Naskah Kabaret Insyaallah Fix
Naskah Kabaret Insyaallah Fix
Rakyat di
sana hidup tentram dan damai, dengan adat budaya, sumber pangan, dan beladiri sebagai
sumber daya mereka. Tak ada perselisihan, tak ada perang. Itu semua berkat aturan yang
diberlakukan oleh Sang Raja, untuk menutup negerinya dari bangsa-bangsa asing.
Suatu hari, sekelompok orang berpakaian elok, menaiki kapal-kapal besar tanpa layar
dengan cerobong asap besar dan meriam, sesuatu yang belum pernah dilihat orang-orang Meiji.
Orang-orang tersebut datang dan menyandarkan diri di pelabuhan. Mereka mengakui diri
sebagai utusan dari Bangsa Eropa dan meminta untuk dipertemukan dengan Raja. Mengetahui
hal itu dari pasukannya, Sang Raja pun mengundang utusan dari Eropa tersebut untuk datang
ke istana.
Di saat yang sama, putri raja yang bernama Natsumi pun mendengar kabar kedatangan
utusan Bangsa Eropa tersebut. Atas rasa penasaran, ia pun memutuskan untuk menguping.
(Raja duduk di singgasana dengan seorang penjaga di sebelahnya. 3 orang utusan Eropa
masuk. Natsumi mengintip dari suatu tempat.)
Eropa 1 : “Pertama-tama, kami sampaikan terima kasih atas keramahtamahan yang telah
ditunjukkan oleh kerajaan ini. (membungkuk, atau hormat)”
Eropa 2 : “Mungkin ini hanya sekedar barang membosankan, tapi mohon terimalah vas-
vas keramik dari bangsa Eropa ini, Raja.”
(memberikan barang)
Eropa 1 : “Apakah Raja tidak senang dengan hadiah ini? Bagaimana dengan ini? Atau
wanita? Emas? Mobil? Robot? Toilet duduk? Sebenarnya Raja maunya apa??”
Raja : “Asal kalian tahu, Kerajaan Meiji tidak menjalin hubungan dengan negara
mana pun, dan kami hidup tentram berkat hal itu. “
Eropa 3 : “Raja, perjanjian ini pastinya akan membawa keuntungan bagi kerajaan Meiji.”
Raja : “(menunjukkan raut kesal) Omong kosong! Tahu apa kalian. Tidak berarti
tidak.”
Eropa 1 : “Sayangnya, raja kami tidak membiarkan kami pulang dengan tangan kosong.
Kami akan berikan waktu 3 hari. Jika permintaan kami tidak diterima, kapal-
kapal kami di pelabuhan akan menembaki istana kalian, dan tentara kami akan
memusnahkan kota.”
Mendengar ancaman tersebut, Raja pun merasakan sedikit rasa takut dalam hatinya.
Sebab ia tahu, ia tidak memiliki cara ampuh untuk menangkal meriam-meriam utusan Eropa
tersebut. Akan tetapi, ia tetap mencoba tegas.
(utusan Eropa keluar stage. Raja kembali duduk. Di suatu tempat, Natsumi yang menguping
pun kaget)
###
Natsumi : “Ah, bagaimana ini?! Bapak yang batu pasti tidak akan mau menerima
perjanjian itu. Mereka tampak kuat ...aku tidak bisa membiarkan perang terjadi,
tapi, aduh gimana yaa ....”
Menurut legenda, jauh di daerah utara sana, hiduplah seorang pertapa agung yang
tinggal ditengah-hutan-yang-tersinari-oleh-cahaya-dari-sela-sela-pepohonan-tinggi Natsumi
berpikir, mungkin saja pertapa itu dapat menerangkan hatinya yang dipenuhi awan keraguan.
Maka, tanpa memberitahu siapa pun, Natsumi tanpa ragu menempuh perjalanan untuk
menemui pertapa agung tersebut. Dalam 3 hari yang tersisa, ia harus menemukan jawaban
untuk menghindarkan negerinya dari konflik. Tak ada rasa takut dalam dirinya, sebab ia
percaya pada kemampuan berpedang yang telah ia latih bertahun-tahun.
###
Satu hari pun telah berlalu. Natsumi sudah berjalan sangat jauh, ke hutan terdalam yang
mungkin belum dijamah oleh manusia. Ia lelah dan bingung harus berjalan kemana lagi dan
memutuskan untuk berisitrahat, saat itu tiba-tiba....
(tiba-tiba, mengagetkannya)
Tanaman 1 2 : Taadaaa!
Tanaman 2 : Ayoo!
Natsumi : Tunggu, tunggu. Kalian tidak tau tapi bagaimana mau mengantarku?
Tanaman 1 : Dia penjaga hutan ini. Dia pasti tau semua tempat pertapaan di hutan ini.
Natsumi : Ah, kalian menyebalkan. Lebih baik aku pergi sendiri, daaah!
(Natsumi tetep pergi, tapi dia diikuti tanaman ajaib sambil merengek megang tangan Natsumi).
Guardian : Pertapaan–agung-ditengah-hutan-yang-tersinari-oleh-cahaya-dari-sela-sela-
pepohonan-tinggi kan? Itu milik Orenji-sama. Ada perlu apa mencarinya?
Natsumi : Meiji diambang perang dengan Eropa. Bapakku memintaku untuk datang ke
sini menemuinya.
Guardian : Eh, perang? Wah, gawat ini. Kita harus segera menemui Orenji-sama!
Natsumi merasa ngeri, semakin dekat dengan tempat pertapaan, pohon-pohon disekitarnya
semakin tinggi. Tiba-tiba sang Guardian menghentikan langkahnya.
Guardian : Aku hanya bisa mengantarmu sampai ke sini. Temuilah dia sendiri. Aku pergi
sekarang.
Natsumi : E-eeh?!
Natsumi : Kok sepi sih? Apa aku di nyasarin ya? Makanya tadi dia langsung kabur.
Tiba-tiba, angin pun berhembus. Dedaunan pohon pun bergoyang, saling membisikkan suara
alam. Sesaat Natsumi mendengar daun kering yang terinjak, yang seperti menandakan bahwa
ada yang akan datang.
(Orenji-sama masuk.)
Orenji : “Jadi, siapa anak yang hendak menemuiku? (nada bicara lembut)”
Natsumi : Astaga, apa-apaan jeruk ini bisa ngomong! Gamau liat.. gamau liat....
Orenji : “Oi- Oi-, sopanlah sedikit pada Orang tua! Aku yang pertama bertanya, Nak.
Jangan bertanya balik, dan jawab pertanyaanku.”
Natsumi : “Namaku Natsumi, putri dari Kerajaan Meiji. Aku datang kemari untuk
meminta petuah dari Pertapa Agung demi menolong negeriku. Jadi, apakah
Anda sang pertapa agung, Orenji-sama?”
Orenji : “Benar, tak lain dan tak bukan, akulah Orenji (nada bicara sedikit meninggi)”
(Natsumi berlutut)
Natsumi : “Anu.....Bapak menolak untuk bekerjasama dengan Eropa, dan itu membuat
mereka murka. Bila tawaran tidak terpenuhi mereka bilang akan menyerang
Meiji dalam waktu 3 hari.”
Orenji : “Hah, sudah kuduga saat seperti ini akan terjadi. Aku sudah pernah berkata
pada Bapakmu untuk tidak keras kepala menutup diri. Lihat kalian sekarang,
tidak up to date dan tertinggal. Kalau perang terjadi kalian sudah pasti akan
kalah.”
Natsumi : “(panik) Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya, Orenji-sama?”
Orenji : “Kau tahu, aku suka tempat ini karena dahan dan dedaunan pohon begitu rapat
dan menghalangi sinar matahari yang menyilaukan. Namun, aku tetap
memangkas beberapa dahan untuk membiarkan cahaya masuk. Tentu saja, aku
melakukannya bukan tanpa tujuan.”
Orenji : “Kaulihat bunga di sana? (menunjuk bunga) Aku membiarkan sedikit cahaya
mentari masuk untuknya, sebab tanpa itu, bunga itu tak akan bisa tumbuh. Tak
perlu kupangkas semua daun dan dahan, kubuat mentari sedikit menyinarinya
dan aku bisa terus melihatnya mekar. Hmmm sungguh pemandangan yang
menyejukkan hati.”
Natsumi : “(sadar akan sesuatu) Jangan-jangan, apakah maksudnya kami hanya harus
membuka diri pada bangsa lain, yang juga nanti akan berguna bagi kami?”
Natsumi : “Bapak! Bapak! Ada apa ini?! Kenapa para prajurit bersiap-siap seperti ini?”
Raja : “Natsumi, dari mana saja kamu?! Menghilang di saat-saat genting seperti ini.
(marah)”
Natsumi : “Ayah, jangan bilang kalau kita akan mengadakan perang. (serius)”
Raja : “Kalau orang-orang Eropa itu menginginkannya, aku hanya akan meladeni
mereka.”
Raja : “Lantas, kau mau bilang aku harus menerima tawaran mereka? Aku tidak mau
membuka negeri ini kepada bangsa asing! Meski pun harus berperang dengan
mereka. (berdiri)”
Natsumi : “Bukankah Ayah menutup negara ini untuk menciptakan kedamaian? Untuk
menghilangkan perang? Apa Ayah sudah lupa itu?!”
Natsumi : “Apa gunanya sekarang terus menutup kerajaan ini kalau yang terlahir adalah
peperangan. Kita bisa menerima tawaran dari mereka Ayah.”
Raja : “(terduduk) Tapi, tapi sekarang sudah terlambat. Tiga hari waktu yang mereka
berikan telah terlewat. Sekarang, sudah terlambat. (tiba-tiba lesu)”
Putri Natsumi pun segera berangkat, tak memperdulikan dirinya yang masih lelah.
Sementara itu, di pelabuhan terlihat pasukan Eropa yang juga sedang mempersiapkan peralatan
perang. Natsumi yang tidak ingin keadaan semakin kacau, dengan berani menghampiri mereka.
Natsumi : “Namaku Natsumi, putri dari kerajaan ini. Atas nama Raja, aku datang sebagai
perwakilan untuk menerima tawaran perjanjian kalian!”
Eropa 3 : “Maaf sekali, Putri, tiga hari yang dijanjikan sudah terlewat. Sesuai janji, kami
akan mulai menyerang.”
Natsumi : “Tunggu! Kumohon, jangan ada perang di antara kita. Kita bisa saling
berbicara dulu.”
Eropa 1 : “Sayangnya, penantian kami sudah berakhir, Tuan Putri. Dimanakah sang Raja
yang malah mengirimkan putrinya kesini? Buktikan dulu kemampuanmu, duel
satu lawan satu dengan kami. Jika kau menang, kami baru sudi membicarakan
masalah perjanjiannya, Namun jika kau kalah....”
—FIGHTING SCENE—
(duel berakhir dengan kemenangan Natsumi. Eropa 1 tidak terbunuh. Natsumi menghunus
pedang pada Eropa 1)
Natsumi : “Dengar baik-baik, Aku ingin kerjasama yang menguntungkan kedua belah
pihak.”
Natsumi : “Lalu, aku ingin beberapa orang berpendidikan dari kalian untuk memberikan
pengajaran di sini.”
Natsumi : “Aku ingin kalian memberi kami pengetahuan tentang dunia luar, yang belum
pernah kami dapatkan. Semuanya.”
Eropa 1 : “Baiklah, akan kusampaikan hal tersebut kepada atasanku terlebih dahulu.”
###
Perseteruan pun berlalu. Beberapa bulan kemudian, Kerajaan Meiji, yang sekarang
dipimpin oleh Putri Natsumi dan Bangsa Eropa pun menjalin kerjasama, Bangsa Eropa
mendapat sekutu perdagangan baru, dan Kerajaan Meiji mendapatkan ilmu pengetahuan demi
menunjang perkembangan mereka.
(di scene ini, semua peran muncul berlalu lalang, ibarat keramaian di pusat kota gitu, sambil
bawa kyk kertas/buku. Natsumi jalan disekitarnya juga, senang melihat perubahan Meiji)
Natsumi : Rakyatku, dahulu kita sangat tertutup, namun kali ini kita tidak boleh lagi
tertutup terhadap ilmu pengetahuan, yang merupakan cahaya bagi kehidupan
kita. Oleh karena itu, sekarang, kupersembahkan era baru untuk kita, yaitu
MEIJI NO KOMOREBI