Anda di halaman 1dari 2

Wilyam Sentosa

6670180138

Ilmu Pemerintahan (3C)

Analisis Kebijakan Publik Memakai Prinsip Metodologis

Dalam pembuatan kebijakan public yang memiliki muatan beretika politik atau tidak bisa
diukur melalui tiga prinsip yaitu prinsip kehati-hatian (principle of prudence), prinsip tata kelola
(principle of governance), dan prinsip pilihan rasional (principle of rational choice). Contoh
rancangan kebijakan public yang akan saya bahas adalah tentang RUU pertanahan yang akan
kemarin sempat ramai kemarin di bahas oleh para anggota DPR.

Dalam RUU petanahan terdapat pasal yang bisa sangat merugikan rakyat. Yaitu contohnya
pasal pasal 91 yang isinya sebagai berikut : “Setiap orang yang menghalangi petugas dan/atau
aparatur penegak hukum yang melaksanakan tugas pada bidang tanah miliknya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) huruf c atau orang suruhannya, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah).".Dari draft RUU tentang Pertanahan itu menyebut orang yang menghalangi petugas saat
menggusur bisa dipidana.

Jika dilihat dari prinsip kehati-hatian (principle of prudence) dimana prinsip ini secara
kritis tentang latar belakang “pemihakan” dari sebuah tindakan ataupun kebijakan dari para
pemegang kunci kekuasaan. Pasal 91 RUU pertanahan ini mungkin dibuat oleh elit-elit yang
berkuasa dan saya rasa pasal ini memiliki keberpihakan pada elit yang berkuasa dimana para elit
yang berkuasa bisa saja mempidana rakyat jelata dan merampas tanah mereka, karena sifat pasal
tersebut bisa dikatakan bersifat ‘karet’ tentu saja dengan pasal ini mereka bisa mendapat
keuntungan dengan merampas tanah rakyat.

Bisa dilihat di pasal 46 ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut :


(8) Masyarakat berhak mendapatkan informasi publik mengenai data Pertanahan kecuali
informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika di
lihat dari prinsip tatakelola (principle of governace) yang dimana pengukuran terhadap standar
yang digunakan dalam menentukan suatu tindakan ataupun kebijakan. Kesadaran akan pentingnya
akuntabilitas, transparansi, dan solidaritas, secara otomatis akan melahirkan suatu keputusan yang
lebih etis. Lalu pasal ini menunjukkan tidak adanya transparansi karena informasi mengenai data
pertanahan tersebut dapat dirahasiakan termasuk nama dari pemilik dari HGU tersebut. Ini
membuktikan bahwa dimana masyarakat tidak mendapat transparansi informasi yang seharusnya
bisa didapatkan dari pemerintah.

Lalu jika dilihat dari prinsip yang ketiga yaitu prinsip pilihan rasional (principle of rational
choice) yang dimana berati para pembuat kebijakan public harus menimbang manfaat dan biaya
dari sebuah kebijakan. Manfaat dan kebijakan public tersebut harus memiliki manffat dan memiliki
keuntungan yang sangat tinggi bagi masyarakat kita. Jika dilihat dari prinsip ini, kedua pasal dari
RUU pertanahan diatas yang sudah saya jelaskan baik pasal 91 RUU dan pasal 46 ayat 8 tersebut
tidak memiliki benefit yang tinggi bagi masyarakat, karena saya melihat RUU atau kebijakan
public ini cenderung memihak pada para elit yang berkuasa dan memiliki kepentingan.

Jika mengacu pada ketiga prinsip diatas maka RUU pertanahan ini bisa di bilang sangat
tidak dibutuhkan oleh rakyat dan cenderung sangat merugikan dimana kita bisa di kriminalisasi
karena mempertahankan lahan dan tempat tinggal kita dan kita juga tidak bisa mendapatkan
transparansi informasi. Kebijakan atau RUU ini menurut saya sangat tidak memiliki muatan etika
politik sama sekali karena bisa menguntungkan para elit yang berkuasa dan sangat-sangat
merugikan rakyat kecil.

Refrensi :

Permana, Rakhmad Hidayatulloh. 2019. Pasal-pasal Kontroversial dalam RUU Pertanahan.


https://news.detik.com/berita/d-4717584/pasal-pasal-kontroversial-dalam-ruu-pertanahan/3. (Diakses
pada, 4 Oktober 2019).

Anda mungkin juga menyukai