Anda di halaman 1dari 20

WRAP UP SKENARIO 3

PENDAKI GUNUNG SUMBING

Disusun oleh :

KELOMPOK B-6

KETUA : Sandrina Shera Monifa (1102019196)


SEKRETARIS : Syaffira Novitasari Nadilla (1102019208)
ANGGOTA : M. Javier Rifat Eryansjah (1102019127)
Nadia Rizki Amalia (1102019143)
Syahrani Salsabila (1102019209)
Mochammad Valdist Deyamantha (1102019126)
Salsabila Nada Putri (1102019195)
Syqiya Aqillanisah Fauzi (1102019210)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019

Jl. Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510


TeLp. 62 21 42
44574 Fax. 62 21 4244574
Daftar isi

Daftar isi ......................................................................................................................................... 2


Skenario ......................................................................................................................................... 3
Kata Sulit…..................................................................................................................................... 4
Analisis Masalah…......................................................................................................................... 5
Jawaban…....................................................................................................................................... 6
Jawaban…....................................................................................................................................... 7
HIPOTESIS .................................................................................................................................... 8
LEARNING OBJECTIVES........................................................................................................... 9
LO 1 .............................................................................................................................................. 10
LO 2 …….…………………………..…………………………………………………………... 12
LO 3 ………………………………………………...…………………………………………... 15
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 20

2
SKENARIO 3
PENDAKI GUNUNG SUMBING
Dua pendaki Gunung Sumbing terpaksa dievakuasi oleh tim SAR Kabupaten Temanggung
Jawa Tengah. Mereka dilaporkan mengalami hipoksia akut dan hipotermia. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah melaporkan peristiwa hipotermia
terjadi karena kurangnya persiapan saat mendaki. Menurut keterangan dokter yang
merawat dua pendaki tersebut, jika keadaan hipotermia tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kegagalan fungsi tubuh yang lebih dikenal sebagai Mountain Sickness
Acute.

3
KATA SULIT
1. HIPOKSIA
Penurunan asupan oksigen ke jaringan.

2. HIPOTERMIA
Penurunan suhu tubuh akibat cuaca dingin.

3. EVAKUASI
Pemindahan/pengungsian warga dari daerah berbahaya.

4. MOUNTAIN SICKNESS ACUTE


Penyakit ketinggian, Kondisi tidak normal ketika berada di tempat ketinggian.

5. AKUT
Gejala yang berat yang dapat timbul secara mendadak dan cepat memburuk.

4
ANALISIS MASALAH
1. Kenapa hipotermia dapat mengalami kegagalan fungsi tubuh?
2. Bagaimana cara yang dapat kita lakukan saat terjadi hipoksia dan hipotermia?
3. Apa saja yang harus dipersiapkan agar tidak mengalami hipoksia akut dan hipotermia?
4. Apa gejala hipoksia dan hipotermia yang dirasakan tubuh?
5. Apa saja faktor penyebab hipoksia dan hipotermia?
6. Apa gejala penyakit Mountain Sickness Acute?
7. Berapa normal nya suhu inti tubuh manusia?

5
JAWABAN
1. Jika suhu tubuh turun drastis, organ vital (jantung, paru-paru, sistem saraf dan otak)
tidak dapat bekerja secara maksimal. Karena, suhu rendah menyebabkan enzim
inaktif. Sehingga, menyebabkan metabolisme dan sirkulasi darah terganggu dan
mengakibatkan mengalami kegagalan fungsi tubuh.

2. Penanganan saat terjadi hipoksia :


 Penggunaan oksigen atau alat pembantu nafas
 Diberi air yang cukup
 Mengurangi aktivitas fisik
Penanganan saat terjadi hipotermia :
 Menghangatkan tubuh dengan cara kontak fisik kulit ke kulit
 Pemberian minuman hangat
 Melakukan aktivitas fisik
 Menggunakan pakaian tebal
 Mendekatkan tubuh ke sumber panas

3. Yang harus dipersiapkan :


 Istirahat setiap pada ketinggian yang sudah dianjurkan (contoh : pendakian
lebih dari 3000 meter, dianjurkan untuk istirahat setiap ketinggian 300 –
600 meter per hari)
 Konsumsi air yang cukup
 Menjaga pola makan saat mendaki
 Pastikan tubuh dalam keadaan fit
 Melatih tubuh dengan aktivitas fisik secara rutin
 Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk pendakian

4. Gejala hipoksia :
 Badan terasa kaku
 Kesulitan bergerak
 Gangguan koordinasi seperti kesulitan menggenggam dan berjalan
 Berkeringat
 Sesak nafas
 Detak jantung cepat
 Kehilangan kesadaran
 Bisa menyebabkan kematian

6
Gejala hipotermia :
 Kulit pucat
 Badan mati rasa
 Respon tubuh lambat
 Telapak kaki dan tangan mengerut
 Aktivitas pernapasan tidak stabil
 Denyut jantung berdebar cepat
 Menggigil
 Mual dan sakit kepala

5. Hipoksia :
 Berada di situasi kadar oksigen rendah
 Terdapat penyakit paru-paru
 Adanya gangguan jantung
 Terhenti nya aliran darah arteri ke organ
 Keracunan CO
 Perubahan sistem saraf pusat
Hipotermia :
 Panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanding dengan panas yang
dikeluarkan
 Temperatur tubuh menurun di bawah suhu normal kurang dari 35⁰C

6. Gejala Mountain Sickness Acute :


 Sakit kepala atau pusing
 Mual dan muntah
 Sesak napas
 Sulit tidur
 Nafsu makan menurun
 Batuk berbusa dengan cairan warna merah
 Anoreksia
 Kehilangan kesadaran sampai koma

7. Normal suhu inti tubuh 36,5⁰C – 37,5⁰C

7
HIPOTESIS
Persiapan yang dilakukan saat mendaki gunung adalah konsumsi air yang cukup,
pastikan tubuh dalam keadaan fit dan menjaga pola makan. Di ketinggian tertentu tubuh
dapat mengalami hipoksia dan hipotermia. Hipoksia dapat terjadi karena berada di situasi
kadar oksigen rendah, terhentinya aliran darah arteri ke organ dan keracunan CO,
sedangkan hipotermia terjadi karena, panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanding dengan
panas yang dikeluarkan. Gejala hipoksia dapat berupa berkeringat, sesak napas, kesulitan
bergerak dan badan terasa kaku, sementara gejala hipotermia dapat berupa kulit pucat,
respon tubuh lambat, menggigil dan badan mati rasa. Kedua hal tersebut dapat disebut
Mountain Sickness Acute. Penanganan kasus di atas dilakukan dengan mendekatkan tubuh
ke sumber panas, diberi air yang cukup dan penggunaan alat bantu oksigen untuk bernapas.

8
LEARNING OBJECTIVE

1. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI HIPOKSIA


1.1 Definisi
1.2 Klasifikasi
1.3 Penyebab
1.4 Gejala
1.5 Pencegahan dan Penanganan
2. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI HIPOTERMIA
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Penyebab
2.4 Gejala
2.5 Pencegahan dan Penanganan
3. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI MORNING SICKNESS ACUTE
3.1 Definisi
3.2 Klasifikasi
3.3 Penyebab
3.4 Gejala
3.5 Pencegahan dan Penanganan

9
1. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI HIPOKSIA

1.1 Definisi hipoksia


Hipoksia merupakan keadaan di mana terjadi defisiensi oksigen, yang mengakibatkan
kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob sel. Hipoksia merupakan penyebab
penting dan umum dari cedera dan kematian sel. Tergantung pada beratnya hipoksia, sel dapat
mengalami adaptasi, cedera atau kematian.
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat menganggu
fungsi otak, hati dan organ lainnya dengan cepat.
Oksigen yang didapat dari lingkungan saat kita bernapas akan diangkut oleh darah dari
paru-paru menuju ke jantung. Jantung akan memompa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh
sel tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia dapat terjadi bila terdapat gangguan dalam sistem
transportasi oksigen dari mulai bernapas sampai oksigen tersebut digunakan oleh sel tubuh.

1.2 Klasifikasi Hipoksia

a. Hipoksia Hipoksik
Keadaan hipoksia disebabkan oleh kurangnya oksigen yang masuk ke paru – paru.
Sehingga oksigen tidak dapat masuk dalam darah, dan gagal masuk ke dalam sirkulasi
darah. Kasus ini disebabkan adanya sumbatan / obsturksi pada saluran pernapasan.

b. Hipoksia Anemic
Keadaan ini disebabkan karena darah tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang
cukup untuk metabolism seluler. Tekanan parsial oksigen (PO₂) arteri normal tapi
kandungan O₂ darah arteri lebih rendah daripada normal karena berkurangnya Hb.
Contohnya pada keracunan karbon monoksida (CO), karena CO dapat bereaksi dengan
hemoglobin untuk menghasilkan karbonmonoksihemoglobin (COHb), dan COHb tidak
dapat mengikat oksigen sehingga tubuh kekurangan hemoglobin yang dapat mengikat
oksigen.

c. Hipoksia Stagnan atau hipoperfusi


Keadaan hipoksia dimana darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan karena
adanya kegagalan sirkulasi, seperti heart failure. Tekanan parsial O₂ (PO₂) dan kandungan
O₂ arteri biasanya normal, tetapi terlalu sedikit darah beroksigen yang mencapai sel. Organ
yang paling berpengaruh adalah ginjal dan jantung karena mereka memiliki kebutuhan
oksigen yang tinggi.

10
d. Hipoksia Histotoksik
Keadaan ini terjadi karena jaringan tidak mampu menggunakan oksigen yang disediakan
karena kerja zat yang toksik. Contohnya pada keracunan sianida. Sianida dalam tubuh akan
mengintaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal.

1.3 Penyebab Hipoksia


Hipoksia dapat terjadi ketika seseorang berpergian ke daerah yang tinggi atau dataran tinggi
seperti pegunungan. Pada dataran tinggo atmosfer mengalami penurunan dan penurunan kadar
oksigen pula bila semakin tinggi kita mendaki. Pada saat kadar oksigen sedikit terjadilah hipoksia.
Berdasarkan klasifikasi :
a. Hipoksia Hipoksik :
- Berada di situasi dengan kadar oksigen rendah (contoh: kebakaran, tenggelam, ketika
berada di ketinggian)
- Terdapat penyakit paru-paru (asma, pneumonia, edema paru, pneumothorax, kanker paru)
- Keadaan yang membuat berhenti bernapas (contoh: penggunaan obat fentanyl)

b. Hipoksia Anemik :
- Anemia dan kondisi dimana fungsi sel darah merah rusak (contoh: penyakit
methemoglobinemia)
- Keracunan karbon monoksida (CO)

c. Hipoksia Stagnan atau hipoperfusi :


- Gangguan jantung (bradikaria dan fibrilasi ventrikel)
- Terhentinya aliran darah arteri ke organ (contoh: thrombosis arteri)
- Melebarnya pembuluh darah vena

d. Hipoksia Histotoksik :
- Keracunan sianida
- Konsumsi alkohol dan narkotika

Berdasarkan mekanisme dibagi menjadi 9 golongan :


a. Hipoksia anemi
b. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
c. Hipoksia respiratorik
d. Hipoksia sekunder akibat ketinggian
e. Hipoksia sekunder akibat pirau kanan ke kiri (right to left shunting) ekstrapulmoner
f. Hipoksia sirkulatoris
g. Hipoksia yang spesifik organ
h. Penggunaan (utilisasi) O₂ yang tidak adekuat

11
1.4 Gejala Hipoksia
Berdasarkan ketinggian terbagi menjadi 4 golongan :
a. Ketinggian <10.000 kaki
- Gangguan kinerja ringan
- Kehilangan memori jangka pendek
- Inkoordinasi mental

b. Ketinggian 10.000 – 15.000 kaki


-Gangguan pernapasan
-Tekanan darah naik
-Sakit kepala atau pusing

c. Ketinggian 15.000 – 20.000 kaki


- Kontrol otot saraf lemah
- Proses berpikir lambat
- Napas melambat
- Penurunan penglihatan

d. Ketinggian >20.000 kaki


- Penurunan kesadaran
- Kejang otot
- Kematian

Contoh gejala Hipoksia pada Ketinggian (High Altitude) :


Manusia ataupun binatang di darat telah mengenal kehidupan pada kondisi lingkungan di
ketinggian (high altitude) sejak ribuan tahun lalu, mengingat telah banyak kelompok masyarakat
sejak jaman pra sejarah yang hidup di pegunungan tinggi seperti di Tibet, Andes, dan Afrika
Timur. Telah diketahui pula secara alami terjadi proses adaptasi fisiologis terhadap kondisi
lingkungan seperti itu. Di mana adaptasi ini adalah konsekuensi terjadinya hipoksia karena
pengurangan jumlah molekul oksigen yang bisa dihirup pada waktu bernapas.
Namun, manusia baru mengenal kehidupan di ketinggian yang direkayasa (engineered)
setelah mampunya dibuat pesawat terbang pertama kalinya dengan ketinggian jelajah di atas
10.000 kaki, terutama pesawat militer untuk peperangan. Pada manusia yang mencapai ketinggian
lebih dari 3.000 meter (10.000 kaki) dalam waktu singkat, tekanan oksigen intraalveolar (PO2)
dengan cepat turun hingga 60 mmHg dan gangguan memori serta gangguan fungsi serebri mulai
bermanifestasi. Pada ketinggian yang lebih, saturasi oksigen arteri menurun (Sat O₂) menurun
dengan cepat, dan pada ketinggian 5.000 meter (15.000 kaki), individu yang tidak teraklimatisasi
pada umumnya tidak dapat berfungsi dengan baik kemudian diketahui, terutama pada penerbangan
unpressured cabin (kabin tanpa rekayasa tekanan udara). Kondisi-kondisi tersebut diantaranya

12
(pada yang ringan) : penurunan kemampuan terhadap adaptasi gelap, peningkatan frekuensi
pernapasan (hiperventilasi), peningkatan denyut jantung, tekanan sistolik, dan curah jantung
(cardiac output). Sedangkan, jika berlanjut terus akan terjadi gangguan yang lebih berat seperti
berkurangnya pandangan sentral dan perifer, termasuk ketajaman penglihatan (visus), indera
peraba berkurang fungsinya, dan pendengeran berkurang. Demikian juga terjadi perubahan proses-
proses mental seperti gangguan intelektual dan munculnya tingkah laku aneh seperti euforia (rasa
senang berlebihan). Selain itu kemampuan koordinasi psikomotor akan berkurang. Pada tahapan
yang kritis, setelah terjadinya sianosis dan sindroma hiperventilasi berat, maka tingkat kesadaran
akan berangsur hilang (loss of consciousness), dan pada tahap akhir dapat terjadi kejang
dilanjutkan dengan henti napas/apnoe.

1.5 Pencegahan dan Penanganan Hipoksia

a. Pencegahan
- Hindari merokok, minum alkohol dan obat anti depresan akan memperlambat pernapasan
- Menggunakan tambahan O₂ sebelum hipoksia muncul
- Menjaga asupan nutrisi
- Menghindari lingkungan yang dapat menurunkan kadar oksigen

b. Penanganan
- Pemberian oksigen tambahan. Tubuh penderita hipoksia akan dipasok dengan oksigen
tambahan menggunakan selang atau masker yang disambungkan ke tabung oksigen.
Semakin cepat kadar oksigen dalam tubuhnya kembali normal, semakin kecil risiko
kerusakan organ tubuh.
- Alat bantu napas atau ventilator. Saluran pernapasan akan disambungkan dengan mesin
ventilator, menggunakan selang yang dimasukkan dari tenggorokan sampai melewati pita
suara
- Terapi oksigen hiperbarik (TOHB). Penderita hipoksia yang disebabkan oleh keracunan
karbon monoksida akan dimasukan ke dalam ruangan bertekanan tinggi (hiperbarik)
dengan oksigen murni
- Turun segera. Apabila berada di ketinggian yang membuat gejala hipoksia muncul,
turunlah dengan segera
- Istirahat pada ketinggian yang dianjurkan saat aklimatisasi agar tubuh dapat
menyesuaikan dengan lingkungan

13
2 MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI HIPOTERMIA

2.1 Definisi Hiportemia


Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di bawah rentang normal tubuh. (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016b).
Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh menurun drastis hingga di bawah 35⁰C yang
berakibat fungsi sistem saraf dan organ tubuh mengalami gangguan.
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan
penurunan suhu tubuh karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk menggantikan panas
tubuh yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air, angin,
dan pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010, p.2).

2.2 Klasifikasi Hipotermia

a. Berdasarkan Suhu Tubuh


- Hipotermia ringan (32⁰C - 35⁰C) : takikardi, takipnea, hiperventilasi, sulit berjalan dan
sering berkemih karena (cold diuresis)
- Hipotermia sedang (28⁰C - 32⁰C) : nadi berkurang, pernapasan dangkal dan pelan,
berhenti menggigil, reflex melambat, pasien menjadi disorientasi, sering terjadi aritmia
- Hipotermia berat (di bawah 28⁰C) : hipotensi, nadi lemah, edema paru, koma, aritmia
ventrikel, henti jantung

b. Berdasarkan Tingkat Kecepatan Hilangnya Panas Tubuh


- Hipotermia akut atau imersi : Kondisi ini terjadi apabila seseorang kehilangan panas
tubuh secara mendadak dan sangat cepat (contoh : saat seseorang jatuh ke kolam yang
dingin)
- Hipotermia akibat kelelahan : Pada kondisi yang terlalu lemah, tubuh tidak akan mampu
menghasilkan panas, sehingga orang tersebut akan jatuh pada kondisi hipotermia
- Hipotermia kronis : Jenis ini terjadi bila panas tubuh menghilang secara perlahan. Kondisi
ini umum terjadi pada lansia yang tinggal di ruangan dengan kehangatan yang kurang, atau
pada tunawisma yang tidur di luar ruangan

14
2.3 Penyebab Hipotermia

Secara umum penyebab hipotermia terjadi karena panas yang dihasilkan tubuh tidak
sebanyak panas yang hilang. Kehilangan panas ini dapat disebabkan oleh :
- Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung
- Berada terlalu lama di tempat dingin
- Jatuh ke kolam
- Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu yang cukup lama

Berdasarkan etiologi, hipotermia dibagi menjadi 2 :


a. Hipotermia Primer : Apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi
adanya stress dingin, terutama apabila cadangan energi dalam tubuh sedang berkurang.
Kelainan panas dapat terjadi melalui mekanisme radiasi (55% - 65%), konduksi,
konveksi, respirasi dan evaporasi

b. Hipotermia Sekunder : Adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang menyebabkan


penurunan suhu tubuh
- Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, diabetes mellitus)
- Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif, insufisiensi
vascular)
- Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang belakang, alzheimer)
- Obat-obatan (alkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik)

2.4 Gejala Hipotermia


Orang yang mengalami hipotermia ringn akan menunjukkan gejala yang meliputi
menggigil yang disertai rasa lelah, lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat, dan
napas yang cepat.
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah (suhu tubuh 28⁰C - 32⁰C) akan mengalami
gejala-gejala berupa ; mengantuk atau lemas, bicara tidak jelas atau bergumam, linglung dan
bingung, kehilangan akal sehat (contoh : membuka pakaian meski sedang kedinginan), sulit
bergerak, koordinasi tubuh yang menurun, napas yang pelan dan pendek, tingkat kesadaran yang
terus menurun.
Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan semakin menurun dan berpotensi
memicu hipotermia yang parah dengan suhu tubuh 28⁰C ke bawah. Kondisi ini ditandai
dengan gejala-gejala berikut ; pingsan, denyut nadi yang lemah bahkan tidak ada sama
sekali, pupil mata yang melebar, napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.

15
2.5 Pencegahan dan Penanganan Hipotermia

a. Pencegahan Hipotermia
Ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermia yaitu :
- Jagalah tubuh agar tetap kering. Hindari mengenakan pakaian basah dalam jangka waktu
lama karena dapat menyerap panas tubuh
- Gunakan pakaian sesuai dengan kondisi cuaca dan kegiatan yang akan dilakukan,
terutama ketika akan mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Kenakan jaket
atau pakaian tebal agar suhu tubuh tetap terjaga
- Gunakan topi, syal, sarung tangan, kaos kaki, dan sepatu bot ketika akan beraktivitas di
luar rumah
- Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh
- Hindari minuman yang mengandung alcohol atau kafein. Konsumsilah minuman dan
makanan hangat
- Seorang pendaki membutuhkan 5000 kalori dan 70 gram protein setiap harinya
- Pendaki dapat menyiapkan perlengkapan jas hujan yang dapat melindungi dari angin atau
dingin

Sedangkan untuk mencegah hipotermia pada bayi dan anak-anak, cara yang dapat
dilakukan adalah :
- Jaga suhu kamar agar selalu hangat
- Pakaikan jaket atau pakaian yang tebal, ketika anak akan beraktivitas di luar rumah
saat suhu udara dingin
- Segera bawa ke ruangan yang hangat, jika mereka tampak mulai menggigil

b. Penanganan Hipotermia
Hipotermia merupakan kondisi darurat yang harus segera mendapatkan
penanganan. Tindakan awal yang perlu dilakukan ketika bertemu dengan orang
yang memiliki gejala hipotermia adalah mencari ada tidaknya denyut nadi dan
pernapasan. Jika denyut nadi dan pernapasan sudah berhenti, maka lakukanlah
tindakan resusitasi jantung paru (CPR) dan cari bantuan medis.

16
Bila orang tersebut masih bernapas dan denyut nadinya masih ada, lakukanlah
tindakan berikut ini untuk membuat suhu tubuhnya kembali normal :
- Pindahkan dia ke tempat yang lebih kering dan hangat. Pindahkan secara hati-hati
Karena gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantungnya berhenti.
- Jika pakaian yang dikenakannya basah, maka gantilah dengan pakaian yang kering
- Tutupi tubuhnya dengan selimut atau mantel tebal agar hangat
- Jika dia sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat dan manis
- Berikan kompres hangat dan kering untuk membantu menghangatkan tubuhnya.
Letakkan kompres di leher, dada, dan selangkangan. Hindari meletakkan kompres
di lengan atau tungkai karena akan menyebabkan darah yang dingin mengalir
kembali ke jantung, paru-paru, dan otak

Setelah tiba di rumah sakit, penderita hipotermia akan menerima serangkaian


tindakan medis, berupa :
- Pemberian oksigen yang tekah dilembapkan melalui masker atau selang hidung,
untuk menghangatkan saluran pernapasan dan membantu meningkatkan suhu tubuh
- Pemberian cairan infus yang telah dihangatkan
- Penyedotan dan penghangatan darah, untuk kemudian dialirkan kembali ke dalam
tubuh. Proses ini menggunakan mesin cuci darah
- Pemberian cairan steril yang telah dihangatkan. Cairan steril ini dimasukan ke
dalam rongga perut menggunakan selang khusus

3 MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI MOUNTAIN SICKNESS ACUTE

3.1 Definisi Morning Sickness Acute


Penyakit ketinggian atau altitude sickness adalah kondisi tidak normal yang terjadi pada
tubuh ketika anda berada di tempat dengan ketinggian tinggi. Penyakit gunung akut atau Acute
Mountain Sickness (AMS) adalah bentuk paling umum dari penyakit ketinggian. Berdasarkan
statistik, setengah dari jumlah manusia baik pria maupun wanita dapat mengalami hal ini,
khususnya pada ketinggian 2.400 meter ke atas. Kondisi ini akan lebih beresiko untuk orang yang
memiliki gangguan paru-paru dan yang terbiasa tinggal di daerah dataran rendah, sehingga merasa
tidak terbiasa dengan kondisi udara dan tekanan yang ada di area tinggi.

17
3.2 Klasifikasi Mountain Sickness Acute
Mountain Sickness Acute
memiliki tiga klasifikasi,
yaitu AMS ringan, AMS
sedang, dan AMS berat.
Gejala yang dapat dilihat saat
seseorang mengalami AMS
ringan adalah sakit kepala,
mual, kehilangan nafsu
makan, kelelahan, sesak
napas, dan tidur terganggu.
Gejala AMS ringan
cenderung memburuk pada
malam hari dan ketika irama
pernapasan menurun, tetapi
gejala ini tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Gejala
tersebut mereda dalam waktu
dua sampai empat hari dalam penyesuaian ketinggian atau aklimatisasi tubuh.
Pada AMS sedang, pendaki atau penderita akan sulit melakukan aktivitas sehari-
hari. Pemberian obat sangat ampuh untuk mengembalikan kondisi tubuh yang
stabil. Selain itu, turun ke tempat yang lebih rendah (sekitar 300 meter) akan
membantu tubuh kembali dalam kondisi yang stabil. Sementara, pada kondisi
berat umumnya gejala yang dialami adalah sesak napas bahkan sampai kehilangan
kesadaran. Dalam mengalami gejala tersebut, penderita atau pendaki harus
langsung ditangani oleh medis agar tidak menyebabkan kegagalan fungsi tubuh.

3.3 Penyebab Mountain Sickness Acute


Pada ketinggian yang lebih tinggi atau high-altitude, kadar oksigen lebih rendah dan
penurunan tekanan udara. Pada keadaan normal, manusia dapat beradaptasi pada kondisi
high-altitude melalui beberapa perubahan pada sejumlah sistem organ seperti paru,
jantung, ginjal, dan sistem hematologi. Perubahan ini ada yang muncul segera, namun ada
yang baru muncul setelah beberapa hari hingga beberapa minggu. Keterlambatan adaptasi
inilah penyebab dari Acute Mountain Sickness.

3.4 Gejala Mountain Sickness Acute


Mountain Sickness Acute memiliki gejala-gejala awal berupa sakit kepala atau pusing,
mual, muntah, sesak napas, kesulitan tidur, kelelahan, nafsu makan menurun. Pada tahap
selanjutnya, Mountain Sickness Acute dapat menimbulkan gejala batuk-batuk, sesak
dada, kulit pucat dan perubahan warna kulit menjadi biru, ketidakmampuan berjalan,
keseimbangan berkurang hingga pembengkakan pada otak. Gejala yang ada biasanya
bertahan selama 6-48 jam setelah pendakian.

18
3.5 Pencegahan dan Penanganan Mountain Sickness Acute
Pada saat mendaki gunung sangat diperlukan persiapan yang matang agar tidak terjadi hal–
hal yang tidak diinginkan. Pencegahan yang dapat
dilakukan untuk menghindari AMS (Acute Mountain
Sickness) yaitu
1. Dilakukannya latihan fisik agar tubuh terbiasa untuk
melakukan aktivitas berat dengan pengeluaran oksigen
yang berlebih
2. Disarankan bagi pendaki untuk mengonsumsi air yang
cukup sehingga dapat menghindari terjadinya
dehidrasi pada tubuh
3. Saat mendaki, diusahakan para pendaki tidak
membawa beban berat yang membuat tubuh kelelahan
4. Mendaki secara perlahan sehingga tubuh dapat
beradaptasi dengan kondisi lingkungan atau ketinggian
atau bisa disebut dengan aklimatisasi.

Jika pendaki sudah mengalami gejala-gejala AMS, seperti


pusing, mual, sesak napas, dan kelelahan dapat dilakukan
penanganan sebagai berikut
1. Pada AMS ringan, jika pendaki sudah mengalami
kelelahan disarankan untuk memperlambat
langkahnya atau berhenti sejenak hinggga kondisi
tubuh stabil kembali.
2. Pada kondisi AMS sedang, pendaki dapat turun ke
tempat yang lebih rendah agar tubuh dapat beradaptasi
dengan ketinggian.
3. Ketika pendaki sudah mengalami sesak napas, dapat
diberikan tambahan oksigen
4. Pada AMS berat, umumnya para pendaki mengalami sesak napas bahkan sampai hilang
kesadaran untuk menangani kasus seperti ini, penadaki harus langsung dibawa ke
temoat yangf lebih rendah untuk ditangani oleh petugas medis
5. Pemberian obat untuk mengurangi gejala pada penderita AMS, seperti pemberian
paracetamol, promethazine, dan asetazolamide

19
DAFTAR PUSTAKA
1. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123359-S09089fk-Aktivitas%20spesifik-
Literatur.pdf
2. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123359-S09089fk-Aktivitas%20spesifik-Literatur.pdf

3. Ganong M.D., 2001,Respiratory Adjusments in Health & Diease, "Hipoxia", hal : 660 -
668, Review of Medical Physiology, ed. 20th, Mcgraw - Hill Companies, United States
4.Principles of internal medicine, harrison’s , ed. 18th
5. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2271/3/BAB%20II.pdf
6. Google Cendikia
7. Peter H. Hackett., (1980). Mountain Sickness : Prevention, Recognition & Treatment. The
Mountaineers Books

8. (2003). Health & Height. V World Congress on Mountain Medicine and High Altitude
Physiology. Barcelona : Edicions Universitat Barcelona.

9. Buku Fisiologi Sherwood

20

Anda mungkin juga menyukai