Paresis pada nervus fasial dapat memengaruhi kualitas hidup dari pasien. Wajah
merupakan komponen yang penting untuk berkomunikasi dan berekspresi. Nervus
fasialis memiliki komponen motorik, sensorik, dan parasimpatik, sehingga apabila
terjadi kelumpuhan pada nervus fasialis, maka akan memengaruhi pasien dari sisi
fungsional dan dari sisi kosmetik.
Paersis nervus fasialis dapat didiagnosis dari gejala klinis yaitu kelemahan pada
otot – otot wajah,a yaitu berupa : imobilitas dari alis, kelopak mata yang tidak tertutup
sempurna, kelumpuhan mulut ke salah satu sisi, mata menjadi kering, hiperakusis,
kelainan pada sensorik lidah, dan nyeri pada daerah sekitar telinga.
Penyebab dari kelumpuhan nervus fasialis tipe perifer sangat banyak, mulai dari
idiopatik, traumatik, infeksi, neoplasma, kongenital, dan autoimun. 70 % dari kasus
kelumpuhan nervus fasialis tipe perifer terdiagnosis sebagai Bell’s Palsy ( idiopatik )
dengan jumlah 11 – 40 kasus per tahun.
EPIDEMIOLOGI
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa dari jumlah total 54 pasien yang
mengikuti penelitian, 7 diantaranya disebabkan oleh infeksi pada telinga dengan
jumlah persentase sebesar 12, 9 %. Kelumpuhan nervus fasialis paling banyak
disebabkan karena idiopatik ( Bell’s Palsy ) dengan total sebanyak 29 pasien dan
persentase sebesar 53,7%. Untuk jenis kelamin, kelumpuhan nervus fasialis tipe perifer
dapat terjadi pada kedua jenis kelamin dengan perbandingan yang hampir sama.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Nervus fasialis memiliki dua komponen. Komponen yang lebih besar murni
motorik dan mempersarafi otot-otot ekspresi wajah. Komponen ini sesuai dengan
nervus fasialis.Komponen ini disertai oleh saraf yang lebih tipis, nervus
intermedius yang mengandung serabut aferen viseral dan somatic, serta serabut
eferen viseral.Nervus fasialis muncul dari batang otak bersama nervus intermedius
dari Wrisberg dan seterusnya langsung ke internal auditory canal (IAC).Nervus
fasialis bersama saraf cochleovestibular memasuki IAC.Nervus fasialis bersama
dengan saraf Wrisberg intermedius dan saraf pendengaran, melewati meatus
akustikus internus. Saraf semakin jauh ke dalam IAC, memasuki kanal tuba yang
sempit, dan kemudian terbungkus dalam periosteum dan epineurium. Secara
signifikan, bagian tersempit merupakan di bagian labirin, yang berisi ganglion
genikulatum. 3,4
Saraf fasialis merupakan saraf campuran yang terdiri dari 2 akar saraf, yaitu
akar motorik (lebih besar dan lebih medial) dan intermedius (lebih kecil dan lebih
lateral).Akar motorik berasal dari nukleus fasialis dan berfungsi membawa
serabut- serabut motorik ke otot ekspresi wajah.Saraf intermedius yang berasal
dari nukleus salivatorius anterior, membawa serabut-serabut parasimpatis ke
kelenjar lakrimal, submandibular, dan sublingual. Saraf intermedius juga
membawa serabut aferen untuk pengecapan pada dua pertiga depan lidah dan
aferen somatik dari kanalis auditori eksterna dan pinna. 5
Kedua akar saraf ini muncul dari pontomedullary junction dan berjalan
secara lateral melalui cerebellopontine angle bersama dengan saraf
vestibulocochlearis menuju meatus akustikus internus, yang memiliki panjang ± 1
centimeter (cm), dibungkus dalam periosteum dan perineurium. 5
Gambar 1. Perjalanan saraf fasialis.5
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu,
terdapat perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer.
Pada gangguan sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi,
tidak lumpuh ; yang lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan N VII
jenis perifer (gangguan berada di inti atau di serabut saraf) maka semua otot sesisi
wajah lumpuh dan mungkin juga termasuk cabang saraf yang mengurus
pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama N. Fasialis.5
Pada lesi motor neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter
maupun yang involunter, lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) nervus
VII sering merupakan bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok
dan lesi-butuh-ruang (space occupying lesion) yang mengenai korteks motorik,
kapsula interna, talamus, mesensefalon dan pons di atas inti nervus VII. Dalam hal
demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu. Kelumpuhan nervus VII
supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis pseudobulber.5
Grading Fungsi
I Fungsi normal
Disfungsi ringan :
Kelemahan yang sedikit terlihat pada inspeksi dekat, bisa
2.1 Tonus
Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot
menentukan terhadap kesempurnaan mimik/ekspresi muka. Freyss
menganggap penting akan fungsi tonus sehingga mengadakan
penilaian pada setiap tingkat kelompok otot muka, bukan pada setiap
otot. Cawthorne mengemukakan bahwa tonus yang jelek
memberikan gambaran prognosis yang jelek. Penilaian tonus
seluruhnya berjumlah 15 yaitu seluruhnya terdapat lima tingkatan
dikalikan tiga untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat hipotonus
maka nilai tersebut dikurangi satu (-1) sampai minus dua (-2) pada
setiap tingkatan tergantung dari gradasinya.5
3.1 Sinkinesis
Sinkinesis menentukan suatu komplikasi dari paresis fasialis
yang sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya sinkinosis
adalah sebagai berikut :
a. Penderita diminta untuk memejamkan mata kuat-kuat
kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada daerah
sudut bibir atas. Kalau pergerakan normal pada kedua sisi
dinilai dengan angka dua (2). Kalau pergerakan pada sisi
paresis lebih (hiper) dibandingkan dengan sisi normal
nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2), tergantung dari
gradasinya.
b. Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil
memperlihatkan gigi, kemudian melihat pergerakan otot-otot
pada sudut mata bawah. Penilaian seperti pada (a).
c. Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara
(gerakan emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot-otot
di sekitar mulut. Nilai satu (1) jika pergerakan normal. Nilai
nol (0) jika pergerakan tidak simetris.5
4.1 Hemispasme
Hemispasme merupakan suatu komplikasi yang sering dijumpai
pada penyembuhan paresis fasial berat. Diperiksa dengan cara
penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan bersahaya
seperti mengedip-ngedipkan mata berulang-ulang maka akan jelas
tampak gerakan otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata
bawah. Pada penderita yang berat kadang-kadang otot-otot platisma
di daerah leher juga ikut bergerak. Untuk setiap gerakan hemispasme
dinilai dengan angka minus satu (-1). Fungsi motoric otot-otot tiap
sisi wajah orang normal seluruhnya berjumlah 50 atau 100%. Gradasi
paresis fasialis dibandingkan dengan nilai tersebut, dikalikan dua
untuk persentasenya.5
5.1 Gustometri
System pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh
nervus korda timpani, salah satu cabang nervus fasialis. Pada
pemeriksaan fungsi n. korda timpani adalah perbedaan ambang
rangsang antara kanan dan kiri. Freyss menetapkan bahwa beda 50%
antara kedua sisi adalah patologis.5
1. Elektromiografi (EMG)
EMG sering kali dilakukan oleh bagian neurologi. Pemeriksaan
ini bermanfaat untuk menentukan perjalanan respons reinervasi
pasien. Pola EMG dapat diklasifikasikan sebagai respon normal, pola
denervasi, pola fibrilasi, atau suatu pola yang kacau yang
mengesankan suatu miopati atau neuropati. Namun, nilai suatu EMG
sangat terbatas kurang dari 21 hari setelah paralisis akut. Sebelum 21
hari, jika wajah tidak bergerak, EMG akan memperlihatkan potensial
denervasi. Potensial fibrilasi merupakan suatu tanda positif yang
menunjukkan kepulihan sebagian serabut. Potensial ini terlihat
sebelum 21 hari.12
2. Elektroneuronografi (ENOG)
ENOG memberi informasi lebih awal dibandingkan dengan
EMG. ENOG melakukan stimulasi pada satu titik dan pengukuran EMG
pada satu titik yang lebih distal dari saraf. Kecepatan hantaran saraf
dapat diperhitungkan. Bila terdapat reduksi 90% pada ENOG bila
dibandingkan dengan sisi lainnya dalam sepuluh hari, maka
kemungkinan sembuh juga berkurang secara bermakna. Fisch Eselin
melaporkan bahwa suatu penurunan sebesar 25 persen berakibat
penyembuhan tidak lengkap pada 88 persen pasien mereka, sementara
77 persen pasien yang mampu mempertahankan respons di atas angka
tersebut mengalami penyembuhan normal saraf fasialis.12
d. Antivirus
Baru-baru ini antivirus diberikan dengan atau tanpa penggunaan
prednisone secara simultan.11 Meskipun aplikasi agen antiviral untuk
Bell's palsy tampak logis, namun jarang diberikan. Dalam sebuah
penelitian di Inggris, hanya 0,6% pasien dengan Bell's palsy yang
menerima asiklovir. Dua ulasan Cochrane terbaru pada 246 dan 200
pasien, termasuk tiga, masing-masing, dua percobaan acak dengan
asiklovir dan steroid versus steroid saja, asiklovir versus steroid, dan
valasiklovir dengan steroid versus steroid menyimpulkan bahwa hasil
dari ketiga percobaan itu tidak meyakinkan sehubungan dengan
Manfaat jangka pendek atau jangka panjang dan bahwa penelitian besar,
multisenter, acak, terkontrol, dan buta dengan minimal follow-up 1
tahun diperlukan sebelum rekomendasi pasti mengenai efek asiklovir
atau valacyclovir dapat diberikan. Paling tidak, tampaknya tidak ada
perbedaan antara asiklovir dan steroid secara oral versus asiklovir dan
steroid secara intravena.11
Sebuah studi baru-baru ini terhadap 221 pasien dengan Bell's
palsy, diobati dengan valacyclovir dan prednisolone dalam 7 hari
setelah onset, menunjukkan hasil yang lebih baik untuk pasien yang
menerima terapi kombinasi daripada kortikosteroid saja. Dalam sebuah
penelitian terhadap 247 pasien yang menerima asiklovir pemulihan
lengkap diamati pada 71% setelah 3 bulan dan pada 85% setelah 9
bulan. Para penulis tidak menemukan manfaat asiklovir sendiri atau
manfaat tambahan asiklovir dalam kombinasi dengan kortikosteroid.
Untuk pasien dengan zoster sine herpete, asiklovir tampaknya efektif.11
3.1 Pengobatan Psikofisikal
Akupuntur, biofeedback, dan electromyographic feedback dilaporkan
dapat membantu pentembuhan Bell’s Palsy.11 Meskipun terbatasnya
penelitian namun telah dilaporkan bahwa akupunktur untuk Bell's palsy
dalam beberapa penelitian memberikan bukti peningkatan efek positif
akupunktur dan moksibusi sebagai pengobatan tambahan Bell's palsy.11
2. Pengobatan Sekuele ( Gejala Sisa )
Berbagai tindakan nonfarmakologis telah digunakan untuk mengobati
Bell palsy, termasuk terapi fisik (misalnya, latihan wajah, latihan ulang
neuromuskular) dan akupunktur. Tidak ada efek buruk dari perawatan ini yang
telah dilaporkan. Tinjauan menunjukkan bahwa terapi fisik dapat menghasilkan
pemulihan yang lebih cepat dan sekuele yang berkurang. Pengobatan terhadap
gejala sisa yang dapat dilakukan antara lain:9, 13,16
a. Nyeri
Sebagian pasien dengan Bell’s Palsy dan hampir seluruh pasien dengan
Herpes Zooster Cephalic merasakan nyeri. Nyeri ini dapat diatasi dengan
analgesic non-narkotik. Dapat diberikan steroid dengan dosis awal 1 mg/ kg
BB/ hari dan tapering off setelah 10 hari penggunaan.13
b. Perawatan Mata
Secara umum, Perawatan mata ditujukan untuk menjaga kelembaban
mata agar tidak terjadi keratitis dan kerusakan kornea. Pasien diminta untuk
meengedipkan mata 2 sampai 4 kali permenit disamping penggunaan obat tetes
mata.11
Salah satu masalah terbesar dengan Bell's palsy adalah keterlibatan
mata jika celah fisura tetap terbuka. Dalam kasus ini, perawatan mata berfokus
pada perlindungan kornea akibat dehidrasi, pengeringan, atau lecet karena
penutupan atau robekan yang tidak cukup. Salep mata diusulkan pada siang hari
dan malam didukung oleh perban watchglas di siang hari atau malam hari.11