Anda di halaman 1dari 18

Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten

Pelalawan Provinsi Riau 1


RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Riau dikenal dengan kebudayaan melayu dan mengedepankan

industri perkebunan, minyak, dan perdagangan sebagai sumber perekonomian

daerah. Hal ini dilihat dari letak geografis Provinsi Riau yang berada pada jalur

perdagangan regional maupun internasional yang merupakan jalur strategis, dengan

batas-batas wilayah sebelah Utara: Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara,

sebelah Selatan: Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat, sebelah Barat:

Provinsi Sumatera Barat, sebelah Timur: Provinsi Kepulauan Riau dan Selat

Malaka1. Provinsi Riau secara administrasi terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota2.

Kabupaten Pelalawan sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Riau memiliki

potensi sumber daya alam yang tinggi dan dapat dikembangakan. Salah satu potensi

wisata alam di Kabupaten Pelalawan adalah Daya Tarik Wisata Bono yang sedang

digalakkan oleh pemerintah sebagai wisata andalan di Riau.

Daya Tarik Wisata Bono merupakan pariwisata utama Riau diantara

potensi–potensi wisata lainnya seperti Taman Nasional Tessonilo di Pelalawan, air

terjun Aek Mertua di Rokan Hulu, dan Pantai Rupat di Bengkalis sebagai wisata

alam, Candi Muara Takus di Kampar dan Istana Siak Sri Indrapura di Siak sebagai

wisata budaya dan sejarah, Pasar Bawah di Pekanbaru sebagai wisata belanja, dan

1
http://sddkd.riau.go.id/index.php?act=konten&task=show&id=1 diakses pada 25 April 2017,
pukul 13.19 WIB.
2
https://www.riau.go.id/#webkabkota diakses pada 25 April 2017, pukul 12.15 WIB.
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 2
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tugu Equator di Pelalawan sabagai wisata minat khusus. Daya Tarik Wisata Bono

merupakan gelombang ombak air sungai yang terjadi karena pertemuan antara arus

sungai dan arus laut yang menuju ke arah hulu dan hilir sehingga menghasilkan

gelombang besar seperti yang terjadi di laut dan cocok untuk bermain selancar3,

keunikan inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Daya

Tarik Wisata Bono

Menurut Gubernur Riau, Festival Bekudo Bono merupakan salah satu

bentuk promosi Daya Tarik Wisata Bono yang dijadikan sebagai salah satu dari tiga

kegiatan yang diselenggarakan sebagai promosi, sehingga jumlah kunjungan

pariwisata Riau dapat ditingkatkan, dari dua kegiatan lainnya yaitu Festival Bakar

Tongkang di Bagan Siapi api dan Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi.

“Pemerintah Provinsi Riau akan menjadikan Festival Bekudo Bono sebagai


magnet untuk mendatangkan wisatawan dunia ke Riau selain event Bakar
Tongkang dan Pacu Jalur yang sudah dikenal ke mancanegara4”.

Pernyataan dari Gubernur Riau yang menetapkan Bono top 3 event dalam

menarik kunjungan wisatawan juga disambut baik oleh Menteri Pariwisata Arif

Yahya.

“Bono sudah dikenal ke seluruh dunia. Aset pariwisata Bumi Lancang


Kuning ini harus dikelola secara profesional dengan mempromosikan

3
http://www.bonokampar.com/2013/09/terjadinya-ombak-bono-kampar.html diakses pada 26 April
2017, pukul 11.33 WIB
4
Pernyataan Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman dalam launching calander of event Riau 2017
di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar RI di Medan Merdeka Barat,
Jakarta, Kamis 28 November 2016 http://kemenpar.go.id/asp/detil.asp?id=3523 diakses pada 03
April 2017, pukul 13.00 WIB
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 3
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

melalui event (Festival Bekudo Bono) menggunakan pendekatan POP (pre-


event, on-event dan post-event) agar mencapai sasaran yang optimal5”.

Sebagai kegiatan yang akan dikembangkan dan perdana masuk dalam

calendar event nasional, Festival Bekudo Bono 2017 perlu dilaksanakan dengan

baik agar berpengaruh terhadap pengembangan Daya Tarik Wisata Bono dan

dijadikan pendorong berkembangnya pariwisata di Riau. Untuk itu perlu adanya

pengelolaan atau manajemen yang baik pada pelaksanaan festival. Adisasmita

(2011, 22) mengemukakan bahwa pengelolaan bukan hanya melaksanakan suatu

kegiatan, akan tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi–fungsi

manajemen, seperti: perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien6”.

Berdasarkan penjelasan tersebut rangkaian acara Festival Bekudo Bono

2017 perlu dievaluasi bagaimana pengelolaannya. Hal ini dijadikan sebagai tujuan

dari penelitian dengan mengacu pada fungsi pengelolaan yaitu perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan

pengawasan (controlling). Maka hasil dari penelitian dapat dijadikan masukan bagi

pihak terkait agar penyelenggaraan Festival Bekudo Bono dapat ditingkatkan di

tahun berikutnya.

5
Pernyataan Menteri Pariwisata Arif Yahya dalam launching calander of event Riau 2017 di
Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar RI di Medan Merdeka Barat,
Jakarta, Kamis 28 November 2016 http://kemenpar.go.id/asp/detil.asp?id=3523 diakses pada 03
April 2017, pukul 13.00 WIB
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 4
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Sebagaimana telah dipaparkan dalam latar belakang, penelitian ini

membahas tentang evaluasi pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 melalui fungsi

pengelolaan secara umum, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling). Hasil dari

evaluasi akan mengetahui bagaimana pengelolaan yang dilakukan pihak-pihak

pengelola terhadap pelaksanaan festival sehingga akan mengetahui kekurangan

atau kendala-kendala yang terjadi. Pembahasan evaluasi dalam penelitian ini akan

difokuskan pada rangkaian acara pelaksanaan festival yang berlangsung selama tiga

hari yang mencakup promosi, akses, atraksi, dan fasilitas festival. hal ini dilakukan

karena evaluasi pelaksanaan dilakukan secara langsung sehingga dapat terukur dan

terbukti bagaimana keadaan di lapangan melalui gambar yang lampirkan dalam

skripsi ini. Pembahasan evaluasi dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan akan dipaparkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana evaluasi pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017

di Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau melalui perencanaan

(Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating), pengawasan

(Controlling)?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 melalui
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 5
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating),

pengawasan (Controlling) di Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi

Riau.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pariwisata, yakni

pada evaluasi pelaksanaan kegiatan pariwisata melalui fungsi pengelolaan secara

umum yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan

(Actuating), pengawasan (Controlling).

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi

bagi Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pelalawan

dan panitia terkait seluruh pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 agar dapat

melaksanakan Festival Bekudo Bono berikutnya dengan pengelolaan yang lebih

baik.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penulis menggunakan beberapa penelitian sebelumnya sebagai tinjauan

pustaka untuk dijadikan gambaran terhadap penelitian ini, diantaranya:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Dayan Irianto (2013) yang berjudul “Festival

Tabot Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Utama Bengkulu”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui prosesi yang terkandung di dalam Festival Tabot,

mengetahui keutamaan daya tarik Festival Tabot dan mengetahui pengelolaan


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 6
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Festival Tabot serta kendala-kendala yang ditemui. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif yaitu penggambaran keadaan di lapangan kemudian dianalisis

komponen-komponennya. Pada penelitian ini dapat diketahui prosesi yang

terkandung dalam Festival Tabot yang dilakukan selama 10 hari, yaitu terdiri dari

pentas seni tari-tarian bertemakan Tabot, perlombaan kesenian memukul Dol,

perlombaan tari kreasi Tabot, bazar dan pameran, serta penampilan bangunan Tabot

dan ikan-ikan yang dapat disaksikan. Festival Tabot mengandung makna

kebudayaan sebagai wisata budaya yang didalamnya terdapat nilai-nilai, yaitu

Originality, nilai kesakralan, Scarsity (kelangkaan). Dapat diketahui pengelolaan

Festival Tabot melalui fungsi pengelolaan secara umum, yaitu perencanaan,

koordinasi (organizing), pengarahan (actuating) dan pelaksanaan serta

pengawasan. Kendala-kendala utama dalam pelaksanaan Festival Tabot, yaitu

kurangnya dana, kendala area pelaksanaan dan kendala pelaksanaan lomba.

Kedua, tesis yang ditulis oleh Nedik Tri Nurcahyo (2015) yang berjudul

“Evaluasi Pengelolaan Cagar Budaya Kota Tambang Sawahlunto”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan cagar

budaya di Kota Sawahlunto tahun 2001-2004. Evaluasi difokuskan pada

pengelolaan cagar budaya menggunakan perangkat evaluasi fungsi manajemen

yang terdiri dari perencanaan, penggerak, pengorganisasian, dan pengawasan.

Masing-masing fungsi management ini akan dicermati melalui empat kriteria, yaitu

sumber daya manusia, institusi yang terlibat dalam pengelolaan, metode dan

sumber pendanaan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa dalam pengelolaan cagar

budaya masih ditemukan kelemahan dalam perencanaan, pengorganisasian,


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 7
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pelaksanaan, dan pengawasan. Kelemahan-kelemahan ini dapat diatasi dengan

meningkatkan sinergitas pengelolaan cagar budaya antara pemerintah kota

Sawahlunto, BPCB Batusangkar, akademisi, praktisi professional, stakeholder, dan

masyarakat yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan cagar budaya sehingga

juga dapat dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Susi Sugiarti (2016) yang berjudul “Strategi

Pengembangan Potensi Sungai Kampar Sebagai Daya Tarik Wisata Alam di

Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis potensi wisata alam dan strategi pengembangan potensi Sungai

Kampar sehingga dapat menentukan potensi wisata yang layak dikembangkan

sebagai daya tarik wisata alam di Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan analisis SWOT yang sebelumnya

masing-masing faktor di evaluasi berdasarkan IFAS (Internal Factor Analysis

summary) dan EFAS (External Internal Factor Analysis summary). Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa daya tarik wisata Sungai Kampar di Teluk Meranti

memiliki potensi berbasis alam untuk dikembangkan dan berada pada posisi

pertumbuhan. Evaluasi melalui IFAS dan EFAS membuktikan bahwa daya tarik

wisata alam Sungai Kampar memerlukan SDM berkualitas, diperlukan atraksi-

atraksi wisata tambahan, perbaikan infrastruktur, fasilitas pendukung, diperlukan

kerja sama dengan pemerintah dan lembaga terkait.

Keempat, skripsi yang ditulis oleh T. Sarmi Iskandar (2015) yang berjudul

“Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Daya Tarik Wisata Bono di

Kabupaten Pelalawan”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 8
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program pengembangan Daya Tarik

Wisata Bono dan hambatannya dengan metode wawancara dan kuisioner.

Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi pengembangan pemasaran wisata Bono,

pengembangan destinasi wisata Bono dan pengembangan kemitraan wisata Bono.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan pemasaran wisata

Bono sudah cukup baik karena telah adanya promosi dengan pembuatan VCD tetapi

belum dilaksanakan secara optimal, pengembangan wisata Bono telah dilakukan

tetapi sarana dan prasarana belum memadai, dan pengembangan kemitraan juga

telah dilakukan bekerja sama dengan Badan Promosi Daerah, tetapi belum berjalan

maksimal karena tidak didukung dengan pelaksanaan yang baik. Hambatan dalam

penelitian ini adalah kurangnya anggaran pemerintah sehingga penyusunan rencana

kerja tidak dapat dilakukan dengan optimal, pihak dinas kurang melakukan

koordinasi dengan Badan Promosi Daerah untuk promosi, serta sarana dan

prasarana yang ada kurang mendukung program pengembangan.

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Sarmi (2015) yang berjudul “Strategi Dinas

Pariwisata Kabupaten Pelalawan Dalam Mempromosikan Daya Tarik Wisata Bono

Untuk Masyarakat Domestik di Kecamatan Teluk Meranti”. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui strategi

dinas pariwisata Kabupaten Pelalawan dalam mempromosikan Daya Tarik Wisata

Bono serta mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam promosi

Daya Tarik Wisata Bono. Dapat diketahui bahwa strategi promosi yang dilakukan

Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan yaitu melalui advertaising (periklanan)

dengan menggunakan media elektronik dan media cetak, promosi penjualan,


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 9
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

publisitas, penjualan tatap muka, pemasaran langsung. Kemudian dari promosi

yang dilakukan tersebut dapat diketahui faktor pendukung dan penghambat. Faktor

pendukung strategi, diantaranya teamwork yang kompak, keterbukaan, tersedianya

sarana dan prasarana atau fasilitas pendukung, dan kemajuan teknologi. Faktor

penghambat strategi, diantaranya keterbatasan dana dalam melakukan promosi,

posisi jabatan pegawai dinas yang tidak sesuai kemampuan, dan masih kurangnya

dukungan dari masyarakat.

Dari tinjauan pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan terletak pada

metode analisis data yang menggunakan metode analisis data kualitatif dan

beberapa tinjauan pustaka menggunakan objek penelitian yang sama. Sementara

itu, perbedaan terletak pada teori yang digunakan dan beberapa penelitian

menggunakan objek penelitian yang berbeda.

1.7 Landasan Teori

Landasan teori mengkaji teori dan konsep-konsep yang relevan dengan

permasalahan dan variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa teori

terkait dengan evaluasi pengelolaan Festival Bekudo Bono sebagai daya tarik

wisata budaya.

1.7.1 Atraksi Wisata dan Wisata Budaya

Atraksi Wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui

suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan.

Atraksi wisata beda dengan objek wisata (tourist object), karena atraksi wisata
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 10
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar, seperti festival, tarian, pertunjukkan

dll. (Yoeti, 2005: 60).

Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan

keluar daerah, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup,

kebudayaan dan seni (Pendit, 1994: 41). Festival Bekudo Bono termasuk dalam

atraksi wisata budaya yang dapat disaksikan dan dilihat melalui pertunjukkan

budaya dan lomba kebudayaan yang dilaksanakan.

1.7.2 Festival

Festival menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan

perayaan besar yang dilakukan dengan tujuan untuk memperingati peristiwa

penting dan bersejarah, seperti pesta rakyat, kesenian daerah, perlombaan tradisi

masyarakat, kuliner tradisional, pertunjukkan musik dan drama yang

diselenggarakan pada saat tertentu dan pelaksanaannya ditunggu oleh masyarakat7.

“Festival is an event, a social phenomenon, encountered in vitually all human

culture” (Falassi, 1987: 1) Festival adalah suatu kegiatan, suatu fenomena sosial

yang dijumpai dalam semua kebudayaan manusia.

Sementara Gibson dan Connell (2011: 3) menyebutkan “Festivals are full

of rituals of entertaiment, spectacle and remembrance, and they bring people

together”. Festival penuh dengan ritual hiburan, tontonan dan ingatan dan

membawa orang-orang untuk berkumpul bersama. Festival Bekudo Bono 2017

7
http://kbbi.web.id/festival di akses pada Sabtu, 06 Maret 2017, pukul 11.00 WIB
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 11
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

merupakan kegiatan kebudayaan yang terdiri dari perlombaan tradisi dan

penampilan kesenian daerah yang bertujuan untuk mendatangkan pengunjung.

1.7.3 Pengelolaan

Management atau pengelolaan adalah suatu proses atau kerangka kerja yang

memerlukan pengarahan terhadap suatu kelompok dalam melakukan kegiatan-

kegiatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan agar dapat mencapai tujuan

(Terry, 1992: 1). Menurut Terry (1992: 9) management atau pengelolaan memiliki

fungsi-fungsi, yaitu :

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan tujuan-tujuan yang akan

dicapai dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah mengelompokkan dan mengumpulkan orang-

orang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan tugas dan tanggung

jawab yang diberikan sesuai kemampuan masing-masing untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

3. Pengarahan (Actuating)

Pengarahan adalah menggerakkan semua anggota kelompok untuk

melaksanakan kegiatan yang direncanakan agar dapat mencapai tujuan

organisasi. Pengarahan merupakan bagian dari pelaksanaan yaitu,

menjalankan rencana-rencana yang telah ditetapkan.

4. Pengawasan (Controlling)
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 12
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pengawasan adalah proses memastikan dan mengukur pelaksanaan agar

sesuai dengan rencana dan dapat mengambil tindakan dari pengawasan

tersebut.

Festival Bekudo Bono 2017 perlu dievaluasi pelaksanaannya melalui

fungsi-fungsi pengelolaan agar dapat mengetahui apakah rangkaian kegiatan sesuai

dengan rencana yang ditetapkan sehingga dapat memberikan penilaian dan

sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat membantu memperbaiki dan

mengembangkan pelaksanaan kedepannya.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada saat Festival Bekudo Bono 2017

berlangsung yang terletak di Desa Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti,

Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Maret 2017.

1.8.2 Metode Pengumpulan Data

Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari objek

yang diteliti (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 80). Data primer yang akan digunakan

berupa hasil observasi dan dokumentasi dalam Festival Bekudo Bono 2017 serta

data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan stakeholder. Sedangkan Data

sekunder merupakan data hasil pengumpulan orang atau instansi lain dalam bentuk

publikasi, seperti laporan tahunan, company profile dan sebagainya (Kusmayadi


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 13
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan Sugiarto, 2000: 80). Data sekunder yang digunakan adalah dokumentasi

Festival Bekudo Bono 2013 dan 2017 DISPARBUDPORA, buku-buku dan

penelitian sebelumnya serta melalui internet. Berikut metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan

mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Cara

ini dapat memperoleh data faktual dan aktual, dalam artian data yang

dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung (Kusmayadi dan

Sugiarto, 2000: 84). Penulis akan melakukan observasi untuk memperoleh data

primer, dengan mengamati langsung pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017

di Desa Teluk Meranti. Observasi dilakukan selama tiga hari pelaksanaan untuk

mengetahui rangkaian kegiatan festival, pengelolaan festival, fasilitas

pendukung festival dan koordinasi antar panitia. Observasi dilakukan untuk

melihat apakah pengelolaan dalam pelaksanaan festival telah baik dan berjalan

sesuai fungsi–fungsi pegelolaan dengan cara ikut terlibat sebagai penonton dan

membaur dengan masyarakat.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara peneliti

dengan responden. Wawancara sebagai cara mengumpulkan data dengan

bertanya langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban dicatat atau

direkam dengan alat perekam (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 83). Wawancara

dilakukan sebagai teknik pengumpulan data primer, dengan melakukan


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 14
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

wawancara terstruktur terhadap narasumber. Penulis akan melakukan

wawancara langsung terhadap narasumber untuk mendapatkan data primer

yang diperlukan dalam penelitian ini. Metode wawancara yang digunakan

adalah wawancara terstruktur untuk mendapatkan data mengacu pada teori

pengelolaan (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam pelaksanaan

Festival Bekudo Bono 2017 sehingga didapatkan hasil evaluasi dari penelitian

ini. Beberapa subjek yang menjadi narasumber yaitu, ketua panitia pelaksana

Festival Bekudo Bono 2017, Pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan,

Masyarakat Desa Teluk Meranti, pengunjung Festival Bekudo Bono 2017,

Peserta lomba Festival Bekudo Bono 2017, dan pengelola wisata bono. Peneliti

akan menggunakan media record dan buku catatan dalam Pengambilan data.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan untuk mendapatkan data sekunder dalam

penelitian ini yaitu dengan melakukan pengumpulan data dari buku, skripsi,

tesis, jurnal, peraturan daerah, website dan publikasi berupa gambar maupun

tulisan dari berbagai media atau lembaga terkait agar mendapatkan data yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini diperlukan data

berupa foto lokasi dan rangkaian acara pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2013

dan 2017, data gambaran umum Kabupaten Pelalawan dan Desa Teluk Meranti,

data sejarah Wisata Bono, dan data kunjungan wisata Kabupaten Pelalawan.

d. Dokumentasi
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 15
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dokumentasi diambil dengan dua cara, yaitu dokumentasi langsung diambil

oleh peneliti dan berdasarkan dokumen-dokumen yang sudah ada dari Dinas

Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pelalawan serta

pengelola Daya Tarik Wisata Bono. Dokumentasi langsung berupa foto

pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017, fasilitas dalam festival dan Desa

Teluk Meranti yang merupakan lokasi festival. Dokumen yang sudah ada

berupa foto pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2013, foto dalam gambaran

umum Kabupaten Pelalawan dan profil Wisata Bono.

1.8.3 Metode Analisi Data

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode data

analisis kualitatif. Analisis yang digunakan dalam mengolah data kualitatif terdiri

dari tiga tahap yaitu, Reduksi data, penyajian data dan verifikasi/penarikan

kesimpulan (Miles and Michael, 1992: 15).

a. Reduksi Data

Setelah data Festival Bekudo Bono 2017 terkumpul melalui observasi,

wawancara dan studi pustaka, kemudian data tersebut akan dipilih dan

disederhanakan. Reduksi data dilakukan untuk menyederhanakan data yang

berlebihan, kurang dimengerti dan menajamkan data sedemikian rupa, sehingga

dapat ditarik data kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah (Miles and Michael,

1992: 16). Seperti data gambaran umum Kabupaten Pelalawan dan Kecamatan

Teluk Meranti, yang dipilih berdasarkan keadaan geografis, objek wisata terkenal,

jumlah kunjungan dan sosial budaya. Data sejarah wisata bono dan profil wisata

bono yang dipilih untuk dijabarkan agar mudah dipahami.


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 16
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b. Penyajian Data

Setelah semua data direduksi, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah

penyajian data. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif sehingga penyajian yang

sering digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya data yang telah direduksi dari

lapangan kurang tersusun rapi, terpencar–pencar, berlebihan dan masih dalam

kalimat yang sulit dimengerti, sehingga perlu dilakukan kriteria pembobotan dan

penyeleksian data. Setelah itu data tersebut disusun dalam suatu bentuk yang padu

dan mudah dimengerti, serta dilanjutkan dengan menginterpretasi data yang sudah

ada kedalam sebuah bentuk tulisan deskripsi.

c. Verifikasi/Penarikan kesimpulan

Semua data yang telah dipilih dan disajikan, selanjutnya akan di Verifikasi.

Verifikasi atau menarik kesimpulan dilakukan dengan cara mencocokkan data yang

telah dianalisa pada tahap reduksi dan tahap penyajian data pada hipotesis yang

telah dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang

dilakukan dalam kegiatan Festival Bekudo Bono 2017 di Desa Teluk Meranti

menjadi suatu kesimpulan.

Reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan merupakan

hal yang saling berkaitan pada sebelum, selama dan sesudah melakukan penelitian

atau pengumpulan data dan disebut “analisis” yang merupakan proses siklus dan

interaktif (Miles and Michael, 1992: 19).


Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 17
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk mengetahui garis besar dari penyusunan

skripsi ini, yaitu terdiri atas empat bab yang masing-masing dijabarkan sebagai

berikut:

Bab I :

Bab ini menjelaskan skema penelitian yang terdiri dari Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Landasan Teori, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bagian ini

digunakan sebagai acuan dan pedoman untuk melakukan penelitian.

Bab II :

Bab ini berisi gambaran umum Kabupaten Pelalawan, Daftar Objek Wisata

Kabupaten Pelalawan, jumlah kunjungan Kabupaten Pelalawan, gambaran

umum Kecamatan Teluk Meranti, profil Daya Tarik Wisata Bono, gambaran

umum Festival Bekudo Bono dan Rangkaian Pelaksanaan Festival Bekudo

Bono 2013.

Bab III :

Bab ini berisi pembahasan dari evaluasi pelaksanaan Festival Bekudo Bono

2017 melalui perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, pelaksanaan yang di

dalamnya terdapat rangkaian kegiatan festival, promosi, akses, atraksi, fasilitas,

pengunjung festival, peserta lomba festival, keterlibatan masyarakat dan pihak–

pihak pengelola Festival Bekudo Bono 2017 serta pengawasan atau evaluasi

untuk mengetahui bagaimana pengelolaannya dan terakhir rangkuman evaluasi

pelaksanaan festival.
Evaluasi Pelaksanaan Festival Bekudo Bono 2017 Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau 18
RIFIKA OCTAVIANDRA
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Bab IV:

Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran dari peneliti yang diharapkan

dapat menjadi masukan pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai