Anda di halaman 1dari 14

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOIDA (Ekstrak Piper nigrum L.)

1. NOVIA EKA PURIANI (201610410311150)


2. ANDRI SAPUTRA DUNGGIO (201610410311158)
3. NADIA PUTRI YURADA (201610410311170)
4. RACHMAH AYU ALISYAH (201610410311190)

KELOMPOK 1

FARMASI D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
I. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan alkaloida


dalam tanaman.

II. Tinjauan Pustaka


A. Alkaloida
Ladenburg mendefinisikan alkaloid, 'sebagai senyawa tanaman
alami yang memiliki karakter dasar dan mengandung setidaknya satu
nitrogen dalam cincin heterosiklik'. Istilah alkaloid (atau yang mirip alkali)
pertama kali dan terutama diusulkan oleh apoteker, W. Meissner, pada tahun
1819, untuk senyawa dasar yang mengandung nitrogen yang berasal dari
tanaman. (Ashutosh, 2008)
a. Fungsi Alkaloida didalam Tumbuhan
 Sebagai agen beracun yang berlokasi strategis di tanaman sehingga
melindungi mereka terhadap hewan herbivora atau serangga,
 Sebagai produk sampingan yang mungkin dari berbagai reaksi
detoksifikasi mewakili penguncian metabolik senyawa, jika tidak
berbahaya atau merugikan tanaman,
 Sebagai faktor regulasi pertumbuhan , dan
 Sebagai zat cadangan dalam tanaman yang mampu memasok
nitrogen atau elemen lain yang diperlukan untuk kebutuhannya.
(Ashutosh, 2008)
b. Kelarutan Alkaloida

Telah diamati bahwa basa alkaloid ditemukan cukup larut dalam


pelarut organik, seperti: kloroform, pelarut yang relatif non-polar
(heksana, benzena, petroleum eter), pelarut bercampur, alkohol rendah
(metanol, etanol); tetapi mereka praktis tidak larut atau sedikit larut
dalam air. Garam alkaloid hampir larut dalam air, relatif kurang larut
dalam alkohol dan sebagian besar tidak larut atau sedikit larut dalam
pelarut organik. (Ashutosh, 2008)

Namun, ada beberapa pengecualian untuk generalisasi yang


dinyatakan di atas, yaitu:
 Basa alkaloid tertentu larut dalam air, tetapi ini dapat semata-mata
dianggap sebagai pengecualian daripada aturan tertentu, seperti:
efedrin, colchicine, pilocarpine; basa alkaloid kuaterner seperti
berberin dan tubokurarin; dasar kafein siap diekstraksi dari teh
dengan air.
 Narceine dan pilocarpine tidak larut dalam pelarut organik,
sedangkan morfin sedikit larut dalam pelarut organik yaitu,
kelarutan dalam 1: 5000.
 Garam alkaloid tertentu, misalnya: lobeline hidroklorida dan
apoatropin hidroklorida ditemukan larut dalam pelarut organik
seperti kloroform.
 Beberapa garam alkaloid mudah larut dalam air sedangkan yang
lain sangat larut dalam air, seperti: Kina sulfat-larut dalam 1: 1000
bagian air, Kina hidroklorida larut dalam 1: 1 bagian air.
c. Pembagian Golongan Alkaloida (Ashutosh, 2008)
Alkaloid telah dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan
analogi : mengandung inti non-heterosiklik, dan mengandung inti
heterosiklik.
 Mengandung inti non-Heterosiklik
 Feniletilamin : Efedrin, Hordenine, Capsaicin,
Meskalin, Narcein
 Mengandung Inti Heterosiklik
 Pirolidin : Hygine, Stachydrine
 Pirindin : Arecolin, Ricinine, Trigenelline
 Piperidin : Connine, Lobeline, Pelletierine
 Tropan : Atropin, Kokain, Hiosiamin
 Kuinolon : Kuinin. Kuinidin
 Isokuinolon : Papaverin, Berberine, Emetin
 Norlupinane : Sparteine, Lupinin
 Indol : Ergotamin, Ergometrin, Reserpin, Vinblastin
 Imidazol : Pilocarpin
 Purin : Kafein
 Tropolone : Colchicine
 Steroid : Solanidine,
 Terpenoid : Aconine, Aconitine
 Pirolizidin : Sennecionine, Senneciphylline

B. Klasifikasi Piper nigrum L.

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Trachobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L. (USDA)

Lada hitam mengandung 1 – 2,5% minyak atsiri, 5 – 9% kristal


alkaloida piperin dan piperetin, dan resin. Aroma pedas berasal dari minyak
atsiri yang sebagian besar mengandung senyawa terpen, serta rasa pedas
berasal dari piperin dan resin. (William, 2004)

C. Identifikasi Senyawa Alkaloida


 Reaksi pengendapan, dibagi dalam 4 golongan sebagai berikut :
Golongan I : Larutan percobaan dengan alkaloida membentuk garam
yang tidak larut, asam slikowol franat, asam fosfomolibdat
LP, dan asam fosfowolframat LP.
Golongan II : Larutan percobaan yang dengan alkaloida membentuk
senyawa kompleks bebas,kemudian memebentuk endapan;
bouchardat LP dan Wagner LP.
Golongan III: Larutan percobaan yang dengan alkaloida membentuk
senyawa adisi yang tidak larut; mayer LP, dragendorff LP,
dan marmer LP.
Golongan IV: Larutan percobaan yang dengan alkaloida membentuk
ikatan asam organic dengan alkaloida; Harger LP.
Cara Percobaan :
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2N
dan 9 ml air, panaskan diatas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan
saring. Pindahkan masing-masing 3 tetes filtrat pada dua kaca arloji .
Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertma dan 2 tetes
Bouchardat LP pada kaca arloji kedua. Jika pada kedua percobaan tidak
terjadi endapan , maka serbuk tidak mengandung alkaloida
Jika dengan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna
putih atau kuning yang larut dalam methanol P dan dengan Bouchardat LP
terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka kemungkinan
terdapat alkaloida.
Lanjutkan percobaan dengan mengocok sisa filtrate dengan 3 ml
ammonia pekat P dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian
volume kloroform P. Ambil fase organic, tambahkan natrium sulfat anhidrat
P, saring. Uapkan filtrate diatas tangas air, larutkan sisa dalam sedikit asam
klorida 2N. Lakukan Percobaan dengan keempat golongan larutan
percobaan. Serbuk mengandung alkaloid ajika sekurang-kurangnya
terbentuk endapan dengan menggunakan dua golongan larutan percobaan
yang digunakan. (Materia Medika Indonesia Jilid IV, 1980)

D. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi, dimana
sebagai fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben (penyerap)
dan fase gerak adalah zat cair yang disebut sebagai larutan pengembang
(Gritter dkk., 1991).
Pada kromatografi lapis tipis , sifat yang penting dari penyerap
adalah besar partikel dan homogenitasnya karena adhesi terhadap
penyokong sangat tergantung pada dua sifat tersebut. Besar partikel yang
biasa digunakan adalah 1- 21 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar
tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk
menaikkan hasil pemisahn adalah menggunakan penyerap yang butirannya
halus. Beberapa contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan-
pemisahan dalam kromatografi lapis tipis antara lain silika gel, alumina,
kieselguhr, bubuk selulose dan pati (Sastrohamidjojo, 1985).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya
dinyatakan dengan angka Rf atau hRf.

Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat


ditentukan dua desimal. Angka hRf ialah Rf dikalikan faktor 10 (h),
menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada KLT, antara lain:


a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.
b. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
c. Tebal dan kerataan lapisan penyerap.
d. Derajat kemurnian fase gerak.
e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana.
f. Jumlah cuplikan.
g. Suhu (Sastrohamidjojo, 1991).

III. Prosedur Kerja


A. Preparasi sampel
 Ekstraksi sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut, ditambah 5 ml
HCL 2N, dipanaskan diatas penangas air selama 2-3 menit, sambil
diaduk.
 Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
 Filtrat ditambah 5 ml HCL 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut
sebagai larutan IA, IB, dan IC.
B. Reaksi pengendapan
 Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan
pereaksi Wagner dan larutan IC dipakai sebagai blanko.
 Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid.
C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
 Larutan IC ditambah NH4OH pekat 28% sampai larutan menjadi basa,
kemudian diekstraksi dengan 5ml kloroform (dalam tabung reaksi).
 Filtrat (Fase CHCL3) diuapkan sampai kering, kemudian dilarutkan
dalam methanol (1mL) dan siap untuk pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : CHCL3 – Etil asetat (1:1)
Penampak noda : Pereaksi Dragendorf
 Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak.

SKEMA KERJA
A. Preparasi Sampel
Etanol HCl 2N

Ekstrak 0.9 gram + Etanol ad + 5 ml HCl 2N Dipanaskan diatas


larut tangas air 2- 3 menit,
sambil diaduk

NaCl
0.3 g

Setelah dingin , + 0.3 gram NaCl. Lalu


disaring + 5 ml HCl 2N

IA IB IC

Filtrat dibagi menjadi


3 bagian
B. Reaksi Pengendapan

Pereaksi
Mayer

IA

Larutan IA + Perekasi Mayer = ada kekeruhan / endapan adanya alkaloid

Pereaksi
Wagner

IB

Larutan IB + Perekasi Wagner = ada kekeruhan / endapan adanya alkaloid


C. Kromatografi Lapis Tipis

Kloroform
NH4OH
pekat 28%
IC

Larutan IC + NH4OH pekat 28% ad larutan basa  diekstraksi


dengan 5 ml kloroform

Metanol

Plat KLT dicek


pada panjang
gelombang 254 nm

Filtrat diuapkan ad kering 


Totolkan pada plat
larutkan dengan methanol 1 ml
KLT

Masukkan plat kedalam bejana lalu tunggu sampai eluen naik ke batas
atas plat. Diamkan plat hingga mengering.

Lakukan pengamatan dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm. Beri


tanda pada bercak yg Nampak. Hitung nilai Rf nya

Semprot plat dengan pereaksi Drgaendorf lalu amati bercak warna


yang muncul dan hitung nilai Rf nya
IV. Hasil

Gambar 4.1

Reaksi Pengendapan : IE dengan pereaksi Mayer ; IB dengan Pereaksi Wagner ; IC blanko

a b c d

Gambar 4.2

Identifikasi hasil pemisahan dengan teknik KLT (a. UV 254 nm , b. UV 365 nm,
c. Derivatisasi pereaksi UV 365 nm, d. Derivatisasi pereaksi visual)
Tabel 4.1 Nilai Rf

Nilai Rf
Noda
254 nm 365 nm Visual
1 - 0,58 -
2 - 0,68 -
3 0,89 0,89 0,89

Tabel 4.2 Warna Noda pada setiap Nilai Rf

Nilai Rf
Rf
254 nm 365 nm Visual
0,58 - Hijau -
0,68 - Jingga -
0,89 - Kuning Tua Kuning
V. Pembahasan
Piper nigrum atau lebih dikenal sebagai lada hitam merupakan tanaman
rempah-rempah yang dimanfaatkan bijinya sebagai bumbu masakan. Lada
hitam juga dapat digunakan sebagai obat perut kembung. Ada mengandung zat
aktif berupa minyak atsiri, alkoloida, resin, piperin, dan lain-lain. Senyawa
amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak
berbau, tidak berasa lama kelamaan pedas larut dalam etanol, asam cuka,
benzena dan klorofor. Merupakan basa lemah yang jika dihidrolisis larutan
basa akan menghasilkan piperidin. Ftuctus ini digunakan sebagai antibakteri,
karminativa, dan pengobatan iritasi lokal.
Pada praktikum ini dilakukan pengidentifikasian senyawa golongan
alkaloid. Metode yang digunakan ada 2 yaitu metode reaksi pengendapan dan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Pada reaksi pengendapan menggunakan
3 tabung yang berisi ekstrak, lalu tabung pertama diberikan pereaksi Mayer,
tabung kedua diberi pereaksi Wagner, dan tabung ketiga sebagai blanko. Pada
tabung pertama setelah penambahan pereaksi terjadi endapan. Hali ini terjadi
alkoloid memiliki atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas yang
akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II)
(terdapat dalam pereaksi Mayer) membentuk kompleks kalium-alkaloida yang
mengendap (Marliana, 2005). Pada tabung kedua setelah penambahan pereaksi
Wagner terjadi endapan. Hali ini disebabkan ion logam K+ akan membentuk
ikatan kovalen koordinasi dengan nitrogen pada alkoloida membentuk
kompleks kalium-alkaloida yang mengendap (Marliana, 2005).
Metode yang digunakan selanjutnya adalah metode kromatografi lapis tipis
(KLT). Pada preparasi sampel, sampel ditambahkan NH4OH 28% untuk
membuat garam alkaloida membentuk basa bebas alkaloida. Lalu sampel
dieluasi dengan fase gerak CH3Cl dan etil asetat dengan perbandingan 1:1. Dari
hasil eluasi didapatkan tiga titik setelah penyemprotan pereaksi dragendroff.
Selain itu didapatkan nilai Rf pada noda 1 sebesar 0.58, noda 2 sebesar 0.68 ,
dan noda 3 sebesar 0.89. Memurut Harboune (1987) nilai Rf untuk kisaran 12
alkoloida paling umum yaitu 0.07 – 0.62. Hasil ini tidak sesuai dengan teori,
karena senyawa yang diduga alkoloida memiliki nilai Rf 0.89. Pada nilai Rf
0.89 noda berwarna kuning tua setelah penambahan pereaksi dragendroff. Hal
tersebut menyatakan atau membuktikan bahwa Piper nigrum memiliki senyawa
golongan alkoloida.

VI. Kesimpulan

1. Pada reaksi pengendapan dengan pereaksi Mayer menghasilkan endapan


menunjukan adanya senyawa alkaloida

2. Pada reaksi pengendapan dengan pereaksi Wagner menghasilkan endapan


menunjukan adanya senyawa alkaloida

3. Pada Uji menggunakan Kromatografi Lapis Tipis, setelah diberikan penampak


noda terjadi perubahan warna pada noda menjadi warna kuning tua. Hal ini
menunjukan adanya senyawa alkaloida
VII. Daftar Pustaka

Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Cetakan Pertama. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Evans, William. 2004. Trease and Evans Pharmacognosy : Elsevier

Gritter, R. J., J. M. Bobbit, and A. E. Schwarting, 1991, Pengantar Kromatografi,


ed. 2, terjemahan Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.
Kar, Ashutosh. 2008. Pharmacognosy and Pharmaco-biotechnology, Second
Revised and Expended Edition : New Age Internasional
Sastrohamidjojo H, 1985, Kromatografi, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty:
Yogyakarta.
Stahl E, 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan
oleh Padmawinata, Iwang Sudiro, Penerbit ITB, Bandung
United State Departement of Agriculture. Classification for Kingdom Plantae
Down to Species Piper nigrum L. https://plants.usda.gov/ Diakses tanggal
20 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai