Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gina Drajat Utami

NPM : 12100117094
Fakultas Kedokteran UNISBA

KESENANGAN DAN KESULITAN

Dalam hidup kita sehari-hari, dua hal berbeda yang


silih berganti adalah kesenangan dan kesusahan.
Bahkan menurut beberapa orang, kalau hidup itu
indah karena perbedaan tersebut. Bayangkan kalau
orang senang terus atau susah terus, tentu bukan
sesuatu yang baik. Ketika kita senang, maka kita
diharapkan ingat bahwa dulu kita pernah susah.
Dan ketika kita susah ingatlah bahwa suatu saat
akan ada kesenangan. Hal ini seperti firman Allah
SWT:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah 5-6)
Hal penting yang perlu diperhatikan yakni
bagaimana sifat dasar seorang manusia dalam
menghadapi kedua hal tersebut. Allah SWT
berfirman:

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada


manusia niscaya berpalinglah dia; dan
membelakang dengan sikap yang sombong; dan
apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia
berputus asa.” (QS. Al Israa’ 83)
Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan sifat
manusia terhadap kesenangan terlebih dahulu
karena ujian terhadap kesenangan adalah lebih
berat. Begitu pula dengan ujian kesulitan.
Pada saat inipun bisa kita lihat. Seseorang yang
miskin apabila dia tidak sabar dengan ujian
kesulitan yang Allah berikan padanya maka orang
tersebut akan melakukan tindakan yang tak terpuji
yakni mencuri, menjambret, atau merampok.
Sedang orang yang telah diberikan rizki yang lebih
oleh Allah, karena dirinya masih merasa kurang
sehingga ia menjadi seorang yang korupsi sampai
miliaran rupiah.
Hadirin Jama’ah yang di Rahmati Allah

Secara psikologis, kebanyakan orang apabila


ditimpa musibah maka dia akan mendekat kepada
Tuhan nya dan bersabar, sedang orang yang
berhasil biasanya memiliki ego bahwa keberhasilan
itu adalah karena hasil jerih payahnya.
Kembali kepada sifat manusia jika mendapat
kebahagian seperti yang tertera pada QS. Al Israa
83. Jika mendapatkan kesenangan maka dia
memiliki dua kecenderungan yaitu berpaling dari
Allah SWT dan sombong terhadap manusia.
Jika kesuksesan terjadi pada orang yang tidak
beriman maka akan memperkuat keyakinannya
bahwa tidak perlu percaya kepada Allah SWT
untuk meraih kesuksesan. Mereka akan
mencibirkan kaum Muslim yang rajin sholat tapi
kehidupannya masih miskin. Sedang bila
keberhasilan pada orang munafik, maka mereka
berkata “Buat apa sholat? Toh saya masih bisa
mendapatkan rizki dari Allah.” Memang Allah
SWT melimpahkan rizqi pada setiap manusia di
dunia ini tanpa pandang bulu apakah mereka
beriman atau mengingkari.
Bagi seorang muslim, keberhasilan masih membuat
dia melaksanakan sholat dan ibadah lain. Tapi ada
hal lain yang mungkin tidak kalah bahayanya, yaitu
adanya perasaan sombong terhadap apa yang
didapatkannya. Apa itu sombong? Rasulullah SAW
pernah bersabda:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan
merendahkan manusia” (HR. Muslim)
Hal ini yang sering sulit untuk dihindari. Orang
yang sukses terkadang sulit untuk menerima
kebenaran yang disampaikan oleh orang lain,
apalagi dari orang yang lebih muda, lebih miskin
atau lebih rendah derajatnya dari dirinya.
Penolakan kebenaran tersebut biasa dibarengi
dengan merendahkan orang lain, karena dia
menganggap dialah yang lebih tinggi, lebih berhasil
dan lebih berkuasa.
Demikianlah kebanyakan sifat manusia, semoga
kita selalu bisa menjaga hati dalam setiap keadaan.

“Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang


mukmin. Sungguh seluruh kehidupannya baik. Hal
itu tidak dimiliki melainkan oleh mukmin. Jika
dikaruniai kebaikan; maka ia bersyukur, dan itu
baik untuknya. Dan jika ditimpa keburukan; maka
ia bersabar, dan itu baik untuknya” (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai