Anda di halaman 1dari 12

Struktur Makro dan Mikro Sistem Pernapasan

Gambar 1,2. Struktur sistem pernapasan atas dan bawah

A. Hidung

Gambar 3.Hidung potongan mid sagital

Berbentuk pyramid, pangkalnya berkesinambungan dengan dahi dan ujung bebasnya


disebut puncak hidung. Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk berbentuk bulat
panjang yaitu nares, yang terpisah septum nasi. Permukaan infero-lateral hidung berakhir sebagai
1
alae nasi yang bulat. Ke arah medial permukaan lateral ini berlanjut pada dorsum nasi di tengah.
Rangka bagian tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis maxillae dan bagian nasal ossis
frontalis. Rangka tulang rawannya terdiri dari cartilage septi nasi, cartilage nasi lateralis dan
cartilage ala nasi major dan minor. Otot yang melapisi hidung adalah M.nasalis dan M.depressor
septi nasi.

Perdarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang A.facialis, A.dorsalis nasi
cabang A.opthalmica dan A. infraorbitalis cabang A. maxillaris interna. Pembuluh baliknya
menuju V.facialis dan V.opthalmica.

Persarafan otot-otot hidung oleh N.facialis,kulit sisi medial hidung dipersarafi oleh
cabang-cabang infratrochlearis dan nasalis externus N.opthalmicus/N.V1, kulit sisi lateral hidung
dipersarafi oleh N maxillaris.

Rongga Hidung

Rongga hidung yang dapat dimasuki melalui nares berhubungan dengan nasopharynx
melalui kedua choana. Rogga hidung dilapisi oleh membrane mukosa kecuali vestibulum nasi
yang dilapisi oleh kulit. Membran mukosa hidug melekat sangat erat pada periostenum dan
perikondrium tulang dan tulang rawan hidung. Membran mukosa ini berkesinambungan dengan
membrane mukosa yang melapisi nasopharynx dibagian posterior, sinus paranasales di sebelah
superior superior dan lateral dan saccus lacrimalis dan conjunctiva di sebelah superior. Bagian
2/3 inferior membrane mukosa hidung termasuk area respiratoria dan bagian sepertiga superior
adalah area olfactoria. Udara yang melewati area respiratoria dihangatkan dan dilembapkan
sebelum memasuki saluran pernapasan lebih lanjut ke paru-paru. Area respiratoria berisi granum
olfactorium perifer, dengan mendengus udara tersedot ke daerah ini.

Di atap hidung terdapat epitel yang sangat khusus yaitu epitel olfaktorius,berfungsi untuk
mendeteksi dan meneruskan bau-bauan, terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel basal, sel penyokong, dan
sel olfaktorius.

Batas-batas :

1. Atap rongga hidung berbentuk lengkung dan sempit, kecuali pada ujung nya disebelah
posterior, disini dapat dibedakan tiga bagian (frontonasal, etmoidal, dan sfenoidal) yang
dinamakan sesuai dengan nama tulang-tulang pembatasnya

2. Dasar rongga hidung yang lebih luas daripada atapnya dibentuk oleh processus palatinus
maxillaris dan lamina horizontalis ossis palatini

3. Dinding medial rongga hidung dibentuk oleh septum nasi

2
4. Dinding lateral cavitas nasi berwujud tidak rata karena adanya tiga tonjolan yang berbentuk
seperti gulungan, yakni concha nasalis (jamak, conchae nasalis)

Concha nasalis superior, concha nasalis media dan concha nasalis inferior membagi
rongga hidung menjadi empat lorong :meatus nasalis superior, medius, inferior dan hiatus
semilunaris.

Meatus nasalis superior adalah seebuah lorong yang sempit Antara concha nasalis
superior dan medius dan merupakan tempat bermaranya sinus ethmoidalis superior melalui satu
atau lebih lubang.

Meatus nasalis medius berukuran lebih panjang dan lebih luas daripada yang atas. Bagian
anterosuperior meatus nasalis medius ini berhubungan dengan sebuah ubang yang berbentuk
sebagai corong, yakni infundibulum yang merupakann jalan pengantar ke dalam sinus frontalis.
Hubungan dari masig-masing sinus frontalis ke infundibulum terjadi melalui ductus
frontonasalis. Sinus maxillaris juga bermuara ke dalam meatus nasalis medius.

Meatus nasalis inferior adalah sebuah lorong horizontal yang terletak inferolateral
terhadap concha nasalis inferior. Ductus nasolacrimalis bermuara di bagian anterior meatus
nasalis inferior.

Hiatus semilunaris merupakan sbuah alur yang berbentuk setengah lingkaran dan
merupakan muara sinus frontalis. Bulla ethmoidalis adalah sebuah tonjolan yang membulat di
sebelah superior hiatus semilunaris, dan baru terlihat setelah concha nasalis media disingkirkan.
Bulla ethmoidalis ini dibentuk oleh sel-sel ethmoid tengah yang membentuk sinus ethmoidalis.
Di dekat hiatus semilunaris terdapat lubang sinus ethmoidalis anterior.

Pendarahan dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi melalui cabang arteria
sphenopalatina, arteria ethmoidalis anterior dan arteria ethmoidalis posterior, arteria palatine
major, arteria labialis superior dan rami laterals arteriae facialis. Plexus venosus menyalurkan
darah kembali ke dalam veno sphenopalatina, vena facialis, dan vena opthalmica.

Sinus Paranasalis

Sinus paranasales adalah perluasan bagian respiratorik cavitas nasi yang berisi udara, ke
dalam ossa cranii berikut : os frontale, os ethmoidale, os sphenoidale, dan maxilla. Nama sinus-
sinus ini adalah sesuai dengan nama tulang-tulang yang ditempatinya.

Sinus frontalis terletak Antara tubule eksterna dan tubula interna ossis frontalis, di
belakang arcus superciliaris dan akar hidung. Masing-masing sinus berhubungan melalui ductus
frontonasalis dengan infundibulum yang bermuara di meatus nasalis medius. Sinus frontalis
dipersarafi oleh cabang-cabang kedua nervus supra orbitalis.

3
Sinus ethmoidalis terdiri dari beberapa rongga yang kecil, sel ethmoidal, di dalam masa
lateral os ethmoidale, Antara cavitas nasi dan orbita. Sel ethmoidale anterior dapat berhubungan
secara tidak langsung dengan meatus nasalis medius melalui infundibulum. Sel ethmoidale
tengah berhubungan langsung dengan meatus nasalis superior. Sinus ethmoidalis dipersarafi oleh
nervus ethmoidalis anterior dan ethmoidalis posterior cabang nervus nasociliaris.

Sinus sphenoidalis yang terpisah oleh sebuah sekat tulang, terletak di dalam corpus ossis
sphenoidalis dan dapat meluas ke dalam ala major dan ala minor ossis sphenoidalis. Karena sinus
sphenoidalis ini corpus ossis sphenoidales dan dapat meluas kea la major dan minor os
sphenoidalis. Karena sinus sphenoidalis ini, corpus ossis sphenoidalis mudah retak. Sinus
sphenoidalis terpisah dari beberapa struktur penting hanya oleh lembaran-lembaran tulang yang
tipis : kedua nervus opticum, chiasma opticum, hypophisis, arteria carotis interna, dan sinus
cavernosus sserta sinus intercavernosi. Nervus ethmoidalis posterior dan arteria ethmoidalis
posterior mengurus persarafan dan pendarahan sinus sphenoidalis.

Sinus maxillaris adalah yang terbesar dari semua sinus paranasales. Rongga-rongga ini
yang berbentuk seperti limas, menempati seluruh badan masing-masing maxilla. Puncak sinus
maillaris menjulang kea rah os zygomaticum, bahkan seringkali memasukinya. Alas limas sinus
membentuk bagian inferior dinding lateral cavitas nasi. Atap sinus dibentuk oleh dasar orbita,
dan dasarnya yang sempit , dibentuk oleh bagian alveolar maxilla. Akar gigi atas terutama akar
kedua dentes molars pertama, seringkali menimbulkan tonjolan seperti kerucut pada dasar sinus.
Masing-masing sinus terbuka kedalam meatus nasalis medius, Karena letak lubang diatas maka
sinus ini tidak mungkin menyalurkan secret di dalamnya melalui lubang ini sewaktu kepala
berada alam posisi tegak kecuali jika sinus sudah terisi penuh.

Persarafannya melalui nervus alveolaris superior posterior, nervus alveolaris anterior,


nerrvus alveolaris medius dan nervus alveolaris superior. Pendarahan sinus maxillaris terutama
berasal berasal dari arteria alveolaris superior, cabang arteria palatine major mengantar darah
kepada dasar sinus maxillaris.

B. Faring

Faring atau tenggorokan adalah tuba muscular yang terletak di posterior rongga nasal dan
oral dan di anterior vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring dapat dibagi menjadi tiga
segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terletak dibelakang rongga
nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba auditorius, yang
memanjang ke telinga tengah. Adenoid atau tonsil faringeal tertelak pada dinding posterior
nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring adalah saluran yang
hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui oleh udara maupun makanan,
namun tidak untuk keduanya pada saat yang bersamaan

4
Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut terbuka lebar
adalah orofaring, terletak di belakang mulut; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa
bertingkat, dilanjutkan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut. Pada dinding lateralnya
terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah
membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan pathogen yang
masuk ke dalam mukosa. Laringofaring meruskan bagian paling inferior dari faring.
Laringofaring membuka ke arah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam
esofagus. Kontraksi dinding muscular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks
menelan.

C. Laring

Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya yaitu
berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea. Laring
memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini dan mencegah benda padat agar tidak
masuk ke dalam trakhea. Laring menjadi tempat pita suara dengan demikian laring menjadi
sarana pembentukkan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan
bagian dalamnya dilapisi oleh membrane mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas sembilan
buah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk seperti kotak dan satu sama lainnya
dihubungkan oleh ligament. Kartilago laring yang terbesar adalah kartilago tiroid yang teraba
pada permukaan anterior leher. Pada kartilago ini membesar yang disebut Adam’s apple atau
buah jakun.

Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas bentuknya seperti
lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membrane mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke
atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan
atau cairan ke dalam laring. Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara
tertahan di kedua sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea.
Selama berbicara otot-otot intrinsik laring menarik pita suara menutupi glotis dan udara yang
dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah
menjadi kata-kata. Saraf cranial motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus
vagus dan nervus aksesorius

2. Saluran pernapasan bawah

A. Trakhea

Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai
13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. Trakhea terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba
sebagai struktur yang keras kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakhea memanjang dari
laring ke arah bawah ke dalam rongga toraks tempatnya terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri.

5
Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos, dan serat elastik. Cincin
kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang banyaknya sekitar
16 sampai 20 buah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan ikat
memungkinkan pelebaran esofagus ketika makanan ditelan. Cincin kartilago memberikan bentuk
kaku pada trakhea, mencegahnya agar tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam
trakhea dilapisi oleh membrane mukosa bersilia. Lapisan mukosa ini banyak mengandung sel
yang menyekresi lendir disebut PSCC (pseudostratified ciliated columnar). Seperti halnya pada
laring, silia pada trachea juga menyapu ke arah atas mengarah ke faring. Ketika mencapai faring,
mukus biasanya tertelan atau dikeluarkan sebagai sputum. Trakea dilapisi epitelium respiratorik
(kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel goblet.

B. Bronkhial dan alveoli

Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang terletak di
dalam rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronchus primer sedikit memanjang
dari trakhea ke arah paru-paru membentuk cabang menjadi bronchus sekunder meski
perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronchus kiri mempunyai sudut yang lebih tajam
dibanding dengan cabang bronchus kanan kanan. Sebagai akibat dari perbedaan anatomi ini
adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup biasanya akan tersangkut pada bronchus
kanan (bayangkan trakhea sebagai sebatang pohon yang terbalik dengan cabang-cabangnya yang
menjalar yang makin lama makin kecil; percabangan yang paling kecil ini disebut bronchiolus).
Pada dinding bronchiolus tidak terdapat kartilago; keadaan ini menjadi penting secara klinis
dalam asma. Bronchiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli – kantung udara di
dalam paru-paru.

Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan
alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih. Unit
fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300-500 juta di dalam paru-paru pada rata-rata orang
dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan aliran darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak memberikan area permukaan yang
sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini; setiap paru mempunyai area
permukaan internal sekitar 80 kali lebih besar dari luas permukaan tubuh ekstermal atau sekitar
70 m2. Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus
terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis yang memisahkan
satu alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini terdiri atas satu
lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi lapisan
molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi permukaan
dalam dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan untuk
menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui
dinding alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat disebut tekanan
permukaan yang menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps ketika udara meninggalkan
bilik alveolar selama ekspirasi. Surfaktan melawan tekanan ini dengan memungkinkan alveoli
6
mengembang kembali dengan cepat setelah ekspirasi. Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan
menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muscular yang sangat besar untuk
mengembangkan kembali alveoli.

C. Paru-paru

Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma; bagian apeks
paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru
terdapat identasi yang disebut hillus, tempat bronchus primer dan masuknya arteri serta vena
pulmonary ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang
membentuk pohon bronchial, jutaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat.
Sebagai organ, fungsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfer
dan udara dalam aliran darah. Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil.
Pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri
yang hanya terdiri atas dua lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap
lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh jaringan ikat. Lobus
kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai segmen.
Setiap segmen terdiri atas banyak lobules yang masing-masing mempunyai bronkhiole, arteriole,
venula, dan pembuluh limfatik. Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut
sebagai pleurae. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan
mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat
melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh
sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan kedua membrane pleura
untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas.
Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membrane pleura membengkak akan terjadi suatu
kondisi yang disebut pleurisy dan terasa sangat nyeri karena membran pleural saling bergesekan
satu sama lain ketika bernapas.

D. Toraks

Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri bagian tengah yang disebut
mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum yang secara sempurna
memisahkannya dari rongga pleura kanan dimana terletak paru kanan dan dari rongga pleura kiri
yang merupakan tempat dari paru kiri. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang tidak
terletak di dalam mediastinum adalah paru-paru. Toraks mempunyai peranan penting dalam
pernapasan karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya ke tulang belakang,
toraks menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan.
Bahkan perubahan yang lebih besar lagi terjadi ketika diafragma berkontraksi dan relaksasi. Saat
diafragma berkontraksi, diafragma akan mendatar keluar dan dengan demikian menarik dasar
rongga toraks kea rah bawah sehingga memperbesar volume toraks. Ketika diafragma rileks,
diafragma kembali ke bentuk awalnya yang seperti kubah sehingga memperkecil volume rongga

7
toraks. Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi
dan ekspirasi.

Mekanisme Pernafasan

Pernafasan menggunakan dua proses yaitu pernafasan luar (eksterna) yang merupakan
penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan serta dalam pernafasan dalam
(interna) yang merupakan penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel. Fungsi utama
sistem respirasi ialah untuk memberikam tubuh dengan oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida. Diperlukan 4 proses untuk proses respirasi itu sendiri, yaitu:

1.Ventilasi pulmonal – pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru sehingga tersedia gas
yang terus menerus ditukar. Biasanya disebut bernafas.

2.Respirasi eksternal – pergerakan oksigen dari paru ke darah dan CO₂ dari darah ke paru-paru.

3.Transport gas – pengangkutan O₂ dari paru ke jaringan tubuh dan pengangkutan CO₂ dari
jaringan tubuh ke paru-paru. Itu dilakukan dengan menggunakan darah sebagai cairan
transportasi.

4.Respirasi internal – pergerakan O₂ dari darah ke jaringan tubuh dan CO₂ dari jaringan tubuh ke
darah.

Pernapasan secara normal berada di bawah control tidak sadar. Walaupun tingkat
pernapasan dapat diubah, seseorang tidak menyadari pernafasannya pada sebagian besar waktu
kecuali ia menderita asma atau emphysema. Kontrol psikologis pada pernapasan tergantung pada
banyak factor, tetapi pH pada pusat respirasi dalam otak mengusahakan control mendasar.

Pertukaran Gas

Udara atmosfer, pada tekanan 760 mmHg di hari yang hangat, terdiri dari 21% Oksigen,
79% Nitrogen, 0,04% Karbon Dioksida, dan berbagai gas mulia.

Sifat dan konsep tekanan gas parsial gas

Dalam campuran gas, setiap gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan
presentasinya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hokum Dalton).

Tekanan ini disebut tekanan (tegangan) parsial gas dalam suatu campuran dan
dilambangkan dengan symbol P di depan lambing kimia gas serta dinyatakan dalam millimeter
air raksa (mmHg).

Tekanan parsial Oksigen (PO2) dalam atmosfer :

8
21/100 x 760 mmHg = 160 mmHg

Tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) dalam atmosfer :

0,04/100 x 760mmHg = 0,3 mmHg PCO2

Solubilitas gas dalam air bervariasi sesuai tekanan dan temperaturnya. Solubilitas
meningkat setara dengan peningkatan tekanan parsial dan menurun sesuai dengan peningkatan
temperature (hokum Henry).

Volume gas berbanding terbalik dengan tekannan gas (hokum Boyle). Jika tekanan
meningkat, molekul-molekul gas terkompresi dan volume berkurang.

Membran respirasi merupakan tempat berlangsungnya pertukaran gas, terdiri dari lapisan
surfaktan, epitelium skuamosa sipel pada dinding alveolar, membrane dasar padda dinding
alveolar, ruang interstitial yang mengandung serabut jaringan ikat dan cairan jaringan, membrane
dasar kapilar, dan endothelium kapilar. Molekul gas harus melewati keenam lapisan ini melalui
proses difusi.

O2 dan CO2 meenurunkan gradient tekanan parsialnya saat melewati membrane


respiratorik.

Molekul gas berdifusi dari area bertekanan parsial tinggi ke area bertekanan lebih rendah
terlepas dari konsentrasi gas lain dalam larutan, dengan demikian kecepatan difusi gas
menembus membrane ditentukan oleh tekanan parsialnya.

PO2 dalam udara alveolar adalah 100 mmHg, sementara PO2 pada darah terdeoksigenasi
dalam kapiler pulmoner di sekitar alveoli adalah 40 mmHg. Dengan demikian, O2 berdifusi dari
udara alveolar menembus membrane respiratorik menuju kapiler paru.

PCO2 dalam udara alveolar adalah 40mmHg dan PCO2 dalam kapilar di sekitarnya
adalah 45 mmHg. Dengan demikian , CO2 berdifusi dari kapiler ke alveoli.

Faktor yang mempengaruhi difusi gas selain gradient tekanan parsialnya, Antara lain :

1. Ketebalan membrane respirasi. Penyebab apapun yang dapat meningkatkan ketebalan


membrane, seperti edema dalam ruang intertisial atau infiltrasi fibrosa paru-paru akibat penyakit
pulmonar dapat mengurangi difusi.

2. Area permukaan membran respirasi. Pada penyakit seperti emfisema, sebagian besar
permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang dan pertukaran gas mengalami
gangguan berat.

3. Solubilitas gas dalam membrane respirasi. Solubilitas CO2 20 kali lebih besar dari O2. Dengan
demikian, CO2 berdifusi melalui membrane 20 kali lebiih cepat dari O2

9
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernapasan

1. Usia

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk
dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk
oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

2. Suhu

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada
lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen.

3. Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada
tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4.Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler
kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

5.Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6.Ketinggian

Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga
makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah

10
ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.

7.Polusi udara

Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas menjadi
lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang dihisap
menurun, kita pun menjadi lemas.

Daftar Pustaka

1. Asih NGY, Effendy C. Sistem pernapasan. Jakarta: EGC; 2002.


2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.
3. Moore LK. Agur RMA. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Hipokrates.2002
4. Gunardi S. Anatomi Sitem Pernapasan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia.
2007
5. Cameron.Skofronick.Grant. Fisika Tubuh manusia. Diterjemahkan : Sardy L.
Jakarta : CV Sagung Seto.2006
6. Sherwood. Introduction to Human Physiology. 8th Ed.

11
12

Anda mungkin juga menyukai