Anda di halaman 1dari 23

TUGAS PERKULIHAN INTENSIF MEMBUAT PAPPER

TENTANG KONSEP PENYAKIT HIV DAN JURNAL


PENCEGAHAN HIV

DISUSUN OLEH :
GALI RAKA SIWI
180203119

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO


PROGRAM STUDI SI AHLI JENJANG KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya
dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang
maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari
segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media
cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang
mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara
langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental,
orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin
yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah
besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami
sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa,
merasa perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam
makalah ini dan mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara Penanggulangannya”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan bagaimana
masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah HIV/AIDS itu?

2. Bagaimana penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS tersebut?

3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.

2. Agar mengerti tentang penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS.

3. Supaya memahami cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk memberikan informasi kepada
para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi muda tentang AIDS, sehingga
dengan demikian kita semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
saja menyebabkan penyakit AIDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah HIV AIDS
Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1983
dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS pertama kali dilaporkan
pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat
mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi
diketahui disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los
Angeles.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi), termasuk
diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat sebanyak
8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan 1,7 anak-anak. Di Indonesia
berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jendaral P2M dan PLP Depertemen
Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang
yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia. Data jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada
penyakit ini berlaku teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil
dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang terinfeksi
telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi
peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa
epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga
reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social, ekonomi, politik,
kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh
negara maju maupun negara berkembang.

2.2 Defiinisi
2.2.1 Virus HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya
ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang
pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak
Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah
putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka
ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah
kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.
2.2.2 Penyakit AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi
AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS
yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
2.2.2.1 Bahaya Aids
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat.
AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada
obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi
virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena
sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan
penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya
AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan
penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau
bahkan meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T
manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu
retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-
1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan
yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya
diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya
tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan
meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam
serum dari para perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985,
menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik dibandingkan
dengan HIV-.

2.3 Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS


HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan
tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum,
gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau
tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV
atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak,
istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki,
tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak,
90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat
menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-
tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko
besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena
virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh
saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus
HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat
kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah
melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah
seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk,
nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak
jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada
rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome,
yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan
pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi
termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung
(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,
reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit
yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi
jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur
(abnormal).

2.4 Cara Penularan


Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang pengidap.
Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan bila
terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes
genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks
anal lebih besar disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang
reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya
pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini
belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi
pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih
banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah
memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi
menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan
tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil
untuk terkena HIV.
2.5 Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS

2.5.1 Cara pencegahan:


1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya
jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau
informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan
AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-
poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa
baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar
seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan
diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS.
2.5.2 Penanganan HIV/AIDS
2.5.2.1 Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat
diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi
obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat
khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis
tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin
untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin
parah
2.5.2.2 Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan
atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS
dan hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
(30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip
pencegahan infeksi).

2.6 Penyebaran Virus HIV Dalam Tubuh


Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi genetik virus
dimasukkan ke dalam DNA sel sehingga terjadi infeksi. Di dalam sel, Virus berkembng biak
pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan pertikel virus yang baru. Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor biasanya, disebut sel
CD4+ atu disebut limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
menagatur sel-sel lain pada sistem kekebalan.(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
stitostik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga teradi kelemahan sistem
tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong melalui 3 tahap selama
beberpa bulan atau tahun.
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV sejumlah sel menurun sebanyak 40-
50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat dalam luar darah. Meskipun tubuh
berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah mencapai kadar yang
stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan
penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dak kadar
Limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter mendapati orang-orang yang berisiko
tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis.
Jika kadarnya turun hingga 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap
infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B. Limfosit B adalah
limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV meyebabkan produksi antibodi
berlebihan. Antibodi yang diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak membantu
dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan Sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan sasaran baru yang
harus diserang.

2.7 Pemeriksaan Laboratorium


Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV. Yang
pertama, enzymelinked immunosorbent assay(ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi
dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi antibodi virus
dalam jumlah besar. Karena hasil positif-palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang
besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang, dan apabila keduanya positif, maka
dilakukan uji yang lebih spesifik, Western blot. Uji Western blot juga dikonfirmasi dua kali.
Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Juga
dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat ELISA atau Western blot bereaksi
lemah dan agak mencurigakan. Hal ini dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi yang
sedang berkembang (sampai semua pita penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau
pada reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau HTLV-1.
Setelah konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan
klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat penyakit dan dimulai usaha-usaha
untuk mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada tidaknya virus atau
komponen virus sebelum ELISA atau Western blot dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-
prosedur ini mencakup biakan virus, pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan
RNA HIV yang menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma. Uji-
uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai imunopatogenesis, sebagai penanda
penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan neonatus. Bayi yang lahir dari ibu
positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai usia 18 bulan,
tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau tidak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh
manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired
Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan
tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang
ada hanyalah pencegahannya saja.
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog Kedokteran.
Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN


HIV/AIDS PADA WANITA PEKERJA SEKS DI KOTA MANADO
Wa Ode Asfah S. Hamzah*, Afnal Asrifuddin*, Rahayu H. Akili*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Penyakit HIV/AIDS cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan sampai dengan tahun 2016 jumlah kasus
HIV yang dilaporkan sebanyak 41.250 kasus (Kemenkes RI, 2017). Penularan HIV/AIDS menurut faktor risiko
paling tinggi yaitu heteroseksual dan populasi kunci wanita pekerja seks adalah yang berisiko terhadap
penularan HIV/AIDS secara heteroseksual. Penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Manado dengan jumlah responden sebanyak 134.
Penelitian ini yaitu penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian studi potong lintang. Sampel
diambil menggunakan cara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kurang
baik memiliki pencegahan baik (89,8%), sikap baik dan pencegahan baik (85,7%). Hasil uji chi square
menunjukkan ( p = 0,057 ) yang artinya pengetahuan tidak berhubungan dengan tindakan pencegahan
HIV/AIDS dan sikap berhubungan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS ( p = 0,013 ). Upaya yang harus
dilakukan yaitu mengadakan kegiatan – kegiatan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan dan
melakukan penjangkauan terhadap pengguna narkoba suntik pada wanita pekerja seks.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Pencegahan, Wanita Pekerja Seks, HIV/AIDS

ABSTRACT
HIV/AIDS diseases tend to increase from year to year and up to the year 2016 the number of HIV cases reported
as much as 41.250 case (Kemenkes RI, 2017). The transmission of HIV/AIDS according to the most high risk
factor that is heterosexual and female sex workers is a risky against transmission of HIV/AIDS in the
heterosexual. This research is aims to find out what factors are associated with action of prevention of
HIV/AIDS on female sex worker in Manado and the quantity of samples as much as 134 respondents. This
research is analytical survey with a cross sectional study. Sample method used is accidental sampling. The
results showed that both have knowledge of prevention (89,8%), good attitude and good prevention (85,7%).
The chi square test results indicate ( p = 0,057) meaning that knowledge thats not related to the HIV/AIDS
prevention action, and attitude assosiaciated with HIV/AIDS prevention action (p = 0,013). Efforts to do are to
hold a suistainable activities to increase knowledge and doing outreach towards injection drug users in female
sex workers.

Keywords: Knowledge, Attitude, Prevention, female sex workers, HIV/AIDS

PENDAHULUAN HIV dan terdapat 270.000 orang baru


Penyakit Acquired Immuno Deficiency terinfeksi HIV. Orang meninggal karena
Syndrome (AIDS) merupakan masalah penyakit AIDS di wilayah Asia dan Pasifik
kesehatan masyarakat terbesar di dunia dewasa sebanyak 170.000 orang (UNAIDS, 2017).
ini. Penyakit HIV/AIDS terdapat hampir di Jumlah kasus baru HIV positif berdasarkan
semua negara di dunia tanpa kecuali termasuk Laporan Kementerian Kesehatan RI yang
Indonesia (Irianto, 2014). Pada tahun 2000 dilaporkan dari tahun ke tahun cenderung
orang yang hidup dengan Human meningkat. Kasus HIV yang dilaporkan pada
Immunodeficiency Virus (HIV) sebanyak 27,7 tahun 2016 sebanyak 41.250 kasus dan kasus
juta orang dan di tahun 2016 sebanyak 36,7 AIDS yang dilaporkan sebanyak 86.780 kasus.
juta orang. Pada tahun 2016 di Asia dan Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut
Pasifik ada 5,1 juta orang yang hidup dengan faktor risiko heteroseksual tahun 2016 adalah

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada


Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

yang paling tinggi yaitu sebesar 17.754 kasus Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui
(Kemenkes RI, 2017). bahwa jumlah kasus HIV/AIDS terus
Kasus HIV/AIDS mulai ditemukan di meningkat dari tahun ke tahun. Penularan
Sulawesi utara pada tahun 1997 dan HIV/AIDS menurut faktor risiko yang paling
mengalami peningkatan selama 5 tahun tinggi adalah secara heteroseksual. Populasi
terakhir. Terdapat 742 kasus HIV dan 1.642 kunci yaitu WPS yang merupakan populasi
kasus AIDS pada tahun 2016 di Sulawesi yang paling berisiko untuk tertular HIV/AIDS
Utara. Selama tahun 2016 telah ditemukan secara heteroseksual. Berdasarkan hal tersebut
sebanyak 83 kasus HIV baru yaitu pada penulis tertarik untuk melakukan penelitian
golongan umur 20 – 29 tahun dan sebanyak tentang faktor – faktor yang berhubungan
224 kasus AIDS pada umur 30 – 49 tahun. dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada
Kota Manado adalah yang tertinggi untuk wanita pekerja seks di Kota Manado.
kasus HIV yaitu dengan jumlah 275 kasus dan
sebanyak 610 kasus AIDS. Penderita METODE PENELITIAN
HIV/AIDS menurut faktor risiko yang paling Jenis penelitian yang digunakan yaitu
tinggi adalah heteroseksual dengan jumlah penelitian survey analitik dengan rancangan
kasus 1.911 kasus, homoseksual sebanyak 285 penelitian studi potong lintang. Penelitian ini
kasus, dan pengguna napza suntik (penasun) dilakukan pada bulan Juli – September 2018 di
sebanyak 120 kasus (Dinkes Provinsi Sulut, Kota Manado. Dalam pengambilan sampel
2016). Berdasarkan data World Health peneliti menggunakan rumus slovin untuk
Organization pada tahun 2015 diperkirakan menentukan jumlah sampel yang akan diteliti
44% infeksi baru terjadi di antara populasi dan didapatkan hasil sebanyak 134 responden.
kunci dan pasangannya (WHO, 2017). Teknik pengambilan sampel menggunakan
Kelompok subpopulasi yang berisiko salah teknik non probability sampling dengan
satunya adalah pekerja seksual karena faktor metode accidental sample. Pengetahuan dan
perilaku (behavioral risk) seperti bergonta – sikap merupakan variabel bebas dalam
ganti pasangan serta tidak menggunakan penelitian ini dan tindakan pencegahan adalah
kondom saat melakukan hubungan seksual. variabel terikat. Pengumpulan data primer
Pekerja seksual memiliki kecenderungan dilakukan dengan wawancara menggunakan
berhubungan dengan banyak pasangan kuesioner pada responden dalam hal ini wanita
sehingga tidak terdeteksi adanya pasangan pekerja seks. Pengolahan data dilakukan
yang terinfeksi HIV sehingga dapat menular dengan beberapa tahap yaitu editing atau
baik kepada para pekerja seks itu sendiri atau melakukan pengecekan kembali apakah
sebaliknya klien yang terinfeksi oleh pekerja kueioner telah diisi semua oleh responden,
seks (Setyoadi & Triyanto, 2012). coding dilakukan untuk melakukan klasifikasi

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada


Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

data dan untuk mempermudah penulis dalam


menganalisis data, processing yaitu digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk memproses data yang ada untuk Tabel 1. Karakteristik Responden
kemudian dianalisa, cleaning yaitu Karakteristik n %
pengecekan kembali data yang telah diinput 16-25
56 41,8
tahun
pada computer sudah benar dan tidak terdapat 26-35
61 45,5
kesalahan. Dalam melakukan entry data tahun
Umur
36-45
program yang digunakan yaitu Statistical 16 11,9
tahun
Product and Service Solution (SPSS) versi 46-55
1 0,7
tahun
16.0 for windows dan Microsoft office excel SD 5 3,7
Pendidikan
2013. Analisis data dibagi dalam dua tahap SMP 37 27,6
Terakhir
yaitu analisis data secara univariat dan anlisis SMA 80 59,7
SMK 12 9,0
data secara bivariat. Analisis data secara
univariat dilakukan untuk mengetahui
Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik
distribusi frekuensi tiap variabel yaitu variabel
umur yang paling banyak yaitu responden
umur, pendidikan terakhir, pengetahuan, sikap
berusia antara 26 – 35 tahun yang berjumlah
dan tindakan pencegahan HIV/AIDS. Analisis
61 orang dengan persentase 45,5% dan umur
data secara bivariat digunakan untuk
yang paling sedikit yaitu responden berusia
mengetahui hubungan yang terdapat antara
antara 46 – 55 tahun yang berjumlah 1 orang
pengetahuan dengan tindakan pencegahan
dengan persentase 0,7%. Karakteristik
HIV/AIDS dan hubungan sikap dengan
pendidikan terakhir yaitu SMA mempunyai
tindakan pencegahan HIV/AIDS. Untuk
persentase paling tinggi sebanyak 59,7% dan
mengetahui apakah terdapat hubungan antara
paling sedikit yaitu SD dengan persentase
dua variabel yang diteliti maka dilakukan uji
3,7%.
chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
atau α = 0,05. Terdapat hubungan antara dua
variabel yang diteliti apabila nilai p < 0,05

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa


pengetahuan baik ada sebanyak 63,4% dan

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada


Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

responden yang memiliki pengetahuan kurang


baik sebanyak 36,6%.

Dapat dilihat pada tabel 4 bahwa responden


yang melakukan tindakan pencegahan baik
Berdasarkan data pada tabel 3 diketahui ada sebanyak 81,3% dan responden yang
sebanyak 105 responden (78,4%) dengan sikap melakukan pencegahan kurang baik terhadap
yang baik terhadap pencegahan HIV/AIDS HIV/AIDS sebanyak 18,7%.
dan sebesar 29 responden (21,6%) mempunyai
sikap yang kurang baik terhadap pencegahan
HIV/AIDS.

Hasil uji statisik antara pengetahuan dengan mempunyai pengetahuan baik dengan
pencegahan HIV/AIDS, didapatkan hasil memiliki pencegahan HIV/AIDS kurang baik,
bahwa responden yang memiliki pengetahuan dan sebesar 65 responden (76,5%) didapatkan
kurang baik dan memiliki pencegahan kurang hasil pengetahuan baik dengan memiliki
baik terhadap HIV/AIDS ada sebanyak 5 pencegahan HIV/AIDS. Hasil yang didapatkan
responden (10,2%) sedangkan responden yang dari uji statistik chi square menghasilkan nilai
memiliki pengetahuan kurang baik dengan p = 0,057 dengan tingkat kesalahan 0,05
melakukan pencegahan yang baik terhadap sehingga tidak terdapat hubungan antara
HIV/AIDS ada sebanyak 44 responden pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS
(89,8%). Sebanyak 20 (23,5%) responden pada wanita pekerja seks di Kota Manado.

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada


Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

sama dengan penelitian yang dilakukan oleh


Hasil uji statistik menunjukkan pengetahuan Irsyad, dkk (2015) diperoleh p value = 0,174
kurang baik ada sebanyak 10,2% dengan dimana tidak terdapat hubungan antara
melakukan tindakan pencegahan sebesar pengetahuan dengan perilaku pencegahan
89,8% yang artinya responden dengan HIV/AIDS. Penelitian sebelumnya yang
pengetahuan kurang baik hanya sedikit akan dilakukan oleh Rupilu (2013) menghasilkan
tetapi yang melakukan tindakan pencegahan nilai p = 0,382 maka dapat dikatakan tidak
baik banyak sehingga hal inilah yang terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
menyebabkan tidak terdapat hubungan antara HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan
pengetahuan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.
HIV/AIDS. Penelitian ini memiliki hasil yang

Dalam tabel 6 dapat dilihat responden dengan pekerja seks di Kota Manado. Green dalam
sikap kurang baik dan memiliki pencegahan Notatmodjo (2014) mengatakan bahwa salah
HIV/AIDS kurang baik ada sebanyak 10 satu faktor predisposisi dalam pembentukan
responden (34,5%) sedangkan responden yang tindakan atau perilaku kesehatan yaitu sikap
mempunyai sikap kurang baik dengan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
memiliki pencegahan HIV/AIDS baik sebesar tindakan yang dilakukakannya. Penelitian ini
19 responden (65,5%). Responden yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
memiliki sikap baik dengan memiliki Lastianti (2013) diperoleh nilai probabilitas p
pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 90 = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa
responden (85,7%) sedangkan responden yang terdapat hubungan yang bermakna antara sikap
mempunyai sikap baik dengan memiliki terhadap HIV/AIDS dengan tindakan
pencegahan HIV/AIDS kurang baik sebanyak pencegahan HIV/AIDS. Penelitian lain yang
15 responden (14,3%). Hasil uji statistik dapat dilakukan oleh Tulung (2014) diperoleh nilai p
diketahui nilai p = 0,013 sehingga dapat = 0,014 lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka Ho
dikatakan bahwa ada hubungan antara sikap ditolak atau ada hubungan antara sikap
dengan pencegahan HIV/AIDS pada wanita HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan.

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada


Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

KESIMPULAN sebagai bentuk upaya pencegahan


Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan terhadap HIV/AIDS.
hasil penelitian pada wanita pekerja seks di
Kota Manado sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA
1. Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
wanita pekerja seks di Kota Manado yaitu 2016. Buku Profil Kesehatan Sulawesi
baik sebanyak 63,4% dan pengetahuan Utara 2016. Dinas Kesehatan Provinsi
kurang baik sebanyak 36,6%. Sulawesi Utara. Diakses online pada
2. Sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS tanggal 20 April 2018.
pada wanita pekerja seks di Kota Manado http://dinkes.sulutprov.go.id/wp-
yaitu baik sebanyak 78,4% dan sikap content/uploads/2016/11/Buku-Profil-
kurang baik sebanyak 21,6%. Kesehatan-Sulut-2016.pdf.
3. Pencegahan HIV/AIDS pada wanita Irianto. 2014. Epidemiologi Penyakti Menular
pekerja seks di Kota Manado yaitu dan Tidak Menular. Alfabeta. Bandung.
sebanyak 81,3% melakukan tindakan Irsyad Chibtia, Setiyadi Noor Alis & Wijayanti
pencegahan yang baik dan sebanyak Anisa Catur. 2014. Hubungan antara
18,7% yang melakukan tindakan pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
pencegahan kurang baik. Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja
4. Tidak terdapat hubungan antara Komunitas Anak Jalanan di
pengetahuan dengan pencegahan terhadap Kabupaten Kudus. Universitas
HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di Muhammadiyah Surakarta
Kota Manado. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Final
5. Terdapat hubungan antara sikap dengan Laporan HIV Triwulan IV Tahun 2016.
pencegahan terhadap HIV/AIDS pada Kementerian Kesehatan RI. Diakses
wanita pekerja seks di Kota Manado. online pada tanggal 20 April
2018.http://siha.depkes.go.id/portal/files_
SARAN upload/Final_Laporan_HIV_AIDS_TW_
1. Mengadakan kegiatan – kegiatan yang 4_2016.pdf
terlibat langsung dengan wanita pekerja Lastianti, Singale. 2013. Hubungan antara
seks sebagai bentuk upaya untuk Pengetahuan dan Sikap tentang
meningkatkan pengetahuan dari WPS dan HIV/AIDS pada Siswa SMK Negeri 3
dapat dilaksanakan secara continue atau Tahuna. Universitas Sam Ratulangi
secara terus – menerus. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
2. Melakukan penjangkauan terhadap WPS Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
yang menggunakan narkoba suntik

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada


Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan


dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
Rupilu, Nenny M. 2013. Hubungan antara
Pengetahuan dan Sikap tentang
HIV/AIDS dengan Tindakan
Pencegahannya pada Siswa SMA Negeri
1 Tual. Universitas Sam Ratulangi
Setyoadi & Triyanto E. 2012. Strategi
Pelayanan Keperawatan Bagi
Penderita AIDS. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Tulung, Oktevane. 2014. Hubungan antara
Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan
Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMK
Negeri 1 Tomohon. Universitas Sam
Ratulangi
UNAIDS. 2017. Fact Sheet – World Aids Day.
Diakses online pada tanggal 20 April
2018.
http://www.unaids.org/sites/default/files/
media_asset/UNAIDS_FactSheet_en.pdf
WHO. 2017. HIV/AIDS Fact Sheet Updated
November

2017.

Diakses

online

pada
tanggal 20 April 2018
http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hiv-aids
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids Pada
Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado
Analisis dengan menggunakan format PICOT

Judul jurnal : Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Hiv/Aids

Pada Wanita Pekerja Seks Di Kota Manado

Penulis : Wa Ode Asfah S. Hamzah*, Afnal Asrifuddin, Rahayu H.

Tahun : 2017

Penerbit : Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

P : Population

Pada wanita pekerja seks dikota manado, dan jumlah sampel yang akan diteliti 134

responden.

I : Intervention

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian survey analitik dengan rancangan

penelitian studi potong lintang. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan rumus

slovin. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan

metode accidental sample. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner pada responden dalam hal ini wanita pekerja seks. Pengolahan data

dilakukan dengan beberapa tahap yaitu editing (Pengecekan kembali), coding (Pengkodean),

Processing (memproses data), Cleaning (Pengecekan kembali data yang benar/salah), entry

(dengan SPSS)

C : Comparison

1. Penelitian ini memiliki hasil sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Irsyad, dkk
(2015) diperoleh p value = 0,174 dimana tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS.
2. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rupilu (2013) menghasilkan nilai p =
0,382 maka dapat dikatakan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.
3. Green dalam Notatmodjo (2014) mengatakan bahwa salah satu faktor predisposisi
dalam pembentukan tindakan atau perilaku kesehatan yaitu sikap yang dimiliki oleh
seseorang terhadap tindakan yang dilakukakannya.
4. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lastianti (2013)
diperoleh nilai probabilitas p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara sikap terhadap HIV/AIDS dengan tindakan
pencegahan HIV/AIDS. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tulung (2014) diperoleh
nilai p = 0,014 lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka Ho ditolak atau ada hubungan
antara sikap HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan.
O : Outcome

Hasil dari univariat adalah (1) Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada wanita pekerja seks
di Kota Manado yaitu baik sebanyak 63,4% dan pengetahuan kurang baik sebanyak 36,6%.
(2) Sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di Kota Manado yaitu
baik sebanyak 78,4% dan sikap kurang baik sebanyak 21,6%. (3) Pencegahan HIV/AIDS
pada wanita pekerja seks di Kota Manado yaitu sebanyak 81,3% melakukan tindakan
pencegahan yang baik dan sebanyak 18,7% yang melakukan tindakan pencegahan kurang
baik.
Hasil dari bivariat adalah (1) Hasil uji statisik antara pengetahuan dengan pencegahan
HIV/AIDS, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dan
memiliki pencegahan kurang baik terhadap HIV/AIDS ada sebanyak 5 responden (10,2%)
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan melakukan
pencegahan yang baik terhadap HIV/AIDS ada sebanyak 44 responden (89,8%). Sebanyak 20
(23,5%) responden mempunyai pengetahuan baik dengan memiliki pencegahan HIV/AIDS
kurang baik, dan sebesar 65 responden (76,5%) didapatkan hasil pengetahuan baik dengan
memiliki pencegahan HIV/AIDS. Hasil yang didapatkan dari uji statistik chi square
menghasilkan nilai p = 0,057 dengan tingkat kesalahan 0,05 sehingga tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di
Kota Manado. (2) Hasil uji statistik didapatkan responden dengan sikap kurang baik dan
memiliki pencegahan HIV/AIDS kurang baik ada sebanyak 10 responden (34,5%) sedangkan
responden yang mempunyai sikap kurang baik dengan memiliki pencegahan HIV/AIDS baik
sebesar 20 responden (65,5%). Responden yang memiliki sikap baik dengan memiliki
pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 90 responden (85,7%) sedangkan responden yang
mempunyai sikap baik dengan memiliki pencegahan HIV/AIDS kurang baik sebanyak 16
responden (14,3%). Hasil uji statistik dapat diketahui nilai p = 0,013 sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan pencegahan HIV/AIDS pada wanita
pekerja seks dikota Manado.
T : Time

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – September 2018 di Kota Manado.

Anda mungkin juga menyukai