Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,

8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

PENGARUH SAMBUNGAN BALOK MODEL TAKIK TERHADAP


DAKTALITAS JOINT INTERIOR PRACETAK AKIBAT
BEBAN SIKLIK

Masdiana1, Herman Parung2, Wihardi Tjaronge3, Rudy Djamaluddin4

1
Mahasiswa, Program Studi Doktor Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuudin,
Email: masdiana.unhalu@gmail.com
2
Professor, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuudin, Email: parungherman@yahoo.co.id
3
Professor, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuudin, Email: tjaronge@yahoo.co.jp
4
Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuudin,, Email: rudy0011@hotmail.com

ABSTRAK

Precast adalah salah satu teknologi bangunan untuk mempermudah dan mempersingkat
waktu dalam pelaksanaan. Salah satu kekurangan dari precast adalah di daerah
sambungan, diperlukan pengawasan yang ketat utamanya di daerah sambungan karena
gaya yang bekerja pada sambungan harus terdistribusi dengan baik sehingga kegagalan
suatu struktur dapat dihindari. Tujuan dari penelitian adalah menganalisa pengaruh
sambungan balok model takik terhadap daktalitas joint interior dengan model pengujian
siklik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi eksperimental
dengan menggunakan 4(empat) buah join interior yaitu 2(dua) buah joint interior
konvensional dan 2(dua) joint interior dengan sambungan balok model takik diberi beban
silkik. Penelitian ini direncanakan dengan analisa gempa dengan melakukan pengujian di
laboratorium. Hasil yang diharapkan adalah perilaku daktalitas di daerah joint dan
menguji kekuatan sambungan balok model takik.

Kata kunci : joint, siklik, takik, balok

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Precast merupakan salah satu teknologi bahan bangunan yang banyak digunakan utamanya
pada pembangunan struktur bangunan bertingkat. Precast adalah beton yang diproduksi secara
massal oleh pabrik sehingga mutu dapat dijamin dan terjamin. Precast dicor ditempat lain dan
disambung sehingga menjadi suatu struktur yang utuh. Kelebihan dari penggunaan beton
precast adalah lebih ekonomis, efisien waktu dan ramah lingkungan.
Salah satu kekurangan precast yang paling utama adalah kekuatan balok akan berkurang di
daerah sambungan karena adanya sambungan terutama disipasi energi ke daerah join.
Diperlukan suatu perencanaan dan pengawasan yang ketat di daerah tersebut. Pendistribusian
gaya harus dapat bekerja dengan baik utamanya akibat beban siklik sehingga kegagalan suatu
struktur dapat dihindari.
Indonesia merupakan negara yang memiliki intensitas gempa yang paling banyak di dunia dan
dapat berpotensi tsunami. Indonesia merupakan jalur The Pacific Ring of Fire, hal ini karena
negara kita terletak di antara empat lempeng tektonik utama yaitu Eurasia, Indo-Australia,
Pasifik dan Philipina sehingga rawan terhadap gempa tektonik. Berdasarkan hal tersebut, maka
perencanaan struktur bangunan di Indonesia harus berdasarkan sistem perencanaan bangunan

I-39
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

tahan gempa dan mendesain sambungan hingga mampu mendekati seperti kekuatan pada beton
konvensional.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Peta lempeng di Indonesia ; (b) Siklik yang terjadi pada gedung

Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh sambungan balok model takik terhadap daktalitas joint akibat beban
siklik ?
2) Bagaimana perilaku balok terhadap sambungan balok model takik akibat beban siklik?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Menganalisis sambungan balok terhadap daktalitas joint akibat beban siklik
2. Menganisis perilaku balok terhadap sambungan balok model takik

2. LANDASAN TEORI
Join
Join adalah titik pertemuan antara balok dan kolom. Berdasarkan titik kumpilnya, join dapat
dibedakan yaitu : Join Luar (Eksterior Joint) dan Joint Dalam (Interior Joint). Syarat dalam
perencanaan sambungan pada precast yang harus dipenuhi, antara lain : Sambungan harus
dapat bertranslasi dengan baik, mampu menahan beban sesuai perencanaan baik, memiliki
kekuatan dan kekakuan yang cukup.
Sistem sambungan pracetak dapat terbagi dalam 2 (dua) kategori yaitu :
a. Sambungan Kuat (Strong Connection)
b. Sambungan Daktail (Dactile Connection)

Daktalitas
Daktilitas adalah kemampuan struktur atau komponen struktur untuk mengalami deformasi
inelastis bolak-balik berulang setelah leleh pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan
kekakuan yang cukup untuk mendukung bebannya, sehingga struktur tetap berdiri walaupun
sudah retak/rusak dan diambang keruntuhan. Faktor yang mempengaruhi daktilitas struktur
gedung μ adalah rasio antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan (δm) dengan simpangan struktur
gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama (δy). Pada kondisi elastik penuh nilai μ = 1,0.
Faktor lainnya pola retak atau sendi plastis. Suatu struktur bangunan diharapkan sendi-sendi

I-40
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

plastis terjadi di ujung-ujung balok dan bukan pada kolom dan dinding yang memikulnya.
Menurut Paulay & Priestley (1992) daktilitas terbagi dalam :

1. Daktilitas regangan (strain ductality) dapat dirumuskan sebagai berikut :


𝜺𝒖
𝝁𝜺 = 𝜺 (1)
𝒚

seperti terlihat pada gambar di bawah ini


εy
N N

L εy

Gambar 2. Daktalitas regangan

2. Daktilitas kelengkungan (curvature ductality), dapat dirumuskan sebagai berikut :


𝝋𝒖
𝝁𝝋 = 𝝋𝒚
(2)
Dimana φ = sudut kelengkungan (putaran sudut per unit panjang)

Momen 𝜀𝑐 𝜀𝑐𝑚

M1 𝑐𝑦2 𝑐𝑦1 𝜙𝑦 𝑐𝑢2 𝑐𝑢1

M1’ d d
φ𝑚
𝜇𝜑 =
φ𝑦

curvature
𝜀𝑠1
φy’ φy φm 𝜀𝑐
𝜀𝑠2
(a) Momen curvature relationship ip (b) first-yield curvature (c) ultimate curvature
Gambar 3. Daktilitas kelengkungan

3. Daktilitas perpindahan (displacement ductality) adalah perbandingan antara perpindahan


struktur maksimum pada arah lateral terhadap perpindahan struktur saat leleh.

∆𝒖
𝝁∆ = ∆𝒚
(3)
Seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Daktilitas perpindahan

I-41
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

Apabila struktur dibebani dengan suatu beban yang menimbulkan momen lentur yang
besarannya masih lebih kecil dari momen retak maka tegangan yang timbul masih lebih kecil
dari modulus of rupture beton fr = 0,70 √f’c (7,5 √f’c psi). Apabila beban ditambah sehingga
tegangan tarik mencapai fr, maka retak kecil akan terjadi. Apabila tegangan tarik sudah lebih
besar dari fr, maka penampang akan retak.
Ada tiga kasus yang dipertimbangkan dalam masalah retak yaitu :
a) Ketika tengangan tarik ft < fr, maka penampang dipertimbangkan untuk tidak terjadi retak.
Untuk kasus ini Ig = 1/12 b.h3
b) Ketika tengangan tarik ft = fr, maka retak mulai timbul. Momen yang timbul disebut
momen retak dan dihitung sebagai berikut :
𝐼
𝑀𝑐𝑟 = 𝑓𝑟 𝑐𝑔 , dimana c = h/2
c) Apabila momen yang bekerja sudah lebih besar dari momen retak, maka retak penampang
sudah meluas. Untuk perhitungan digunakan momen inersia retak (Icr), tranformasi balok
beton yang tertekan dan tranformasi dari tulangan n.As.

3. METODE PENELITIAN
Tahap Penelitian
Adapun tahapan penelitain adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama : Pra Design
 Perencanaan secara teoritis menggunakan parameter-parameter yang relevan untuk
memprediksi perilaku sambungan balok tersebut secara finite elemen maupun
secara perencanaan menggunakan SNI.
 Pengujian bahan dasar beton
 Validasi data design secara teoritis dan data laboratorium dengan menggunakan 3
(tiga) model takikan dengan 2(dua) varisi panjang takikan. Dari hasil tersebut dapat
diambil data yang terbaik yaitu Sambungan Balok dengan panjang takikan 15cm.
Model sambungan dipilih berdasarkan hasil pengujian awal lentur balok.
2. Tahap kedua : Pengujian Laboratorium
Setelah dilakukan perencanaan dan pengujian perilaku sambungan balok, maka tahap
berikutnya adalah pengujian join interior yang menggunakan sambungan balok model
takik dengan panjang takikan 15cm dan mensimulasi Hidrolic Jack sebagai gaya siklik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pengujian antara lain diatur dalah
Standar ACI T1.1-01 antara lain :
1. Pengujian dilakukan secara bertahap berdasarkan displacement controlled ditandai
dengan kenaikan Drift Rasio ≤ 0,035.
2. Pada setiap drift rasio ditetapkan tiga siklus beban bolak balik seperti terlihat pada
gambar 2.20 Dan idealnya terjadi respon elastik linear pada drift rasio awal.
3. Untuk drift rasio > 0,035, ditetapkan 1,25 < drift rasio sebelumnya < 1,50.

Gambar 5. Pola pembebanan

I-42
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

4. Untuk drift rasio ≥ 0,035 harus memenuhi beberapa kriteria beban puncak untuk
arah tekan dan tarik minimum 75% dari beban puncak seluruh drift rasio dan disipasi
energi minimal 0.125

Berikut adalah gambar model pengujian :

Gambar 6. Model Pengujian

62 15 30 15 20 30 20 15 30 15 62

Gambar 7. Tampak atas penampang Balok

Gambar 8. Detail Balok Kolom

karakteristik siklus penuh ketiga pada level simpangan tersebut harus memenuhi :
a) Gaya puncak pada arah beban yang diberikan tidak boleh kurang daripada 0,75
Emaksimum pada arah beban yang sama;
b) Disipasi energi relatif tidak boleh kurang daripada 1/8 seperti ilustrasi Gambar
dibawah ini;
c) Kekakuan sekan garis yang menghubungkan titik rasio simpangan –0,0035 ke rasio
simpangan +0,0035 harus tidak kurang dari 0,05 kalikekakuan awal, seperti ilustrasi.

I-43
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

Gambar 9. Disipasi energi

3. Tahap Pengumpulan data, analisis, validasi dan pelaporan


Dari hasil pengujian tersebut dilakukan pengumpulan data, menganalisis data yang
diperoleh dan memvalidasi data tersebut dengan perencanaan teoritis.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang digunakan adalah dari Bulan September Tahun 2015 sampai dengan Bulan Maret
Tahun 2017. Hal ini disebabkan karena dilakukannya tahapa pengujian awal tentang perilkau
sambungan balok model takik baru kemudian masuk ke tahap pengujian join.

4. HASIL YANG DIHARAPKAN


Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Menambah referensi mengenai pengaruh sambungan balok model takik terhadap join
akibat beban siklik;
2. Mengembangkan minat dan menciptakan teknologi permodelan sambungan balok precast.

Ucapan Terima kasih

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Indri Chayrani dan Amelia Suyuti Mahasiwa
Universitas Hasanuddin Makassar dan Joni Hermanto,ST adalah Mahasiswa Pascasarjana
Program Magister Universitas Hasanuddin Makassar yang telah memberi kontribusi dan
bantuan pada penelitian ini.

I-44
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

MULAI

Kajian Pustaka :
Teori dasar, issue, Latar Belakang dan Penelitian terdahulu

Persiapan:
Desain penelitian, Pengadaan (maerial dan alat pengujian), Pengujian Bahan
dan Mix Desain, Uji selinder

Pengujian Model Sambungan


Permodelan sambungan balok model takik
menggunakan 6 permodelan sambungan balok
takik dan 1 balok konvensional

Pengujian Join
Uji Siklik pada join interior dengan menggunakan 2 join konvensional dan 2
join dengan sambungan balok model BTK-15

Analisis data dan validasi

Pembahasan dan kesimpulan

SELESAI

Gambar 10. Bagan Alir Penelitian

I-45
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2477-0086

DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee 318. (2008). Building Code Requirements for Structural Concrete and
Commentary. ACI, Detroit.
Costa, JLD. (2003). Reinforced Concrete Under Large Seismic Action. Report BYG-DTUR-
076. ISSN 87-7877-139-0. Technical University of Denmark.
G. Tsonos, Alexantros. (2007) Cyclic Load Behavior of Reinforced Concrete Beam-Column
Subassemlaged of Modern Structures. ACI Struktural Journal, Tittle No.104-S45. August.
H.N. Nurjaman dkk. (2011). Standar Nasional Indonesia Tentang Metode Uji dan Kriteria
Penerimaan Sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Beton Bertulang Pracetak Untuk
Bangunan Gedung. Seminar Nasional. HAKI. Jakarta.
Parung,H, Irmawaty, R., Ricko, Mappanyukki., A, Sudirman. (2010), Study on Behaviour of
Precast Beam Colomn Joint Using Steel Plate Connection (JPSP). Proceeding of First
Makassar Internasional Confrence on Civil engineering, March. 2010.
Ko, Jean-Wen, Lee, Hung-Jen. (2007). Accentric Reinforced Concere Beam-Column
Connection Subjected to Cyclic Loading in Principal Directions. ACI Struktural Jurnal,
August 2007.
Kim, Jaehong, M.Lafave, James, Song, Junho. (2007) A New Statistical Approach for Joint
Shear Stregth Determination of Beam-Column Connections Subjected to Lateral
Earhquake Loading. Struktural Engineering and Mechanics, Volume 27, No.4, 439-456.
Mardewi Jamal, Parung, Herman., Tjaronge, Wihardi., Sampebulu, Victor. (2015) Behavior of
The Precast and Monolith Concrete on Beam-Colomn Joints Under Cyclec Loading.
Proceedings of yhe 2nd MICCE. August
Moratti,M, Calvi, G.M, Pampanin,S. Seismic Behavior of Beam-Column Joints Designed for
Gravity Loads. 12𝑡ℎ European Confrence on Earthquake Engineering.
Supaviriyakit, Teerahot, Pimanmas, Amorn (2008) Cyclic Behavior of Non-Seismically Design
Interior Reinforced Concrete Beam-Column Conecctions. Songkianakarin .Sci. Technol.
May 2008.

I-46

Anda mungkin juga menyukai