Anda di halaman 1dari 14

JURNAL AWAL

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI NON STERIL

SIRUP CTM

Kelompok : 3 (A2C)

Ni Kadek Sulistya Dewi (171200214)

Dosen Pengampu : I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra, S.Farm., M.Sc., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

DENPASAR

2019
BAB VI

SIRUP CTM

A. TUJUAN
1. Mengetahui formulasi sediaan sirup CTM
2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sirup CTM
3. Dapat membuat sediaan non steril sirup CTM skala laboratorium sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan

B. DASAR TEORI

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau
tanpa tambahan, bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan sediaan yang baik
untuk suatu sediaan liquid dari suatu bahan obat yang dimiliki rasa tidak enak. Sirup
efektif untuk pemberian obat pada anak-anak, karena ketidakpatuhan pada anak-anak
untuk meminum obat yang dapat dihilangkan dengan rasa enak dari sirup (Ansel,
1989).

Berdasarkan fungsinya, sirup dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu


Medicated syrup (sirup obat) dan Flavoured syrup (sirup pembawa). Medicated syrup
didefinisikan sebagai sirup yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Sirup obat
berupa obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain yang berupa preparat yang
sudah distandarisasi. Contohnya sirup parasetamol, CTM, dan lain-lain. Flavoured
syrup biasanya mengandung berbagai bahan aromatis atau rasa enak yang digunakan
sebagai larutan pembawa atau pemberi rasa. Salah satu contohnya adalah sirupus
simplex (Ansel, 1989).

Secara umum, proses pembuatan sediaan sirup dibagi menjadi dua, yaitu cara
pemanasan dan cara agitasi. Apabila menggunakan cara pemanasan. Cepat, merupakan
salah satu kelebihan dari pembuatan sirup dengan cara pemanasan. Cara agitasi
dimaksudkan untuk memberikan ruang kepada bahan-bahan pada proses agitasi
(pengocokkan). Kelebihan cara ini adalah tercapainya stabilitas maksimum dan
digunakan untuk bahan yang tidak stabil pemanasan (Anief, M., 1996).

Kandungan sakarosa dari sirup umumnya antara 60-65%. Hal itu menentukan daya
tahan dari sediaan. Atas dasar daya tahannya maka sediaan berkonsentrasi tinggi dinilai
paling baik, meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa dengan meningkatnya
kandungan gula dari sirup menyebabkan kelarutan bahan obat tertentu di dalamnya
berkurang ( Voight, 1994).
Komponen-komponen sirup terdiri dari (Van Duin, 1991) :
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori
yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis
berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin
dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Pengawet antimikroba digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam
penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh
mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-
bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang
enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai
kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup
untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini
harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk
diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH
selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama
tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat
konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat
dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu
kelarutan, pengental dan stabilisator.
Cllorprniramine maleat diabsorpsi baik melalui pemakaian oral, walaupun
obat ini mengalami metabolisme substansial pada mokpsa gastrointestinal sebelum
diabsorpsi dan mengalami reaksi first pass metabolism di hati (Gu Shifen,2002).
Obat antihistamine H1 adalah obat pilihan (drug of choice) dan sering sangat efektif
(Katsung,1997)
Larutan oral Cllorprniramine maleat harus disimpan pada tempat yang kedap
cahaya. Cllorprniramine maleat umumnya disimpan pada temperature kurang dari
40oC, lebih baik lagi pada suhu 15-30oC. Didapar pada Ph 2,4,6, dan 8. Larutan oral
Cllorprniramine maleat harus disimpan pada tempat rapat (Gu Shifen,2002).

Clorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 100,5% C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
dan memiliki berat molekul 390,67. Clorfeniramin maleat berupa serbuk hablur,
putih; tidak berbau, larutan mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air,
larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena
(Farmakope IV, 1995)

Mekanisme kerja Clorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor


H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacammacam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat
merangsang maupun menghambat susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono,
1995)

Klorfeniramin maleat memberikan efek samping walaupun juga bersifat


serius dan kadangkadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang
sering terjadi adalah sedatif, gangguan saluran cerna, mulut kering.
Adapun keuntungan dan kerugian bentuk sediaan sirup adalah sebagai berikut:
Keuntungan dari bentuk sediaan sirup adalah :
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia
lanjut, parkinson, anak - anak).
2. Obat terlarut lebih mudah diabsorpsi
3. Pendosisan fleksibel
4. Varian rasa obat banyak
Kerugian dari bentuk sediaan sirup adalah :
1. Tidak cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan
2. Formulasi sulit untuk bahan berkelarutan rendah
3. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat
suspense atau eliksir).

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Kemasan sirup 500 ml (3 botol)
2. Blender
3. Sudip
4. Mortar dan stamper
5. Gelas ukur
6. Beaker glass
7. Batang pengaduk
8. Pipet tetes
9. Kaca arloji
10. Sendok tanduk, PH meter
11. Cawan
12. Kertas perkamen
13. Hot plate
14. Viscometer brokfield
15. Piknometer

b. Bahan
1. CTM
2. Aquadest
3. Propilen glikol
4. Sukrosa
5. Asam sitrat
6. Natrium sitrat
7. Esense
8. Pewarna

Formula sirup CTM

No Nama Bahan Fugsi Kadar jumlah


Formulasi
1. CTM Bahan aktif 4mg/5ml 240mg
2. Propilen glikol Pengawet 30% 90 gr
3. sukrkosa Pemanis 60% 180 gr
4. Asam sitrat Buffer dan 2% 6 gr
antioksidan
5. Sesensial jeruk Perasa 0.5% 1.5 gr
6. Sunset yellow Pewarna qs qs
7. Aquadest Pelarut Ad 100 ml Ad 100 ml
8. Natrium sitrat Dapar 2% 6 gr
D. PEMERIAN BAHAN
1. Chlorpheniramini maleas (CTM) (FI IV Hal.210)
Tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101.1% C16H19CIN2.C4H4O4
dihitung terhadap zat yang di keringkan.
Pemerian : Serbuk hablur putih tidak berbau dan berasa pahit
Nama lain : Piridina maleat
Nama kimia : 2-Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl)-N,N-
dimethyl
Struktur kimia :

Rumus molekul : C16H19CIN2.C4H4O4


Berat molekul : 390.87
Kelarutan : larut dalam 4 bagian air.dalam 10 bagian etanol
(95%) dan dalam 10 bagian kloroform p sukar larut
dalam eter P
Ph larutan : 1% b/v 4 sampai 5
Titik didih : antara 132 ̊C sampai 135 ̊C
Stabilitas : Tidak boleh terpapar cahaya secara langsung
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan kandamisin dan asam asetat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup tidak tembus cahaya
Sifat khusus :-
Koefisien partisi : 9,2
2. Sukrosa (FIiv hal 762 dan HOPE edisi 6 hal 704)
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna,masa hablur atau
berbentuk kubus atau serbuk hablur putih,tidak berbau
rasa manis,stabil diudara, larutan netral terhadapa
lakmus
Nama lain : Sucrosum atau sakarosa
Nama kimia : β-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside [57-50-1]
Struktur kimia :

Rumus molekul : C12H22O11


Berat molekul : 342.30
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendiddih sukar larut dalam etanol tidak
larut dalam kloroform dan eter
Ph larutan : 4 sampaI 6
Titik didih : antara 160 ̊C sampai 168 ̊C
Stabilitas : Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada
temperature ruangan dan kelembaban sedang dapat
menyerap 1% bau yang dilepaskan saat di panaskan
pada suhu 90 ̊c
Inkompatibilitas :Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi dengan
logam berat yang dapat menjadi inkompatibel dengan
bahan pembantu asam sebat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Sifat khusus :-
Khasiat : pemanis dan pengental
Koefisien partisi : 67% w/w
3. Propilen glikol ( FI III Hal : 534 )
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
rasa
agak manis; higroskopik

Nama kimia : Propana-1,2-diol

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol ( 95% ) dan

dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P;


tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak lemak.

Ph larutan :-

Penyimpan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan; pelarut

(farmakofe indonesia ed III)

4. Aquadest

Pemerian : cairan jernih tidak berwarna tidak berbau tidak


mempunyai rasa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kelarutan :-

Khasiat : pelarut

(farmakofe indonesia ed III, hal 96)

5. Asam sitrat

Pemerian : hablur bening tidak berwarna atau serbuk hablur granul


sampai halus, putih tidak berbau praktis rasa sangat asam

Kelarutan : sangat mudahlarut dalam air dan mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup raoat

Khasiat :-

(farmakofe indonesia ed IV, hal 481)

6. Natrium sitrat

Pemerian : hablur tidak berwarna halus putih

Kelarutan : mudah larut dalam air, tidak larut dalam etanol (95%)

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : antikoagulan

(farmakofe indonesia ed III, hal 406)

7. Sukrosa

Pemerian : hablur putih tidak berwarna tidak berbau rasa manis stabil di
udara larutan netral terhadap lakmus

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air lebih mudah larut dalam asir
mendidih

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Khasiat :-

(farmakofe indonesia ed IV, hal 762)

1. CARA KERJA

A. CARA KERJA

Pembuatan sediaan sirup, pertama yang dilakukan adalah menimbang CTM


Dilarutkan dengan Aquadest 100ml (disisihkan)

Sukrosa ditimbang sebanyak 180 gram lalu dilarutkan dalam 100 ml air panas
(disisihkan)

Diimbang propilrn glikon sebanyak 90 gram, asam sitrat 6 gram, dan natrium sitrat
6 gram

Kemudian asam sitrat dan natrium sitrat dilarutkan dalam 50 ml Aquadest


(disisihkan). Lalu aduk sukrosa dan propilrn glikon sampai homogen.

Kemudian CTM dan campuran sukrosa propilrn diaduk sampai homogen. Lalu
campuran tadi ditambahkan esensial jeruk secukupnya.

Larutan yang sudah ditambahkan larutan jeruk dicampur dengan campuran asam
sitrat dan natrium sitrat blender sampe homogen

Kemudian ditambahkan sisa Aquadest sampai 300 ml.

EVALUASI SEDIAAN
1. Evaluasi Fisika
 Pengukuran viskositas sirup CTM ( menggunakan viscometer brokfield)
 Pengukuran berat jenis sirup CTM ( menggunakan piknometer)
 Pengukuran volume terpindahkan sirup CTM :
Volume rata-rata sirup yang diperoleh dari sepuluh wadah tidak kurang
dari 100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 90% dari
volume yang dinyatakan pada etiket.
 Uji Organoleptis :
Meliputi bau, rasa, warna, kejernihan selain itu juga diperiksa kelengkapan
etiket, brosur, dan penandaan pada kemasan.
2. Evaluasi Biologi
a. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba
 Mikroba uji
 Media untuk biakan awal mikroba uji
 Pembuatan Inokulat
 Penafsiran hasil
b. Uji Cemaran Mikroba
Dilakukan memperkirakan jumlah mikroba aerob viable di dalam semua
jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi.

2. PERHITUNGAN BAHAN
4 𝑚𝑔
1. CTM = 𝑥 300 𝑚𝑙 = 240 𝑔𝑟
5 𝑚𝑙
30
2. Propilen glikol = 100 𝑥 300 𝑚𝑙 = 90 𝑔𝑟
60
3. Sukrosa = 100 𝑥 300 𝑚𝑙 = 180 𝑔𝑟
2
4. Asam sitrat = 𝑥 300 𝑚𝑙 = 6 𝑔𝑟
100
0,5
5. Esensial jeruk = 100 𝑥 300 𝑚𝑙 = 1,5 𝑔𝑟

6. Sunset yellow = secukupnya


7. Aquadest = add 300 ml
2
8. Natrium sitrat = 100 𝑥 300 𝑚𝑙 = 6 𝑔𝑟

3. DATA PENGAMATAN
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1996, Penggolongan Obat berdasarkan Khasiat dan Penggunaannya, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F.,

Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.

Farmakope Indonesia1978. Edisi III: departemmen Kesehatan RI.

Farmakope Indonesia1995. Edisi IV: departemmen Kesehatan RI.

Gu Shifen, Chen Hui, Qiu Y., Shi S., dan Zeng. (2002). Study on the Pharmacokinetics and

Relative Bioavaibility of Irbesartan Capsules in Healthy Volunteers. Journal of

Huazhang University of Science and Technology :

Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik : Prinsip Kerja Obat Antimikroba.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 699.

Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 28-29, 157, Airlangga University

Press, Surabaya.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek

Sampingnya, Edisi Kelima, 357-359, 363-367, Direktur Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Van duin. 1991. Ilmu Resep dan Teori. Jakarta : PT. Soerongan
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan oleh

Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press

Anda mungkin juga menyukai