B. Fermentasi MSG
Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan
bahan baku dan bahan pembantu, fermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta
pengeringan dan pengayakan.
1. Persiapan bahan baku dan bahan pembantu
Dalam pembuatan MSG digunakan bahan baku berupa tetes tebu (cane
molasses), sebagai sumber karbohidrat. Tetes tebu diolah terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan Ca dengan menambahkan H2SO4. Setelah itu tetes
disterilisasi dengan menggunakan uap panas bersuhu maksimum 120oC selama 10
hingga 20 menit dan siap di fermentasi dalam tabung yang juga disterilisasi.
Selain cane molasses untuk bahan baku fermentasi MSG, digunakan juga
tepung tapioca yang merupakan pati dan raw sugar. Dextrouse (glukosa) ini dibuat
dari tepung tapioca (polisakarida). Polisakarida harus dihidrolisis oleh enzim-enzim
yang spesifik sehingga akan terbentuk monosakarida. Proses pemecahan tersebut
dilakukan pada proses SOD (Solution of dextrouse). Secara umum SOD terdiri dari
3 tahap, yaitu:
a. Tahap Preparasi; pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku yaitu
tepung tapioca ditambah dengan air, serta melakukan perlakuan
pendahuluan dengan mengatur komposisi larutan antara tepung tapioca, hot
water (HW) dan Process Water (PW) sehingga didapat suhu sekitar 480C.
b. Tahap Liquifikasi; tahap ini digunakan enzim amylase (liquozyme) untuk
memecah ikatan α-1,4 glikosidik. Enzim ini memecah pati menjadi maltosa,
maltotriosa, dekstrin dan sebagian kecil menjadi glukosa.
c. Sakarifikasi; .Untuk raw sugar sendiri atau yang lebih dikenal dengan gula
setengah jadi juga merupakan bahan baku dalam pembuatan MSG dan
merupakan hasil antara dari pabrik gula. pada tahap ini digunakan enzim
glukoamilase (dextrozyme) dengan merk dagang enzim AMG. Enzim ini
mampu memecah disakarida menjadi monosakarida.
2. Fermentasi
Proses pembuatan monosodium glutamat dari molasses dengan
menggunakan metode fermentasi menggunakan fermentor batch pada suhu 35°C
dan tekanan atmosferis. Kandungan sukrosa dalam molasses dikonversi terlebih
dahulu hingga terbentuk glukosa. Selanjutnya dilakukan proses fermentasi dengan
menggunakan bakteri Micrococcus glutamicu. Hasil dari fermentasi adalah asam
glutamat dalam bentuk cair yang masih tercampur dengan sisa fermentasi.
Persamaan sebagai berikut :
ASAM CUKA
Asam cuka dan Mikroba dalam Fermentasi Asam Cuka
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2, Asam asetat merupakan
nama trivial atau IUPAC dari asam cuka. Rumus ini sering ditulis dalam bentuk
CH3COOH. Asam cuka merupakan hasil olahan makanan melalui fermentasi.
Fermentasi glukosa secara anaerob menggunakan khamir Saccharomyces cerevicae
menghasilkan etanol. Fermentasi etanol secara aerob menggunakan bakteri
Acetobacter aceti menghasilkan asam cuka. Fermentasi asam cuka merupakan satu
contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi asam cuka
dapat diperoleh dari hasil oksidasi cairan yang mengandung alkohol oleh bakteri-
bakteri tertentu. Fermentasi ini biasanya dilakukan oleh bakteri asam cuka
(Acetobacter) dengan substrat etanol. Asam cuka dapat diperoleh dari semua bahan
yang dapat difermentasikan menjadi alkohol yaitu, cairan buah, madu, sirup, melase
dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi fermentasi asam asetat adalah pH,
suhu, kecepatan aerasi, konsentrasi inokulum dan konsentrasi etanol.
Mikrobia yang digunakan dalam proses pembuatan fermentasi asam cuka
ada 2 macam, yaitu khamir dan bakteri dari genus Acetobacter. Acetobacter
membutuhkan khamir untuk memproduksi zat yang akan dioksidasi lebih lanjut.
Khamir yang terlibat dalam proses fermentasi biasanya adalah Saccharomyces sp.
yang mampu mengubah glukosa menjadi etil alkohol dan gas CO2. Alkohol yang
dihasilkan akan dioksidasi lebih lanjut oleh Acetobacter menjadi asam cuka.
Bakteri yang berperan dalam proses fermentasi asam cuka adalah: Acetobacter
aceti untuk Fermentasi aerob dan Clostridium thermocetium untuk fermentasi
anaerob.
Fermentasi Asam Cuka
Jenis fermentasi yang digunakan dalam proses pembuatan fermentasi asam cuka
ada 2 macam yaitu :
Fermentasi Glukosa menjadi Etanol
Fermentasi dapat diartikan sebagai deasimilasi anaerobik senyawa-senyawa
organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Fermentasi juga
merupakan suatu proses penguraian gula menjadi etanol (C2H5OH) dan
karbondioksida (CO2) yang disebabkan oleh aktivitas sel-sel S. cerevisiae secara
anaerob. Fermentasi gula menjadi etanol diperlukan serangkaian proses yang
dilakukan sehingga menghasilkan etanol dengan mutu tinggi. tahapan dalam
fermentasi glukosa menjadi etanol yaitu:
Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku fermentasi glukosa menjadi etanol yang dapat difermentasi
adalah bahan baku yang mengandung glukosa, sehingga dapat dihidrolisis menjadi
glukosa. Bahan baku tersebut seperti: gula (sukrosa), bahan berpati, dan bahan
berselulosa. Hidrolisis bertujuan untuk menghasilkan monomer-monomer glukosa
dari selulosa maupun hemiselulosa. Hidrolisis dapat dilakukan dengan bantuan
asam (misalnya H2SO4 dan HCl) atau Enzim pada temperatur, pH, dan waktu
tertentu. Larutan asam yang digunakan dalam proses hidrolisis adalah larutan asam
kuat. Larutan asam kuat tersebut yaitu asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida
(HCl), untuk mempercepat proses hidrolisis ditambahkan katalisator, katalisator
yang digunakan adalah asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4)
Proses Fermentasi Glukosa Menjadi Etanol
Hasil dari fermentasi glukosa menjadi etanol secara anaerob menurut mempunyai
persamaan sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya fermentasi glukosa menjadi
etanol.
Jumlah S. Cerevisiae, Jumlah S. cerevisiae yang ditambahkan berkisar 3-10% dari
volume medium fermentasi.
Nutrisi, Semua mikroorganisme membutuhkan energi untuk aktivitas
metabolismenya. Energi yang dibutuhkan untuk metabolisme berasal dari nutrisi
yang ada pada media. Nutrisi yang dibutuhkan adalah: karbon (C), nitrogen (N),
fosfor (P), mineral, dan vitamin.
pH, Proses fermentasi glukosa menjadi etanol dapat berjalan dengan baik pada pH
antara 4,8-5,0. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan
yang bersifat asam.
Suhu, Suhu optimal yang diperlukan untuk fermentasi S. cerevisiae yaitu suhu
antara 28o- 30oC dan suhu maksimal 35o- 47oC.
Udara Fermentasi glukosa menjadi etanol yang dilakukan oleh S. Cerevisiae
berlangsung secara anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen.
Waktu Fermentasi, Waktu fermentasi yang diperlukan S. cerevisiae untuk
mengubah glukosa menjadi etanol antara 3-14 hari.
Pemurnian
Proses pemurnian merupakan proses pemisahan etanol dari air yang
dihasilkan dari proses fermentasi untuk mendapatkan etanol dengan konsentrasi
yang tinggi. Pemurnian etanol menggunakan proses destilasi. Destilasi adalah
proses pemisahan dua atau lebih cairan dalam larutan dengan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Titik didih air 100oC sedangkan titik didih etanol 78o.
cuka yaitu :
Jumlah A. Aceti, Jumlah A. aceti yang digunakan dalam proses fermentasi ini
berkisar antara 5-15% dari jumlah media fermentasi.
pH, Proses fermentasi etanol menjadi asam cuka dapat berjalan dengan baik pada
pH optimal antara 5,4-6,3.
Suhu, Suhu pertumbuhan A. aceti berkisar antara 5o-42oC dan suhu optimal
berkisar antara 25o-30oC.
Udara, Fermentasi untuk menghasilkan asam cuka berlangsung secara aerob
obligatif yaitu menggunakan oksigen untuk pertumbuhan A. aceti.
Nutrisi, Nutrisi pada media fermentasi adalah zat-zat yang mengandung fosfor dan
nitrogen seperti: super phosphat, amonium sulfat, amonium phosphat, urea, dan
magnesium sulfat. A. aceti membutuhkan unsur C, H, O, N, dan P dalam jumlah
besar.