PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
1. 4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini, dapat digunakan untuk mahasiswa, institusi pendidikan
serta pengembangan ilmu keperawatan.
1.4.1 Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru dalam
melakukan studi kasus terkait dengan pemberian asuhan keperawatan pada Klien
dengan ST Elevation Miocardial Infarction (STEMI).
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan ST Elevation Miocardial Infarction (STEMI) di
ruang Prof. DR. M.A Hanafiah SM Batusangkar tahun 2019.
1.4.3 Bagi pengembangan ilmu keperawatan
Mahasiswa mampu mengaplikasikan intervensi-intervensi terbaru dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada Klien dengan dengan ST Elevation
Miocardial Infarction (STEMI) di ruang jantung Prof. DR. M.A Hanafiah SM
Batusangkar tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Etiologi
Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard.
Penyebab penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri koroner
karena ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh
embolus atau thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu
terjadi ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen. (Carpenito,
2018). Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada
lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid. (Price &Wilson, 2016).
Penyebab STEMI Menurut Carpenito (2018)
1. Faktor pencetus
a. Suplai oksigen kemiokard berkurang disebabkan beberapa factor
- Faktor pembuluh darah misalnya: aterosklerosis, spasme,
arteritis
- Faktor sirkulasi misalnya: hipotensi, stenosis aurta,
insufisiensi.
- Faktor darah misalnya anemia, hipoksemia.
b. Curah jantung yang meningkat, Aktifitas yang berlebih, emosi.
c. Kebutuhan oksigen yang meningkat
d. Kerusakan miokard, hipertropimiocard, hipertansi.
2. Faktor presdiposisi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah seperti Usia, jenis kelamin,
hereditas, ras.
b. Faktor resiko yang dapat diubah seperti Merokok, hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes, obesitas, stress psiklogi.
2.2.3 Patofisiologi
Penyebab paling sering Akut Miokard Infark adalah penyempitan pembuluh
darah yang disebabkan oleh karena atheromatous.Pecahnya plak menyebabkan
terjadinya agregasi trombosit, pembentukan thrombus dan akumulasi fibrin,
perdarahan dalam plak dan beberapa tingkatan vasospasm. Keadaan ini akan
mengakibatkan sumbatan baik parsial maupun total, yang berakibat iskemi
miokard. Sumbatan total pembuluh darah yang lebih dari 4-6 jam berakibat
nekrosis miokard yang irreversible tetapi reperfusi yang dilakukan dalam waktu
ini dapat menyelamatkan miokardium dan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium, diakibatkan oleh
iskemia pada miokard yang berkepanjangan yang bersifat irreversible.Waktu
diperlukan bagi sel-sel otot jantung mengalami kerusakan adalah iskemia selama
15-20 menit.Infark miokard hampir selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan
nyata mengurangi fungsi ventrikel kiri, makin luas daerah infark, makin kurang
daya kantraksinya.
Secara fungsional, infark miokard menyebabkan : berkurangnya kontraksi
dengan gerak dinding abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel kiri,
berkurangnya volume denyutan, berkurangnya waktu pengeluaran dan
meningkatnya tekanan akhir diastole ventrikel kiri. Gangguan fungsi tidak hanya
tergantung luasnya infark, tetapi juga lokasinya karena berhubungan dengan
pasokan darah. Infark juga dinamakan berdasarkan tempat terdapatnya seperti
infark subendokardial, infark intramural, infark subepikardial, dan infark
transmural.Infark transmural meluas dari endokardium sampai epikardium.Semua
infark miokard memiliki daerah daerah pusat yang nekrotik/infark, dikelilingi
daerah cedera, diluarnya dikelilingi lagi lingkaran iskemik.Masing-masing
menunjukkan pola EKG yang khas.Saat otot miokard mati, dilepaskan enzim
intramiokard, enzim ini membantu menentukkan beratnya infark. Jaringan otot
jantung yang mati, diganti jaringan parut yang dapat mengganggu fungsinya (Dr.
Jan Tambayong, 2017)
WOC
Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria
Nekrosis
Resiko
Metabolism anaerob penurunan
Seluler hipoksia
curah jantung
Gangguan
2.2.4 Manifetasi Klinis
Timbunan asam laktat
pertukaran gas Nyeri
1. Klinis meningkat Integritas membrane sel berubah
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak
mereda, bagian nbawah sternum dan abdomen bagian atas, ini
Kelemahan Kontraktilitas turun
merupakan gejala utama. Kecemasan
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
Intoleransi aktifitas
tertahankan lagi.
COP turun Kegagalann pompa
c. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke
jantung
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung
2.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanan STEMI mengacu pada data-data evidence based
berdasarkan penelitianrandomized clinic trial yang terus berkembang ataupun
consensus dari para ahli sesuai pedoman (guidlen)
Tujuan utama tatalaksana pada pasien IMA adalah mendiagnosis secara
cepat, menghilangkan nyeri, menilai dan mengimplementasikan strategi reperfusi
yang mungkin dilakukan, memberi antitrombotik dan antiplatelet, memberikan
obat penunjang. Secara umum, penatalaksanaan STEMI adalah :
1. Istirahat
2. Diet jantung, makanan lunak, rendah garam.
3. Pemberian Diuretic, yaitu untuk memacu eksresi natrium dan air
melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari
agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan
output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami
kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga harus
menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari
terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
4. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial,
hati-hati depresi pernapasan.
5. Pemberian oksigen
6. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif
merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung
untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel.
Pedoman dalam pemberian terapi mengacu pada ACC/AHA tahun 2009 dan
ESC tahun 2008, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisisarana dan fasilitas dan
kemampuan ahli yang ada. Berikut ini tahap penatalaksanaan:
1. Penatalaksanaan pra rumah sakit
Kematian diluar RS pada STEMI sebagian besar diakibatkan adanya
fibrilasi ventrikel mendadak yang terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala
dan lebih separuhnya terjadi pada jam pertama sehingga elemen utama
penatalaksanaan pra hospital pada pasien yang dicurigai STEMI antara lain:
a. Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis.
b. Pemanggilan tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan
resusitasi.
c. Transportasi pasien keRS yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta
staf medis yang terlatih.
d. Melakukan terapi reperfusi
e. Keterlambatan terbanyak pada penanganan pasien disebabkan oleh
lamanya waktu mulai onset nyeri dada sampai keputusan paien untuk
meminta pertolongan. Hal ini dapat diatasi dengan cara edukasi
kepada masyarakan oleh tenaga professional kesehatan mengenai
pentingnya penatalaksanaan dini.
f. Pemberian fibrinolitik pre hospital hanya bisa dikerjakan jika
paramedic diambulance yang sudah terlatih untuk menginterpretasikan
EKG dan managemen STEMI serta ada kendali medis online yang
bertanggung jawab pada pemberian terapi.
2. Penatalaksanaan diruang emergensi
Tujuan penataaksanaan di IGD adalah mengurangi nyeri pada,
mengidentifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi
reperfusisegera, triase pada risiko rendah keruangan yang tepat kerumah sakit
dan menghindari pemulangan cepat.
a. Pemberian oksigen : suplai oksigen harus diberikan pada pasien
dengan saturasi oksigen kurang dari 90%. Pada semua pasien STEMI
tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selam 6jam pertama
b. Pemberian obat-obatan
- Nitrogliserin : dapat diberikan dengan dosis 0,4mg dan dapat
diberikan sampai 3dosis interval 5 menit.
- Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyerii dada dan
merupakan analgesi piihan pertama dalam tatalaksana pada
kasusu STEMI dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang 5-15
menit samapi dosis total 20 mg.
- Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang
dicurigai STEMI dan efektif pda spectrum syndrome coroner
akut dengan dosis diruang emergensi 160-325mg setelah itu
dengan dosis peroral dengan dosiis 75-162mg.
- Clapidogrel dengan dosis 300 mg dalam satu kali pemberian.