Anda di halaman 1dari 14

Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan

Kognitif
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat
hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak
dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :

1.Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun) :

Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari :

 Kegiatan motorik

 Persepsinya yang sederhana.

Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi


langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :

a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di


sekitarnya.

b. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.

c. Suka memperhatikan sesuat lebih lama.

d. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.

e. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah


tempatnya.

2.Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun) :

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah :


 Pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan

 Mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi


dua, yaitu Preoperasional dan Intuitif.

Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering
terjadi kesalahan dalam memahami objek.

Karakteristik tahap ini adalah :

a. Self counternya sangat menonjol.

b. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan


mencolok.

c. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria


yang benar.

d. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat


menjelaskan perbedaan antara deretan.

Tahap intuitif (umur 4 – 7/8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering
tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah
dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang
memiliki pengalaman yang luas.

Karakteristik tahap ini adalah :

a. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang


disadarinya.

b. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih
kompleks.

c. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.

d. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti


terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak
kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan
kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah
objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara
yang berbeda.

3.Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah :

a. Anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan

b. Ditandai adanya reversible dan kekekalan.

Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-
benda yang bersifat konkret.

4.Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) :

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah :

Anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
berpikir "kemungkinan".

Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai
dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa.

Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :

a. Bekerja secara efektif dan sistematis.

b. Menganalisis secara kombinasi.

c. Berpikir secara proporsional.

d. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan


semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam
merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap
tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
Teori perkembangan kognitif
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata, skema tentang
bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti
teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa
kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang
termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:

1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

1. Periode sensorimotor

Periode sensorimotor adalah periode yang menandai perkembangan kemampuan


dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan :

1) Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.

2) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-
kebiasaan.

3) Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat


sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.

4) Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia


sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).

5) Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan.

6) Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan


tahapan awal kreativitas.

2. Tahapan praoperasional

(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara


mental terhadap objek-objek.
Ciri dari tahapan ini adalah :
 Operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
 Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan
objek dengan gambaran dan kata-kata.
 Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari
sudut pandang orang lain.
 Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Dalam tahapan ini, anak mengembangkan :
 Keterampilan berbahasanya.
 Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan
gambar.
Mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Mereka kesulitan
memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Anak memiliki pikiran
yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup
pun memiliki perasaan.

3. Tahapan operasional konkrit


Muncul antara usia enam sampai dua belas tahun dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah :
 Pengurutan.  Decentering.
 Klasifikasi.  Reversibility.
 Konservasi.
4. Penghilangan sifat Egosentrisme. Kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan
cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam
kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Ujang.

4. Tahapan operasional formal

Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara


abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai.

Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.

Referensi

 Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and


individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA: Wadsworth

 Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth


Publishers.

 Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed.


Oxford: Blacwell publishing

 Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York:


Basic Books.

 Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J.


Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books.

 Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child


Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.

 Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.


 Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in
Psychology, 18, 241–259.

 Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology


Press.

 Seifer, Calvin "Educational Psychology"


Psikologi Perkembangan
Menurut John W. Santrock bahwa perkembangan merupakan pola
perubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan terus berlangsung selama
masa hidup manusia. Sebagian besar perkembangan mencakup pertumbuhan,
meskipun juga mencakup kemunduran yang disebabkan proses penuaan dan
kematian. Perbedaan yang mencolok antara perkembangan dan pertumbuhan
ialah, pertumbuhan terjadi kepada makhluk hidup secara fisik, misal tambah
tinggi, tambah gemuk, dan lain sebagainya. Kalau perkembangan dapat dilihat
secara mental, misal perkembangan dalam kemampuan berfikir, dalam kreativitas
dan lain sebagainya.

Perkembangan dapat dibedakan menjadi 3 macam :

1. Perkembangan fisik : Pertumbuhan dari badan dan otak, termasuk


pola-pola perubahan dan kapasitas sensori, kapasitas motorik, dan
kesehatan.

2. Perkembangan kognitif: pola-pola perkembangan dalam


kemampuan belajar, atensi, memori, bahasa, berfikir, penalaran dan
kreatifitas.

3. Perkembangan psikososial: pola-pola perubahan emosi,


kepribadian dan hubungan social. Bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang kompleks, mengikuti pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil pematangan.

Ketiga bentuk perkembangan tersebut dialami oleh setiap manusia.

Sifat-sifat perkembangan menurut John W. Santrock ada tiga, yaitu :

 Proses Biologis,

 Proses Kognitif, dan

 Proses Sosioemosi.

Pada proses biologis ini menghasilkan perubahan yang berkaitan dengan sifat
dasar fisik individu. Gen-gen yang diwariskan oleh orangtua, misal tingkat
kecerdasan, postur tubuh, perubahan hormonal di masa pubertas dan lain
sebagainya. Proses sosioemosi mencakup perubahan dalam relasi individu
dengan orang lain, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian. Misal
senyum seorang bayi ketika merespon sentuhan ibunya. Karena kita
membahas perkembangan dari individu secara utuh yang memiliki pikiran
dan tubuh yang saling terkait.

Creative and Mental Growth


Menurut Victor Lowenfeld, suatu telaah dan analisis perihal periodisasi yang
terdapat dan menjadi ciri umum lukisan anak-anak sesuai waktu (usia) dan tahap
perkembangan sosial intelektual mereka dalam seni rupa dibagi menjadi beberapa,
yaitu :

(1) Masa coreng moreng (Scribbling Period)

Berlaku bagi anak berusia 2 sampai 4 tahun;

(2) Masa prabagan (Pre Schematic Period)

Berlaku bagi anak berusia 4 sampai 7 tahun;

(3) Masa bagan (Schematic Period)

Berlaku bagi anak berusia 7 sampai 9 tahun;

(4) Masa awal realisme (Early Realism)

Berlaku bagi anak berusia 9 sampai 12 tahun, dan

(5) Masa naturlistik semu (Pseudo Naturalistic)

Berlaku bagi anak berusia 12 sampai 14 tahun.

Art as a Means of Understanding Growth (Seni sebagai Sarana untuk Memahami


Pertumbuhan) :

1. Emotional Growth (Pertumbuhan Emosional)


2. Intellectual Growth As Seen In The Child’s Creative Work (Pertumbuhan
Intelektual yang Dapat Dilihat Dalam Kerja Kreatif Anak)

3. Physical Growth In Creative Activity (Pertumbuhan Fisik Dalam Kegiatan


Kreatif)

4. Perceptual Growth In Creative Activity (Pertumbuhan persepsi atau cerap


Dalam Kegiatan Kreatif)

5. Social Growth In Creative Activity (Pertumbuhan Sosial Dalam Kegiatan


Kreatif)

6. Aesthetic Growth (Pertumbuhan Estetis)

7. Creative Growth (Pertumbuhan Kreatif)

1. Beginnings of Self-expession: The Scribbling Stage, 2-4 Years (Awal


Ekspresi diri: Tahap Mencoreng, 2-4 Tahun)

Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum


menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya
mengikuti perkembangan gerak motorik.Biasanya, tahap pertama hanya
mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau
horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak
yang masih mengunakan motorik kasar. Kemudian, pada perekembangan
berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang
bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis
melingkar.

Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu :

(1) corengan tak beraturan,

(2) corengan terkendali, dan

(3) corengan bernama.

2. First Representation Attempts: The Preschematic Stage, 4-7 Years (Upaya


Pertama Representasi: Tahap Pra-bagan, 4-7 Tahun)
Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan
anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang
menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis
sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap
ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk
memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih
berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek,
orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang
disenanginya. Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan
kepada kepentingannya. Ini dinamakan dengan “perspektif batin”.
Penempatan objek dan penguasan ruang belum dikuasai anak pada usia
ini.

3. The Achievement of a Form Concept: The Schematic Stage, 7-9 Years


(Pencapaian Konsep dari sebuah bentuk: Tahapan Bagan, 7-9 Tahun)

Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung


mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau
rebah ( tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat
tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan
rebah ke kanan ). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul
dengan dibuatnya garis pijak (base line). Penafsiran ruang bersifat
subjektif, tampak pada gambar “tembus pandang” (contoh: digambarkan
orang makandi ruangan, seakan-akan dinding terbuat dari kaca). Gejala ini
disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya
gambar sebuah rumah yang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga
seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas.

4. The Dawning Realism: The Gang Age, 9-11 Years (Realisme Awal: Usia
berkelompok, 9-11 Tahun)

Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai


kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan
penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan
Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam
menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai
sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Penguasan konsep
ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada
garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis
horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain
seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada
perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang
kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau
bunga.
5. The Pseudo-Naturalistic Stage: The Stage of Reasoning, 11-13 Years
(Tahap Naturalis Semu: Tahapan Penalaran, 11-13 Tahun)

Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta


kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai
kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih
rinci.

6. The Period of Decision: The Crisis of Adolescence Seen in Creative


Activity (Periode Keputusan: Masa Krisis Remaja Terlihat dalam Kegiatan
Kreatif)

Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri.


Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung
akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa
tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa
bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama
dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan
berlangsung terus dalam kehidupan.

7. Adolecent Art (Seni Remaja)

Seni anak adalah istilah yang berarti bagi setiap guru, orang tua,
dan psikolog. Kita tahu atribut seni anak, kekuatan yang mendasarinya,
tahap perkembangan, serta maknanya bagi pertumbuhan. Telah dibuktikan
bahwa seni anak memiliki atribut yang berbeda dan, seperti anak-anak,
merupakan fase yang sangat penting dalam pengembangannya. Ketika kita
mempertimbangkan seni remaja, namun, kami menemukan kebingungan.
Jauh sebelum di buatnya suatu konsep dari seni remaja, dan ini tercermin
dalam program seni di SMP dan SMA. Ada kebutuhan menangis (curahan
emosi) untuk menentukan prinsip-prinsip yang mendasari seni remaja dan
untuk mengembangkan dan mendukung program yang berkaitan terutama
dengan kebutuhan kelompok usia ini. Kita tahu bahwa masa remaja
mungkin sebagai berbeda periode dalam perkembangan individu dalam
masyarakat kita seperti periode yang disebut anak-anak. Kebutuhan cukup
jelas, dan tidak ada alasan sebenarnya mengapa kita tidak harus bisa
sampai pada program seni yang tidak hanya berbeda di alam, tetapi yang
juga dapat memberikan dasar yang diperlukan untuk membantu memenuhi
kebutuhan zaman ini dan terungkap kemungkinan pertumbuhan lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai