Anda di halaman 1dari 18

DATA EPIDEMIOLOGI

Nomor Registrasi : 0002480

Nama : Tn. Ricky Dabi

Usia : 19 Tahun

JenisKelamin : Laki-Laki

Alamat : Hawai sentani

Agama : Kristen Katolik

Suku Bangsa : Wamena

Pendidikan : SMP Kelas I

Status Pekerjaan : Belum Kerja

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 27 januari 2018

Yang Mengantar : Ayah Pasien

Pemberi Informasi : Ayah dan Ibu Pasien, serta pasien

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 1


LAPORAN PSIKIATRIK

I. RIWAYAT PSIKIATRIK
Berdasarkan:
Autoanamnesa dan Heteroanamnesa: Dilakukan pada tanggal 27 dan 29 januari 2018
A. Keluhan Utama
- Autoanamnesa : Merasa dirinya baik-baik saja tidak ada gangguan
- Heteroanamnesa (Ibu dan Bapak Pasien) : jalan tanpa tujuan dan memiliki masalah
dalam prestasi disekolah.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar ayah kandungnya ke RSJD Abepura karena jalan tanpa tujuan
dan memiliki masalah dalam prestasi disekolah. Menurut keterangan dari ayah
kandung pasien, pasien memiliki prestasi yang sangat kurang disekolahnya karena
kesulitan dalam mengikuti pelajaran sehingga pasien sering tahan kelas. Selain itu
pasien juga menunjukkan perubahan perilaku seperti, jalan tanpa tujuan, mondar-
mandir, berendam dikolam lumpur, senang menyendiri, tertawa sendiri, senyum-
senyum sendiri, dan sering melamun sejak SMP (2014).
Saat ini pasien berusia 19 tahun dan masih duduk dibangku SMP kelas 1.
Dengan usia pasien saat ini, pasien bisa membaca, tapi kurang dalam kemampuan
berhitungnya. Dalam hal menulis, pasien masih kurang, apalagi dalam menulis
angka, pasien dapat menuliskan angka 1-10 tapi jika diminta untuk menuliskan angka
yang lebih besar pasien kurang mampu, misalnya 103 pasien menulis 13.
Pasien dalam kesehariannya kurang mampu untuk merawat dirinya, seperti
susah kalau disuruh mandi sampai terkadang ayah pasien membantunya karena
pasien tidak pandai dalam membersihkan dirinya. Dalam hal berinteraksi dengan
orang lain pasien sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari pasien hanya memiliki
sedikit teman karena pasien cenderung menarik diri dari sekitarnya.
Dirumah pasien tinggal bersama dengan orang tua dan saudara-saudaranya,
pasien adalah anak ke-6 dari 7 bersaudara. Saat dirumah pasien sering melamun,
senyum-senyum sendiri, dan saat keluar rumah pasien jalan tanpa tujuan. Ayah

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 2


pasien pernah mendapati pasien sendirian dipinggir jalan sambil melamun, dan
pernah mendapati pasien berendam dikolam kangkung berlumpur.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien merupakan pasien lama di RSJD Abepura (rawat jalan) sebelum menjalani
rawat inap tanggal 8 januari 2018, pasien di rawat inap karena minum obat tidak
teratur
- Riwayat Napza (-)
D. Riwayat Penggunaan Zat
Berdasarkan keterangan orang tua pasien, Pasien memiliki riwayat merokok (+)
karena dikasih teman.
E. Riwayat Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang memiliki sakit seperti pasien.
F. Genogram

Keterangan
Perempuan :
Laki-laki :
Pasien :

Pasien memiliki 7 orang saudara. Pasien merupakan anak ke 6 dari 7


orang bersaudara.

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 3


G. Riwayat Pribadi
1. Masa prenatal, natal, dan perinatal
Menurut ibu pasien, saat mengandung pasien tidak ada masalah atau kelainan
dalam kehamilan. Pasien dilahirkan dengan usia kehamilan yang cukup bulan
dan dilahirkan secara spontan, tanpa kecacatan maupun trauma lahir.
2. Masa Kanak-Kanak Awal (0-3 tahun)
Semasa bayi, pasien mendapat ASI yang cukup dan tidak mengalami masalah
makan.
3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Menurut ibu pasien, pasien mulai bersekolah SD di SD Kartika sentani pada usia
7 tahun. Pasien memiliki sifat tertutup dan disekolah pasien kesulitan dalam
menerima pelajaran.
4. Masa Kanak – Kanak Akhir (Pubertas – Masa Remaja)
Pasien tumbuh sebagai remaja yang pemalu dan tidak memiliki banyak teman.
Pasien kurang mampu beradaptasi dengan baik di sekolahnya dan kurang
mampu mengurus dirinya.
5. Masa Dewasa Awal
 Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien tamat SD.
 Riwayat kebiasaan
Pasien pernah merokok.
 Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.
 Aktivitas sosial
Pasien kurang aktif dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
 Keagamaan
Pasien dengan seluruh anggota keluarganya beragama Kristen katolik.
 Riwayat hukum
Pasien sama sekali tidak pernah terlibat masalah hukum.

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 4


II. Status Psikiatrikus
A. Deskripsi umum
 Penampilan
Seorang laki-laki usia 19 tahun, berkulit hitam, berambut keriting potongan cepak,
menggunakan kaos oblong berwarna putih dan celana pendek.
 Perilaku dan psikomotor : mannerisme (gerakan-gerakan yang menjadi
kebiasaan/sudah menetap
 Kontak : inadekuat
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Emosi
 Mood : Disforik, yaitu mood yang tidak menyenangkan
 Afek : restricted (afek terbatas) , yaitu penurunan intensitas irama perasaan
yang diungkapkan (lebih ringan dari tumpul)
C. Bicara
Pasien lambat dalam menjawab pertanyaan pemeriksa
D. Gangguan persepsi
 Halusinasi :-
 Ilusi :-
E. Proses berpikir
 Bentuk pikiran : realistis (bentuk pikiran yang berdasarkan kenyataan)
 Arus pikiran : circumstance (jawaban berputar-putar dari pertanyaan yang
sebenarnya)
 Isi Pikiran : poverty of ideas (pengertian yang memberi sangat sedikit
informasi karena tidak ada pengertian)
F. Sensorium dan Kognitif
 Kesadaran : kesadaran berkabut (berkurangnya
kesiagaan terhadap lingkungan. Pasien tidak mampu mempertahankan
perhatiannya terhadap stimulus lingkungan dan tidak mampu mempetahankan
arah tujuan pikiran dan perilaku)
 Orientasi

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 5


- Orientasi orang : dapat mengenali orang yang mengantar
pasien ke RSJ Abepura.
- Tempat : Pasien tahu sekarang di RSJ Abepura
- Waktu : Pasien tahu waktu pemeriksaan dilakukan
pada siang hari tahun 2018
 Atensi : inatensi
 Memori : Mampu mengingat nama sekolahnya
 Kemampuan Menolong Diri : Pasien malas untuk mandi, menyikat gigi,
dll.
G. Tilikan
Tilikan I (pasien menyangkal dirinya sakit dan tidak merasa sakit sama sekali).

III. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan :


DDR : negative

IV. Formulasi Diagnosis


Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan orang tua pasien, pasien
ditemukan adanya masalah yang muncul yang mengakibatkan perubahan sikap, perilaku
dan emosi pada pasien. Perubahan pola perilaku dan psikologis pada pasien saat ini
memenuhi kriteria diagnostik F.70 (Retardasi Mental) + F20.1 (Skizofreni Hebefrenik)
berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).

V. Diagnosis Banding :
- F71 (Retardasi Mental Sedang)
- F72 (Retardasi Mental Berat)

IV. Diagnosis multiaxial


 Aksis I : F20.1 (Skizofreni Hebrefenik)
 Aksis II : F70-F79 (Retardasi Mental)
 Aksis III : Belum Ada
 Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial dan masalah Pendidikan

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 6


 Aksis V : GAF 50-41

V. RENCANA TERAPI
1. Terapi Farmakoterapi
2. Terapi Nonfarmakologi

VI. PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia at bonam
b. Ad fungsionam : dubia at bonam
c. Ad sanationam : dubia at bonam

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 7


BAB II
PEMBAHASAN

Bagaimana cara mendiagnosa pasien dalam kasus diatas?


Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan merujuk pada
kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai
Pedoman Diagnostik F70 (Retardasi Mental) + F20.1 (Skizofreni Hebefrenik) berdasarkan
Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).
Retardasi mental adalah keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan
kognitif, bahasa, motorik, dan social. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan
jiwa atau gangguan fisik lainnya.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Retardasi Mental :
1) Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rerata : IQ kira-kira 70 atau kurang pada IQ
yang diberikan secara individual (untuk bayi, penilaian klinis berupa fungsi intelektual
yang secara signifikan dibawah rerata)
2) Defisit atau hendaya yang terjadi bersamaan didalam fungsi adaptif saat ini (yaitu,
efektifitas seseorang di dalam memenuhi standar yang diharapkan oleh kelompok budaya
untuk usianya) dalam sedikitnya dua area berikut ini : komunikasi, perawatan diri,
kehidupan dirumah, keterampilan social/interpersonal, penggunaan sumber komunitas,
pengarahan diri, keterampilan akademik fungsional, bekerja, bersantai, kesehatan dan
keamanan.
3) Onset sebelum usia 18 tahun

Ciri perkembangan orang dengan Retardasi Mental :


Derajat Usia Prasekolah (0-5) Usia Sekolah (6-20) Dewasa (21 dan lebih)
Retardasi Pematangan dan Pelatihan dan Pendidikan Kemapaman Sosial dan
Mental Perkembangan Keterampilan Kerja
Retardasi hebat; Terdapat sejumlah Terdapat sejumlah
Sangat berat kapasitas untuk perkembangan motorik; perkembangan bicara

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 8


berfungsi didalam area dapat berespon terhadap dan motorik; bisa
sensori-motorik kecil; pelatihan kemandirian mencapai perawatan
memerlukan asuhan minimal atau terbatas diri yang sangat
perawat; memerlukan terbatas; membutuhkan
bantuan terus-menerus asuhan perawat
dan pengawasan
Perkembangan motorik Dapat bicara atau Dapat berpartisipasi
Berat buruk; pembicaraan belajar komunikasi; secara sebagian untuk
minimal; umumnya dapat dilatih kebiasaan perawatan diri dibawah
tidak bisa mengambil kesehatan dasar; bisa pengawasan
manfaat dari pelatihan mengambil manfaat menyeluruh; dapat
kemandirian; dari pelatihan kebiasaan mengembangkan
keterampilan yang sistematik dari keterampilan
komunikasi sedikit atau pelatihan kejuruan pertahanan diri hingga
tidak ada taraf kegunaan minimal
dalam lingkungan yang
terpantau
Sedang Dapat bicara atau Dapat mengambil Bisa mencapai
belajar komunikasi; manfaat dari pelatihan perawatan diri didalam
kewaspadaan social keterampilan social dan pekerjaan tanpa
buruk; perkembangan pekerjaan; cenderung keterampilan atau
motorik sedang; bisa tidak dapat mengikuti semiterampil didalam
mengambil manfaat materi akademik lebih tempat pernaungan,
dari pelatihan dari kelas 2; dapat membutuhkan
kemandirian; dapat belajar berpergian pengawasan dan
ditatalaksanakan sendiri ke tempat- petunjuk ketika berada
dengan pengawasan tempat yang dikenali didalam stres social
sedang atau ekonomi ringan
Ringan Bisa mengembangkan Dapat mempelajari Biasanya bisa mencapai
keterampilan social dan keterampilan akademik keterampilan sosial dan
komunikasi; retardasi hingga kira-kira kelas 6 kejuruan yang cukup

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 9


minimal dalam area pada akhir masa untuk menyokong diri
sensori-motorik; sering remaja; dapat di sendiri secara minimal
tidak dapat dibedakan arahkan untuk tetapi membutuhkan
dengan orang normal penyesuaian social petunjuk dan bantuan
sampai usia yang lebih ketika berada dibawah
tua stress social atau
ekonomi yang tidak
biasa

Berdasarkan kriteria Retardasi Mental, pasien ini berada pada kategori Retardasi Mental
ringan. Pasien didiagnosa retardasi mental + F20.1 (skizofrenia Hebefenik), karena pasien juga
menunjukkan perubahan perilaku seperti mondar-mandir, jalan tanpa tujuan, berendam dikolam
lumpur, senang menyendiri, tertawa sendiri, senyum-senyum sendiri, dan sering melamun.
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karaktristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar or tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Kriteria diagnostik Skizofrenia :
 Harus ada setidaknya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
(a) - thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, wlaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda.
- thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil oleh keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal)
- thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 10


(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar
- delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar
- delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya atau pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar
- delusion of perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
secara khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
(c) - suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara)
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari satu bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk asing).
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-
menerus
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi
atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau
fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor
(h) Gejala-gejala ‘negatif’, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 11


 Adanya gejala-gejala khas diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara
sosial.
Kriteria diagnostic Skizofrenia Hebefrenik :
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
 Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri, namun
tidak harus untuk menentukan diagnosis
 Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
ini memang benar bertahan :
 Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta mannerism
; ada kecenderungan untuk menyendiri, dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan
hampa perasaan
 Afek pasien dangkal dan tidak wajar, sering disertai oleh cekikikan atau perasaan
puas diri, senyum sendiri, atau oleh sikap tinggi hati, tertawa menyeringai,
mannerism, mengibuli secara bersenda gurau, keluhan hipokondrial, dan ungkapan
kata yang diulang-ulang
 Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta inkoheren
 Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol.
Dorongan kehendak hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita
memperlihatkan cirri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat, dan tema
abstarak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 12


Kriteria Diagnosis Banding (F20.0 Skizofrenia Paranoid) :
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan atau waham harus menonjol ;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung,
atau bunyi tawa
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity) atau waham dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pwmbicaraan, serta gejala katatonik
secara relative tidak nyata/tidak menonjol

Rencana terapi yang diberikan kepada pasien adalah:

 Terapi Farmakologi :
1. Haloperidol 5 mg (1-0-1)
- Golongan : obat anti-psikosis tipikal (Butyrophenone)
- Mekanisme kerja :
Mekanisme kerja obat tipikal adalah mem-blokade dopamine pada reseptor pasca-
sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbik dan sistem ekstrapiramidal
(dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif.
- Sediaan:
Tersedia dalam bentuk tablet 2 – 5 mg, dalam bentuk ampul 5 mg/cc
- Indikasi:
Agitasi psikomotor pada kelainan tingkah laku.
- Kontraindikasi:

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 13


Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan neurologis dengan gejala piramidal atau
ekstrapiramidal, koma, depresi, susunan saraf pusat, hipersensitif, anak kurang
lebih 3 tahun.
– Efek Samping:
Hipertonia otot dan gemetar, tidak bisa istirahat, gerakan mata tak terkoordinasi,
hipotesi ortostatik, galaktore.
- Pembahasan:
Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah “optimal response
with minimal side effects”. Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan
gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Karena gejala dominan yang
ada pada pasien ini adalah gejala positif terapi pilihan yang diberikan berupa anti-
psikosis tipikal potensi tinggi yaitu Haloperidol. Dosis haloperidol yang diberikan
yakni 2 x 5 mg per hari. Haloperidol memiliki efek sedatif yang lemah dan
digunakan pada sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri,
perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham, dan halusinasi.
2. Trihexyphenidyl 2 mg (1-1-1)
- Sediaan : Tablet 2 mg
- Farmakodinamik:
Obat-obat ini terutama berefek sentral dibandingkan dengan potensi atropine,
trihexyphenidil memperlihatkan potensi antispasmodic setengah, efek midriatik
sepertiganya, efek terhadap kelenjar ludah sepersepuluhnya.Trihexylphenidil
dosis besar menyebabkan perangsangan otak.
- Farmakokinetik:
Kadar puncak triheksylphenidil tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh eliminasi
terminal antar 10 dan 12 jam jadi sebnarnya pemberian 2 x sehari sudah
mencukupi, tidak 3 x sehari sehari sebagaimana dilakukan saat ini.
- Indikasi :
□ Parkinson
□ Gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan oleh SSP.
- Kontraindikasi :

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 14


Hipersensitifitas terhadap triheksifenidil atau komponen lain dalam sediaan,
glaukoma sudut tertutup, obstruksi duodenal atau pyloric, peptic ulcer, obstruksi
saluran urin achalasia, myastenia gravis.
- Efek samping:
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, kostipasi,retensi urin, takikardi,
dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
- Pembahasan:
Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk mengalami efek
samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang muda seperti pada pasien ini),
suatu obat antikolinergik harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik
sebagai profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi anti-
psikosis. Obat pilihan yang digunakan adalah Trihexylphenidyl (THP). Dosis
Trihexylphenidyl (THP) yang digunakan yakni 1-3 x 2 mg/hari. Profilaksis
dengan obat ini sebenarnya tidak dianjurkan karena dapat mempengaruhi
penyerapan/absorbsi obat anti-psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah
dan dapat menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang dibutuhkan untuk
penyesuaian dosis anti psikosis agar tercapai dosis efektif. Namun pada kasus ini
karena pasien memiliki faktor predisposisi terjadinya efek ektrapirammidal (yaitu
usia muda) obat antikolinergik yang diberikan mengikuti algoritma.
3. Lorazepam 0,5 mg (0-0-1)
- Obat anti-anxietas, Golongan : Benzodiazepin
- Sediaan : 0,5 – 2 mg
- Mekanisme kerja : sindrom anxietas disebabkan hiperaktifitas dari system limbic
SSP yang terdiri dari “dopaminergic, noradrenergic,serotoninergic neurons”
yang dikendalikan oleh GABA-ergicneurons.
Obat anti-Anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya
(benzodiazepine receptors) akan meng-inforce “the inhibitory action of GABA-
ergic neuron” (GABA re-uptake inhibitor) sehingga hiperaktivitas tersebut dapat
mereda.

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 15


- Efek samping : sedasi ( mengantuk, kewaspadaan kurang kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif melemah) dan relaksasi otot ( lemas, cepat lelah,
dll).
- Pembahasan : golongan benzodiazepine sebagai obat anti-anxietas mempunyai
ratio terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan reaksi adiksi dengan
toksisitas rendah dibandingkan dengan meprobamate atau Phenobarbital.
Disamping itu Phenobarbital meng-induksi enzim mikrosomal di hepar,
sedangkan golongan benzodiazepine tidak.
Selain itu golongan benzodiazepine adalah “drug of choice” dari semua obat yang
mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi, dan keamanannya.

 Terapi Nonfarmakologi
a) Retardasi mental dikaitkan dengan berbagai gangguan prikiatri dan paling
sering membutuhkan dukungan psikososial. Terapi orang retardasi mental
didasari pada penilaian akan kebutuhan sosial dan lingkungan serta perhatian.
Terapi optimal untuk keadaan retardasi mental adalah :
- Edukasi untuk anak : harus mencakup program komprehensif yang
memberikan pelatihan keterampilan adaptif, pelatihan keterampilan
social, dan pelatihan kejuruan. Perhatian khusus harus difokuskan pada
komunikasi dan upaya untuk memperbaiki kualitas kehidupan.
- Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamik : terapi perilaku untuk
meningkatkan perilaku sosial serta untuk mengendalikan dan
meminimalkan perilaku agresif dan destruktif orang tersebut. Terapi
kognitif untuk menghilangkan keyakinan yang salah serta latihan
relaksasi dengan intruksi diri sendiri. Terapi psikodinamik digunakan
pada pasien dan keluarganya untuk mengurangi konflik mengenai
pengharapan yang menimbulkan ansietas, kemarahan, dan depresi yang
menetap.
- Edukasi keluarga : memberikan edukasi kepada keluarga pasien
mengenai cara untuk meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil
mempertahankan pengharapan yang realistik untuk pasien.

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 16


b) Pasien Reatardasi mental dengan skizofrenia harus didukung untuk
melakukan kegiatan yang bersifat positif sepeti olahraga/aktivitas fisik
secara teratur, berkomunikasi yang baik dengan keluarga dan lingungan
sekitar serta memotivasi pasien untuk teratur minum obat.

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 17


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia. Farmakologi dan

Terapi Edisi 5. 2008. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. Sinopsis Psikiatri Klinis Edisi 7 Jilid Satu. 2010. Jakarta : EGC.

Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. 2003.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga.2007.


Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya

Laporan Kasus – Desti K.L Dewi Page 18

Anda mungkin juga menyukai