OLEH:
NPM :183112540120594
Data Subjektif
A. Identistas
Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny.F
NO RM : -
Umur Bayi : 4 hari
Tgl/jam lahir : 24 Januari 2019 pkl 07.00 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 2850 gram
Panjang Badan : 48 cm
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. F
Nama Ayah : Tn. A
Umur Ibu : 23 tahun
Umur Ayah : 27 tahun
Agama Ibu : Islam
Agama Ayah : Islam
Pendidikan Ibu : SMP
Pendidikan Ayah : SMP
Pekerjaan Ibu : Tidak bekerja
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
B. Anamnesa
1. Riwayat penyakit kehamilan : Ibu dengan Diagnosa Eklamsia
2. Kebiasaan saat hamil
a. Makan : 3x sehari, porsi biasa menu : nasi beserta lauk pauknya
b. Minum : 6 - 8 gelas per hari
c. Obat-obatan : Mengkonsumsi obat-obatan dari bidan saja
d. Merokok : Tidak pernah
3. Riwayat persalinan sekarang
- Jenis persalian : Secio Cessaria
- Ditolong oleh : Dr. Novy Riyanti SPOG
- Tempat Persalinan: RSUD Dr.M. Haulussy Ambon
- Umur kehamilan : 37 minggu
- Komplikasi persalinan
Ibu : Tidak ada
Bayi : Tidak ada
- Keadaan bayi baru lahir : Tidak ada kelainan bayi langsung menangis.
Data Objektif
Keadaan umum : Sedang
Suhu : 37oC
Pernafasan : 48x / menit
Nadi : 125 x / menit
BB waktu lahir : 2850 gram
BB sekarang : 2750 gram
Warna kulit :
Terdapat warna kuning pada bagian kepala, leher, badan bagian atas dan bawah
Laboratorium :
Golongan darah ibu : (A)
Golongan darah ayah : (A)
Golongan darah bayi : Belum dilakukan pemeriksaan
Bilirubin total / indirek : 9,35%
Assesement
Dx . NCB SMK usia 4 hari dengan ikterus patologis derajat 2
Masalah : Orang tua merasa cemas akan keadaan bayinya yang tidak kunjung sembuh
setelah berobat ke dokter dan bayi di sinar dengan matahari pada pagi hari.
Kebutuhan : Memberikan penyuluhan agar orang tua tidak merasa cemas karena dapat
mengganggu ibu dari bayi karena masih dalam keadaar post partum.
Potensial : Kern ikterus (kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak).
Penatalaksanaan
S : Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu dan merasa bayinya lebih baik.
BB : 2850 gr
P :
Dalam Kasus ini Saya membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi Ny. F Neonatus dengan
ikterus neonatorum. Untuk mempermudah pembahasan tersebut, Saya membagi dalam 7 tahap,
yaitu : Pengkajian, interpretasi data, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi
kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan serta evalusi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori atau
menggunakan rumus kramer dengan tanda-tanda ikterus yang terdapat pada bayi Ny. F
diantaranya : kuning daerah leher dan kepala, serta kuning pada badan bagian atas, serta
didukung hasil laboratorium kadar bilirubin total 9,35 gr %.
2. Interpretasi Data
Pada tahap interpretasi dat penulis tidak menemukan kesenjangan antara data obyektif
bayi Ny. F dengan teori mengenai ikterus neonatorum.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tahap identifikasi diagnosa dan maslah potensial pasien atau bayi tersebut memerlukan
terapi lebih lanjut, yaitu program laboratorium, terapi penyinaran dengan menggunakan
blue light incubator serta infus guna mencegah kekurangan cairan atau nutnsi, serta
mencegah akan masalah potensial yang mungkin terjadi yaitu kern ikterus. Sehingga
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
4. Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera / kolaborasi
Pada tahap ini penulis tidak memerlukan kesenjangan antara teori dengan kasus dan
identifikasi kebutuhan segera, karena pasien tahu -bayi tersebut telah mendapatkan
tindakan yang sesuai dengan anjuran serta telah kolaborasi dengan dokter spesialis anak
dan program laboratorium.
5. Rencana Manajemen
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek karena
apa saja yang direncanakan di langkah ini sesuai dengan konsep asuhan kebidanan.
6. Pelaksanaan
Pada tahap ini menjelaskan tentang keadaan dan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga. Konseling tentang kebutuhan yang menyangkut kesehatan bayi dan ibunya.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan atau hambatan yang sangat berarti.
7. Evaluasi
Pada tahap ini menjelaskan tentang hasil perawatan selama kurang lebih 3 hari, keadaan
bayi semakin membaik diantaranya adalah kadar bilirubin bayi tersebut telah menurun
dimana hasil awal masuk ruang perinatologi yatiu 9,35 gr% sekarang menjuadi 8,35%.
Hal ini merupakan hasil yang sangat diharapkan baik dari pihak keluarga maupun pihak
rumah sakit dan diizinkan pulang. Sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dengan praktek.
Kesimpulan
pada fototerapi
Pengertian
Foto terapi yaitu pemberian lampu fluoresen (panjang gelombang 430-470 nm)
pada kulit bayi. Cahaya membantu ekskresi bilirubin dengan cara fotoisomerasi, yang
mengubah struktur bilirubin indirek dalam hati menjadi bentuk larut dalam air sehingga
dapat di ekskresikan dengan cepat ke dalam empedu tanpa harus dikonjugasi dahulu.
Fototerapi merupakan tindakan memberikan terapi melalui sinar yang menggunakan
lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk menghindari
turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu (Hidayat, 2008).
Landasan Teori
Fototerapi telah dilakukan selama hampir 40 tahun, namun masih ada hal yang
diperdebatkan tentang bukti bagaimana fototerapi paling efektif. Fototerapi dengan
menggunakan linen putih pada tempat tidur bayi dapat berfungsi yang berfungsi sebagai
pemantul sinar dapat meningkatkan intensitas sinar dan meningkatkan respon penurunan
konsentrasi bilirubin serum.
Hal ini dimodifikasi dan dilakukan berdasarkan penelitian Emil Azlin pada tahun
2009 bahwa fototerapi dengan menggunakan tirai putih pemantul sinar yang diletakkan di
sisi-sisi unit fototerapi akan meningkatkan intensitas sinar dan meningkatkan respon
penurunan konsentrasi bilirubin serum. Foto terapi terdiri atas pemberian lampu fluoresen
(panjang gelombang 430-470 nm) pada kulit bayi. Cahaya membantu ekskresi bilirubin
dengan cara fotoisomerasi, yang mengubah struktur bilirubin indirek dalam hati menjadi
bentuk larut dalam air sehingga dapat di ekskresikan dengan cepat ke dalam empedu
tanpa harus dikonjugasi dahulu (Sari Pediatri, 2011).
Tujuan
Tujuan fototerapi untuk membatasi peningkatan bilirubin serum dan mencegah
penumpukan bilirubin di jaringan otak yang dapat menyebabkan komplikasi neurologis
yang dikenal sebagai kernicterus.
Manfaat
Manfaat Penggunaan linen putih sebagai pemantul sinar dapat meningkatkan intensitas
sinar fototerapi sehingga dapat meningkatkan efektifitas fototerapi, selain itu dapat
menghemat biaya dan memperpendek masa rawat.
Metodologi Penilaian fisik terhadap bayi kurang bulan atau bayi cukup bulan yang
menderita ikterus pada minggu pertama kehidupan.
Persiapan
1. Lampu / neon fototerapi sebanyak 8-10 buah yang disusun secara paralel masing-
masing 20 watt.
2. Tempat tidur bayi (incubator).
3. Linen putih untuk pengalas tempat tidur.
4. Penutup mata yang tidak tembus sinar.
5. Plester dan gunting.
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada orang tua bayi
3. Atur posisi bayi dalam keadaan tidak berpakaian
4. Tutup mata dengan penutup yang tidak tembus sinar dan lakukan fiksasi dengan
plester agar tidak bergeser atau berubah posisi
5. Atur lampu sinar dengan jarak kurang lebih 40 cm
6. Lakukan secara terus menerus selama 24 jam dan istirahat 12 jam kemudian
lanjutkan kembali.
7. Atur posisi bayi tiap 6 jam : telentang, miring ke kanan, telungkup dan miring ke
kiri
8. Lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam.
9. Lakukan observasi dan atat lamanya terapi sinar.
10. Catat kondisi perkembangan bayi.
11. Berikan Air Susu Ibu yang cukup. pada saat memberikan ASI, bayi dikeluarkan
dari tempat terapi dan dipangku (posisi menyusui), penutup mata dibuka serta
diobservasi ada tidaknya iritasi.
12. Cuci tangan.
Pengertian
Pemeriksaan Kramer adalah suatu pemeriksaan (tindakan atau cara) dalam menilai /
menentukan derajat ikterus yang merupakan risiko terjadinya kern icterus.
Landasan Teori
Hiperbilirubinemia memiliki persentase yang kecil sebagai penyebab kematian
neonatal namun mempunyai komplikasi yang dapat mengakibatkan gangguan
perkembangan neurologis atau kecatatan. Hiperbilirubinemia adalah akumulasi bilirubin
dalam darah yang berlebihan ditandai dengan adanya joundice atau ikterus, perubahan
warna kekuningan pada kulit, sklera dan kuku (Hockenberry & Wilson, 2009).
Hiperbilirubinemia dapat muncul dalam salah satu dari dua bentuk berikut ini :
hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi/ indirek atau terkonjugasi / direk. Tanda yang
paling mudah dilihat atau diidentifikasi dari kedua bentuk tersebut adalah kulit dan
selaput lendir menjadi kuning. Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat terlihat
nyata jika kadar bilirubin dalam darah lebih dari atau sama dengan 5 mg/dl (Indrasanto et
al, 2008). Peningkatan kadar bilirubin disertai oleh perkembangan ikterus pada kulit
secara cephalocaudal yang meluas mulai dari wajah, badan, kaki dan akhirnya ke telapak
tangan dan telapak kaki. Kadar bilirubin darah dapat diperkirakan secara klinis dengan
skala lima poin dari Kramer.
Tujuan
Pemeriksaan Kramer dilakukan untuk menilai kadar bilirubin didalam darah dan
menentukan derajat ikterus pada bayi baru lahir.
Manfaat
1. Menghilangkan/mengatasi penyebab.
2. Mencegah peningkatan kadar bilirubin lebih lanjut.
3. Menentukan asuhan keperawatan yang akan diberikan pada bayi dengan ikterus
neonatorum.
4. Merumuskan diagnosa keperawatan dan menentukan prioritas pada masalah bayi
dengan ikterus neonatorum.
5. Melaksanakan dan mengantisipasi masalah potensial / diagnosa lain pada bayi
dengan ikterus neonatorum.
6. Mengambil keputusan tindakan segera / kolaborasi pada bayi dengan ikterus
neonatorum.
7. Menyusun rencana keperawatan pada bayi dengan ikterus neonatorum
Metodologi
Pemeriksaan fisik pembagian zona tubuh untuk menilai kadar bilirubin didalam darah
dan menentukan derajat ikterus pada bayi baru lahir.
Persiapan
Pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa
terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan yang kurang.
Pelaksanaan
1. Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna dibawah
kulit dan jaringan subkutan.
2. Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning. Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari
pertama dan terlihat pada lengan , tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua,
maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar
secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk
memulai terapi sinar.
3. Membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian.
4. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan
angka rata-rata sesuai gambar di bawah ini :