Tugas Sekolah Tentang Upacara Adat
Tugas Sekolah Tentang Upacara Adat
Berikut adalah daftar upacara adat khas di Bali, yang merupakan rangkaian upacara
tradisional yang hampir diikuti dan dilaksanakan oleh warga Hindu Bali;
Ngaben
Salah satunya adalah daerah Kalimantan Tengah yang memiliki upacara Tiwah, yaitu prosesi
mengantarkan roh leluhur yang telah meninggal dunia ke lewu tatau (surga) bersama Ranying
Hatalla (Sang Pencipta). Jenazah yang sudah dikubur akan digali lagi, tulang belulangnya
dibersihkan, kemudian dimasukkan ke dalam balai nyahu.
Upacara Tiwah membutuhkan dana yang besar. Oleh karena itu, prosesi pengantaran ini tidak
dilakukan untuk satu jenazah saja, namun bisa puluhan jenazah dari berbagai desa.
Ketiga, keluarga memasukkan tulang belulang ke balai nyahu. Tahapan ini disebut Tabuh I,
Tabuh II, dan Tabuh III. Ini merupakan tahapan yang riskan karena di sinilah roh mulai diantarkan
ke lewu tatau. Tabuh dilakukan secara tiga hari berturut-turut.
Tahapan berikutnya adalah
keluarga melakukan tarian
Manganjan sambil
mengelilingi sangkai raya
(tempat anjung-anjung dan
persembahan untuk Ranying
Hatalla berada) dan sapundu
(patung berbentuk manusia).
Begitu riang dan suka cita
karena roh keluarga mereka
naik ke surga.
Jika Sahabat ingin menyaksikan upacara Tiwah, pastikan untuk mengetahui pantangannya.
Apresiasi budayanya dan hormati upacaranya, ya
.
Mengenal Upacara Adat Ritual Kematian serta Ukiran Suku
Asmat di Papua yang Khas!
Kebudayaan dari Suku Asmat di Papua memang sangat menarik, penasaran?
Langsung saja simak beberapa informasinya di bawah ini!
Indonesia merupakan negara besar, terdiri dari beragam suku, sehingga bukan hanya
keindahan alamnya saja loh yang bisa lo kunjungi. Bahkan di dalam satu pulau saja
terdapat beragam suku. Nah, tepat terletak di Pulau Papua terdapat suku yang mampu
menarik banyak perhatian, yaitu Suku Asmat. Yaap, suku ini memang paling terkenal
di pulau paling timur negara ini.
Eksistensi nan tinggi tersebut pun bukan tanpa alasan, karena suku ini pun
menyimpan banyak keunikan yang perlu untuk lo ketahui. Mulai dari cara mereka
bertahan hidup hingga hal-hal lainnya, suku ini juga memiliki populasi penduduk
terbesar di Papua loh. Lo bisa menemukan keberadaan dari suku ini di pedalaman dan
di tepi pantai.
Yaap, kebudayaan dari suku Asmat sangat melambangkan kehidupannya. Bagi
mereka kebudayaan bukan hanya sekedar aset dari leluhur, namun lebih dari itu
sebagai pola dan tujuan besar yang tersimpan di dalamnya. Nah, apa saja sih yang
membuat suku ini begitu unik untuk dibahas? Daripada lo semakin penasaran,
langsung saja simak beberapa informasinya di bawah ini yaa. Semoga bisa berguna
dan bermanfaat!
Ritual Kematian
Adat kematian
sendiri memang sangat
lekat sekali dengan
upacara adat suku Toraja
di Sulawesi Selatan,
namun jangan salah
ternyata suku Asmat jug
amemiliki ritual yang
sekiranya hampir sama.
Suku Asmat juga
memiliki pemikiran yang
unik mengenai kematian.
Karena suku ini
menganggap kalau kematian bukanlah hal yang alamiah. Diartikan sebagai
adanya roh jahat mengganggu orang yang meninggal.
Bahkan ketika ada kerabat yang sakit maka akan dibuatkan pagar dari dahan
pohon nipah. Pagar tersebut dimaksudkan agar roh jahat tidak bisa mendekati
penderita. Uniknya lagi, sang penderita pun diberikan obat atau makan. Nah,
pada saat penderita meninggal, para Suku Asmat lainnya akan berebutan
memeluk dan keluar menggulingkan badan di lumpur.
Suku Tengger adalah pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti pemeluk agama Hindu
umumnya yang memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan. Untuk melakukan peribadatan
maka mereka akan melakukannya di punden, danyang dan poten. Poten sendiri merupakan
sebidang lahan di lautan pasir di kaki Gunung Bromo sebagai tempat berlangsungnya upacara
Kasada. Poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu komposisi di pekarangan
yang dibagi menjadi tiga mandala.
Bagi masyarakat Suku Tengger, Upacara adat adalah salah satu wujud rasa syukur masyarakat
Tengger kepada tuhan. Ada banyak upacara adat di masyarakat Tengger yang memiliki tujuan
bermacam-macam diantaranya meminta berkah, menjauhkan malapetaka, wujud syukur atas
karunia yang diberikan tuhan kepada masyarakat Tengger. Salah satunya adalah upacara adat
Kasada.
Upacara ini adalah upacara untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma anak Jaka
Seger dan lara Anteng. Selain itu upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat tengger untuk
meminta keselematan dan berkah. Upacara ini dilaksanakan padat tanggal 14 s.d. 16 bulan
Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit secara utuh setiap setahun sekali.
Pada saat upacara ini berlangsung masyarakat suku tengger berkumpul dengan membawa hasil
bumi, ternak peliharaan dan ayam sebagai sesaji yang disimpan dalam tempat yang bernama
ongkek. Pada saat sudah mencapai di kawah gunung Bromo, seluruh sesaji tersebut dilemparkan
ke tempat tersebut. Adapun upacara ini merupakan jalan ujian bagi pulun mulenen atau dukun
baru untuk disahkan sebagai dukun, jika dukun baru keliru dalam melaksanakan proses upacara
Kasada maka dukun tersebut gagal menjadi dukun. Upacara Kasada sebagai peringatan
pengorbanan Raden Kusuma merupakan penghormatan kepada Raden Kusuma yang rela
berkorban untuk keselamatan masyarakat tengger. Dalam legenda upacara Kasada di Gunung
Bromo terdapat mahkluk halus yang tidak memiliki nama akan tetapi dipanggil Sang Yang Widi
yang digambarkan sebagai asal-usulnya dari kerajaan Majapahit sebelum keturunan kerajaan
Hindu-Budha di Jawa. Ada perjanjian antara roh Dewa Kusuma dengan masyarakat Tengger
yang harus memberi sesajian setiap tanggal 14 bulan Kasada.
Dalam upacara Kasada masyarakat Tengger terdapat beberapa tahapan upacara yang harus
dilaksanakan agar upacara Kasada berlangsung dengan khidmat yaitu Puja purkawa, Manggala
upacara, Ngulat umat, Tri sandiya, Muspa, Pembagian bija, Diksa widhi, Penyerahan sesaji di
kawah Bromo. Proses berjalannya upacara Kasada dimulai pada Sadya kala puja dan berakhir
sampai Surya puja dimana seluruh masyarakat Tengger menuju Gunung Bromo untuk
menyampaikan korban. Upacara Kasada dimulai dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan
pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Tepat pada
pukul 24.00 diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan masyarakat di lautan pasir Gunung
Bromo. Bagi masyarakat Tengger, dukun merupakan pemimpin dalam bidang keagamaan yang
biasanya memimpin upacara-upacara ritual perkawinan dll. Pada saat ini sebelum dukun
dilantik, para dukun harus lulus ujian dengan cara menghafal dan membacakan mantra-mantra.
Setelah selesai upacara, ongkek yang berisi sesaji dikorbankan di Puden Cemara Lawang dan
kawah Gunung Bromo. Seluruh ongkek tersebut dilemparkan ke dalam kawah sebagai simbol
pengorbanan yang dilakukan nenek moyang mereka. Upacara Kasada Bromo sendiri telah
digelar sejak masa Kerajaan Majapahit dan Gunung Bromo memang dianggap sebagai tempat
suci. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti brahma atau seorang dewa
yang utama. Pada masa Dinasti Brawijaya, permaisurinya dikaruniai anak perempuan bernama
Roro Anteng. Setelah beranjak dewasa putri ini menikah dengan seorang pemuda dari Kasta
Brahmana bernama Joko Seger. Keduanya kemudian memutuskan tinggal dan menjadi penguasa
di Tengger saat Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan dan pengaruh Islam semakin kuat
di Pulau Jawa. Setelah sekian lama hidup bersama, mereka sangat bersedih karena belum juga
dikaruniai anak. Akhirnya mereka pun bersemedi di puncak Gunung Bromo dan mendapatkan
petunjuk bahwa permintaan mereka akan dikabulkan dengan syarat anak bungsu mereka setelah
lahir harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Setelah dikaruniai 25 orang anak, tiba
saatnya pasangan ini harus mengorbankan si bungsu, mereka tidak tega melakukannya.
Akhirnya, Dewa marah dan membawa anak bungsu tersebut masuk ke kawah Bromo. Timbul
suara dari si anak bungsu agar orang tua mereka hidup tenang beserta saudara-saudaranya.
Untuk menghormati pengorbanan tersebut maka setiap tahun dilakukan upacara sesaji ke Kawah
Bromo dan terus berlangsung secara turun menurun hingga saat ini.Upacara Kasada Masyarakat
Tengger telah membawa manfaat bagi masyarakat tengger. Selain untuk meminta keselamatan,
upacara ini mampu menyedot banyak perhatian seluruh kalangan masyarakat. Ada nilai politik
dalam upacara Kasada ini dimana upacara Kasada merupakan upacara yang juga bertujuan
untuk menancapkan kekuatan politik di daerah tersebut.