Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUP

PASAR MODAL SYARIAH

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal Syariah pada program studi
Magister Terapan Keuangan dan Perbankan Syariah

Disusun Oleh:

Alhady Niar Minandar

185168001

SEKOLAH PASCA SARJANA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.A LATAR BELAKANG

Perkembangan industri keuangan syariah yang pesat khususnya di


Indonesia saat ini memberikan gambaran bahwa sistem syariah mampu
berkontribusi dan terbukti dengan baik sebagai suatu sistem alternatif yang dapat
menunjang peningkatan perekonomian nasional. Potensi besar yang dimiliki
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim tentu dapat menjadi
alasan bahwa keuangan syariah dapat berkembang dengan baik. Salah satu usaha
dalam meningkatkan perekonomian nasional dapat dilakukan melalui aktifitas
investasi pada berbagai macam instrumen dengan prinsip syariah. Hal tersebut
dapat dimanfaatkan oleh suatu lembaga seperti perbankan maupun pihak
perorangan melalui pemanfaatan potensi dana yang dimiliki, dimana selain dapat
meingkatkan kondisi perkonomian nasional kegiatan invetsasi ini juga merupakan
upaya dalam meningkatkan pendapatan khususnya dalam hal penyertaan modal.

Menurut Tahir and Brimble (2011)1 saat ini terdapat suatu tren yang sedang
berkembang dalam pengimplementasian hukum syariah sebagai sebuah jalan dalam
kehidupan secara global, termasuk dalam aktivitas investasi. Mengingat dalam
pandangan islam sendiri pemanfaatan potensi sumber daya yang dimiliki
merupakan salah satu aktifitas muamalah yang sangat dianjurkan. Karena Melalui
kegiatan investasi ini sumber daya berupa harta ataupun aset yang dimiliki
seseorang menjadi produktif dan memiliki kemampuan untuk mendatangkan
manfaat bagi orang lain selama dilakukan berdasarkan pedoman prinsip-prinsip
syariah (Mussafi, 2014)2. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

ِ ‫الناس أ َ ْنفَعُ ُه ْم ِل‬


‫لناس‬ ِ ‫َخي ُْر‬
yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh

1 Tahir, I., & Brimble, M. (2011). Islamic investment behaviour. IJIMFM.


2
Mussafi, N. S. M. (2014). Metode Optimasi Portofolio Saham Syariah Menggunakan Nonlinear
Programming Pada Pasar Modal Syariah di Indonesia.

1
al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289). Selain itu juga terdapat potongan
ayat dalam QS. Al-Isra ayat 7 berbunyi,

َ ْ‫س ْنت ُ ْم أَح‬


‫س ْنت ُ ْم ِِل َ ْنفُ ِس ُك ْم‬ َ ‫ِإ ْن أ َ ْح‬
yang artinya, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri”. Kedua tuntunan tersebut memberikan penjelasan bahwa islam
mengajarkan tentang pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh umatnya dalam
rangka memberikan manfaat kepada sesama manusia dan dijanjikan balasan oleh
Allah SWT.

Aktifitas investasi atau penyertaan modal yang ada di Indonesia saat ini
difasilitasi oleh lembaga keuangan bank seperti Bank Umum dan BPR maupun
lembaga keuangan non-bank seperti Pasar Modal sehingga pemerataan ekonomi
dapat berjalan dengan baik (Kasmir, 2014)1. Pasar modal ini digunakan oleh
berbagai pihak terutama perusahaan untuk menjual sahamnya ataupun obligasi
dengan tujuan hasil dari penjualan tersebut nantinya akan digunakan sebagai
tambahan dan/atau memperkuat modal perusahaan (Fahmi, 2013)2. Penguatan
modal melalui penyertaan modal yang dilakukan oleh perusahaan ini dibutuhkan
untuk mempertahankan eksistensi dan pengembangan perusahaan yang mana pada
akhirnya akan membuat perusahaan tersebut dapat membantu mengoptimalkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Indonesia saat ini telah memiliki pasar modal syariah yang melaksanakan
kegiatan perdagangan efek syariah, dimana keberadaan Pasar Modal Syariah ini di
awali dengan penerbitan Reksadana Syariah yang dilakukan oleh PT. Danareksa
Investment Management pada tahun 1997. Kemudian Bursa Efek Indonesia yang
sebelumnya masih bernama Bursa Efek Jakarta melaksanakan kerjasama dengan
PT. Danareksa Investment Management untuk meluncurkan indeks saham syariah
pertama yaitu JII (Jakarta Islamic Indeks). Melalui penerbitan indeks tersebut
diharapkan agar dapat menjadi panduan bagi para investor untuk menginvestasikan
dananya kedalam saham-saham yang memenuhi kriteria prinsip syariah. Sama
seperti halnya pada pasar modal konvensional, Pasar Modal Syariah juga

1
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi revisi ed.).
2 Fahmi, I. (2013). Rahasia Saham dan Obligasi.

2
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan juga
perdagangan efek dari perusahaan publik yang menerbitkan efek tersebut, dan baik
lembaga ataupun kegiatan yang dilakukan terkait dengan efek yang dijalan harus
sesuai dengan prinsip syariah (Sholihin, 2013)1.

Perkembangan Pasar Modal Syariah yang ada di Indonesia saat ini


menunjukkan tren yang sangat positif, dimana berdasarkan data yang dirilis oleh
Otoritas Jasa Keuangan pada awal tahun 2019 menyebutkan bahwa Pasar Modal
Syariah memberikan kontribusi aset terbesar bila dibandingkan dengan Perbankan
Syariah maupun Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB) Syariah, sebagaimana
grafik sebagai berikut:

Kontribusi Aset Industri Keuangan Syariah

8%
Pasar Modal Syariah
37% 55% Perbankan Syariah
IKNB Syariah

Sumber: (Wulandhari, 2019)2

Kondisi perkembangan aset Pasar Modal Syariah ini menggambarkan peran yang
sangat penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini juga dibuktikan
dengan data yang diterbitkan OJK mengenai perkembangan jumlah saham syariah
hingga tahun 2019 yang sudah mencapai 421 dalam Daftar Efek Syariah (DES)
pada Pasar Modal Syariah3. Meski begitu, masih ada opini masyarakat yang
menganggap bahwa pelaksanaan kegiatan atau sistem yang dijalankan pada Pasar
Modal Syariah belum sepenuhnya sesuai dengan syariat Islam. Hal ini menjadi
permasalahan tersendiri bagi para pelaku aktifitas investasi maupun masyarakat
pada umumnya terkait kepercayaan terhadap Pasar Modal Syariah yang ada di
Indonesia. Lemahnya pengetahuan masyarakat mengenai aktifitas di Pasar Modal

1 Sholihin, A. I. (2013). Buku Pintar Ekonomi Syariah.


2
Wulandhari, R. (2019). Keuangan Syariah Indonesia Masih Ditopang Sektor Pasar Modal. Republika.co.id
3 Statistik Pasar Modal Syariah. OJK. 2019.

3
Syariah menjadi salah satu faktor terbesar yang menimbulkan opini tersebut.
Berdasarkan data OJK menyebutkan bahwa literasi keuangan mengenai Pasar
Modal Syariah memang paling rendah, sebagai mana tabel berikut:

Tabel Indeks Literasi Keuangan Pada Sektor Jasa Keuangan

Sumber: Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 oleh OJK.1

Data diatas menunjukkan bahwa literasi mengenai Pasar Modal Syariah


masih minim dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait. Oleh sebab itu, masih banyak
anggapan atau opini masyarakat mengenai penerapan sistem syariah pada Pasar
Modal Syariah di Indonesia. Perlu adanya peningkatan upaya dalam memberikan
tambahan wawasan masyarakat mengenai Pasar Modal Syariah khususnya
mengenai perbedaan sistem yang diterapkanya jika dibandingkan dengan Pasar
Modal dengan sistem konvensional. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis
bermaksud untuk mengkaji lebih dalam mengenai Pasar Modal Syariah yang
berkaitan dengan konsep dasar dan ruang lingkup Pasar Modal Syariah itu sendiri.
Oleh karena itu, judul yang akan diangkat dalam penulisan penelitian ini adalah,
“Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Pasar Modal Syariah”.

I.B RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,


adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain:

1) Bagaimanakah konsep dasar dan ruang lingkup Pasar Modal Syariah?


2) Bagaimanakah karakteristik Pasar Modal Syariah di Indonesia?
3) Bagaimanakah manfaat investasi pada Pasar Modal Syariah di Indonesia?

1
Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019. OJK

4
4) Bagaimanakah risiko investasi pada Pasar Modal Syariah di Indonesia?
5) Bagaimanakah transaksi di Pasar Modal dalam perspektif Islam?

I.C TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun yang menjadi tujuan dari


penelitian ini antara lain:

1) Untuk mengetahui konsep dasar dan ruang lingkup pasar modal syariah
2) Untuk mengetahui karakteristik Pasar Modal Syariah di Indonesia
3) Untuk mengetahui manfaat investasi pada Pasar Modal Syariah di Indonesia
4) Untuk mengetahui risiko investasi pada Pasar Modal Syariah di Indonesia
5) Untuk mengetahui bagaimana transaksi Pasar Modal dalam perspektif Islam

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

II.A PASAR MODAL SYARIAH


Pasar dalam arti yang sempit merupakan suatu tempat dimana bertemunya
pihak penjual dengan pihak pembeli untuk melakukan sebuah transaksi. Kedua
belah pihak tersebut saling bertemu secara langsung untuk bertransaksi disuatu
tempat yang biasa disebut sebagai pasar. Secara luas pasar dapat diartikan sebagai
tempat dilakukannya sebuah transaksi oleh pembeli, artinya baik pihak penjual
maupun pihak pembeli tidak perlu bertemu secara langsung dalam suatu tempat
(Kasmir, 2014)1. Secara umum pasar modal dapat diartikan sebagai tempat
bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dengan tujuan
mendapatkan modal. Pihak penjual dalam pasar modal merupakan suatu
perusahaan yang memperlukan modal dengan cara menjual efek atau biasa disebut
sebagai pihak emiten. Sementara pihak pembeli di pasar modal merupakan pihak
yang ingin membeli efek tersebut dengan tujuan menghasilkan pendapatan atau
biasa disebut sebagai pihak investor.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal


(UUPM) menyebutkan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang menyangkut
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Secara terminologi berdasarkan definisi tersebut, Pasar Modal Syariah dapat
diartikan sebagai kegiatan yang ada dalam pasar modal sebagaimana yang diatur
didalam UUPM yang memenuhi prinsip syariah. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
pula bahwa Pasar Modal Syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari pasar
modal secara keseluruhan. Hanya saja bukan berarti Pasar Modal Syariah
merupakan sistem yang sama dengan Pasar Modal Konvensional, karena terdapat
beberapa karakterisitik khusus yang membedakan dengan adanya prinsip-prinsip
syariah. Menurut Ghufron (2005)2 yang menyatakan adapun prinsip-prinsip syariah
tersebut antara lain:

1
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi revisi ed.).
2 Ghufron, S. (2005). Sistem Kerja Pasar Modal Syariah.

6
1. Setiap transaksi yang mengandung unsur ketidakjelasan (gharar) dilarang.
2. Setiap instrumen atau efek yang diperdagangkan harus memenuhi kriteria
yang halal.

Transaksi perdagangan saham tidak dianggap bertentangan dengan dengan hukum


islam, selama saham-saham tersebut merupakan saham yang diterbitkan oleh
perusahaan yang menjalankan usaha sesuai dengan syariat islam. Seperti
perusahaan yang memproduksi produk-produk makanan dan minuman yang halal
ataupun perusahaan jasa yang tidak dilarang oleh agama Islam (Lubis, 2004)1.

Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI)


mengeluarkan fatwa pada tahun 2003 yang memperbolehkan transaksi dipasar
modal selama mekanisme dan objek yang diperdagangkan tidak bertentangan
sengan prinsip syariah. Kemudian DSN juga mengeluarkan fatwa yang mengatur
tentang ketentuan umum pasar modal syariah, prinsip-prinsip yang harus
diterapkan, emiten yang dapat menerbitkan efek syariah, kriteria dan jenis efek
syariah yang dapat diperdagangkan, serta larangan terhadap transaksi dan juga
dalam penentuan harga saham2. Adapun yang melatar-belakangi fatwa tersebut
antara lain:
a. Bahwa perkembangan ekonomi didalam suatu negara tidak terlepas dari
perkembangan pasar modal
b. Perkembangan pasar modal syariah dibeberapa negara lainnya; serta
c. Kebutuhan umat islam di Indonesia berkaitan dengan pasar modal yang
menjalankan aktifitasnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

Secara umum aktifitas Pasar Modal Syariah di Indonesia berada didalam


regulasi dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan dasar-dasar
hukum yang mengatur sebagai berikut:
1) Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah
2) Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
3) Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah

1
Lubis, S. K. (2004). Hukum Ekonomi Islam
2 DSN-MUI, 2006: 264-277

7
Selain adanya UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal sebagai landasan hukum
kegiatan pasar modal syariah di Indonesia, terdapat pula landasan hukum yang
mengatur tentang SBSN (Surat Berharga Syariah Negara), yaitu UU No. 19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Sebagai suatu lembaga keuangan
Pasar Modal Syariah di Indonesia juga memiliki struktur yang sebelumnya
melibatkan menteri keuangan yang membawahi Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), namun saat ini struktur tersebut telah
diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dapat dilihat pada
gambar berikut:

Sumber: idx.co.id1

Seperti pada umunya produk atau instrumen yang diperdagangkan pada


Pasar Modal Syariah tidak jauh berbeda dengan instrumen yang ada pada Pasar
Modal Syariah diantaranya:

1. Saham Syariah

Merupakan surat berharga yang menjadi bukti penyertaan modal yang


berasal dari investor kepada perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip
syariah (Sutedi, 2011)2. Adapun kriteria saham-saham milik perusahaan yang dapat
digolongkan sebagai saham syariah, merupakan saham-saham yang telah termasuk
kedalam proses screening dengan kriteria antara lain:

1
www.idx.co.id. Online. Diakses pada tanggal 22 September 2019.
2 Sutedi, A. (2011). Pasar modal syariah: sarana investasi keuangan berdasarkan prinsip syariah.

8
a. Tidak melakukan kegiatan usaha yang melanggar syariat islam seperti
perjudian, perdagangan yang dilarang, jasa keuangan yang
mengandung unsur riba, jual beli yang mengandung gharar dan maysir,
memproduksi atau mendistribus barang-barang yang haram atau
mengandung mudharat, serta transaksi suap.
b. Jumlah hutang yang diperoleh dari sistem bunga bila dibandingkan
dengan total aset yang dimiliki tidak boleh melebihi 45%.
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pendapatan non-halal bila
dibandingkan dengan total pendapatan tidak boleh melebihi 10%.
2. Obligasi Syariah (Sukuk)

Obligasi Syariah atau Sukuk merupakan efek syariah yang berbeda dengan
obligasi biasa, dimana sukuk ini adalah bukti kepemilihan yang nilainya sama dan
mewakili bagian yang tidak terpisahkan dari aset yang mendasarinya. Artinya setiap
penerbitan obligasi syariah atau sukuk harus memiliki aset yang menjadi dasar
penerbitan (underlying asset). Sementara itu menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah merupakan surat berharga
jangka panjang yang memenuhi prinsip syariah dan dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah tersebut. Emiten yang mengeluarkan obligasi syariah
tersebut diharuskan untuk membayar pendapatan dengan sistem bagi hasil serta
mengembalikan dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo (Sutedi, 2011)1.

3. Reksadana Syariah

Berdasarkan POJK. No 19/POJK.04/20152 Reksadana syariah merupakan


reksadana sebagaimana di maksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya
yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal.
Reksadana dirancang sebagai sarana yang bertujuan menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan
investasi, tetapi tidak memiliki waktu dan kekurangan pengetahuan (Sutedi, 2011)3.

1 Ibid.
2
Peraturan OJK. No 19/POJK.04/2015 tentang penerbitan dan persyaratan reksadana syariah.
3 Ibid.

9
4. Efek Syariah Lainnya

Terdapat efek lainnya yang diperdagangkan di Pasar Modal Syariah selain


saham, sukuk dan reksadana syariah seperti reksadana syariah yang unit
penyertaannya diperdgangkan di Bursa Efek (Exchange Trade Fund Syariah), efek
beragun aset syariah, dana investasi real estate (DIRE) syariah, serta surat berharga
syariah negara (SBSN)(Sutedi, 2011)1.

II.B KARAKTERISTIK PASAR MODAL SYARIAH


Terdapat beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam pembentukan
Pasar Modal Syariah, sebagaimana yang disampaikan oleh Metwally (1995)2 yang
menyatakan bahwa karakteristik yang diperlukan antara lain:

a. Transaksi setiap saham harus dilakukan pada bursa efek


b. Bursa perlu menyiapkan mekanisme pasca perdagangan dimana saham
dapat diperjualbelikan melalui pialang
c. Semua perusahaan yang menerbitkan saham di Bursa efek harus
menyampaikan informasi tentang perhitungan hasil keuntungan maupun
jumlah kerugian kepada komite manajemen di bursa efek, selama kurang
dari 3 bulan
d. Komite manajemen menetapkan harga saham tertinggi (HST) pada tiap
perusahaan selama periode kurang dari 3 bulan sekali
e. Harga saham yang diperdagangkan tidah boleh melebihi nilai HST
f. Harga saham yang diperdagangkan diperbolehkan dibawah nilai HST
g. Komite manajemen harus memastikan bahwa seluruh perusahaan yang
terlibat didalam perdagangan bursa efek menerapkan standar akuntansi
syariah.
h. Semestinya perdagangan saham hanya berlangsung dalam satu minggu
selama periode perdagangan setelah ditentukannya HST
i. Perusahaan hanya diperbolehkan untuk menerbitkan saham baru dalam
periode perdagangan dan dengan harga HST yang berlaku

1
Ibid.
2 Metwally, M. (1995). Teori dan Model Ekonomi Islam.

10
II.C MANFAAT PASAR MODAL SYARIAH
Permasalahan utama yang sering kali dihadapi oleh para pelaku usaha yang
menyebabkan upaya pengembangan usahanya adalah permasalahan modal. Meski
keberadaan lembaga pinjaman seperti perbankan dan lembaga keuangan lainnya
dapat menjadi solusi didalam mengatasi permasalahan tersebut melalui penyediaan
dana, nyatanya masih banyak perusahaan yang tidak dapat memperoleh kesempatan
untuk mendapatkan fasilitas modal tersebut akibat kendala terkait agunan dan
jaminan yang dimiliki. Oleh karena itu Pasar Modal Syariah hadir sebagai alternatif
falam memberikan kesempatan memperoleh modal sebagaimana pernyataan
(Manan, 2009)1 yang menyebutkan bahwa Pasar Modal memiliki manfaat
diantaranya:

a. Menyediakan sumber pendanaan jangka panjang bagi dunia usaha serta


mengoptimalkan alokasi sumber dana tersebut.
b. Memberikan sarana investasi bagi para investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi instrumen investasi sehingga tidak bergantung pada satu
jenis instrumen investasi saja.
c. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi
Negara.
d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan kepada seluruh lapisan
masyarakat.
e. Menciptakan lapangan pekerjaan atau profesi yang lebih menarik.
f. Memberikan kesempatan masyarakat untuk memiliki perusahaan dengan
reputasi yang baik
g. Alternatif investasi yang mampu memberikan potensi keuntungan dengan
resiko yang bisa di perhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan
diversifikasi investasi.
h. Membina iklim terbuka bagi dunia usaha dan membuka akses control sosial.
i. Mendorong pengelolaan perusahaan yang lebih transparan, pemanfaatan
manajemen professional, dan penciptaan iklim yang sehat.

1
Manan, A. (2009). Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi Pasar Modal Syariah di Indonesia,
Edisi Pertama

11
II.D RISIKO PASAR MODAL SYARIAH
Aktifitas investasi tentu tidak terlepas dari risiko akibat adanya
ketidakpastian (uncertainty). Setiap bentuk investasi memiliki risiko yang
tingkatannya bergantung pada banyak faktor, baik faktor yang dapat diperhitungkan
maupun tidak. Semakin besar tingkat keuntungan atau pengembalian yang
diharapkan dari investasi tersebut, akan membawa risiko yang tinggi pula.
Sebagaimana istilah umum yang sering kita dengan yaitu “high risk, high return”.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para investor diluar sana untuk memahami
risiko tersebut sebelum melakukan aktifitas investasi kedalam berbagai instrumen.
Karena risiko investasi pada setiap instrumen pada dasarnya dapat diukur ataupun
dikelola sehingga dapat mengurangi atau meminimalisir kerugian yang mungkin
terjadi (Fauziyah, 2014)1.

Sebagai salah satu sarana yang memiliki berbagai macam instrumen dalam
kegiatan investasi pada umumnya, investasi pada Pasar Modal Syariah juga
memiliki risiko yang mungkin dihadapi oleh para investor. Sebagaimana
pernyataan Harjito and Martono (2005) 2yang menyebutkan bahwa pada prinsipnya
investasi di Pasar Modal memiliki kemunginan terjadinya risiko yang
mengakibatkan fluktuasi harga. Adapun risiko-risiko tersebut antara lain:

1. Risiko Daya Beli

Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang dapat


mengakibatkan nilai riil pada pendapatan akan lebih kecil jika dibandingkan dengan
pendapatan yang akan diperoleh sebelumnya.

2. Risiko Bisnis

Risiko ini berkaitan dengan menurunnya kemampuan perusahaan dalam


memperoleh laba atau keuntungan yang berasal dari kegiatan usahanya, sehingga
berdampak pada berkurangnya kemampuan perusahaan dalam memberikan atau
membayar imbalannya (deviden).

1
Fauziyah,N. A. (2014).Jurnal Konvergensi. Vol. 4. 53-54.
2 Harjito, A., & Martono, S. (2005). Manajemen Keuangan.

12
3. Risiko Bunga

Memang pada dasarnya sistem keuangan syariah seharusnya tidak terkena


dampak dari kondisi suku bunga yang ada, namun di tengah sistem keuangan global
yang menggunakan suku bunga secara tidak langsung akan memberikan dampak
pada harga jenis-jenis surat berharga tertentu seperti saham. Pada umumnya
perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif dengan harga-harga
instrumen pasar modal. Oleh sebab itu, investor di pasar modal syariah harus siap
dalam membagi keuntungan ataupun kerugian.

4. Risiko Pasar

Risiko ini berkaitan dengan kondisi pasar yang mempengaruhi harga surat-
surat berharga termasuk pada surat berharga syariah. Apabila kondisi pasar sedang
mengalami tren positif (bullish) maka hampir semua harga saham yang ada dibursa
akan mengalami kenaikan. Begitupun pada saat kondisi pasar yang lemah (bearish),
maka harga surat-surat berharga akan cenderung turun. Terlepas dari kondisi
fundamental maupun kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

5. Risiko Likuiditas

Risiko ini berkaitan dengan kemampuan surat berharga untuk segera


diperjual-belikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

II.E PASAR MODAL SYARIAH MENURUT PERSPEKTIF ISLAM


Islam sebagai agama yang sempurna memiliki sistem tersendiri dalam
mengatur dan memberikan petunjuk dalam menghadapi permasalahan dalam
kehidupan umatnya baik yang bersifat material maupun non-material. Oleh sebab
itu, ekonomi sebagai salah satu aspek kehidpan manusia memiliki aturan yang
ditetapkan islam melalui Al-Qur’an dan As-sunnah (Nasution & Huda, 2016)1.
Allah SWT telah memberikan sumber daya yang ada dimuka bumi seluas-luasnya
dan mempersilahkan manusia untuk memanfaatkannya. Sebagaimana QS. Al-
Baqarah ayat 29 yang artinya, “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di

1 Nasution, M. E., & Huda, N. (2016). Investasi pada pasar modal syariah

13
bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Salah satu kegiatan ekonomi yang terdapat dalam kehidupan manusia


diantaranya merupakan pemanfaatan sumber daya berupa harta melalui kegiatan
investasi di Pasar Modal Syariah. Islam sendiri sangat menganjurkan bagi umatnya
untuk beriventasi atau memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki dengan
tujuan agar harta tersebut dapat lebih produktif dan memiliki nilai sehingga mampu
memberikan kemaslahatan bagi umat. Saat ini kegiatan investasi tersebut dapat di
fasilitasi oleh Pasar Modal Syariah yang memiliki peran strategis sebagai sarana
bagi masyarakat muslim yang mebutuhkan suatu media investasi yang sesuai
dengan prinsip syariah. (Wiyanti, 2013)1.

Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar


Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal yang
menyebutkan bahwa prinsip yang digunakan dalam Pasar Modal Syariah ialah,
“Prinsip-prinsip yang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapannya dilakukan
oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa ini maupun dalam fatwa terkait
lainnya”. Konsep dasar hukum islam pada Pasar Modal Syariah yang mendasari
fatwa tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh (Wiyanti, 2013)2 ialah
diantaranya firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang artinya,
“…dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba...”. Sabda
Rasulullah SAW yang berbunyi, “Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada
padamu” (HR. Al-Khomsah dari Hukaim bin Hizam). Kaidah fiqih yang
menyatakan bahwa pada dasarnya semua bentuk muamalah diperbolehkan selama
belum ada dalil yang mengharamkannya. Selain itu juga pendapat ulama (Zuhaili,
2007)3 yang menyebutkan bahwa kegiatan muamalah dalam hal transaksi atas
saham hukumnya diperbolehkan, karena pemilik saham merupakan mitra dalam
perseroan sesuai dengan kepemilikan sahamnya. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka pada dasarnya syariah memperbolehkan adanya transaksi perdagangan
sekuritas di Pasar Modal selama kaidah fiqih tidak dilanggar.

1 Wiyanti, D. (2013). Ius Quia Iustum Law Journal, 20(2), 234-254.


2
Ibid
3 Zuhaili, W. (2007). al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu.

14
BAB III
PENUTUP
III.A KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi tinjauan pustaka dan pembahasan yang telah


dilakukan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan dalam penulisan penelitian ini
antara lain:

1. Pasar modal syariah merupakan kegiatan yang ada dalam pasar modal
sebagaimana yang diatur di dalam UUPM yang memenuhi prinsip syariah.
Adapun prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah dilarangnya transaksi
yang bersifat tidak jelas (gharar), dan efek atau instrumen yang
diperdagangkan harus memenuhi kriteria yang halal.
2. Pasar Modal Syariah memerlukan beberapa karakteristik yang harus penuhi
dalam pembentukannya. Secara umum karakteristik tersebut menekankan
bahwa setiap transaksi yang dilakukan harus jelas agar terhindar dari
ketidak-jelasan. Selain itu juga terdapat larangan yang berkaitan dengan
penentuan harga saham tertinggi dan penerapan kegiatan usaha perusahaan
yang harus sesuai dengan prinsip syariah seperti sistem akuntansi yang
diterapkan perusahaan tersebut.
3. Keberadaan Pasar Modal Syariah memiliki peran yang penting dalam
pengembangan ekonomi nasional sebagai alternatif pilihan bagi aktifitas
investasi yang dilakukan baik bagi pihak yang membutuhkan modal atau
perusahaan, maupun pihak yang menyalurkan dananya kedalam bentuk
investasi atau para investor. Hal ini tentu menjadi manfaat tersendiri yang
diberikan oleh Pasar Modal Syariah, selain itu terdapat pula manfaat lain
diantaranya terbukanya peluang kepemilikan suatu perusahaan bagi
masyarakat dari kalangan menengah, maupun mendorong iklim usaha yang
sehat melalui pelaksanaan usaha yang terbuka, serta pemanfaatan tenaga
kerja profesional melalui pembukaan lapangan kerja yang lebih menarik.

15
4. Sebagaimana kegiatan investasi pada umumnya, investasi yang dilakukan
ke dalam pasar modal juga tentu tidak terlepas dari adanya risiko yang dapat
terjadi akibat ketidak-pastian (uncertainty) dimasa yang akan datang dan
menyebabkan perubahan pada harga saham. Adapun risiko-risiko tersebut
antara lain: risiko daya beli, risiko bisnis, risiko bunga, risiko pasar serta
risiko likuiditas. Oleh sebab itu, para investor diharuskan untuk memahami
risiko yang dapat terjadi sehingga kemungkinan terjadinya risiko dapat
dikurangi ataupun dikelola dengan baik.
5. Islam sebagai agama yang sempurna memiliki aturan tersendiri dalam
menghadapi permasalahan kehidupan, termasuk dalam aspek ekonomi.
Salah satu kegiatan di dalam aspek ekonomi tersebut ialah kegiatan
investasi pada Pasar Modal Syariah. Secara umum Islam memiliki
perspektif yang mendukung kegiatan yang terdapat di dalam Pasar Modal
Syariah. Hal tersebut dapat dilihat melalui konsep dasar hukum Islam yang
tertuang di dalam Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, dan pendapat para ulama yang
mendukung kegiatan Pasar Modal Syariah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, I. (2013). Rahasia Saham dan Obligasi. Bandung: Alfabeta.


Fauziyah, N. A. (2014). Analisis Risiko pada Portofolio Syariah dengan Pemodelan
Value At Risk (Var) Block Maxima-Generalized Extrem Value. Jurnal
Konvergensi, 4, 53-54.
Ghufron, S. (2005). Sistem Kerja Pasar Modal Syariah. Jakarta, Renaisan.
Harjito, A., & Martono, S. (2005). Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan
Kelima, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi revisi ed.). Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Lubis, S. K. (2004). Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Manan, A. (2009). Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi Pasar Modal
Syariah di Indonesia, Edisi Pertama. In: Jakarta: PT. Kencana.
Metwally, M. (1995). Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: Bankit Daya
Insani.
Mussafi, N. S. M. (2014). Metode Optimasi Portofolio Saham Syariah
Menggunakan Nonlinear Programming Pada Pasar Modal Syariah di
Indonesia. JURNAL SAINS DAN MATEMATIKA, 22(2), 40-47.
Nasution, M. E., & Huda, N. (2016). Investasi pada pasar modal syariah: Kencana
Prenada Media Group, 2010.
Sholihin, A. I. (2013). Buku Pintar Ekonomi Syariah: Gramedia Pustaka Utama.
Sutedi, A. (2011). Pasar modal syariah: sarana investasi keuangan berdasarkan
prinsip syariah: Sinar Grafika.
Tahir, I., & Brimble, M. (2011). Islamic investment behaviour. International
Journal of Islamic Middle Eastern Finance Management, 4(2), 116-130.
Wiyanti, D. (2013). Perspektif Hukum Islam terhadap Pasar Modal Syariah Sebagai
Alternatif Investasi Bagi Investor. Ius Quia Iustum Law Journal, 20(2), 234-
254.
Wulandhari, R. (2019). Keuangan Syariah Indonesia Masih Ditopang Sektor Pasar
Modal. Ekonomi.
Zuhaili, W. (2007). al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu cet. 10, juz 3. Beirut: Dar al-
Fikri.
LAMPIRAN

Hasil Tes Plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai