Disusun oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum
harus dilaksanakan oleh segenap komponen dalam suatu negara hukum. Negara
konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD Tahun 1945 dalam Pasal 1 Ayat (3).
Dalam lingkup hukum perdata, dikenal ada dua hukum yang menjadi ruang
lingkup hukum perdata yaitu hukum materiil dan hukum formilnya. Untuk
melaksanakan hukum materiil perdata terutama dalam hal ada pelanggaran atau
hukum materiil perdata itu sendiri. Peraturan hukum inilah yang disebut hukum
hukum perdata materiil. Lebih kongkrit lagi dapatlah dikatakan, bahwa hukum
1
2
dan tergugat belum tentu semuanya penting bagi hukum. Sehingga peristiwa-
peristiwa tersebut masih harus dipisahkan yang mana relevan bagi hukum. Hal
berpendapat bahwa “Salah satu tugas hukum adalah untuk menyelidiki apakah
suatu hubungan hukum atau peristiwa hukum yang menjadi dasar gugatan
benar-benar ada atau tidak”.2 Peristiwa yang relevan inilah yang dibutuhkan
oleh hakim, ia harus memperoleh kepastian bahwa peristiwa yang menjadi dasar
yaitu :
1
Sudikno Mertokusumo, 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty. Hal 3.
2
Retnowulan Sutantio, Ny. dan Iskandar Oeripkartowinoto, 1986. Hukum Acara Perdata Dalam
Teori dan Praktek. Bandung: Alumni. Hal 41.
3
ternyata soal pumbuktian merupakan suatu tindakan yang sangat penting dalara
keyakinan, yang penting adalah adanya alat bukti yang sah. Berdasarkan alat-
alat bukti tersebut hakim akan mengambil keputusan siap yang menang dan
Adapun alat bukti yang dimaksud dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 284
Rgb, yaitu :
3. Bukti persangkaan,
4. Bukti pengakuan
5. Bukti sumpah.
Selain alat-alat bukti yang tersebut dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 284
Rbg, masih ada alat-alat bukti lain yaitu pemeriksaan setempat dan keterangan
3
Sudikno Mertokusumo. Op. Cit. Hal 103-104.
4
terikat oleh undang-undang. Berhubung dalam hal tersebut, lalu timbul teori-
teori tentang bagaimana hakim harus menilai suatu pembuktian yang diajukan
hakim”.4
Sedangkan dalam penulisan skripsi ini yang akan penulis bahas secara
lebih mendalam dari macam-macam alat bukti tersebut diatas adalah bukti surat,
Bahwa surat merupakan alat bukti tertulis yang memuat tulisan untuk
4
Ibid, halaman 102.
5
bukti tertulis itu dibagi menjadi dua macam yaitu surat akta dan surat bukan
akta. Surat akata sendiri dari surat akta otentik dan surat akta dibawah tangan.
sebagai pembuktian, sedang pengertian akta adalah yang diberi tanda tangan
yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu hak atau
perikatan yang dibaut sejak semula sebagai pembuktian, yang dimaksud akta
otentik adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapkan pejabat yang berwenang
kata dibawah tangan adalah akta yang dibuat oleh para pihak sendiri”.5
Selain itu surat, khususnya surat akta otentik dewasa ini sangat
perselisihan, maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang alat
bukti akata otentik apabila akta otentik tersebut dijadikan sebagai alat bukti
pada perkara perdata, karena pembuktian merupakan bagian penting dari proses
pemeriksaan perkara perdata yang akan menentukan suatu putusan, oleh karena
itu bagaimanakah pendapat dan penilaian hakim terhadap akta otentik yang
dijadikan sebagai alat Surat sebagai alat bukti otentik menurut bentuknya dibagi
menjadi dua macam yaitu surat akta dan surat bukan akta. Surat akta ialah surat
yang tertanggal dan diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang
5
Ibid. Hal 109-110.
6
digunakan untuk pembuktian. Surat akta ini ada dua macam pula yaitu surat
akta otentik dan surat akta dibawah tangan. Menurut ketentuan Pasal 165 HIR
akta otentik yaitu “Akta yang dibuat oleh atau dihadapkan pejabat yang diberi
wewenang untuk itu. Merupakan bukti yang lengkap bagi kedua belah pihak
dan ahli warisannya serta orang yang mendapatkan hak dari pdanya tentang
segala hal yang tersebut dalam surat itu dan pemberitahuan saja, tetapi yang
otentik itu misalnya notaris, pegawai catatan sipil, hakim, panitera, juru sita,
yang sebenarnya. Karena akta otentik itu memuat keterangan pejabat yang sah
akta otentik itu sebagai benar adanya. Kebenaran isinya itu cukup dibuktikan
merupakan :
7
kebijaksanaan hakim.
yaitu :
ketiga, bahwa pada tanggal tersebut dalam akta yang bersangkutan telah
ambtelijk dan akta partai. Akta amtelijk yaitu akta yang dibuat oleh pejabat yang
diberu wewenang untuk itu, dengan mana pejabat menerangkan apa yang dilihat
dan dilakukannya, misalnya akta protest pada wesel, akta catatan sipil, akta
partai yaitu akta yang dibuat di hadapan pejabat, dengan mana pejabat
tanda tangannya, misalnya akta jual beli tanah di muka Pejabat Pembuat akta
6
Ny. Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Op.Cit, halaman 49.
8
Tanah (PPAT), akta perkawinan, akta pendirian suatu Perseoan Terbatas dan
sebagainya.
Pada akta partai selalu terdapat kekuatan bukti materiil dan merupakan
alat bukti sempurna sebab dalam akta partai itu kebenaran dari isi akta tersebut
ditentukan oleh pihak-pihak dan pejabat menerangkan seperti apa yang dilihat,
diketahuinya dari pihak-pihak itu. Tetapi pada akta ambtelijk tidak selalu
kebenarannya isi akta otentik itu, asal dapat membuktikannya. Sebab apa yang
dilihat dan dilakukan oleh pejabat itu hanya berdasarkan pada apa yang
Selain dari akta otentik ada lagi akta dibawah tangan, dikatakan dibawah
tangan karena tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang untuk
dijadikan sebagai alat bantu. Menurut ketentuan Pasal 16 Stb. 1867 Nomor 29,
Pasal 288 Rbg, surat akta dibawah tangan yang diakui perbuatannya atau tanda
tangannya oleh orang terhadap siapa surat itu digunakan, memberikan kekuatan
bukti sempurna seperti akta otentik terhadap para pihak, ahli warisnya dan orang
yang memperoleh hak padanya. Perbedaan pokok antara akta otentik dengan
dibawah tangan tergantung diakui atau dipungkirinya tulisan, isi atau tanda
tangan yang terdapat dalam akta terhadapnya diajukan suatu akta dibawah
tangan, ia diwajibkan secara tegas untuk memungkiri tulisan atau isi atau tanda
dibawah tangan tersebut atau mengakuinya. (Pasal 2 Stb, 1867 Nomor 29). Hal
ini dimaksudkan untuk melindungi setiap orang terhadap suatu pemalsuan tanda
tangannya, dan bagi ahli waris atau orang yang mendapat hak, untuk mereka
tidak mengenal tulisan atau tanda tangan orang yang mereka wakili. Berbeda
dengan akta otentik, dimana tanda tangan yang terdapat di dalamnya bukam
merupakan suatu persoalan dan apabila akta dibawah tangan dijadikan sebagai
alat bukti, maka pemeriksaan terhadap kebenaran tanda tangan yang terdapat di
dalamnya adalah merupakan acara pertama. Apabila tanda tangan yang terdapat
dalam akta dibawah tangan di sangkal oleh pihak yang dikatakan telah
membuktikan kebenaran dari tanda tangan yang terdapat dalam akta dibawah
tangan tersebut dengan memakai alat bukti lain. Menurut Pasal 3 Stb, 1867
Nomor 29, Pasal 290 Rbg, apabila tulisan atau tanda tangan memerintahkan
supaya kebenaran dari tulisan atau tanda tangan tersebut diperiksa di muka
pengadilan.
formil dan materiil sama dengan akta otentik. Adapula surat yang bukan akta.
Dikatakan bukan akta karena tidak ada tanda tangan. Bukan akta merupakan
digunakan sebagai bukti dari suatu peristiwa. Kekuatan pembuktian surat yang
Akan tetapi ada bebarapa catatan atau surat yang ditetapkan oleh undang-
undang sebagai alat bukti yang mengikat yang harus dipercaya oleh hakim,
yaitu :
1. Surat yang dengan tegas menyebutkan tentang suatu pembayaran yang telah
diterima.
dibuat adalah untuk memperbaiki suatu kekurangan di dalam suatu alas hak
(titel) bagi seseorang untuk keuntungan siapa surat itu menyebutkan suatu
perikatan.
suatu alas hak yang selamanya dipegangnya jika apa yang ditulis itu
suatu alas hak suatu tanda pembayaran ini berada dalam tangannya si
berutang”.7
7
R. Subekti, 1982. Hukum Acara Perdata. Bandung: Bina Cipta, halaman 99.
11
B. Pembatasan Masalah
ingin menekankan pada alat bukti surat yang berupa akta otentik khususnya
Karanganyar.
C. Perumusan Masalah
Negeri Karanganyar ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penilaian hakim tentang kekuatan alat bukti akta otentik
Negeri Karanganyar.
E. Manfaat Penelitian
3. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana dibidang ilmu
F. Metodologi Penelitian
pengetahuan mana senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan
pengasuh-pengasuhnya”.8
8
Soerjono Soekanto, 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Pres. Hal 3.
13
1. Pendekatan Penelitian
2. Jenis Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data yang diperlukan dalam
suatu penelitian dapat diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data yang
dipergunakan adalah :
a. Data Primer
9
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14.
14
a. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka, yang bertujuan untuk
penelitian.
4. Lokasi penelitian
sebagai berikut :
a. Observasi
alat bukti akata otentik yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri
Karanganyar.
Yaitu suatu cara untuk memperoleh data atau pengumpulan data dari
c. Studi kepustakaan
diteliti.
a. Metode Populasi
Salah satu cara yang perlu diambil dalam melaksanakan suatu penelitian
b. Metode Sampling
c. Metode Sample
masalah yang sedang diteliti. Dengan demikian analisa data yang digunakan
G. Sistimatika Skripsi
lingkupnya, maka sistimatika skripsi ini secara garis besarnya sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika
A. Pembuktian
1. Pengertiannya Pembuktian
2. Tujuan Pembuktian
17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN