing
6 bimbingan presentasi hasil 4 3 3,5 √
kelompok diskusi
Intensitas 4 4 4 √ 9 Evaluasi 4 4 4 √
7 bimbingan 10 Memberikan
penghargaan
kelompok
kepada 5 5 5 √
Membimbing 4 3 3,5 √ kelompok yang
8 presentasi hasil terbaik
diskusi Jumlah skor yang
43 40 41,5 10
9 Evaluasi 4 4 4 √ diperoleh
Memberikan 5 5 5 √ Skor Maksimal 50 50 50 10
penghargaan Persentase hasil
10 83 100%
observasi
kepada kelompok
yang terbaik Keterangan:
Jumlah skor yang O1 : Observer 1
43 40 41,5 10
diperoleh O2 : Observer 2
Skor Maksimal 50 50 50 10
Persentase hasil
83 100% Berdasarkan data diatas, diperoleh bahwa besar
observasi
persentase ketercapaian aktivitas pembelajaran siklus II
Keterangan:
pada pertemuan pertama adalah sebesar 100%, sedangkan
O1 : Observer 1
nilai ketercapaian aktivitas pembelajaran adalah sebesar
O2 : Observer 2
83. Selain hal di atas ada beberapa hal yang ditemukan
Berdasarkan data diatas, diperoleh bahwa besar oleh observer yang dicatat dalam lembar catatan lapangan,
persentase ketercapaian aktivitas pembelajaran siklus II antara lain: (1) kegiatan pembentukan kelompok belajar
pada pertemuan pertama adalah sebesar 100%, sedangkan belum kondusif. Siswa masih ramai dalam pembentukan
nilai ketercapaian aktivitas pembelajaran adalah sebesar kelompok belajar, (2) waktu pengerjaan LKS masih
83. Selain hal di atas ada beberapa catatan lapangan, belum sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
antara lain: (1) kegiatan pembentukan kelompok belajar Pada siklus II baik pada pertemuan pertama
belum kondusif. (2) waktu pengerjaan LKS masih belum maupun pertemuan kedua besar persentase
sesuai dengan jadwal yang ditentukan. keterlaksanaan aktivitas pembelajaran adalah 100%.
Sehingga, jika dirata-rata maka besarnya akan tetap

7
JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

100%. Sementara itu besar nilai ketercapaian aktivitas belajar, (3) beberapa kelompok kurang mengoptimalkan
pembelajaran baik pada pertemuan pertama maupun kesempatan berdiskusi dengan mendominasi diskusi dan
pertemuan kedua adalah sebesar 83, sehingga jika dirata- sebaliknya ada yang hanya ikut menyumbang nama,
rata maka diperoleh nilai ketercapaian aktivitas ramai sendiri, bahkan mengganggu teman lainnya, dan
pembelajaran pada siklus II adalah sebesar 83 (4) kegiatan presentasi hasil diskusi yang kurang tertib.
Sementara itu, hasil belajar siswa,ditunjukkan Setelah menjumpai kendala-kendala seperti yang
dalam tabel berikut: telah disampaikan di atas, peneliti menggunakan
Tabel 7. Data Hasil Belajar Siswa beberapa cara untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
No Nama Siswa Nilai Keterangan Cara mengatasi kendala-kendala di atas antara lain: (1)
1 Amatari Alfian P 85 T peneliti meminta siswa yang kurang fokus terhadap
penjelasan materi oleh peneliti, ramai sendiri, dan
2 Andrian Candra P 80 TT
mengganggu temannya untuk maju kedepan untuk
3 Brilian Rahma K 80 T
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti,
4 Deny Dwi Prasetyo 65 TT
membantu peneliti menjelaskan isi dua teks atau
5 Febby Yulianti 60 TT membandingkannya, (2) kepada siswa yang tidak setuju
6 Fitri Maulida R.A 85 T terhadap pembentukan kelompok belajar diberikan
7 Hesty Ayu Nur F. 80 T pengertian bahwa dengan berganti-ganti teman belajar
8 Johan Putra R. 67,5 TT akan membuatnya lebih akrab dengan teman yang lain
9 Khoirun Nisa 100 T selain teman bermainnya, dan akan membantunya serta
10 Koko Hermanto 75 TT teman lain dalam kelompoknya untuk mendapat hasil
11 Lintang Balgista Tahta 72,5 TT belajar yang maksimal karena mereka akan saling
12 Manise Anggraini B 80 T menunjukkan dan mengecek kebenaran informasi yang
diperoleh dan perbandingan dari dua teks yang diberikan,
13 M. Rizal Evendi 75 T
(3) kepada siswa yang lebih dominan dalam diskusi
14 Nafisatul Mujayanah 75 TT
kelompok, diberikan pengertian bahwa dia adalah siswa
15 Nurul Septiana 75 TT memiliki ilmu dan kemampuan yang lebih dibandingkan
16 Putri Aprilia Karisma 80 T temannya. Oleh karena itu, dia diberi kesempatan untuk
17 Ricard Dean Triatmaja 80 T membantu temannya agar ilmu dan kemampuan yang
18 Ridho Ismet Sofyan F 75 T dimilikinya bermanfaat. Sementara untuk siswa yang
19 Riski Intan Maulidea 80 T tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, diberi
20 Sasa Lelisa R 92,5 T pengertian bahwa kegiatan diskusi ini membantunya
21 Viola Agustina M 92,5 T untuk meningkatkan kemampuannya. Sehingga, dia akan
22 Yuni Marlina 80,0 T mendapat hasil yang maksimal saat mengerjakan lembar
evaluasi, dan (4) dalam kegiatan presentasi hasil diskusi
Keterangan:
peneliti lebih membimbing proses presentasi. Sehingga
T : Tuntas
sikap siswa lebih tertib saat melakukan presentasi.
TT : Tidak Tuntas
Dalam penelitian, nilai besar persentase
Persentase banyaknya siswa yang berhasil keterlaksanaan aktivitas pembelajaran secara keseluruhan
mencapai nilai minimal adalah sebesar 81,82%. Nilai dan utuh dapat dilihat pada diagram. tanpa terpisah-pisah.
rata-rata ketuntasan siswa adalah sebesar 85,42% dengan Satu diagram memuat dua hasil penelitian, yaitu hasil
jumlah nilai siswa yang tuntas 1.537,5 dan jumlah siswa penelitian pada siklus I dan hasil penelitian pada siklus II.
yang tuntas 18 siswa. Berikut kita bahas satu persatu. Mulai dengan
Dalam penelitian dijumpai hal-hal yang tidak membahas persentase keterlaksanaan pembelajaran
sesuai dengan keinginan penggunaan model dengan membaca sekilas. berikut adalah hasilnya:
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal tersebut
merupakan kendala bagi peneliti dalam pelaksanaan
tindakan sebagai upaya peningkatan keterampilan
membandingkan isi dua teks dengan membaca sekilas.
Kendala-kendala tersebut antara lain: (1) kondisi kelas
kurang kondusif dengan adanya beberapa siswa kurang
fokus terhadap penjelasan materi oleh peneliti dan ramai
sendiri bahkan mengganggu temannya yang lain, (2) ada
siswa yang tidak setuju dengan pembentukan kelompok

8
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Sekilas Siswa Kelas V

Berdasarkan diagram diatas tampak bahwa hasil


100% 100% 100%
belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu sebesar 63,64%
80% menjadi 81,82% pada siklus II.
Sementara itu nilai rata-rata ketuntasan siswa
60% dapat dilihat pada diagram berikut:
Siklus I
40% 100
Siklus II
90 85,42
20% 77,71
80
0% 70
siklus I siklus II 60
50
Diagram 1. Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran 40
30
Berdasarkan diagram diatas, terlihat bahwa 20
persentase keterlaksanaan pembelajaran baik pada siklus 10
I maupun siklus II adalah sebesar 100%. Hal tersebut 0
menunjukkan bahwa seluruh aktivitas pembelajaran rata-rata ketuntasan rata-rata ketuntasan
terlaksana. siswa siswa

100 Siklus I Siklus II


83
80 72 Diagram 4. Rata-Rata Ketuntasan Siswa

60 Berdasarkan diagram di atastampak bahwa nilai


Siklus
I rata-rata ketuntasan siswa meningkat dari 77,71 pada
40
siklus I menjadi 85,42 pada siklus II. Hal ini
Siklus
II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
20
siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif.
0 Selain terjadi peningkatan aktivitas pembelajaran
siklus I Siklus II yang terrekam pada lembar observasi, aktivitas
pembelajaran yang tidak terekam pada lembar observasi
Diagram 2. Ketercapaian Aktivitas Pembelajaran juga mengalami peningkatan. Pada siklus I Banyak sekali
kekurangan yang dilakukan oleh peneliti maupun siswa
Berdasarkan diagram di atas, diperoleh bahwa nilai dalam melakukan aktivitas kegiatan pembelajaran
ketercapaian aktivitas pembelajaran pada siklus I adalah dibandingkan pada siklus II. Pada siklus I terdapat sekitar
sebesar 72 dan meningkat pada siklus II menjadi 83. tujuh poin, hal yang perlu diperbaiki baik oleh peneliti
Sementara itu, hasil belajar siswa secara klasikal maupun siswa. sementara pada siklus II hanya terdapat
pada penelitian tiap siklus secara keseluruhan dapat dua catatan saja. Hal itu menunjukkan bahwa aktivitas
dilihat pada diagram berikut: pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti maupun siswa
100% meningkat.
81,82% Peningkatan ini tentunya disebabkan oleh adanya
80% kemauan baik dari penelti maupun siswa untuk
63,64%
60% meningkatkan keterampilan membandingkan isi dua teks
dengan membaca sekilas melalui penggunaan model
40% pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan
aktivitas pembelajaran yang tidak terekam pada lembar
20%
observasi yang meningkat antara lain:
0% Kejadian siswa kurang fokus terhadap penjelasan
Siklus I Siklus II materi pembelajaran yang terjadi pada siklus I, Pada
siklus II hal ini dapat diatasi. Peneliti meminta siswa
Siklus I Siklus II
yang kurang fokus terhadap penjelasan materi oleh
peneliti, ramai sendiri, dan mengganggu temannya untuk
Diagram 3. Hasil Belajar Siswa secara Klasikal maju kedepan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

9
JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

oleh peneliti, membantu peneliti menjelaskan isi dua teks penyelesaian hasil lembar evaluasi. Pada siklus II hasil
atau membandingkannya. Sehingga tidak ada lagi pengerjaan evaluasi belajarnya meningkat.
gangguan yang muncul saat penyampaian materi Pada siklus I terdapat dua kelompok yang kurang
pembelajaran. Pada siklus II, siswa tersebut menjadi lebih optimal dalam melaksanakan kegiatan diskusi kelompok.
fokus terhadap penjelasan materi oleh penelti. Sehingga Hal tersebut berdampak buruk pada masing-masing
siswa yang lain sudah tidak ada yang mengganggu lagi. individu pada kelompok tersebut. Pada kelompok yang
Hal tersebut membuat seluruh siswa lebih fokus pada kurang optimal dalam melakukan kegiatan diskusi
penyampaian materi oleh peneliti dalam aktivitas kelompok, ada dua jenis siswa yang membuat diskusi
pembelajaran. Siswa yang jahil tersebut, juga ikut kelompok kurang optimal.
berperan aktif dalam penjelasan materi pembelajaran. Hal Pertama adalah jenis siswa yang mendomonasi
itu berdampak positif bagi siswa tersebut. Hasil jalannya diskusi. Pada kelompok pertama, siswa tersebut
belajarnya pada siklus II meningkat. merupakan siswa dengan prestasi terbaik di kelasnya. Dia
Pada siklus I, terdapat siswa yang tidak setuju menganggap dirinya paling mampu dari pada temannya.
dengan pembentukan kelompok belajar. Siswa tersebut Sehingga dia memilih mengerjakan sendiri lembar
merupakan siswa dengan tingkat sosialisasi yang rendah. kegiatan siswa yang diberikan oleh peneliti agar lembar
Dia hanya berteman dengan dua orang teman. Sementara kegiatan kelompoknya mendapat nilai terbaik di
dengan teman yang lain dia kurang akrab. Hal itu kelasnya.
membuat siswa tersebut tidak mau mengambil peran Pada kelompok kedua yang kurang optimal
dalam kegiatan diskusi. Siswa tersebut hanya diam saja melakukan kegiatan diskusi kelompok, siswa yang
menunggu jawaban dari temanya selesai dan tidak mendominasi merupakan siswa dengan prestasi belajar
mengambil kesempatan berlatih membadingkan isi dua terbaik ke tiga di kelas. Kasusnya sama dengan siswa
teks dengan membaca sekilas. Padahal dalam kegiatan pada kelompok pertama. Dia menggagap bahwa dirinya
pembelajaran kooperatif, harusnya siswa dapat lebih mampu dibandingkan dengan siswa lainnya dalam
berinteraksi dengan baik agar sling menunjang satu kelompoknya. Sehingga dia mengerjakan sendiri
keberhasilan diri sendiri dan kelompoknya. Karakteristik lembar kegiatan yang diberikan oleh peneliti.
pembelajaran kooperatif saling ketergantungan positif Kedua, merupakan jenis siswa yang kurang aktif
(Nurhadi dan Senduk dalam Pitoyo dkk, 2012:23-24) dalam kegiatan diskusi. Siswa ini hanya menitipkan nama
juga tidak nampak pada siswa tersebut. Sehingga hal itu saja dalam kelompoknya. Selanjutnya dia asik bermain,
berakibat pada nilai siswa tersebut pada siklus I yang bercanda bahkan mengganggu teman lain yang berbeda
kurang memuaskan bahkan dia tidak tuntas pada saat kelompok dengannya. Hal tersebut kemungkinan terjadi
pengerjaan lembar evaluasi. karena dia tidak diberi peran dalam kegitan diskusi
Pada siklus II, siswa yang tidak setuju terhadap kelompok.
pembentukan kelompok belajar diberikan pengertian Hal tersebut sangat bertentangan dengan
bahwa dengan berganti-ganti teman belajar akan pembelajaran kooperatif yang memiliki karakteristik
membuatnya lebih akrab dengan teman lain selain teman mengembangkan keterampilan menjalin hubungan antar
bermainnya, dan akan membantunya serta teman lain pribadi (interpersonal relationship). Pengembangan
dalam kelompoknya untuk mendapat hasil belajar yang kemampuan tersebut dilakukan dengan melatihkan siswa
maksimal karena mereka akan saling menunjukkan dan untuk bersikap sopan, tenggang rasa, mengkritik ide
mengecek kebenaran isi dan perbandingan dari dua teks bukan pribadi, tidak mendominasi pembicaraan,
yang diberikan. menghargai pendapat orang lain, dst (Nurhadi dan
Hal tersebut disampaikan kepada siswa, Senduk dalam Pitoyo dkk, 2012:23-24).
mengingat bahwa tujuan pembelajaran menggunakan Akan tetapi, pada siklus II kepada siswa yang
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah lebih dominan dalam diskusi kelompok, diberikan
pengembangan terhadap keterampilan sosial, penerimaan pengertian bahwa dia adalah siswa yang mampu dalam
terhadap keberagaman, dan unggul dalam hal akademik menjelaskan isi dan membandingkan isi dua teks oleh
(trianto,2007:44). Karena mengingat ketiganya sangat guru. Oleh karena itu, dia diberi kesempatan untuk
berguna bagi kehidupan siswa baik di sekolah maupun di membantu temannya memahamkan isi dua teks dan
masyarakat. membandingkan isinya agar ilmu dan kemampuan yang
Setelah diberikan pengertian seperti diatas, dimilikinya bermanfaat. Sementara untuk siswa yang
akhirnya pada siklus II, siswa tersebut mau terlibat aktif tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, diberi
melaksanakan kegiatan diskusi bersama dengan teman pengertian bahwa kegiatan diskusi ini membantunya
satu kelompoknya. Tindakan yang dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjelaskan
tersebut ternyata berdampak positif baginya dalam isi dua teks dan membandingkannya. Sehingga, dia akan

10
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Sekilas Siswa Kelas V

mendapat hasil yang maksimal saat mengerjakan lembar maju kedepan untuk berperan aktif dalam kegiatan
evaluasi. Karena keterampilan menjelaskan isi dua teks menjelaskan materi pembelajaran atau membandinkan isi
dan membandingkannya telah lebih baik dengan diskusi dua teks, (2) siswa diberi pengertian bahwa dengan
dan saling mengecek satu sama lain. berganti-ganti teman belajar akan membuatnya lebih
Pada Siklus I, peneliti kurang membimbing akrab dengan teman selain teman bermainnya, dan akan
jalannya proses presentasi hasil diskusi. Hal ini membantunya serta teman lain dalam kelompoknya untuk
berdampak pada sikap siswa yang kurang baik pada saat mendapat hasil belajar yang maksimal karena mereka
proses presentasi hasil diskusi. Siswa yang membaca akan saling menunjukkan serta mengecek kebenaran isi
hasil presentasi diskusinya hanya satu orang. Sementara dan perbandingan dari dua teks yang diberikan, (3) siswa
yang lain hanya maju, diam bahkan ada yang bergurau dalam kelompok diberi pemahaman bahwa kegiatan
sendiri dengan teman yang lain. diskusi ini membantu mereka untuk saling melengkapi
Pada siklus II, hal ini sudah tidak tampak lagi, dan mengecek isi serta perbandingan isinya agar
karena peneliti telah memberikan arahan atau bimbingan memperoleh hasil yang maksimal, (4) peneliti
untuk melakukan kegiatan presentasi. Dalam kegiatan memberikan bimbingan untuk kegiatan presentasi hasil
presentasi, peneliti berdiri disamping siswa yang diskusi agar merubah sikapnya menjadi lebih baik.
melakukan kegiatan presentasi dan mendampingi setiap
kelompok yang melakukan kegiatan presentasi. Hal ini Saran
berdampak positif terhadap siswa. Sikap siswa menjadi Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model
lebih baik. Sehingga kegiatan presentasi berjalan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan
tertib. keterampilan membandingkan isi dua teks dengan
membaca sekilas siswa kelas V SDN Kedungsoko 2,
PENUTUP disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) bagi guru, dalam
Simpulan melakukan kegiatan pembelajaran hendaknya guru
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan
telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat sesuai dengan karekteristik materi dan siswa. Seperti
disimpulkan bahwa: Penggunaan model pembelajaran halnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
kooperatif tipe STAD meningkatkan keterampilan STAD yang sangat sederhana dan mudah diadaptasi
membandingkan isi dua teks dengan membaca sekilas untuk membandingkan isi dua teks dengan membaca
siswa kelas V SDN Kedungsoko 2 Sukomoro Nganjuk sekilas. Guru hendaknya lebih peka terhadap siswa yang
dengan meningkatkan aktivitas pembelajaran dari siklus I memiliki kemampuan sosial yang rendah dan
ke siklus II sebesar11%, yaitu dari 72% menjadi 83%, membimbingnya untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Hasil belajar membandingkan isi dua teks dengan Agar kelak dalam kehidupan bermasyarakat siswa tidak
membaca sekilas siswa kelas V SDN Kedungsoko 2 kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain, (2) bagi
Sukomoro Nganjuk meningkat setelah menggunakan sekolah, Sekolah akan maju dan berkembang secara
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal itu dapat maksimal jika memiliki keterbukaan terhadap
dilihat pada nilai hasil belajar siswa yang meningkat dari pengembangan pembelajaran. Pihak sekolah sebaiknya
siklus I ke siklus II sebesar 18,18%, yaitu dari 63,64% mendukung setiap inovasi yang ingin dikembangkan guru
menjadi 81,82%, Kendala-kendala yang dijumpai dalam dengan memberikan fasilitas untuk menunjang kegiatan
kegiatan pembelajaran membandingkan isi dua teks deng pembelajaran yang memadai dan memberikan
membaca an sekilas siswa kelas V SDN Kedungsoko 2, keleluasaan dalam mengembangkan proses pembelajaran
antara lain: (1) kondisi kelas kurang kondusif dengan melalui pengembangan strategi-strategi pembelajaran,
adanya beberapa siswa kurang fokus terhadap penjelasan metode-metode maupun model-model pembelajaran yang
materi oleh peneliti, ramai sendiri bahkan mengganggu sesuai demi tercapainya kualitas pembelajaran yang
temannya yang lain, (2) ada siswa yang tidak setuju semakin baik, dan (3) bagi peneliti lain, selama penelitian
dengan pembentukan kelompok belajar, (3) beberapa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
kelompok kurang mengoptimalkan kesempatan STAD untuk meningkatkan keterampilan
berdiskusi, (4) kegiatan presentasi hasil diskusi yang membandingkan isi dua teks dengan membaca sekilas,
kurang tertib. masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Cara mengatasi kendala-kendala yang dijumpai dalam Sebaiknya peneliti lain lebih memaksimalkan pada proses
kegiatan pembelajaran membandingkan isi dua teks pemberian contoh dan diskusi, agar keterampilan siswa
dengan membaca sekilas siswa kelas V SDN untuk membandingkan isi dua teks dengan membaca
Kedungsoko 2, antara lain: (1) siswa yang kurang fokus, sekilas lebih baik.
ramai sendiri, bahkan mengganggu temannya diminta

11
JPGSD.Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk
Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: CV. Yrama
Widya.
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Penulisan Ilmiah. Surabaya: Lembaga
Penerbitan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Surabaya
Mulyasa, E. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas
Menciptakan Perbaikan Berkesinambungan.
Bandung: Rosda
Pitoyo, Andri., Atrup & Kuntjojo. 2012.Model-Model
Pembelajaran. Kediri: Universitas Nusantara
PGRI
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT Raja Gravindo Persada
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran:
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Badung: Angkasa
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Kontruktivistik. Surabaya: Prestasi
Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai