Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA AKHIR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Perkembangan Anak

pada Jurusan Psikologi Universitas Negeri Surabaya

Oleh :

Achmad Mochammad

16010664036

Nadhifah Elfitasari

16010664004

Salma Widya

16010664084

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PSIKOLOGI

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Perkembangan Kognitif Anak
Usia Akhir “ dapat diselesaikan dengan baik .

Penulisan makalah ini untuk memberikan penjelasan tentang Perkembangan Kognitif


Anak Usia Akhir.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna. Karena kami
yakin kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu kritik dan saran dari
pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini supaya bermanfaat di saat ini
dan kemudian hari. Atas perhatian kritik dan saran pembaca, penulis mengucapkan terima
kasih.

Surabaya, 30 Agustus 2016

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Hal
ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) bahwa kognitif adalah suatu proses
berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat
kecerdasan(intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali
ditujukan kepada ide-ide belajar.

Perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam


belajar karena sebagian aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah berpikir.
Menurut Ernawulan Syaodih dan Mubair Agustin (2008: 20) perkembangan kognitif
menyangkut perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja. Dalam
kehidupannya, mungkin saja anak dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menuntut
adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks
pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan anak perlu memiliki
kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
disimpulkan bahwa faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam
belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah
mengingat dan berpikir. Perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan
eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang
didapatkannya tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya. Perkembangan kognitif tidak
bisa dipisahkan dari perkembangan otak. Plastisitas otak yang cukup besar dan kualitas
lingkungan pembelajaran individu akan mempengaruhi perkembangan otak mereka.

Jean piaget membagi dalam beberapa tahap perkembangan kognitif, diantaranya :


Tahap sensorimotor (0-2 tahun), Tahap praoperasional (2-7 tahun), Tahap operasional
konkret (7-11 tahun), Tahap operasional formal (11-15 tahun sampai dewasa) . Akhir masa
kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia 7 tahun sampai masa matang secara
seksual. Bagi sebagian anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan anak.
Kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang. Sehingga anak susah diajak
berkerja sama dan hidup bersama. Itu merupakan dampak gangguan emosional yang didapat
dari masa perubahan dari kanak-kanak menuju ke masa dewasa.

Terlihat perubahan yang menonjol secara fisik di tahun pertama dan kedua. Hal ini
juga didapat mengakibatkan perubahan secara sikap, nilai, perilaku untuk memasuki masa
remaja. Akhir masa kanak-kanak ini dapat diketahui secara tepat. Tetapi, orang tidak dapat
mengetahui seacara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan secara seksual. Yaitu
kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan masa remaja tidak
selalu pada usia yang sama. Ini disebabkan perbedaan dalam kematangan sesual anak laki-
laki dan anak perempuan.
BAB II

ISI
1.1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget.

Menurut Jean piaget perkembangan kognitif anak usia akhir berlangsung pada umur
7-11 tahun. Anak pada umur ini akan mengalami tahap operasional konkret. Dimana pada
tahap operasional konkret anak dapat berfikir secara logis dan konkret. Operasi konkret
adalah tindakan yang diterapkan pada suatu objek yang kongkret dan nyata. Masa ini sering
disebut masa intelektual karena anak haus akan pengetahuan baru. Minat akan peristiwa yang
terjadi di sekitarnya sangat besar, dan anak berusaha menerangkan kejadian-kejadian tersebut
secara objektif dan rasional

Masa ini disebut kongkrit operasional karena anak membutuhkan objek yang jelas supaya
bisa berpikir secara logis. Sebagai contoh anak diperlihatkan dua bola yang terbuat dari tanah
liat, satu bola dipipihkan menjadi bentuk panjang dan tipis. Sementara bola lain dibiarkan
berbentuk bundar. Anak yang berusia 7-11 tahun atau yang berada dalam tahap operasional
konkret akan berfikir secara logis sehingga mereka menjawab ukuran dari tanah liat tersebut
sama. Anak tersebut harus membayangkan bahwa tanah liat yang panjang tersebut di bentuk
lagi menjadi bola. Imajinasi seperti ini membutuhkan cara kerja mental yang dapat dibalik
dan kemudian diterapkan pada objek konkret yang nyata. Menurut piaget, anak-anak dalam
tahapan operasi konkret berfikir induktif,yang artinya dimulai dengan melakukan observasi
yang berhubungan dengan binatang, objek maupun kejadian kemudian menarik kesimpulan.

Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat,


membaca, dan memecahkan suatu masalah. Anak yang sudah mencapai tahap operasional
konkret juga mampu melakukan seriasi, kemampuan menyusun berdasarkan dimensi
kuantitatif. Untuk dapat mengetahui anak mampu atau dapat melakukan seriasi, dapat
melakukan dengan cara memakai delapan potong batang dengan ukuran berbeda lalu
meletakkannya di meja secara acak, anak dengan pemikiran operasional konkret akan
mengerti secara bersamaan bahwa masing-masing batang tersebut harus saling berurutan dari
yang panjang ke yang lain.

1.2 Perkembangan Memori dan Daya Ingat Anak

Pada periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi,
memori jangka panjang tidak ada perubahan yang banyak dengan adanya keterbatasan –
keterbatasan. Sehingga untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan
strategi memori, yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan
memori. Matlin ( 1994) menyebutkan bahwa ada empat macam strategi memori yang
penting, yaitu:

Rehearsal (pengulangan), yaitu suatu strategi yang digunakan untuk meningkatkan memori
dengan cara mengulang berkali – kali informasi yang telah disampaikan.
Organization (organisasi), yaitu pengelompokan dan pengkategorian sesuatu sesuatu yang
digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama – nama
teman sekelasnay menurut susunan di mana mereka duduk di dalam satu kelas.

Imagery (perbandingan), yaitu membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik


pembayangan dari seseorang.

Retrieval (pemunculan kembali), yaitu proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari
tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan
kembali sebuah memori, mereka akan menggunakannya secara spontan.

Daya ingatnya anak pada tahap ini menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada
dalam suatu stadium belajar. Menurut Piaget, anak-anak pada masa konkrit operasional ini
telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan
sejumlah aspek yang berbeda secara serempak.Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah
mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu : negasi,
resiprokasi, dan identitas.

Negasi (negation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan
akhir dari deretan benda, yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya
keadaannya menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi di antaranya. Tetapi,
pada masa konkrit operasional, anak memahami proses apa yang terjadi di antara kegiatan itu
dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan benda-benda, anak bisa
melalui kegiatan mentalnya mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi
sehingga bisa menjawab bahwa jumlah benda-benda adalah tetap sama.

Hubungan timbal balik (resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-
benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi
tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal
balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka
anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama. Jadi pada
akhir anak-anak sudah mampu mengenal kekonkritan. Misalnya saja seperti contoh yang
sudah dijelaskan di atas.

Identitas. Anak pada masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda
yang ada pada deretan-deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda
dipindahkan, anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya akan tetap sama.

Setelah mampu mengkonservasi angka, maka anak bisa mengkonservasikan dimensi-dimensi


lain, seperti isi dan panjang. Kemampuan anak melakukan operasi-operasi mental dan
kognitif itu memungkinkannya mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan
tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, anak telah memiliki struktur
kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia
sendiri bertindak secara nyata. Hanya saja, apa yang dipirkan oleh anak masih terbatas pada
hal-hal yang berhubungannya dengan sesuatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik, benda-
benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak
ada hubungannya secara jelas ddan konkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak.
Jadi pada masa akhir anak-anak mampu berpikir konkrit maka ia peka terhadap sesuatu yang
ada di hadapannya.

1.3 Berkembangnya Kognitif Akhir Kanak – Kanak Berhubungan dengan Intelektual


sebagai Siswa

Aspek kognitif memiliki pengaruh paling besar pada hasil belajar anak. Kita ketahui bahwa
anak-anak pada masa akhir kanak-kanak adalah sekitar umur 7-11 tahun yang pada usia itu
adalah usia mereka bersekolah.

Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan mengingat berfikir dan persepsi.


Beberapa hal yang berkaitan dengan intelektual menurut “Gagne” adalah:

1. Persepsi ialah kemampuan mengadakan diskriminasi antara obyek-obyek berdasar


ciri-ciri fisik obyek yang satu dengan yang lain.

2. Konsep ialah kemampuan dalam mengadakan diskriminasi antara golongan –


golongan obyek sekaligus membuat generalisasi dengan mengelompokkan obyek – obyek
yang memiliki ciri satu atau lebih.

3. Kaidah adalah kemapuan yang menghubungkan beberapa konsep yang membentuk


satu pemahaman baru.

4. Prinsip ialah kemampuan menghubungkan beberapa kaidah sehingga membentuk


pemahaman yang lebih tinggi untuk membantu memecahkan masalah.

Hal – hal yang terjadi pada kanak – kanak akhir

Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari tujuh tahun sampai sebelas tahun sampai
dengan anak mengalami kematangan seksual yaitu sekitar tiga belas tahun bagi anak
perempuan dan empat belas tahun bagi anak laki-laki. Pertumbuhan fisik yang lambat pada
akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, imunisasi, sex, dan inteligensi.

Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat digolongkan kedalam empat
kelompok besar yaitu keterampilan menolong diri, keterampilan menolong sosial,
keterampilan sekolah, dan keterampilan bermain. Sampai dengan tingkat tertentu semua
keterampilan ini dipengaruhi oleh perkembangan pilihan penggunaan tangan.

Semua bidang dalam berbicara, ucapan, kosakata, dan struktur kalimat berkembang pesat
seperti halnya pengertian, namun isi pembicaraan cenderung merosot. Anak yang lebih besar
mengendalikan ungkapan-ugkapan emosi secara terbuka dan menggunakan katarsis emosi
untuk meredakan diri dari emosi-emosi yang terkekang sebagai akibat dari tekanan sosial
untuk mengendalikan emosinya.
Minat terhadap membaca makin bertambah, tetapi mengalami perubahan. Anak tidak tertarik
lagi pada cerita dongeng, tetapi menyenangi cerita yang lebih nyata, cerita petualangan
misalnya lima sekawan, dan sebagainya. Ini merupakan tanda rasa ingin tahu yang bersifat
intelektual dan kebutuhan yang lebih besar pada hal-hal yang lebih nyata. Makin
berkurangnya pengawasan orang tua dan dari pengalaman sehari-hari dari teman dan guru,
maka anak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan konsep diri (self consept) yang
realistik. Pembentukan konsep diri dibantu dengan adanya penilaian-penilaian dari orang tua,
guru, saudara-saudara dan teman-teman sebaya.

Pada tahap ini anak juga mampu berfikir kritis. Berkembangnya pemikiran kritis yaitu
pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran
agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi – informasi yang datang dari
berbagai sumber serta mampu berfikir secara reflektif dan evaluative.

Anak dalam tahap operasional konkret juga memiliki kreativitas yang berkembang. Dalam
tahap ini, anak – anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sekolah.

Perkembangan bahasa dalam tahap operasional konkret terlihat pada cara berfikir tentang
kata – kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang
lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.

Perkembangan psikosial pada tahap operasional konkret yaitu tak lepas dari perkembangan
moralnya. Sehingga anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang
dapat membuahkan hasil, hal itu yang menyebabkan dunia psikosial anak menjadi semakin
kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu
terbatas, yaitu pada saat anak berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar
untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling member dan menerima,
setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, proses sosialisasi
banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi mereka bukan lagi terhadap
orang tua, melainkan terhadap guru. Disamping itu, anak tak lagi bersifart egosentris. Mereka
telah mempunyai jiw kompetitif sehingga dapat memilih apa yang baik untuk dirinya, mampu
memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu
yang menarik baginya. Disamping itu, timbul pada diri mereka untuk lebih memahami diri
mereka masing – masing.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN :

Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Menurut Jean
piaget perkembangan kognitif anak usia akhir berlangsung pada umur 7-11 tahun. Anak pada
umur ini akan mengalami tahap operasional konkret. Dimana pada tahap operasional konkret
anak dapat berfikir secara logis dan konkret. Pada tahap ini anak memiliki kemampuan
mengingat yang sangat kuat. Memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik.
Tetapi memori jangka panjang anak tidak memngalami perubahan karena adanya
keterbatasan.

Berkembangnya kognitif akhir kanak – kanak berhubungan dengan intelektual sebagai siswa.
Aspek kognitif memiliki pengaruh paling besar pada proses belajar anak. Beberapa hal yang
berkaitan dengan intelektual :

1. Persepsi

2. Konsep

3. Kaidah

4. Prinsip
DAFTAR PUSTAKA

Olds Feldman, Papalia. Human development (Perkembangan Manusia). Jakarta :


Salemba Humanika, 2009

Santrock, John W. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga, 2007

file:///F:/PU/perkembangan/PERKEMBANGAN

file:///F:/PU/perkembangan/PEMBELAJARAN%20MATEMATIKA PERKEMBANGAN
KOGNITIF.html

Anda mungkin juga menyukai