Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEHADIRAN ISLAM MENDAMAIKAN


BUMI NUSANTARA

Disusun oleh:

SMP NEGERI 3 LUMAJANG


2019
Islam sudah mulai diperkenalkan ke berbagai negara yang ada di dunia sejak dahulu kala baik
itu ke afrika, timur tengah, asia dan eropa. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, agama Islam
sudah disebarluaskan ke berbagai negara bahkan setelah wafatnya beliau pada 632 M, syi’ar
agama Islam masih terus dilakukan oleh para khalifah dan para pemimpin Dinasti Islam lainnya.
Islam pertama kali diperkenalkan di Indonesia saat Dinasti Umayyah mendirikan pangkalan
dagang di pantai barat Sumatera. Indonesia yang terkenal akan rempah-rempahnya, ramai
dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Para pedagang Muslim pun juga
berdatangan ke Indonesia untuk berdagang dan sudah berlangsung dari abad ke abad.
Tidak hanya melakukan perdagangan saja, para pedagang muslim yang berasal dari Arab,
Gujarat dan Persia itu pun juga mendakwahkan ajaran Islam kepada penduduk sekitar. Berikut
penjelasan lebih lanjut mengenai sejarah masuk dan perkembangan di Indonesia.

Awal Masuknya
Islam masuk dan berkembang di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Perihal
kapan dan siapakah yang membawa Islam masuk ke Indonesia sering menjadi pertanyaan dan
perdebatan. Berbagai macam teori dikemukakan oleh para sejarawan yang tentunya didukung oleh
fakta-fakta yang telah mereka kumpulkan.
Karena itulah beberapa sejarawan Islam terbagi-bagi dalam beberapa kelompok dimana
mereka masing-masing mendukung teori yang mereka anggap lebih kuat. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh ahli sejarah, Ahmad Mansur Suryanegara, ia membagi perbedaan pendapat
terkait awal masuknya Islam di Indonesia menjadi tiga teori, yaitu :
1. Teori Gujarat
Suryanegara (1996:75) mengemukakan bahwa dasar dari teori ini kemungkinan berdasar
kepada Snouck Hurgronje yaitu di dalam bukunya “L’ Arabie et les Indes Neerlandaises, atau
Revue de I’Historie des Religious.” Ada tiga alasan Snouk Hurgronje lebih menitikberatkan
keyakinannya ke Gurajat yaitu :
1. Tidak banyak fakta yang menerangkan peranan bangsa Arab terkait penyebaran Islam ke
Nusantara.
2. Sudah lama terjalin hubungan dagang antara Indonesia dan India.
3. Terdapat inskripsi tertua mengenai Islam di Sumatera sehingga memberikan gambaran
hubungan antara Sumatera dan Gujarat.
Teori ini juga didukung oleh pendapat W.F.Stutterheim dalam bukunya “De Islam en Zijn
Komst In de Archipel”. Ia menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke 13. Hal itu
didasarkan pada batu nisan Sultan Malik As-Saleh, Sultan Pertama dari Kerajaan Samudera Pasai
yang wafat pada 1297. Snouch Hurgronje juga mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke 13
M dari Gujarat. Selain itu, alasan mengapa Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat adalah Islam
disebarkan melalui jalur perdagangan antara Indonesia – Cambay (Gujarat) – Timur Tengah –
Eropa.

2. Teori Mekkah
Teori ini didukung oleh para sejarawan muslim seperti Prof.Hamka yang mengatakan bahwa
Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah yakni kurang lebih sekitar abad ke
7 M sampai 8 M yang langsung dari Arab.
Hal itu didukung dengan sudah adanya jalur pelayaran yang ramai dan bersifat Internasional
jauh sebelum abad ke-13 M melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (
Asia Timur), Bani Umayyah (Asia Barat) dan Sriwijaya (Asia Tenggara).
Selain itu, Hamka mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M
berdasarkan berita Cina Dinasti Tang yang mengatakan bahwa ada daerah pemukiman pedagang
Arab Islam di pantai Barat Sumatera.
Bukan hanya itu saja, J.C. Van Leur mengatakan dalam bukunya “Indonesia : Trade and
Society” bahwa pada 674 M di pantai Barat Sumatera terdapat pemukiman Arab Islam dengan
perkiraan bahwa bangsa Arab telah membangun pemukiman perdagangannya di Kanton pada
abad ke-4 M.
Sedangkan, teori yang menyatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13 M yang ditandai
dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai, dikatakan bukan sebagai awal masuknya Islam tapi
merupakan perkembangan Islam di Nusantara.

3. Teori Persia
Suryanegara ( 1996 : 90 ) mengatakan bahwa pelopor teori Persia di Indonesia adalah
P.A.Hoesein Djajaningrat. Hal itu didukung dengan adanya kebudayaan yang ada di kalangan
masyarakat Islam di Indonesia dirasakan serupa dengan kebudayaan Persia sebagai contoh dalam
hal arsitektur dan sebagainya.

 Upaya Islamisasi
Islam datang ke Nusantara dan menyebarkan agama Islam ke berbagai kalangan
masyarakat secara damai. Berikut ini beberapa cara yang dilakukan guna menyebarkan Islam
ke Indonesia.
 Perdagangan
Dikarenakan Indonesia berada di posisi yang strategis untuk jalur perdagangan dan juga
merupakan penghasil rempah-rempah sudah pasti Indonesia banyak disinggahi para pedangan
dari segala penjuru dunia termasuk pedagang Islam. Banyak dari pedagang Islam tersebut
yang tinggal dan membangun pemukiman serta berdakwah.
 Perkawinan
Banyak para pengusaha lokal yang menikahkan putri mereka dengan para pedangan
Islam karena pada saat itu para pedagang Islam dianggap sebagai kalangan yang terpandang.
Perkawinan akan berlangsung jika gadis tersebut memeluk agama Islam. Dengan begitu,
semakin banyaklah keluarga muslim dan keturunan muslim yang berada di Indonesia.
 Pendidikan
Para pedagang muslim juga membangun pondok pesantren sebagai sarana
mendakwahkan Islam di Indonesia yang dipmpin langsung oleh para guru agama Islam dan
para ulama. Para santri yang sudah lulus belajar di pondok pesantren akan mendakwahkan
agama Islam seketika mereka kembali ke kampong halaman masing-masing.
 Kesenian
Dakwah di Indonesia juga dilakukan dengan menggunakan kesenian dimana para
pendakwah menggunakan media seni untuk memperkenalkan Islam ke penduduk pribumi.
Sebagai contoh Sunan Kalijaga menggunakan wayang untuk berdakwah.
 Tasawuf
Penyebaran agama Islam ke penduduk pribumi dilakukan dengan menyebarkan teosofi
yang sudah bercampur dengan pemahaman masyarakat Indonesia karena pada umumnya para
pendakwah tersebut paham mengenai hal – hal magis dan memiliki kekuatan untuk
menyembuhkan.
Sebagai contoh Syaikh Hamzah Fansuri , Syamsudin Sumatrani, Nuruddin ar Raniri, Abdul
Rauf Singkel dari Aceh.

Perkembangan Islam
Agama Islam yang masuk ke Indonesia tentunya mengubah kebudayaan yang ada di
Indonesia. Kebudayaan lokal yang sudah ada di Indonesia sejak lama mulai bertransformasi
dengan kebudayaan Islam.
Agama Islam yang datang melalui jalur perdagangan tentunya membawa pengaruh besar
kepada penduduk pribumi khususnya masyarakat melayu karena pada saat itu masyarakat melayu
sering melakukan aktivitas perdagangan. Pada saat itu ajaran agama Islam mudah diterima di
Indonesia karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
1. Ajaran agama Islam sederhana, mudah dimengerti dan mudah diterima.
2. Untuk memeluk agama Islam tidaklah sulit karena hanya mengucapkan dua kalimat syahadat
yaitu “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan
Allah “
3. Upacara-upacara keagamaan Islam sederhana dan tidak menyulitkan.
4. Islam disebarkan dengan damai.
5. Agama Islam tidak mengenal kasta yang membeda-bedakan masyarakat berdasarkan
golongan-golongannya. Islam mengajarkan persamaan hak dan kesetaraan.
6. Runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya menjadi penyebab kuat berkembang
pesatnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
7. Islam mengajarkan moral kepada penduduk pribumi.
8. Para pendakwah pandai dalam hal pengobatan penyembuhan sehingga disenangi penduduk
pribumi.
9. Mengenalkan dan menyadarkan otoritas sakral dimana para pendakwah membuat teks-teks
yang ditulis untuk dipahami dan dihafal.
10. Islam mengajarkan bahwa untuk beribadah dapat dilakukan dimana saja selagi tempat itu suci
dan tidak harus selalu menetap di daerah tertentu karena takut tidak dilindungi Tuhan.
11. Kekusaan politik yang dimiliki pedagang muslim yang mayoritas adalah kalangan atas.
12. Umat Islam dipandang tangguh dalam hal kemiliteran.
Tidak hanya sampai pada dakwah yang disebarkan oleh para pendatang muslim dan pedagang
muslim saja tetapi seiring berjalannya waktu kerajaan-kerajaan Islam pun mulai berdiri dan
mencapai masa-masa kejayaannya serta banyak didirikan mesjid dan musholla di berbagai tempat
sebagai sarana ibadah. Kerajaan Islam pertama yang berdiri di Indonesia adalah Kerajaan
Samudera Pasai dengan Sultan Malik As-Saleh sebagai sultan pertamanya.
Agama Islam yang berkembang di Indonesia juga menyebabkan pengaruh yang besar baik
itu terkait arsitektur, bahasa, pendidikan, norma, hubungan sosial, budaya dan bidang lainnya.
Sebagai contoh dari bidang arsitektur terdapat berbagai jenis bangunan seperti mesjid, kerajaan,
benteng, kuburan, air mancur, bak pemandian, menara, surau, dan sebagainya, terlihat corak-corak
keislaman dan timur tengah di masing-masing bangunan tersebut.
Di bidang bahasa, terlihat beberapa kosa kata Indonesia merupakan adaptasi dari bahasa arab
seperti mesjid, kursi, ustadz, umat, kitab, dan sebagainya. Sedangkan di bidang pendidikan, kita
dapat melihat banyaknya sekolah-sekolah keislaman seperti pondok pesantren, madrasah
ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madsarah aliyah, TPA & MDA serta perguruan tinggi Islam.

Kerajaan Islam di Indonesia dan Penjelasannya Singkat


Kerajaan Islam banyak sekali di Indonesia, mulai dari demak sampai dengan kerajaan
Cirebon, ketika kerajaan bercorak Islam itu artinya raja dan mayoritas penduduknya juga
beragama Islam. Nah berikut ini adalah daftar kerajaan-kerajaan Islam yang ada dan pernah eksis
di kehidupan masa lalu jaman kerajaan.
1. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Jawa. Menurut adat Jawa
kerajaan ini merupakan turunan dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak berdiri pada tahun
1475 dan runtuh pada tahun 1554.
Walaupun rentan waktu berdirinya yang tergolong singkat namun Kerajaan Demak
memberikan dampak yang begitu besar pada masanya salah satunya adalah penyebaran agama
Islam di pulau Jawa.
Kerajaan ini tercatat memiliki 5 raja yang pernah berkuasa yaitu Raden Fatah, Pati Unus,
Sultan Trenggono, Sunan Prawata dan Arya Penangsang. Pada masa kejayaannya kerajaan ini
menjadi kerajaan yang tak tersaingi di pulau Jawa khususnya.
Akhir dari Kerajaan Demak ditandai dengan tewasnya raja mereka yaitu Arya Penangsang di
tangan Sutawijaya anak angkat dari Joko Tingkir yang sebelumnya melancarkan pemberontakan.
Pemberontakan tersebut didasarkan atas perebutan kekuasaan yang akhirnya dimenangkan oleh
Joko Tingkir yang kemudian memindahkan kekuasaan Demak ke Pajang.
2. Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon atau Kasultanan Cirebon adalah Kasultanan Islam yang cukup besar di
Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi. Kasultanan Cirebon pertama kali di didirikan pada tahun
1430 dan penguasa atau Sultan pertama yang menjabat di kerajaan adalah Pangeran
Walangsungsang sebagai Sultan Cirebon I dan menjabat dari tahun 1430 – 1479.
Kemudian pada tahun 1479 Sultan Cirebon I menyerahkan jabatan dan kekuasaannya kepada
Sunan Gunung Jati yang tidak lain ada keponakannya sendiri dan menjabat sebagai Sultan Cirebon
II.
Sultan atau penguasa Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Sultan Abdul Karim yang
merupakan penguasa Kasultanan Cirebon terakhir sebelum terbagi menjadi dua yaitu kesultanan
Kasepuhan dan kesultanan Kanoman.
3. Kerajaan Banten

Kesultanan Banten atau Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam di pulau Jawa tepatnya
di Pasundan, Banten pada tahun 1526. Sultan pertama yang memimpin kerajaan ini adalah Sultan
Maulana Hasanudin dan pemimpin terakhir dari Kasultanan Banten sebelum dipaksa bubar oleh
kolonial Inggris adalah Sultan Maulana Muhammad Syafiudin.
Raja atau sultan yang paling terkenal di Kesultanan Banten adalah Sultan Agung Tirtayasa
yang dimana masa kejayaan Kesultanan Banten terjadi di masa kepemimpinannya.
Kerapuhan dan akhir dari Kesultanan Banten terjadi akibat banyak faktor salah satunya adalah
adanya perang saudara yang terjadi di kerajaan dimana Sultan Haji anak dari Sultan Ageng
Tirtayasa berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dari tangan sang ayah.
Dari kejadian tersebut akhirnya berimbas pada pembubaran Kesultanan Banten pada tahun
1813 oleh pemerintah Inggris yang sedang berkuasa di Indonesia.
4. Kerajaan Aceh

Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam di pulau Sumatera dengan
ibukota di Banda Aceh. Kesultanan Aceh Darussalam pertama kali dibentuk pada tahun 1496
setelah Sultan Ali Mughayat Syah dinobatkan sebagai Sultan untuk pertama kalinya dan menjadi
pemimpin pertama Kesultanan Aceh Darussalam.
Kerajaan ini terkenal dengan perlawanannya dan penolakannya terhadap imperialisme Eropa
yang dibawa para penjajah Nusantara pada waktu itu.
Dalam sejarah panjangnya kerajaan ini sudah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin
atau sultan sejak Sultan Ali Mughayat Syah. Dan pemimpin terakhir Kesultanan Aceh Darussalam
adalah Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah yang di mana pada masa kepemimpinannya
Kesultanan Aceh Darussalam harus terpaksa menyerahkan diri kepada pihak penjajah Belanda
pada waktu itu yaitu pada tahun 1903.
5. Kerajaan Peureulak / Perlak
Kasultanan Peureulak merupakan sebuah kerajaan Islam yang berdiri tahun 840 hingga 1292.
Sultan pertama serta pendiri Kesultanan Peureulak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul
Aziz Shah yang mendirikan Kesultanan Peureulak tahun 840 dan berkuasa hingga tahun 864.
Kesultanan ini tercatat masuk dalam berbagai catatan Cina dan juga catatan dari seorang
pengembara terkenal Marco Polo yang dimana tertulis bahwa ia pernah singgah ke negeri bernama
Ferlec ( Peureulak) yang penduduknya sudah menganut ajaran Islam.
Sultan terakhir yang memimpin Kesultanan Peureulak adalah Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat dari tahun 1267 hingga 1292 sebelum Kerajaan atau
Kesultanan Peureulak akhirnya digabungkan dengan Kerajaan Samudera Pasai.
6. Kerajaan Banjar
Kesultanan Banjar berdiri sejak tahun 1520 dan bertahan hingga tahun 1905. Sultan atau
pemimpin pertama dari Kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah yang dilantik pada tahun 1526
dan memimpin hingga tahun 1550.
Masa keemasan dari Kesultanan Banjar terjadi sejak periode awal tahun 1526 hingga 1787
yang dimana kerajaan ini terkenal akan aktivitas pertanian dan juga agensi militernya.
Pada tahun 1860, Belanda secara langsung membubarkan Kesultanan Banjar yang
mengharuskan Kesultanan Banjar ditiadakan kembali. Namun sejarah mencatat bahwa
pemerintahan Banjar tetap ada hingga tahun 1905 yang dimana rakyat Banjar meyakini adanya
pemerintahan darurat. Pemimpin atau sultan terakhir Kerajaan Banjar adalah Sultan Muhammad
Seman.
7. Kerajaan Mataram Islam

Mataram Islam atau Kesultanan Mataram Islam merupakan kerajaan Islam di Jawa yang di
mana pada awalnya wilayah kerajaan ini merupakan sebuah hadiah bagi Ki Ageng Pemanahan
karena berhasil mengalahkan Arya Penangsang.
Pemimpin pertama Mataram Islam adalah Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati.
Pemimpin yang paling terkenal dari Mataram Islam adalah Sultan Agung yang dimana bukan
hanya terkenal karena kepemimpinannya namun juga karena karya dan penemunya yang
diantaranya adalah menggabungkan tahun Masehi dengan tahun Saka.
Masa kejayaan Kesultanan Mataram terjadi dibawah kepemimpinan Sultan Agung. Mataram
Islam sendiri mulai mengalami kemunduran sejak masa kepemimpinan Amangkurat I dan akhir
masa kejayaan Mataram Islam terjadi saat kepemimpinan Amangkurat II.
8. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah dengan raja pertama
yang berkuasa yaitu Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Kerajaan ini pertama kali berdiri pada tahun
1548 setelah Hadiwijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang.
Tercatat kerajaan ini hanya mampu bertahan dalam kurun waktu yang singkat yaitu dari 1548
hingga 1586.
Dibalik masa kejayaannya yang hanya sebentar Kerajaan Pajang memiliki tiga raja yang
pernah berkuasa yakti Hadiwijaya atau Joko Tingkir sebagai pendiri serta raja pertama, kemudian
dilanjutkan oleh Arya Pangiri dan yang terakhir kekuasaan disi oleh Pangeran Buwana atau
Prabuwijaya.
Setelah sepeninggal Pangeran Buwana tidak ada penerus tahta kerajaan yang membuat
Kerajaan Pajang mengalami kekosongan kekuasaan dan akhirnya digabungkan dengan Mataram
Islam dibawah kepemimpinan Sutawijaya.
9. Kerajaan Samudera Pasai

Kesultanan Samudera Pasai atau dikenal juga dengan Samudera Darussalam merupakan
kerajaan Islam yang berada di pesisir pulau Sumatera. Menurut sejarah Kesultanan Samudera
Pasai pertama kali didirikan pada tahun 1267 oleh Marah Silu yang kemudian naik gelar menjadi
Sultan Malik as-Saleh. Kejayaan dari Kesultanan Pasai terjadi saat Ratu Naharsyiyah menjabat
sebagai pemimpin.
Tercatat Kesultanan Samudera Pasai berdiri sejak1267 hingga 1521. Sebab runtuhnya
kerajaan ini diakibatkan adanya perang saudara yang terjadi untuk memperebutkan kekuasaan
serta datangnya Portugis ke Nusantara.
Pada tahun 1521 Portugis berhasil meruntuhkan Kesultanan Samudera Pasai dan pada tahun
1524 wilayah kerajaan Samudera Pasai masuk ke dalam wilayah kesultanan Aceh.
10. Kerajaan Malaka
Kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan Islam Melayu yang berdiri di tanah Malaka.
Kerajaan ini pertama kali dibentuk dan didirikan oleh Parameswara pada tahun 1405. Kerajaan
ini tercatat memiliki hubungan baik dengan Cina yang dimana tercatat sudah banyak hubungan
yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Kerajaan Malaka terkenal sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan di selat Malaka
sekitar abad 15. Runtuhnya Kesultanan Malaka akibat dari invasi Portugis pada tahun 1511 dan
peristiwa tersebut menjadi salah satu awal mula invasi militer Eropa ke Nusantara.
11. Kerajaan Maluku
Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar yang ada di tanah Maluku.
Kesultanan Ternate pertama kali berdiri pada tahun 1257 dan didirikan oleh Baab Mashur
Malamo. Sejak awal berdirinya kerajaan ini telah banyak berpengaruh di kawasan timur
Nusantara.
Masa kejayaan Kesultanan Ternate terjadi sekitar abad ke 16 dimana kerajaan ini memiliki
kekayaan hasil dari rempah-rempah dan juga kekuatan pasukan militernya. Setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1945, Kesultanan Ternate memilih bergabung dengan Indonesia pada tahun
1950.
Tercatat ada beberapa nama pemimpin ternama di Kesultanan Maluku yaitu Baab Mashur
Malamo, Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah, dan Sulan Mudaffar Syah II yang terakhir kali
memimpin tahun 2015 silam.
12. Kerajaan Gowa
Merupakan sebuah Kesultanan yang didirikan sejak tahun 1300 dan bertahan hingga 1946.
Raja atau sultan pertama yang menjabat adalah Tumanurung dan Sultan yang paling terkenal dari
Kesultanan Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
Tercatat ada lebih dari 30 pemimpin di Kesultanan Gowa sejak awal berdirinya hingga akhir
riwayatnya. Sultan terakhir yang tercatat dalam sejarah kerajaan adalah Sultan Muhammad Abdul
Kadir Aiduddin.
Kesultanan Gowa sendiri saat ini sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia yang dimana
sejak tahun 1946 secara resmi Kesultanan Gowa masuk dalam NKRI.
13. Kerajaan Ternate

Kesultanan Ternate merupakan salah satu dari 4 kerajaan Islam terbesar di tanah Maluku.
Kesultanan Ternate pertama kali berdiri pada tahun 1257 dan didirikan oleh Baab Mashur
Malamo. Sejak awal berdirinya kerajaan ini telah banyak berpengaruh di kawasan timur
Nusantara.
Masa kejayaan Kesultanan Ternate terjadi sekitar abad ke 16 di mana kerajaan ini memiliki
kekayaan hasil dari rempah-rempah dan juga kekuatan pasukan militernya. Setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1945, Kesultanan Ternate memilih bergabung dengan Indonesia pada tahun
1950.
Tercatat ada beberapa nama pemimpin ternama di Kesultanan Maluku yaitu Baab Mashur
Malamo, Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah, dan Sulan Mudaffar Syah II yang terakhir kali
memimpin tahun 2015 silam.
14. Kerajaan Tidore

Kesultanan Tidore merupakan salah satu kerajaan Islam di tanah Maluku. Kesultanan Tidore
berdiri sejak tahun 1081 oleh Muhammad Naqil yang dinobatkan sebagai Sultan pertama kerajaan
Tidore. Kesultanan Tidore mengalami masa kejayaan sejak abad ke 16 hingga abad ke 18 yang di
mana tercatat sudah puluhan kali pergantian kepemimpinan di kerajaan ini.
Masa kejayaan Kesultanan Tidore mulai goyah sejak diadu domba oleh pihak imperialisme
barat yang datang ke Nusantara dengan Kesultanan Ternate.
Kesultanan Tidore resmi bergabung sebagai bagian dari NKRI pada tahun 1950. Namun tahta
Kesultanan masih berlanjut hingga saat ini dan sultan yang menjabat saat ini adalah Sultan Husain
Syah.
15. Kerajaan Buton

Kesultanan Buton berada di kepulauan Sulawesi tepatnya di Sulawesi Tenggara. Awal mula
Kesultanan Buton di mulai sejak Raja Mulae Sangia Gola meminta ulama Sayid Jamaluddin al-
Kubra untuk mengislamkannya.
Selanjutnya raja ke-6 Kerajaan Buton juga meminta salah satu ulama bernama Syeikh Abdul
Wahid untuk mengislamkan dirinya.
Tercatat dalam sejarah bahwa Kesultanan Buton telah berdiri hingga tahun 1960 sebelum
akhirnya ikut bergabung kedalam NKRI. Sudah puluhan kali Kesultanan Buton berganti
kepemimpinan bahkan hingga saat ini masih terjadi dan Sultan yang memimpin untuk saat ini
adalah La Ode Muhammad Izat Manarfa.

Wali Songo
1. Sunan Gresik

Sunan Gresik merupakan salah satu nama-nama Wali Songo. Nama asli Sunan Gresik adalah
Maulana Malik Ibrahim. Sunan Gresik dianggap sebagai yang pertama kali menyebarkan agama
Islam di tanah Jawa.
Sejarah Sunan Gresik menimbulkan pertanyaan, namun diperkirakan beliau adalah keturunan
dari wilayah Arab Maghrib di Afrika Utara. Diperkirakan juga bahwa Sunan Maulanan Malik
Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah pada awal abad 14. Namun ada juga versi yang
menyebutnya berasal dari Persia.
Silsilah Sunan Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Di antara anggota Wali Songo lain, bisa dikatakan bahwa Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah
yang paling senior.
Dakwah Sunan Gresik dilakukan pada akhir masa kerajaan Majapahit. Pertama kali beliau
mendirikan masjid di desa Pasucinan, Manyar dekat kota Gresik. Beliau berdakwah dengan
mendekati masyarakat dengan ramah tamah dan mengajarkan bercock tanam hingga membuat
rakyat tertarik akan agama Islam.
Setelahnya, Sunan Gresik juga banyak mendirikan pondok pesantren. Usai selesai
berdakwah, Sunan Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 di Leran, Manyar dekat kota
Gresik. Kini makam Sunan Gresik terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel

Sunan Ampel adalah salah satu nama Wali Songo. Nama asli Sunan Ampel adalah Raden
Rahmat. Beliau adalah anak dari Sunan Gresik dan Dewi Condro Wulan. Sunan Ampel berdakwah
Islam di daerah Surabaya.
Beliau diperkirakan merupakan keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad SAW. Sunan Ampel
lahir di Champa pada tahun 1401. Daerah Champa diperkirakan merupakan wilayah di Kamboja,
namun ada juga pendapat lain yang menyebut Champa ada di Aceh.
Sunan Ampel berdakwah dengan metode yang unik. Salah satu ajarannya yang terkenal
adalah Moh Limo, yakni Moh Main (tidak main judi), Moh Ngombe (tidak minum minuman
keras), Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat (tidak mengkonsumsi narkoba) dan Moh Madon
(tidak berzina).
Beliau sempat mendirikan Masjid Agung Demak. Setelahnya, Sunan Ampel diperkirakan
wafat pada tahun 1481 di kota Demak. Ia kemudian dimakamkan di sebelah Masjid Ampel di kota
Surabaya.
3. Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah salah satu Wali Songo. Nama asli Sunan Bonang adalah Maulana
Makhdum Ibrahim. Beliau adalah putra dari Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Sunan Bonang
merupakan keturunan ke-23 Nabi Muhammad SAW.
Sunan Bonang sempat mempelajari agama hingga ke Malaka di daerah Pasai. Ia menimbu
ilmu dari Sunan Giri dan mempelajari metode dakwah yang menarik. Beliau kemudian pulang ke
Tuban dan memutuskan untuk berdakwah di sana.
Metode dakwah Sunan Bonang banyak menggunakan seni dan musik. Ia diklaim sebagai
pemrakarsa tembang Wijil dan Tombo Ati yang menarik masyarakat terhadap agama Islam.
Kesenian lain yang ia pelajari adalah gamelan, rebab dan bonang, sesuai dengan namanya.
Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Beliau kemudian dimakamkan di daerah
Tuban, provinsi Jawa Timur.
4. Sunan Drajat

Nama Wali Songo berikutnya adalah Sunan Drajat. Nama asli Sunan Drajat adalah Raden
Qasim dan sempat mendapat gelar Raden Syarifudin. Ia adalah putra dari Sunan Ampel serta
saudara dari Sunan Bonang serta menjadi keturunan ke-23 Rasulullah SAW.
Sunan Drajat sempat mencari ilmu agama pada Sunan Muria. Setelahnya barulah beliau
kembali ke daerah Gresik di desa Jelog, pesisir Banjarwati, Lamongan. Ia kemudian mendirikan
pesantren di desa Drajat, kecamatan Paciran, Lamongan.
Sunan Drajat dikenal karena kegiatan sosialnya dan mempelopori penyantunan pada anak
yatim dan orang sakit. Dakwahnya menekankan perilaku dermawan, kerja keras dan amalan Islam
lainnya. Beliau juga mendakwahkan ajaran agama melalui suluk.
Sunan Drajat kemudian diperkirakan wafat pada tahun 1522. Beliau dimakamkan di desa
Drajat, kecamatan Paciran, Lamongan dengan pesantren yang didirikannya.
5. Sunan Kudus

Nama Wali Songo berikutnya adalah Sunan Kudus. Nama asli Sunan Kudus adalah Ja’far
Shadiq. Beliau adalah cucu Sunan Ampel dan putra dari Sunan Ngundung bersama Syarifah Ruhil.
Sunan Kudus merupakan keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad SAW.
Beliau lahir pada 9 September 1400. Sunan Kudus giat dalam mempelajari ilmu agama,
bahkan pernah belajar sampai ke kota Al-Quds, Yerusalam, Palestina. Setelahnya Sunan Kudus
kembali ke Indonesia dan mendirikan pesantren di desa Loram, Kudus, Jawa Tengah.
Sunan Kudus menjadi ulama besar di daerah Kudus. Ia diberi gelar Wali Al-Ilmi atau orang
yang berilmu luas oleh wali-wali lain. Sunan Kudus memiliki peran besar dalam pemerintahan
Kesultanan Demak. Beliau banyak berdakwah di semua kalangan dari masyarakat biasa sampai
ke kalangan pejabat dan penguasa.
Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 5 Mei 1550. Beliau dimakamkan di kota Kudus,
Jawa Tengah sesuai tempat dakwahnya.
6. Sunan Giri

Sunan Giri menjadi salah satu nama-nama Walisongo. Nama asli Sunan Giri adalah Raden
Paku atau Muhammad Ainul Yaqin. Beliau adalah putra Maulana Ishaq, ulama dari Pasai, Malaka.
Sunan Giri merupakan keturunan ke-23 Nabi Muhammad SAW.
Sunan Giri lahir pada tahun 1442. Ia merupakan murid Sunan Ampel dan saudara seperguruan
Sunan Bonang. Beliau sempat berguru pada ayahnya juga di Pasai, Malaka dan setelah ayahnya
wafat, Sunan Giri menggantikan ayahnya mengajar.
Ia mendirikan pemerintahan mandiri Giri Kedaton di Gresik. Nantinya tempat itu menjadi
pusat dakwah Islam di Jawa yang memiliki pengaruh sampai wilayah Indonesia bagian timur.
Sunan Giri diperkirakan wafat pada tahun 1506. Beliau dimakamkan di Desa Giri, Keboman,
Gresik sesuai dengan tempat dakwahnya.
7. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga menjadi salah satu nama Walisongo yang cukup terkenal. Nama asli Sunan
Kalijaga adalah Raden Said. Beliau adalah anak Tumenggung Wilatikta atau Radeh Sahur yang
merupakan adipati Tuban yang sempat memimpin pemberontakan Ronggolawe di zaman
Majapahit.
Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1455. Ia merupakan murid dari Sunan Bonang. Sunan
Bonang mengajarkan pendidikan dan ilmu-ilmu agama pada Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga merupakan orang pribumi asli sehingga lebih efisien dalam berdakwan ke
masyarakat. Dakwah Sunan Kalijaga kerap dikombinasikan dengan kesenian wayang dan
gamelan agar mudah diterima masyarakat. Ia menyelipkan budaya Jawa pada dakwah Islamnya.
Sunan Kalijagar diperkirakan wafat pada tahun 1586. Artinya beliau diperkirakan hidup
selama 131 tahun. Makam Sunan Kalijaga ada di desa Kadilangu, kota Demak, provinsi Jawa
Tengah.
8. Sunan Muria

Sunan Muria termasuk salah satu dari nama 9 Wali Songo. Nama asli Sunan Muria adalah
Raden Umar Said. Beliau merupakan anak dari Sunan Kalijaga dan istrinya Dewi Sarah.
Sunan Muria berdakwah menggunakan metode ayahnya, yaitu menggabungkan unsur
kebudayaan Jawa dengan ajaran Islam. Hal ini agar dakwahnya lebih mudah diterima oleh
masyarakat sekitar. Selain mengajarkan ilmu agama, Sunan Muria juga mengajarkan keterampilan
lain seperti bercocok tanam dan ramah tamah.
Beliau memilih tempat dakwah yang agak terpencil yakni di gunung Muria di daerah Muria,
Jawa Tengah. Jalur dakwah Sunan Muria pun menyebar di wilayah sekitarnya seperti Jepara,
Kudus dan Pati yang rata-rata berupa wilayah pedesaan atau pesisir.
Sunan Muria diperkirakan wafat pada tahun 1551. Makam Sunan Muria terletak di daerah
Muria, Jawa Tengah selaku pusat tempatnya berdakwah.
9. Sunan Gunung Jati

Urutan nama-nama Wali Songo berikutnya adalah Sunan Gunung Jati. Nama asli Sunan
Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah. Beliau adalah anak dari Syarif Abdullah Umdatuddin dan
keturunan dari bangsawan Timur Tengah. Beliau hijrah ke tanah Jawa karena teinspirasi
perjalanan dakwah Sunan Gresik.
Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448. Ia memilih kota Cirebon sebagai pusat dakwahnya yang
kemudian menjadi Kesultanana Cirebon. Di sana Sunan Gunung Jati mendirikan pondok
pesantren untuk mengajarkan ajaran Islam pada masyarakat sekitar dengan penyampaian yang
lugas khas Timur Tengah.
Agar lebih mudah dipahami, Sunan Gunung Jati juga menggabungkan budaya Jawa pula.
Beliau juga sempat dianugerahi gelar Raja Cirebon ke-2 dengan gelar Maulana Jati.
Sunan Gunung Jati kemudian wafat pada tahun 1568. Beliau diperkirakan wafat pada usia
120 tahun. Makam Sunan Gunung Jati terletak di Gunung Jati, Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai