Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

BAB III MODAL KERJA

Dosen Pengampu :

Ninnasi Muttaqi’in S .M.B., M.SM

Nama Kelompok :
• M Afrizal Ramli 5130018067
• Putri Hanik masukan 5130018071
• Iin Faridah 5130018069
• Malik Fahat 5130018050
• Zam Zami Ainur R 5130018052
• Firman Efendi 5130018059

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2019
Kata Pengantar

Segala puji kita panjatkan kehadirat tuhan ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah manajemen modal
kerja mata kuliah manajemen keuangan ini dengan baik sesuai dengan waktu yang kita
tentukan

Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat secara maksimal bagi kegiatan
pembelajaran mata kuliah pengantar manajemen keuangan dikampus.

Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran
bagi kita semua dalam pembuatan tugas tugas yang lain di masa mendatang, semoga dengan
adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu
pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………..

DAFTAR ISI …........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Definisi Modal Kerja ……………………………………………….2


1.2 Kebijakan Modal Kerja …………………………………………….
1.3 Pentingnya Memahami Modal Kerja ………………………………
1.4 Sumber Modal Kerja ……………………………………………….
1.5 Konsep Modal Kerja ……………………………………………….
1.6 Modal Kerja Dan Arus Kas ………………………………………..
1.7 Arus Kas Dan Motif Kas …………………………………………..
1.8 Manajemen Kas ……………………………………………………
1.9 Rumus Tingkat Perputaran Modal Kerja …………………….........

BAB III KESIMPULAN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa
melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap perusahaan
yang menjalankan usaha selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja itu antara lain
digunakan untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji 100 karyawan dan
pembayaran biaya-biaya lainnya.

Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan
kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup
tetapi tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya maka akan
menghadapi masalah likuiditas.

Surabaya,03 Oktober 2019


BAB II

PEMBAHASAN

1.1 DEFINISI MODAL KERJA

Modal adalah Investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek-


kas, sekuritas, persediaan dan piutang. Adapun menurut Siegel dan Shim Modal
kerja merupakan suatu uk0uran dari likuiditas perusahaan. Oleh karena itu, dalam
rangka mewujudkan suatu konsep modal kerja yang sesuai dengan pengharapan
pihak perusahaan, maka harus diterapkan suatu ilmu manajemen yang bisa
memberikan arah konsep sesuai dengan yang dimaksud dalam kaidah manajamen
modal kerja. Manajemen modal kerja berkaitan dengan manajemen aktiva lancar-
kas, piutang dan persediaan/ dan prosedur pendaan aktiva tersebut.
Pada era sekarang ini jika suatu perusahaan atau bertindak tidak serius dalam
mengelolah manajemen modal kerja, maka perusahaan tersebut diprediksi akan
bermasalah dalam berkompetisi dipasar, termasuk memungkinkan perusahaan
tersebut tidak mampu memanfaatkan modal kerja yang telah termiliki tersebut
secara maksimal serta tepat sasaran. Pengertian tepat sasaran artinya perusahaan
menempatkan modal kerja pada sisi yang bersifat porfitable. Porfitable artinya
penempatan keputusan dengan melihat prospek keuntungan yang akan terus
mengalami kenaikan secara sistematis dan sustainable (berkelanjutan).

1. Kebijakan modal kerja


Kebijakan modal kerja adalah keputusan-keputusan kebijakan dasar yang
berhubungan dengan (1) tingkat sasaran untuk masing-masing kategori aktiva
lancar dan (2) bagaimana aktiva lancar tersebut akan di danai. Kebijakan modal
kerja akan melibatkan dua pertanyaan dasar.
1) Berapakah jumlah aktiva lancar yang layak untuk dimiliki perusahaan, baik
secara total maupun untuk masing-masing akun yang spesifik, dan
2) Bagaimana sebaiknya aktiva lancar di danai ?

2. Pentingnya memahami Manajemen Modal Kerja


Ada banyak alasan yang mendasari pentingnya mempelajari manajemen
modal kerja (working capital managemen), dan itu tidak terkecuali bagi para
manajer diperusahaan. Menurut Agus Sartono, “Manajemen modal kerja
sangat penting karena alasan berikut ini.
a. Sebagian besar proporsi waktu manajer finansial adalah dialokasikan
untuk manajemen modal kerja.
b. Lebih dari lima puluh persen dari total asset umumnya di investasikan
pada aktiva lancar
c. Hubungan antara pertumbuhan penjualan dan kebutuhan investasi pada
aktiva lancar adalah sangat erat dan langsung. Sebagai contoh, jika
rata-rata periode pengumpulan piutang adalah 30 hari dan penjualan
kredit per hari RP. 4.000.000 itu berarti investasi pada piutang sebesar
RP. 120.000.000 jika penjualan kredit meningkat menjadi RP.
6.000.000 per hari maka investasi dalam piutang kredit meningkat
sebesar RP. 180.000.000
d. Untuk perusahaan kecil, manajemen modal kerja menjadi sangat
penting.
1. Investasi pada aktiva tetap dapat dikurangidengan cara menyewa
atau leasing., tetapi investasi aktiva lancar terutama pada piutang
dan persediaan tidak dapat dihindarkan.
2. Karena keterbatasan akses perusahaan kecil dalam pasar modal,
maka mereka hanya menyadarkan diri pada utang jangka pendek,
sehingga meningkatnya utang jangka pendek menyebabkan modal
kerja neto menurun.
Ada yang harus diingat oleh seorang manajer keuangan dalam
memahami pengalokasian aktiva dan pinjaman adalah
menempatkan semua itu berdasarkan aturan dan mekanisme yang
berlaku, yaitu;
1) Pertama, jika untuk kebutuhan jangka panjang maka sumber dana
harus bersumber dari jangka panjang . dan jika untuk kebutuhan
jangka pendek maka sumber dana juga harus bersumber dari
jangka pendek.
2) Kedua, jika perolehan keuntungan tinggi dan keuntungan tersebut
ingin dipakai untuk mengamankan perusahaan secara jangka
panjang dengan tujuan nilai asset tersebut akan mengalami
kenaikan yang sistematis. Dan diharapkan asset tersebut bersifat
receivable yang fixed, maka sebaiknya dipakai untuk membeli
tanah (land).
3) Ketiga, jika perolehan keuntungan tersebut ingin dipakai untuk
mengamankan kondisi keuangan perusahaan menempatkan
perolehan keuntungan tersebut dengan mengkonversi kedalam
salah satu bentuk asset lancar (curret asset), seperti kas, obligasi,
saham, dan lain sebagainya.
4. Sumber Modal Kerja
Suatu perusahaan membutuhkan dana operasional untuk selalu mendanai
kebutuhan aktivitas operasional kebutuhan aktivitas operasional perusahaan
seperti membayar gaji karyawan, gaji buruh, membayar listrik dan telepon,
pembelian bahan mentah, dan lain. Kebutuhan dana tersebut bersumber dari
modal dan sumber modal kerja bersumber dari berbagai sumber. Menurut Siegel
dan Shim sumber modal kerja adalah;
a. Pendapatan bersih
b. Peningkatan kewajiban yang tidak lancar
c. Kenaikan ekuitas para pemegang saham, dan
d. Penurunan aktiva yang tidak lancar
Bagi suatu perusahaan uang yang sudah dikeluarkan dan dipakai untuk modal
kerja diharapkan dapat kembali lagi. Ini sebagaimana dikatakan oleh
Bambang Riyanto setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk
membelanjai organisasinya sehari-hari, misalkan untuk memberikan persekot
pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain
sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan
akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek
melalui hasil penjualan produksinya.
5. Konsep Modal Kerja
Seorang manajer keuangan yang bijaksana akan selalu mendasarkan berbagai
keputusan berbagai keputusan dengan menyeimbangkan pemahaman antara
kondisi realita dipasar (market condition) dan kepemilikan teori, yaitu konsep
dalam bidang manajemen modal kerja. Dengan tujuan dihasilkan suatu
rekomendasi keputusan yang aspiratif serta credible (terpecaya).
Menurut Bambang Riyanto ada tiga konsep modal kerja, yaitu konsep
kuantitatif, kualitatif, dan fungsional. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat
penjelasan dari Bambang Riyanto dibawah ini.
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-
unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar
kembali dalam bentuk semal atau aktiva dimana dana yang tertanam
didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian
modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
b. Konsep Kualitatif
Menurut Bambang Riyanto, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian
dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya.
c. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income) . Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam
perusahaan adalah dimasukan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian
dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya
langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan
ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode
tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current income
6. Modal Kerja dan Arus Kas
Secara konsep ada hubungan kuat antara modal kerja dan arus kas. Kelancaran
arus kas akan mampu membuat manajer keuangan suatu perusahaan bisa
memprediksi kebutuhan dana secara sistematis. Contohnya jika selama ini
perusahaan mendanai 40% aktivitas usahanya dari pinjaman perbankan maka
artinya perusahaan berkewajiban untuk secara rutin mengembalikan pinjaman
perbankan secara tepat waktu.
Maka semua pengembalian pinjaman diserahkan atau bersumber dari penjualan,
dimana naik turunnya penjualan otomatis akan tergambarkan dalam arus kas (cash
flow). Grafik arus kas menggambarkan proporsinya naik dan turunnya angka
penjualan. Jika kondisi pasar menggembirakan maka penjualan perusahaan
mengalami peningkatan, namun jika kondisi pasar tidak menggembirakan artinya
grafik arus kas juga akan mengalami penurunan.
Oleh karena itu, sehubungan dengan persoalan arus kas ini, ada 2 persoalan dasar
yang harus dihadapi oleh pihak manajemen keuangan sehubungan naik turunnya
grafik arus kas tersebut, yaitu:
a. Pertama, jika grafik arus kas menunjukkan trend tanda penurunan, maka berapa
lamakah masa penurunan tersebut. Dan dari manakah sumber dana yang dapat
dipakai untuk menutupi penurunan tersebut, jika perusahaan mengandalkan
pembayaran pinjaman dari masuknya arus kas
a. Kedua, jika grafik kas menunjukkan trend tanda kenaikan secara sistematis,
maka kemanakah kelebihan keuntungan atau over profi akan dialihkan.
7. Arus Kas dan Motif Kas
Manajemen arus kas mengharuskan pihak manajer mengerti secara detil aliran
masuk dan keluarnya kas suatu perusahaan. Bagi manajer manufacture (pabrik)
arus kas menjadi salah satu andalan dalam memutuskan pembelian bahan baku,
bahan setengah jadi, dan bahan jadi.
Pembelian bahan secara tepat waktu mempengaruhi keberlangsungan aktiva pabrik
secara baik, dan begitu juga sebaliknya keterlambatan pembelian bahan membuat
pekerjaan dipabrik menjadi terlambat. Ini sebagaimana dikatakan oleh Brigham
dan Houston bahwa, kurang lebih 1,5 persen aktiva rata-rata peerusahaan industri
dimiliki dalam bentuk kas, yang dinyatakan sebagai giro tambah simpanan dalam
bentuk mata uang. Dan kepemilikan uang dalam bentuk kas tersimpan di dua
tempat, ini sebagaimana yang dikemukakan dalam bab sebelumnya, yaitu ada 2:
Cash in bank, dan Cash in company.
8. Manajemen Kas
Menurut Brigham dan Houston Manajemen kas yang efektif meliputi
manajemen arus kas masuk dan keluar secara baik, yang terdiri atas;
a. Menyinkronkan arus kas
b. Menggunakan ambang (fload)
c. Mempercepat penerimaan,
d. Mendapakan ketersediaan dana ketempat yang membutuhkan, dan
e. Mengendalikan pengeluaran.

Seorang manajer keuangan berusaha untuk menyeimbangkan arus kas masuk


dan keluar secara stabil. Walaupun dalam kenyataan sering terjadi berbagai
tindakan yang bersifat tindakan yang bersifat diluar dari yang diperkirakan.
Misalnya arus kas PT Tambang Nikel berada dalam kondisi yang tinggi, dimana
ini otomatis memperlihatkan data pada neraca juga akan terlihat tinggi. Namun
ternyata yang dilaporkan pada neraca tidak setinggi seperti yang diperkirakan.

Menurut Brigham dan Houston, memang posisi kas perusahaan yang dilaporkan
pada neraca akan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk hal-hal berikut ini:

a. Arus kas. Jika hal hal lain dianggap konstan, arus kas positif akan mengarah
pada lebih banyak kas didalam bank
b. Perubahan dalam modal kerja. Peningkatan dalam aktiva lancar diluar kas,
seperi persediaan dan piutang, akan mengurangi kas, sedangkan pengurangan
akun akun ini akan meningkatkan kas
c. Aktiva tetep jika sebuah perusahaan berinvestasi pada aktiva tetap, hal ini akan
mengurangi posisi kasnya. Disisi lain, penjualan dari aktifa tetap akan
meningkatkan kas
d. Transaksi sekuritas dan pembayaran difiden jika sebuah perusahaan
menerbitkan saham atau obligasi selama tahun berjalan, dana yang
dikumpulkan akan meningkatkan posisi kasnya. Di sisi lain, jika perusahaan
menggunakan kasnya untuk membeli kembali utang atau ekuitas yang masih
beredar, atau membayar difiden kepada para pemegang sahamnya, hal ini akan
menurunkan jumlah kas
9. Rumus Tingkat Perputaran Modal Kerja
Tingkat perputaran (turnover rate) modal kerja atau aktiva lancar dapat pula
dihitung dari neraca dan income statement pada suatu saat tertentu, dengan cara
sebagai berikut:
Currrent Assets Turnorver = Net sales atau Net Sales
Current Assets Average Current Assets
Average Current Assets = C.A. Permulaan + C.A. Akhir tahun
2

Anda mungkin juga menyukai