Data tematik yang diperlukan untuk analisis neraca sumberdaya lahan antara lain :
a. Interpretasi penutup lahan dari citra satelit untuk menghasilkan data penutup
lahan aktiva dan pasiva;
Data tematik yang diperlukan untuk analisis neraca sumber daya hutan antara lain :
a. Peta Regional Physical Planning Programme Transmigration (RePProT)
b. Peta Vegetasi dan Penggunaan Lahan (National Forest Inventory), interpretasi citra
satelit (Landsat, SPOT, Radar), dan potret udara
c. Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan, peta padu serasi TGHK – RTRWP,
peta RTRWP dan atau Peta Tata Guna Hutan Kesepatan
d. Peta garis kontur
Data tematik yang diperlukan untuk analisis neraca sumber daya air antara lain :
a. Peta dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Wilayah Sungai (WS);
b. Peta lokasi titik pengambilan air;
c. Data debit runtut waktu (time series) rata-rata harian, 10 harian, tengah – bulanan,
atau bulanan minimal 10 tahun atau melalui kajian khusus pada kondisi dan lokasi
tertentu;
d. Data hujan rata-rata harian minimum 10 tahun atau melalui kajian khusus pada
kondisi dan lokasi tertentu
e. Data statistik meliputi data kependudukan, peternakan, perikanan, perindustrian
f. Data penggunaan air yang terdiri dari:
- Data irigasi, meliputi:
1. Luas daerah irigasi;
2. Pola dan jadwal tanam dan kebutuhan air per satuan waktu.
- Data non irigasi (pengguna lainnya), meliputi:
1. Lokasi titik pengambilan;
2. Jenis penggunaan air (Air baku, Industri, PLTA, Peternakan, Perikanan/kolam,
Pariwisata/pelayaran, debit minimum untuk kebutuhan pemeliharaan
lingkungan);
Data tematik yang diperlukan untuk analisis neraca sumber daya minerba antara
lain :
a. Data cadangan tiap komoditi mineral dan batubara di tingkat propinsi / daerah.
b. Data Produksi tahunan tiap komoditi mineral dan batubara di tingkat propinsi /
daerah.
c. Pemutakhiran data mineral dan batubara pada periode tahun yang sedang berjalan.
d. Harga komoditi mineral dan batubara terbaru yang berlaku di pasaran.
3. Penetapan Sumber Data Informasi
Penetapan Kebutuhan Data Dasar
Kebutuhan data dasar diperoleh dari pemberi kerja yaitu Badan Informasi
Geospasial. Data tersebut terdiri dari:
a. Informasi Geospasial Dasar (data RBI) digital skala 1:25.000 yang meliputi seluruh
area kegiatan;
b. Citra satelit resolusi tinggi multi waktu seluruh area yang dikaji dalam rentang
waktu minimal 5 tahun.
Penetapan Kebutuhan Data Tematik
Kebutuhan data tematik didapat dari berbagai sumber yang dapat dikatakan
sebagai wali data sehingga data yang diperoleh valid, reliable, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun data-data tersebut meliputi:
Overlay
Peta Neraca
Sumberdaya Lahan
Teknik overlay dapat digunakan bagi peta yang sudah sama format dan skalanya.
Pengolahan data neraca sumberdaya lahan untuk penyusunan saldo neraca sumberdaya
lahan, dengan melakukan overlay pada penutup lahan baru dan peta penutup lahan lama.
Analisis dan evaluasi sumberdaya lahan tersebut dihitung ke dalam satuan areal luasan
(ha) maupun dalam perhitungan persentase (%)
2. Analisis Neraca Sumberdaya Hutan
Neraca Sumberdaya Hutan merupakan suatu informasi yang dapat menggambarkan
cadangan sumberdaya hutan, kehilangan dan penggunaan sumberdaya hutan, sehingga pada
waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau defisit, jika
dibandingkan dengan waktu sebelumnya.
Syarat dapat disusunnya neraca sumberdaya hutan adalah telah dilakukan inventarisasi
hutan minimal untuk dua periode waktu. Dengan demikian neraca sumberdaya hutan dapat
berfungsi sebagai salah alat evaluasi hutan sebagai suatu sistem peringatan dini (early warning
system) mengenai degradasi hutan.
Pengumpulan Data
Data Statis
Data statis yang dikumpulkan antara lain:
a. Informasi Geospasial Dasar;
b. Peta dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Wilayah Sungai (WS);
c. Skematisasi sistem aliran sungai yang menunjukkan penggunaan air;
d. Peta lokasi prasarana sumberdaya air.
Data Dinamis
Data dinamis yang harus dikumpulkan antara lain:
a. Peta lokasi titik pengambilan air;
b. Data debit runtut waktu (time series) rata-rata harian, 10 harian, tengah – bulanan,
atau bulanan minimal 10 tahun atau melalui kajian khusus pada kondisi dan lokasi
tertentu;
c. Data hujan rata-rata harian minimum 10 tahun atau melalui kajian khusus pada
kondisi dan lokasi tertentu
d. Data statistik meliputi data kependudukan, peternakan, perikanan, perindustrian
e. Data penggunaan air yang terdiri dari:
- Data irigasi, meliputi:
1. Luas daerah irigasi;
2. Pola dan jadwal tanam dan kebutuhan air per satuan waktu.
- Data non irigasi (pengguna lainnya), meliputi:
1. Lokasi titik pengambilan;
2. Jenis penggunaan air (Air baku, Industri, PLTA, Peternakan, Perikanan/kolam,
Pariwisata/pelayaran, debit minimum untuk kebutuhan pemeliharaan
lingkungan);
3. Bagi perusahaan pemanfaatan air perlu dilengkapi surat perizinan, masa
berlaku surat tersebut, dan debit air yang diizinkan.
Gambar . Alur Penyusunan Neraca Spasial Sumberdaya Air
Neraca Sumberdaya Mineral merupakan alat evaluasi sumberdaya mineral, yang menyajikan
cadangan awal, perubahan/pemanfaatan, dan tingkat kerusakan lingkungan akibat eksploitasi
sebagai faktor degradasi lingkungan dan pembiayaannya serta keadaan akhir dalam bentuk tabel
dan peta penyebaran sumberdaya mineral.
Dalam Neraca Sumberdaya Mineral terdapat informasi mengenai besarnya
sumberdaya/cadangan setiap jenis mineral, jumlah mineral-mineral yang telah dimanfaatkan dan
cadangan yang masih tersisa (saldo) serta besarnya pembiayaan pemulihan lingkungan di dalam
pelaksanaan eksploitasi (pemanfaatannya), yang kesemuanya bisa dikonversikan dalam nilai
rupiah sesuai harga terbaru yang berlaku dari waktu ke waktu sesuai dengan tahun anggaran
(APBD) kabupaten maupun kota.
daerah koordinat hipotetik tereka terindikasi terukur SUMBER terkira terbukti CADANGAN
DAYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Keterangan :
Kolom (1), meyatakan nomor urut pendataan;
Kolom (2), menyatakan lokasi atau nama tempat areal penambangan berdomisili,
lengkap dengan wilayah adminstratifnya (lokasi geografis ditulis secara lengkap);
Kolom (3-10), besarnya Sumberdaya dan cadangan, menyatakan jenis Sumberdaya/
cadangan bahan galian yang sudah diketahui;
Kolom (11), merupakan kolom keterangan yang dianggap perlu atau sesuatu yang
perlu dicatat, misalnya mutu, kadar, luas areal, No. KP dan nama perusahaan, atau
notasi lainnya.
Cu
Pb
Dst...
Ls
Do
Dst...
C. Batubara
Inventarisasi produksi mineral dan batubara tersebut diatas merupakan bagian dari
kolom pasiva tentang produksi komoditi mineral dan batubara. Produksi komoditi mineral
dan batubara dapat digunakan untuk menghitung neraca moneter dengan memasukkan
angka rupiah dari besarnya pemanfaatan / penyusutan (produksi, hilang dalam proses,
limbah), dan menghitung valuasi ekonomi lingkungan dengan menambahkan faktor
eksternalitas (kerusakan lingkungan hidup pada saat eksploitasi, dan lain-lain faktor
eksternal).
Kolom Aktiva
a. Cadangan awal : data cadangan awal dalam satuan ton/ juta ton dengan klasfikasi
terbukti didapatkan dari data cadangan awal yang tercatat dalam Tabel Inventarisasi
sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara (Tabel 4). Setelah itu baru dikalikan
dengan harga-harga tiap-tiap komoditi atau jika tidak terdapat pada tabel tersebut, bisa
memakai sumber informasi yang tepat dan dikeluarkan secara resmi.
b. Perhitungan aktiva :
- Sub total : jumlah seluruh cadangan terbukti pada awal tahun di suatu wilayah provinsi
- Total : jumlah seluruh aktiva (cadangan terbukti suatu komoditas) dalam satuan
wilayah nasional
Kolom Pasiva
Faktor pemanfaatan/produksi mineral dan batubara yang diperhitungkan dalam
satuan ukuran ton/juta ton dan dikonversikan kedalam rupiah. Pemanfaatan mineral dan
batubara mencakup produksi pada tahun tersebut. Dalam tabel pasiva diperhitungkan
pemutakhiran data cadangan yang terjadi dalam tahun perhitungan.
a. Pemanfaatan/produksi mineral dan batubara: meliputi produksi hilang dalam proses,
limbah yang dipindahkan dari inventarisasi data mineral (Tabel4), kemudian dikonversi
kedalam nilai rupiah dengan cara dikalikan harga yang berlaku.
b. Pertambahan lain: yaitu pemutakhiran pada data cadangan meliputi penemuan baru
dan perbaikan perhitungan cadangan dalam inventarisasi seluruhnya dikonversikan
kedalam rupiah, cara dikalikan dengan harga.
Perhitungan Saldo
Saldo merupakan hasil pengurangan cadangan terbukti status akhir tahun
sebelumnya (kolom aktiva) ditambah pemutakhiran cadangan dikurangi jumlah
pemanfaatan/produksi pada tahun yang terjadi dalam tahun perhitungan (kolom pasiva),
kemudian dikonversi kedalam nilai rupiah dengan cara dikalikan harga yang berlaku.
Peta Dasar Data Sekunder Neraca Sumberdaya dan
(RBI) Cadangan Mineral dan
- Data Aktiva
Batubara
- Data Pasiva
dimana:
𝒱 = Laju alih fungsi lahan (%)
Lt = Luas lahan saat tahun ke-t (hektar)
Lt-1 = Luas lahan pada tahun sebelum tahun ke-t (hektar)
Laju alih fungsi lahan (%) dapat ditentukan melalui selisih luas lahan pada tahun ke-t
dengan luas lahan tahun sebelumnya, dibagi dengan luas lahan pada tahun sebelumnya,
kemudian dikalikan dengan 100%. Hal ini dapat dilakukan pada tahun-tahun berikutnya
sehingga dapat diperoleh hasil alih fungsi setiap tahun. Apabila nilai 𝒱 < 0, maka luas lahan
tersebut dinyatakan telah mengalami penyusutan.
6. Analisis Integrasi Neraca Spasial Sumberdaya Alam
Konsep integrasi neraca sumberdaya alam melihat bahwa sumberdaya merupakan suatu
sistem yang saling terkait, sehingga diharapkan sumberdaya alam suatu daerah dapat
diketahui potensi dan pemanfaatannya. Analisis Integrasi dilakukan untuk melihat
keterkaitan antar komponen sumberdaya alam.
BIG (2016) menyatakan integrasi yang berarti ”penyatuan” memberikan implikasi adanya
kesatuan (dan konsistensi) dalam pengolahan data mulai awal sampai akhir, yang
mempertimbangkan adanya masalah incompatible antar data yang disebabkan bentuk,
struktur asli, serta sifat-sifatnya. Integrasi neraca spasial sumberdaya lahan, hutan, air, dan
minerba menjadi masalah sehubungan dengan adaya perbedaan struktur dan karakteristik
data yang diperoleh melalui prosedur yang berbeda-beda.
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 END
START Menyusun Matching
Verifikasi Data Matriks (INTEGRASI 4
(4 KOMPONEN & Skenario Process (Ideal Kesesuaian (ada KOMPONEN
NERACA) Menentukan Terbaik (Ada atau Tidak) & okupasi area, NERACA)
map unit Impact & Menentukan perubahan “Rekomendasi
Keseimbangan Nilai eksisting, dll) Kebijakan”
Referensi:
1. Badan Informasi Geospasial. 2016. Laporan Intergrasi Neraca Sumberdaya Alam Pulau
Kalimantan dan Sulawesi. Bogor
2. Astuti. 2011. Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian di Hulu
Sungai Ciliwung, Kabupaten Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor
3. Sumber SNI ikutin punya oci. Sama aja