Anda di halaman 1dari 4

Populasi adalah sekumpulan individu yang hidup bersama menempati suatu wilayah pada waktu

tertentu. Hal ini sesuai Campbell, et al (2008), populasi adalah sekelompok individu dari satu spesies
yang hidup di daerah umum yang sama. Anggota – anggota populasi mengandalkan sumber daya yang
sama, dipengaruhi faktor – faktor lingkungan yang serupa, serta berkemungkinan berinteraksi dan
berbiak dengan satu sama lain.

Ciri Umum Kodok Buduk

Panjang tubuh bisa mencapai 8,5 cm. Moncongnya runcing dan tekstur kulit yang relatif berkerut dengan
bintil-bintil di bagian atas tubuh. Wana kodok ini bisa coklat kusam, coklat kehitaman, atau coklat
kemerahan.

PALATABILITAS BUFO MELANOSTICTUS TERHADAP BEBERAPA MACAM MAKANAN ALAMI DAN


POTENSINYA DALAM MENGENDALIKAN POPULASI SERANGGA

SKRIPSI

Lilis Astri KArtiningtyas

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006

Kodok buduk merupakan salah satu jenis amfibi dari Famili Bufonidae. Bufonidae merupakan jenis kodok
sejati dengan ciri-ciri ukuran tubuh yang besar, permukaan kulit yang kasar serta terdapat benjolan-
benjolan hitam yang tersebar di hampir seluruh bagian tubuh. Kodok buduk memiliki ciri-ciri moncong
yang runcing, alur supraorbital yang bersambung dengan alur supratimpanik dan tidak memiliki alur
parietal, kelenjar paratoid yang berbentuk elips, jari tangan dan jari kaki tumpul, jari kaki terdapat
selaput yang melebihi setengah jari, terdapat juga bintil metatarsal yang bagian luarnya lebih kecil dari
bagian dalamnya, memiliki ukuran sedang hingga besar dengan panjang mulai dari ujung moncong
sampai dubur melebihi 80 mm (Kusrini 2013). Duttaphrynus melanostictus merupakan jenis kodok yang
sangat umum ditemukan. Habitat kodok buduk yaitu dataran rendah yang terganggu, lahan pertanian,
pemukiman hingga wilayah perkotaan. Jenis ini biasa ditemukan di atas tanah (Terestrial) atau
bersembunyi di bawah penutup tanah seperti batu, serasah, dan pohon tumbang.

Kusrini MD. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi amfibi Jawa Barat. Bogor (ID): Pustaka Media
Konservasi
Spesies ini memiliki postur tubuh gembung, ukuran tubuh sedang, corak warna gelap, pada jantan
terdapat corak kemerahan di kulit leher, kulit kasar berbintil, kepala berbentuk segitiga, moncong
pendek, mata besar menonjol, memiliki pematang dikepala mulai dari preorbital, supraorbital,
postorbital hingga supra-tympanum , memiliki kelenjar paratoid lonjong. Tungkai relatif pendek yang
berfungsi untuk pergerakan hoping, memiliki nuptial pad dan discus, serta terdapat web di tungkai
belakang setengah bagian.

Habitat: banyak ditemukan di daerah pemukiman warga (disturbed area).

Keanekaragaman jenis katak dan kodok ordo anura di sepanjang Sungai Opak Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Donan Satria Yudha, Rury eprilurahman, Trijoko, Muhammad Faisal Alawi, Asmaa' Anugerah Tarekat.

Jurnal Biologi, 18(2): 52-59

2014.

Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung
seluruh individu (sensus), namun karena berbagai keterbatasan seperti situasi alam, lokasi penelitian dan
waktu menyebabkan hal ini tidak dilakukan. Statistika mengembangkan sebuah metode dalam
mengestimasi populasi hewan pada populasi tertutup, yaitu metode Capture Mark Release Recapture
(CMRR). Metode Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu metode estimasi populasi yang
dilakukan dengan cara menangkap, menandai, melepaskan, dan menangkap kembali sampel sebagai
metode pengamatan populasi. Teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR) terdiri dari 3 metode,
yaitu metode Licoln-Petersen, metode Schnabel dan metode Schumacher-Eschmeyer. Metode yang
paling sederhana dalam Capture Mark Release Recapture (CMRR) adalah metode Licoln-Petersen.
Metode Licoln-Petersen merupakan metode yang dilakukan dengan satu kali penandaan (marking) dan
satu kali penangkapan ulang (recapture).

PENERAPAN METODE SCHNABEL DALAM MENGESTIMASI JUMLAH ANGGOTA POPULASI TERTUTUP

(Studi Kasus Perhitungan Populasi Ikan Mola-mola)

Gina Safitri, Dadan Dasari, Fitriani Agustina

Eureka Matika, 4(1): 75-91 (2016)

Metode ini sangat penting dalam ekologi hewan sebab tidak hanya perkiraan kerapatan yang diperoleh
tetapi perkiraan laju kelahiran dan laju kematian populasi yang dikaji juga diketahui.syarat berlakunya
metode CMRR yaitu : Pergantian antar individu rendah (tidak mudah mati, tidak mudah besar, tidak
mudah berkembang biak). Metode ini mengasumsikan bahwa populasi tertutup (tidak ada imigrasi,
emigrasi, kelahiran atau kematian antara pemberian tanda dan penangkapan kembali). Metode ini juga
mengasumsikan semua anggota populasi sama-sama mungkin ditandai dan ditang-kap kembali, dan
hewan ditandai secara acak didis-tribusikan dalam populasi hingga saat penangkapan kembali
(McFarlane, 2003).

Southwood (1971) dalam Adisendjaja et.al (2001) menyebutkan dalam pelaksanaan metode ini perlu
diasumsikan bahwa:

1. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh dan tidak mudah hilang.

2. Hewan yang tercampur secara homogen dalam populasi.

3. Populasi harus dapat sistem tertutup (tidak ada emigrasi atau imigrasi dapat dihitung).

4. Tidak ada kelahiran dan kematian dalam periode sampling.

5. Hewan yang tertangkap sekali atau lebih, tidak akan mempengaruhi penangkapan selanjutnya.

6. Populasi dicuplik secara random dengan asumsi:

a. Semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap secara proporsional.

b. Semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk tertangkap (probabilitas tertangkapnya
hewan yang ditandai sama untuk setiap anggota populasi atau “equal catchability”.

7. Sampling dilakukan dengan internval waktu yang tetap termasuk penangannnya tidak terlalu lama.

8. Hewan yang ditandai mempunyai probabilitas kesintasan.

Merckx, et al (2010), menyatakan bahwa syarat digunakannya metode CMMR untuk menganalisis
kepadatan populasi adalah populasi tersebut harus berada dalam wilayah yang luas, sehingga tidak
terbatas pada wilaya tertentu.

Abadi, Fitsum., Andre Botha., Res Altwegg. (2012). Revisiting the Effect of Capture Heterogeneity on
Survival Estimates in Capture-Mark-Recapture Studies: Does It Matter?. PLoS ONE 8(4): e62636

Abadi, Fitsum., Olivier Gimenez., Raphae¨ L Arlettaz., And Michael Schaub. (2010). An Assessment of
Integrated Population Models: Bias, Accuracy, and Violation of The Assumption of
Independence. Ecology 91 (1) : 7–14
Buchanan, Rebecca A., John R. Skalski. (2010). Using Multistate Mark-Recapture Methods to Model Adult
Salmonid Migration in an Industrialized River. Ecological Modelling 221 : 582–589

Odum, Howard, T, 1992. Ekologi Sistem. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Merckxa, Thomas., Ruth E. Febera., Claire Mclaughlana., Nigel A.D. Bournb., Mark S. Parsonsb, Martin C.
Townsenda, Philip Riordana, David W. Macdonald. (2010). Shelter Benefits Less Mobile Moth Species:
The Field-Scale Effect of Hedgerow Trees. Agriculture, Ecosystems and Environment xxx : xxx–xxx

Sudarsono. (1978). Analisa Statistika. Jakarta : Aneka Cipta.

Soetjipta. (1992). Dasar-dasar Ekologi Hewan. Jakarta : DeptDikBud DIKTI.

Suin, N. M. (1989). Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM Press.

Sukarjo. (1989). Biostatistika. Yogyakarta : UGM Press.

Southwood. (1971). Ecologycal Methods with Particular reference to Study of Insect Population.
Chapman and Hall. London

Anda mungkin juga menyukai