DISUSUN OLEH :
GALI RAKA SIWI
180203119
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk memberikan informasi kepada
para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi muda tentang AIDS, sehingga
dengan demikian kita semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
saja menyebabkan penyakit AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah HIV AIDS
Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1983
dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS pertama kali dilaporkan
pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat
mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi
diketahui disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los
Angeles.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi), termasuk
diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat sebanyak
8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan 1,7 anak-anak. Di Indonesia
berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jendaral P2M dan PLP Depertemen
Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang
yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia. Data jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada
penyakit ini berlaku teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil
dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang terinfeksi
telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi
peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa
epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga
reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social, ekonomi, politik,
kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh
negara maju maupun negara berkembang.
2.2 Defiinisi
2.2.1 Virus HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya
ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang
pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak
Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah
putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka
ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah
kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.
2.2.2 Penyakit AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi
AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS
yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
2.2.2.1 Bahaya Aids
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat.
AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada
obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi
virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena
sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan
penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya
AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan
penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau
bahkan meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T
manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu
retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-
1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan
yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya
diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya
tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan
meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam
serum dari para perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985,
menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik dibandingkan
dengan HIV-.
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko
besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena
virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh
saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus
HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat
kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah
melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah
seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk,
nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak
jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada
rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome,
yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan
pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi
termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung
(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,
reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit
yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi
jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur
(abnormal).
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh
manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired
Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan
tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang
ada hanyalah pencegahannya saja.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Penyakit HIV/AIDS cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan sampai dengan tahun 2016 jumlah kasus
HIV yang dilaporkan sebanyak 41.250 kasus (Kemenkes RI, 2017). Penularan HIV/AIDS menurut faktor risiko
paling tinggi yaitu heteroseksual dan populasi kunci wanita pekerja seks adalah yang berisiko terhadap
penularan HIV/AIDS secara heteroseksual. Penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Manado dengan jumlah responden sebanyak 134.
Penelitian ini yaitu penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian studi potong lintang. Sampel
diambil menggunakan cara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kurang
baik memiliki pencegahan baik (89,8%), sikap baik dan pencegahan baik (85,7%). Hasil uji chi square
menunjukkan ( p = 0,057 ) yang artinya pengetahuan tidak berhubungan dengan tindakan pencegahan
HIV/AIDS dan sikap berhubungan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS ( p = 0,013 ). Upaya yang harus
dilakukan yaitu mengadakan kegiatan – kegiatan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan dan
melakukan penjangkauan terhadap pengguna narkoba suntik pada wanita pekerja seks.
ABSTRACT
HIV/AIDS diseases tend to increase from year to year and up to the year 2016 the number of HIV cases reported
as much as 41.250 case (Kemenkes RI, 2017). The transmission of HIV/AIDS according to the most high risk
factor that is heterosexual and female sex workers is a risky against transmission of HIV/AIDS in the
heterosexual. This research is aims to find out what factors are associated with action of prevention of
HIV/AIDS on female sex worker in Manado and the quantity of samples as much as 134 respondents. This
research is analytical survey with a cross sectional study. Sample method used is accidental sampling. The
results showed that both have knowledge of prevention (89,8%), good attitude and good prevention (85,7%).
The chi square test results indicate ( p = 0,057) meaning that knowledge thats not related to the HIV/AIDS
prevention action, and attitude assosiaciated with HIV/AIDS prevention action (p = 0,013). Efforts to do are to
hold a suistainable activities to increase knowledge and doing outreach towards injection drug users in female
sex workers.
yang paling tinggi yaitu sebesar 17.754 kasus Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui
(Kemenkes RI, 2017). bahwa jumlah kasus HIV/AIDS terus
Kasus HIV/AIDS mulai ditemukan di meningkat dari tahun ke tahun. Penularan
Sulawesi utara pada tahun 1997 dan HIV/AIDS menurut faktor risiko yang paling
mengalami peningkatan selama 5 tahun tinggi adalah secara heteroseksual. Populasi
terakhir. Terdapat 742 kasus HIV dan 1.642 kunci yaitu WPS yang merupakan populasi
kasus AIDS pada tahun 2016 di Sulawesi yang paling berisiko untuk tertular HIV/AIDS
Utara. Selama tahun 2016 telah ditemukan secara heteroseksual. Berdasarkan hal tersebut
sebanyak 83 kasus HIV baru yaitu pada penulis tertarik untuk melakukan penelitian
golongan umur 20 – 29 tahun dan sebanyak tentang faktor – faktor yang berhubungan
224 kasus AIDS pada umur 30 – 49 tahun. dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada
Kota Manado adalah yang tertinggi untuk wanita pekerja seks di Kota Manado.
kasus HIV yaitu dengan jumlah 275 kasus dan
sebanyak 610 kasus AIDS. Penderita METODE PENELITIAN
HIV/AIDS menurut faktor risiko yang paling Jenis penelitian yang digunakan yaitu
tinggi adalah heteroseksual dengan jumlah penelitian survey analitik dengan rancangan
kasus 1.911 kasus, homoseksual sebanyak 285 penelitian studi potong lintang. Penelitian ini
kasus, dan pengguna napza suntik (penasun) dilakukan pada bulan Juli – September 2018 di
sebanyak 120 kasus (Dinkes Provinsi Sulut, Kota Manado. Dalam pengambilan sampel
2016). Berdasarkan data World Health peneliti menggunakan rumus slovin untuk
Organization pada tahun 2015 diperkirakan menentukan jumlah sampel yang akan diteliti
44% infeksi baru terjadi di antara populasi dan didapatkan hasil sebanyak 134 responden.
kunci dan pasangannya (WHO, 2017). Teknik pengambilan sampel menggunakan
Kelompok subpopulasi yang berisiko salah teknik non probability sampling dengan
satunya adalah pekerja seksual karena faktor metode accidental sample. Pengetahuan dan
perilaku (behavioral risk) seperti bergonta – sikap merupakan variabel bebas dalam
ganti pasangan serta tidak menggunakan penelitian ini dan tindakan pencegahan adalah
kondom saat melakukan hubungan seksual. variabel terikat. Pengumpulan data primer
Pekerja seksual memiliki kecenderungan dilakukan dengan wawancara menggunakan
berhubungan dengan banyak pasangan kuesioner pada responden dalam hal ini wanita
sehingga tidak terdeteksi adanya pasangan pekerja seks. Pengolahan data dilakukan
yang terinfeksi HIV sehingga dapat menular dengan beberapa tahap yaitu editing atau
baik kepada para pekerja seks itu sendiri atau melakukan pengecekan kembali apakah
sebaliknya klien yang terinfeksi oleh pekerja kueioner telah diisi semua oleh responden,
seks (Setyoadi & Triyanto, 2012). coding dilakukan untuk melakukan klasifikasi
Hasil uji statisik antara pengetahuan dengan mempunyai pengetahuan baik dengan
pencegahan HIV/AIDS, didapatkan hasil memiliki pencegahan HIV/AIDS kurang baik,
bahwa responden yang memiliki pengetahuan dan sebesar 65 responden (76,5%) didapatkan
kurang baik dan memiliki pencegahan kurang hasil pengetahuan baik dengan memiliki
baik terhadap HIV/AIDS ada sebanyak 5 pencegahan HIV/AIDS. Hasil yang didapatkan
responden (10,2%) sedangkan responden yang dari uji statistik chi square menghasilkan nilai
memiliki pengetahuan kurang baik dengan p = 0,057 dengan tingkat kesalahan 0,05
melakukan pencegahan yang baik terhadap sehingga tidak terdapat hubungan antara
HIV/AIDS ada sebanyak 44 responden pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS
(89,8%). Sebanyak 20 (23,5%) responden pada wanita pekerja seks di Kota Manado.
Dalam tabel 6 dapat dilihat responden dengan pekerja seks di Kota Manado. Green dalam
sikap kurang baik dan memiliki pencegahan Notatmodjo (2014) mengatakan bahwa salah
HIV/AIDS kurang baik ada sebanyak 10 satu faktor predisposisi dalam pembentukan
responden (34,5%) sedangkan responden yang tindakan atau perilaku kesehatan yaitu sikap
mempunyai sikap kurang baik dengan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
memiliki pencegahan HIV/AIDS baik sebesar tindakan yang dilakukakannya. Penelitian ini
19 responden (65,5%). Responden yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
memiliki sikap baik dengan memiliki Lastianti (2013) diperoleh nilai probabilitas p
pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 90 = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa
responden (85,7%) sedangkan responden yang terdapat hubungan yang bermakna antara sikap
mempunyai sikap baik dengan memiliki terhadap HIV/AIDS dengan tindakan
pencegahan HIV/AIDS kurang baik sebanyak pencegahan HIV/AIDS. Penelitian lain yang
15 responden (14,3%). Hasil uji statistik dapat dilakukan oleh Tulung (2014) diperoleh nilai p
diketahui nilai p = 0,013 sehingga dapat = 0,014 lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka Ho
dikatakan bahwa ada hubungan antara sikap ditolak atau ada hubungan antara sikap
dengan pencegahan HIV/AIDS pada wanita HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan.
2017.
Diakses
online
pada
tanggal 20 April 2018
http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hiv-aids
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada
Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Analisis dengan menggunakan format PICOT
Judul jurnal : Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids
Tahun : 2017
P : Population
Pada wanita pekerja seks dikota manado, dan jumlah sampel yang akan diteliti 134
responden.
I : Intervention
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian survey analitik dengan rancangan
penelitian studi potong lintang. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan rumus
slovin. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan
menggunakan kuesioner pada responden dalam hal ini wanita pekerja seks. Pengolahan data
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu editing (Pengecekan kembali), coding (Pengkodean),
Processing (memproses data), Cleaning (Pengecekan kembali data yang benar/salah), entry
(dengan SPSS)
C : Comparison
1. Penelitian ini memiliki hasil sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Irsyad, dkk
(2015) diperoleh p value = 0,174 dimana tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS.
2. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rupilu (2013) menghasilkan nilai p =
0,382 maka dapat dikatakan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.
3. Green dalam Notatmodjo (2014) mengatakan bahwa salah satu faktor predisposisi
dalam pembentukan tindakan atau perilaku kesehatan yaitu sikap yang dimiliki oleh
seseorang terhadap tindakan yang dilakukakannya.
4. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lastianti (2013)
diperoleh nilai probabilitas p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan tindakan
pencegahan HIV/AIDS. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tulung (2014) diperoleh
nilai p = 0,014 lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka Ho ditolak atau ada hubungan
antara sikap HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan.
O : Outcome
Hasil dari univariat adalah (1) Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada wanita pekerja seks
di Kota Manado yaitu baik sebanyak 63,4% dan pengetahuan kurang baik sebanyak 36,6%.
(2) Sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di Kota Manado yaitu
baik sebanyak 78,4% dan sikap kurang baik sebanyak 21,6%. (3) Pencegahan HIV/AIDS
pada wanita pekerja seks di Kota Manado yaitu sebanyak 81,3% melakukan tindakan
pencegahan yang baik dan sebanyak 18,7% yang melakukan tindakan pencegahan kurang
baik.
Hasil dari bivariat adalah (1) Hasil uji statisik antara pengetahuan dengan pencegahan
HIV/AIDS, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dan
memiliki pencegahan kurang baik terhadap HIV/AIDS ada sebanyak 5 responden (10,2%)
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan melakukan
pencegahan yang baik terhadap HIV/AIDS ada sebanyak 44 responden (89,8%). Sebanyak 20
(23,5%) responden mempunyai pengetahuan baik dengan memiliki pencegahan HIV/AIDS
kurang baik, dan sebesar 65 responden (76,5%) didapatkan hasil pengetahuan baik dengan
memiliki pencegahan HIV/AIDS. Hasil yang didapatkan dari uji statistik chi square
menghasilkan nilai p = 0,057 dengan tingkat kesalahan 0,05 sehingga tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di
Kota Manado. (2) Hasil uji statistik didapatkan responden dengan sikap kurang baik dan
memiliki pencegahan HIV/AIDS kurang baik ada sebanyak 10 responden (34,5%) sedangkan
responden yang mempunyai sikap kurang baik dengan memiliki pencegahan HIV/AIDS baik
sebesar 20 responden (65,5%). Responden yang memiliki sikap baik dengan memiliki
pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 90 responden (85,7%) sedangkan responden yang
mempunyai sikap baik dengan memiliki pencegahan HIV/AIDS kurang baik sebanyak 16
responden (14,3%). Hasil uji statistik dapat diketahui nilai p = 0,013 sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan pencegahan HIV/AIDS pada wanita
pekerja seks dikota Manado.
T : Time
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – September 2018 di Kota Manado.