ID Konsep Sakinah Mawaddah Dan Rahmah Dalam PDF
ID Konsep Sakinah Mawaddah Dan Rahmah Dalam PDF
Abstrak
One of the purposes of marriage is to create a sakinah (tranquil), mawaddah
(affectionate) and rahmah (merciful) life among a husband, a wife and their
children. The sakinah, mawaddah and rahmah’s life, however, does not come in
handy with the marriage. It must be striven by both men and wives during their
marriage. What does the Qur’an say about the concept of sakinah, mawaddah, and
rahmah? This article elaborates on these concepts as enshrined in al-Rum : 21 as
per the interpretation and translation of the Ministry of Religious Affairs. The
Ministry’s interpretation and translation of the verse is necessary to be analysed
given its wide use by Muslims in Indonesia. This article finds that the Ministry’s
interpretation is not much different from the interpretation put forward by other
Qur’anic commentators; it even makes reference to various opinions of the
scholars.
A. Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai kitab suci, diyakini oleh muslim tentang keabadian,
keuniversalan serta kebenarannya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir yang
dipedomani umat Islam hingga akhir masa. 1 Al-Qur’an adalah sumber utama
ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar
memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas),
serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara
sempurna (kaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
konsisten.2
Di antara persoalan yang terkait dengan hablum min an-nas yang dibahas
dalam al-Qur’an adalah pernikahan. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) di
Indonesia yang tertuang dalam undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian
dan tujuan perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu bab 1 pasal 1 menetapkan
bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”3 Pernikahan
Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, IAIN Samarinda.
1
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi “Mengungkap Pesan al-Qur’an Tentang Pendidikan”,
(Yogyakarta: TERAS, 2008), 1.
2
Said Agil Al-munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press, 2005), 3.
3
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), 47-48.
54 Mazahib, Vol. XIV, No. 1 (Juni 2015)
merupakan suatu ikatan perjanjian antara dua insan laki-laki dan perempuan
dengan syarat-syarat adanya ijab Kabul, dua saksi, mahar dan wali nikah.
Menikah merupakan perintah agama dan rasul yang patut untuk dipatuhi dan
diteladani, karena sangat banyak hikmah dan manfaat yang dapat dipetik dari
sebuah pernikahan.4
Manusia diciptakan Allah berpasang-pasangan agar dapat saling
menyayangi, saling menerima dan memberi antara satu dengan yang lainnya,
untuk memperoleh ketentraman jiwa dalam rangka menunjang penghambaan
kepada Allah SWT. Melaksanakan pernikahan adalah melaksanakan perintah
agama dan sekaligus mengikuti jejak dan sunnah para rasul Allah. Karena itu, jika
seseorang sudah mencukupi persyaratan untuk menikah maka dia diperintahkan
untuk melaksanakannya, karena dengan menikah hidupnya akan lebih sempurna.5
Dalam pandangan al-Qur’an, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk
menciptakan sakinah, mawaddah, dan rahmah antara suami, istri dan anak-
anaknya.6 Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Rum: 21:
9
Arti Sakinah, Mawaddah, warahmah, Dalam http://www.sakinah.tv/2014/02/arti-
sakinah-mawadah-warahmah, Diaskes 28 Januari 2015.
10
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), Sambutan
Kepala Badan Litbang dan Diklat, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), xvii.
56 Mazahib, Vol. XIV, No. 1 (Juni 2015)
Qur’an dalam bahasa Indonesia. Tetapi bagi mereka yang hendak mempelajari al-
Qur’an secara lebih mendalam tidak cukup dengan sekedar terjemah, melainkan
juga diperlukan adanya tafsir al-Qur’an, dalam hal ini tafsir al-Qur’an dalam
bahasa Indonesia. Hal inilah yang melatarbeakangi untuk menghadirkan tafsir al-
Qur’an, sehingga Menteri Agama membentuk tim penyusunan al-Qur’an dan
Tafasirnya yang disebut Dewan Penyelenggara Penafsir al-Qur’an.11
Dewan Penyelenggara Pentafsir al-Qur´an ini diketuai oleh Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H.
dengan KMA No. 90 Tahun 1972, kemudian disempurnakan dengan KMA No. 8 tahun 1973
dengan ketua tim Prof. H. Bustami A. Gani dan selanjutnya disempurnakan dengan KMA
No. 30 Tahun 1980 dengan ketua tim Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML .Susunan tim
tafsir tersebut sebagai berikut:
1. Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML. (Ketua merangkap anggota)
2. K.H.syukri Ghazali (Wakil ketua merangkap anggota)
3. R.H.Hoesein Thoib (Sekretaris merangkap anggota)
4. Prof.H.Bustami A.gani (Anggota)
5. Prof.Dr.K.H.Muchtar Yahya (Anggota)
6. Drs.Kamal Muchtar (Anggota)
7. Prof.K.H.Anwar Musaddad (Anggota)
8. K.H.Sapari (Anggota)
9. Prof.K.H.Salim Fachri (Anggota)
10. K.H.Muchtar Lutfi El Anshari (Anggota)
11. Dr.J.S.Badudu (Anggota)
12. H.M.Amin Nasir (Anggota)
13. H.A.Aziz Darmawijaya (Anggota)
14. K.H.M.Nur Asjik,M.A (Anggota)
15. K.H.A.Razak (Anggota)12
Kehadiran tafsir al-Qur’an Departemen Agama pada awalnya tidak secara utuh dalam
30 juz, melainkan bertahap. Percetakan pertama kali dilakukan pada tahun 1975 secara bertahap
berupa jilid I yang memuat juz 1 sampai dengan juz 3, kemudian menyusul jilid-
jilid selanjutnya pada tahun berikutnya. Untuk pencetakan secara lengkap 30 juz baru
dilakukan pada tahun 1980 dengan format dan kualitas yang sederhana. Kemudian
pada penerbitan berikutnya secara bertahap dilakukan perbaikan atau
penyempurnaan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al
Qur´an dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Keagamaan. Perbaikan agak luas
pernah dilakukan pada tahun 1990, tetapi juga tidak mencakup perbaikan yang sifatnya
substansial, melainkan lebih banyak pada aspek kebahasaan. Selanjutnya, dalam
rangka upaya penyempurnaan tafsir al-Qur´an secara menyeluruh, Menteri Agama
RI dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 280 Tahun 2003 membentuk tim
penyempurna yang diketuai oleh Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad, MA dengan anggota terdiri
dari para cendikiawan dan ulama ahli al-Qur´an yang menjadi guru besar di berbagai perguruan
tinggi agama Islam di Indonesia, dengan terget setiap tahun dapat menyelesaikan 6 juz sehingga
diharapkan akan selesai seluruhnya pada tahun 2007.
11
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan): Sambutan
Kepala badan Litbang dan Diklat, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), xvii.
12
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…, xxi.
A.M. Ismatulloh, Konsep Sakinah 57
15
Delta Yaumin Nahri, Makna Jahl…..hlm.6-7.
A.M. Ismatulloh, Konsep Sakinah 59
Qur’an maupun dengan hadis/riwayat. Karena hampir disetiap ayat ditafsirkan dengan ayat
al-Qur´an lainnya. Sebagai contoh saat menafsirkan lafal ‘Shaytan’ didalam al-
Quran, 2:36 menafsirkan dengan al-Qur´an, 6:112. Dan saat menafsirkan ayat riba di dalam al-
Quran, 2:275 mencantumkan hadits-hadits terkait riba. Lebih jauh, sumber bi al-ma’tsur pada
kitab ini dilengkapi dengan pandangan ulama-ulama tafsir sebelumnya-meskipun
terhitung sedikit- dan diperkuat dengan kajian ayat-ayat kawniyah, yakni perspektif
dan penemuan ilmiah (IPTEK) secara sederhana sebagai refleksi kemajuan teknologi yang
sedang berlangsung saat ini dan juga untuk mengemukakan kepada beberapa kalangan saintis
bahwa al-Qur´an berjalan beriringan bahkan memacu kemajuan teknologi. Misalnya
saat menafsirkan al-Qur´an 2:172 dipaparkan tentang bahaya babi secara fakta
ilmiah. Metode penafsiran yang bersumber dari penggabungan tersebut lazim
dinamakan bi al-iqtiran (memadukan antara bi al- ma’tsur dan bi al- ra’y ). Dengan
corak penafsiran ‘Ilmiy.16
16
Delta Yaumin Nahri, Makna Jahl…, 8.
17
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat), (Bandung Mizan, 1994), 253.
18
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…, 253.
19
QS.30:21
baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah
?"
21
Sirajuddin Zar, Konsep Keluarga Dalam Agama Islam, dalam,
http://www.academia.edu, diakses 28 Januari 2015.
22
QS.An-Nisa:59
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
23
http://qultummedia.com/55-kabar-qultum/review/701-konsep-membangun-keluarga-
sakinah-dan-sejahtera, diakses 28 Januari 2015.
A.M. Ismatulloh, Konsep Sakinah 61
hidayah kepadanya. Karenanya dalam Islam wajar disebut baitî jannatî (rumah
ku adalah surgaku).24
24
Sirajuddin Zar, Konsep Keluarga…...
25
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid.7, 477.
26
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 481.
27
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid.7, 481.
28
Quraish Shihab, Keluarga Sakinah…, 4.
62 Mazahib, Vol. XIV, No. 1 (Juni 2015)
29
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 481.
30
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 478.
31
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 482.
32
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 482.
33
Quraish Shihab, Keluarga Sakinah…, 5-6.
34
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 482.
A.M. Ismatulloh, Konsep Sakinah 63
Artinya:
dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu,
bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas".(QS. Asy-
Syu’ara:166).
Ayat ini, menjelaskan bahwa Allah memberitahukan kepada kaum laki-laki bahwa
“tempat tertentu” itu ada pada perempuan dan dijadikan untuk laki-laki.35
Dalam QS.al-Rum ayat 21, Allah menetapkan ketentuan-ketentuan hidup
suami istri untuk mencapai kebahagiaan hidup, ketentraman jiwa, dan kerukunan
hidup berumah tangga. Apabila hal itu belum tercapai, mereka semestinya
mengadakan introspeksi terhadap diri mereka sendiri, meneliti apa yang belum
dapat mereka lakukan serta kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat.
Kemudian mereka menetapkan cara yang paling baik untuk berdamai dan
memenuhi kekurangan tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah,
sehingga tujuan perkawinan yang diharapkan itu tercapai, yaitu ketenangan, saling
mencintai, dan kasih sayang. 36
F. Penutup
35
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 482.
36
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…Jilid 7, 483.
64 Mazahib, Vol. XIV, No. 1 (Juni 2015)
yang berpendapat bahwa kata mawaddah adalah sebagai ganti dari kata “nikah”
(bersetubuh), sedangkan kata rahmah sebagai kata ganti “anak”. Ada yang
berpendapat bahwa mawaddah tertuju bagi anak muda, dan rahmah bagi orang
tua. Ada pula yang menafsirkan bahwa mawaddah ialah rasa kasih sayang yang
makin lama terasa makin kuat antara suami istri.
DAFTAR PUSTAKA