Anda di halaman 1dari 159

LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi utama dari sebuah jalan adalah untuk melayani pergerakan pejalan
kaki dan kendaraan secara aman, nyaman dan efisien. Untuk mewujudkannya
maka dibuatlah suatu sistem konstruksi Jalan Raya yang tepat untuk mencapai
tujuan tersebut. Jalan yang dibuat harus mempunyai kapasitas struktural yang
cukup agar dapat memikul beban lalu lintas yang direncanakan dan pengarh
lingkungan yang bekerja.
Pada perencaan perkerasan, beban lalu lintas yang paling diperhitungkan
adalah beban sumbu kendaraan dan jumlah repetisi dari sumbu kendaraan yang
mampu dipikul oleh perkerasan. Di jalan raya umumnya ditentukan banyak
variasi beban kendaraan, misalnya kendaraan yang tidak bermuatan, sebagian atau
terisi penuh dan kendaraan dengan beban yang berlebih. Kendaraan dengan beban
berlebih ini yang menjadi permasalahannya, karena secara langsung
mempengaruhi struktur perkerasan jalan.
Permasalahannya pada pengebangan konstruksi jalan raya adalah
konstruksi pada kondisi tanah dasar yang lunak dengan kapasitas dukung terhadap
beban yang lunak. Dengan kapasitas dukung terhadap beban yang rendah serta
jalan dengan kondisi tanah dasar dan tebal perkerasan yang tidak cukup tebal akan
mengakibatkan deformasi berlebihan sehingga dapat menyebabkan kerusakan
pada struktrur perkerasan jalan.
Kerusakan pada perkerasan jalan akan mempengaruhi kecepatan
kendaraan, mengurangi lebar bagian jalan yang dapat dilewati kendaraan.
Kapasitas jalan yang berkurang akan menyebabkan ketidak mampuan jalan
tersebut untuk menyalurkan volume kendaraan yang melintas. Akibatnya akan
terjadi kemacetan pada ruas jalan tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, guna memberikan rasa aman,
nyaman dan efisien, ramah lingkungan serta ekonomis kepada pemakai jalan,
maka konstruksi perkerasan harus memenuhi persyaratan dasar perencanaan.
Persyaratan tersebut merupakan parameter perencanaan awal yang harus dimiliki

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

oleh perencana guna mempermudah dalam perencanaannya. Persyaratan dasar


tersebut adalah menyediakan permukaan jalan yang rata dan kuat, menjamin
keamanan selama umur rencana, serta memerlukan biaya pemeliharaan yang
sekecil-kecilnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari desain Jalan Raya II ini adalah :
a. Mahasiswa/i mampu merencanakan konstruksi perkerasan jalan yang
memenuhi persyaratan struktural.
b. Mahasiswa/i mampu merencanakan konstruksi perkerasan jalan yang
memenuhi persyaratan fungsional.
c. Perencanaan mencakup perencanaan tebal masing-masing lapisan
perkerasan serta analisis campuran bahan yang digunakan.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada desain ini di titik beratkan pada konstruksi
perkerasan jalan yang meliputi :
1. Perencanaan tebal konstruksi perkerasan lentur dengan metode CBR
2. Perencanaan tebal konstruksi perkerasan lentur dengan metode Bina
Marga dengan konstruksi langsung
3. Perencanaan tebal konstruksi perkerasan lentur dengan metode Bina
Marga 1989 dengan konstruksi bertahap
4. Perencanaan tebal konstruksi perkerasan lentur dengan metode Bina
Marga 2002
5. Perencanaan tebal konstruksi perkerasan kaku dengan memperhatikan
daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas keadaan lingkungan, dan jenis
lapisan yang dipilih
6. Gambar hasil perencanaan tebal konstruksi perkerasan dalam Autocad.
Perencanaan tersebut berdasarkan dari data yang telah diberikan yaitu dari
data volume lalu lintas, tekanan angin ban kendaraan rerata (Ta),
pertumbuhan lalu lintas, data tanah (Nilai CBR, jenis tanah, dan nilai PI
tanah), curah hujan, serta kondisi air tanah.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Data Tugas

2.1.1 Data Volume Lalu Lintas

a. Mobil Penumpang ( 4 ton ) = 2044 Kend/Hari


b. Mobil Pick Up ( 6 ton ) = 91 Kend/Hari
c. Mobil Bus Sedang ( 6 ton ) = 42 Kend/Hari
d. Bus besar ( 9 ton ) = 50 Kend/Hari
e. Truk Sedang ( 13 ton ) = 76 Kend/Hari
f. Truck 2 As ( 18 ton ) = 99 Kend/Hari
g. Truck 3 As ( 25 ton ) = 119 Kend/Hari
h. Trailler ( 40 ton ) = 56 Kend/Hari
2.1.2 Tekanan angin ban kendaraan rata-rata (Ta) = 5,94

2.1.3 Pertumbuhan Lalu Lintas

a. Selama masa perencanaan dan pembangunan =3 %


b. Selama masa layan (mulai tahun ....) =6%
2.1.4 Data Tanah

a. Nilai CBR

b. Jenis Tanah = Butir Kasar


c. Nilai PI tanah =12 %
2.1.5 Curah Hujan = 670 mm/Tahun

2.1.6 Kondisi Air Tanah = Tinggi

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

2.2 SASARAN TUGAS

1. Merencanakan tebal konstruksi pekerjaan dengan metode CBR untuk


umur rencana 10 tahun.
2. Merencanakan tebal konstruksi perkerasana dengan metode analisa
komponen Bina Marga Konstruksi Langsung untuk Umur Rencana 10
tahun.
3. Merencanakan tebal konstruksi perkerasan dengan metode Analisa
komponen Bina Marga 1989 Konstruksi Bertahap untuk umur rencana
tertentu :
a. Konstruksi bertahap umur rencana 10 tahun
b. konstruksi tahap kedua umur rencana 5 tahun
4. Merencanakan tebal konstruksi perkerasan dengan metode Bina Marga
Tahun 2002 untuk umur rencana 10 tahun.
5. Merencanakan konstruksi perkerasan kaku untuk umur rencana 20 tahun
6. Melengkapi hasil perencanaan dengan gambar sket tebal konstruksi
perkerasan.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat
yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai
antara lain adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping
peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen dan
tanah liat.

3.2 Sejarah Perkerasan Jalan


Sejarah perkerasan jalan dimulai dengan sejarah umur manusia itu
sendiri yang selalu bersiasat mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi
dengan sesama. Jalan yang diperkeras pertama kali ditemukan di
Mesopotamia sekitar 3500 SM. Konstruksi perkerasan jalan berkembang
pesat pada zaman keemasan romawi hingga awal abad ke-18.
John Lauden Mac Adam (1756-1836) dari Skotlandia memperkenalkan
konstruksi perkerasan Mac Adam, yang terdiri dari lapisan Aus (aspal dan
pasir kasar), batu pecah (diameter 5/7 cm), batu pecah/batu kali (diameter
15/20 – 20/30 cm) dan pasir urug (tebal 10-20 cm).
Pierre Morre Jerome Tresawuel (1716-1796) dari Prancis,
menggambarkan sistem lapisan batu pecah yang dilengkapi dengan
drainase, kemiringan melintang serta pondasi yang dilengkapi dengan
drainase, kemiringan melintang serta pondasi dari batu.
Thomas Thelford (1757-1834) dari Skotlandia, membangun konstruksi
perkerasan Thelford, yang terdiri dari batu pecah (diameter 15/20 - 25/30
cm) yang disusun tegak, dan batu kecil untuk menutupi pori-pori yang ada
dan memberikan permukaan yang rata. Sistem ini banyak di Indonesia era
90-an.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Perkerasan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan di Babylon pada


615 SM, tetapi baru aktif dipakai pada tahun 1880 setelah ditemukannya
kendaraan bermotor bensin oleh Gorting Damler dan Karle Benz.
Pembangunan jalan yang tercatat dalam sejarah Indonesia pertama kali yaitu
pembangunan jalan pos dari Anyer di Banten sampai Banyuwangi di Jawa
Timur pada zaman pemerintahan Deandels akhir abad 18. Awal tahun 1970-
an, Indonesia mulai membangun jalan dengan klasifikasi yang lebih baik,
dengan diresmikannya Tol Jagorawi pada 9 Maret 1978.

3.3 Jenis Perkerasan Jalan


Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan
dalam beberapa bagian :
a. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya
(portland). Lapisan-lapisan pengikatnya aspal, lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban ke tanah dasar.
b. Kontruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan
pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah
dasar dengan atau anpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian
besar dipikul pelat beton.
c. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur, dapat
berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku dan sebaliknya.

3.4 Kriteria Perkerasan


Konstruksi perkerasan jalan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Persyaratan kekuatan / struktural
Dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban.
b. Persyaratan fungsional
Dipandang dari segi keamanan dan kenyamanan berlalu lintas.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Untuk memenuhi syarat-syarat diatas perencanaan dan pelaksanaan


konstruksi harus mencakup :
1. Perencanaan tebal masing-masing perkerasan
Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang
akan dipikul, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih.
2. Analisa campuran bahan
Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia
direncanakan suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi
spesifikasi dari jenis lapisan yang dipilih.
3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan
Dengan memperhatikan perencanaan ketebalan, pemilihan material,
pencampuran, penyiapan lokasi dan material, pemadatan serta
pemeliharaan.

3.5 Jenis dan Susunan Lapisan Perkerasan


Lapisan perkerasan terdiri dari :

Gambar 3.1 Susunan Lapisan Perkerasan Lentur

1. Lapisan Permukaan (Surface Course)


Merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas yang langsung
bersentuhan dengan beban lalu lintas. Jenislapisan permukaan yang
umum digunakan di Indonesia yaitu :

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

a. Lapisan tipis aspal beton (lataston) atau Hot Roll Sheet (HRS), adalah
lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan lapisan ini terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang mineral pengisi (filler)
dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas.
b. Lapisan aspal beton (laston), adalah lapisan terdiri dari campuran
aspal keras dan agregat dengan gradasi menerus, dicampur dan
dihamparkan pada suhu tertentu.
c. Asphalt Threated Bare (ATB), adalah formulasi untuk meningkatkan
keawetan dan ketahanan kelelehan, materialnya hampir sama dengan
laston.mm
d. Penetrasi Macadam (lapen), terdiri dari agregat pengunci gradasi
terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan
diatas, dan dipadatkan lapis demi lapis.
2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Merupakan bagian lapisan perkerasan jalan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah. Material yang digunakan harus kuat
dan awet dengan CBR minimum 50%, indeks plastisitas PI≤4%. Jenis
lapisan pondasi atas yang umum digunakan di Indonesia :
a. Batu pecah kelas A, B atau C
b. Tanah/lempung kepasiran
c. Lapisan aspal beton (AC/ATB)
d. Stabilitas agregat dengan semen/kapur/aspal
e. Penetrasi Mac Adam (lapen)
3. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)
Merupakan lapisan perkerasan antara lapisan pondasi atas dan tanah
dasar. Material yang digunakan harus kuat, dengan CBR minimum 20%
dan PI≤10%. Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di
Indonesia :
a. Pasir dan batu (sirtu) kelas A, B, dan C
b. Tanah lempung kepasiran
c. Lapisan aspal beton (laston)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

d. Stabilitas agregat dengan semen/kapur


e. Stabilitas tanah dengan semen/kapur
4. Lapisan Tanah Dasar
Merupakan permukaan tanah asli/permukaan galian atau permukaan
tanah timbun yang didapatkan dan merupakan bagian lapisan paling
bawah dari lapisan perkerasan rata-rata persyaratan CBR>3%.

Gambar 3.2 Sketsa Penyebaran Gaya Pada MasingMasing Lapisan

3.6 Parameter Perencanaan Tabel Lapisan Perkerasan Lentur


Faktor Yang mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi jalan :
1. Topografi
Merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan lokasi jalan dan
pada umumnya mempengaruhi dalam perencanaan elemen vertiakl dan
horizontal serta sistem drainase.
Tabel 3.1 Klasifikasi Medan Jalan
No Jenis Medan Notasi Kemiringan Jalan (%)
1 Datar D <3
2 Perbukitan B 3 -25
3 Gunung C >25
Sumber : TCPGJAK, Bina Marga No.038/T/BM/97
2. Fungsi Jalan
Fungsi Jalan Yaitu :
a. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan
kecepatan rata-rata tinggi.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

b. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan dan


pembagian adanya ciri-ciri merupakan perjalanan jarak sedang,
dengan kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan dibatasi.
c. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.
3. Kelas Jalan
Kelas Jalan Yaitu :
a. Jalan Kelas I
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor, termasuk
muatannya, dengan ukuran tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang
tidak melebihi 19.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
> 10 ton.
b. Jalan Kelas II
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya dengan ukuran lebar ≤2500 mm , panjang
≤18000 mm dan muatan sumbu terberat ≤10 ton
c. Jalan Kelas III A
Jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatannya dengan lebar ≤2500 mm , panjang
≤18000 mm , dan muatan sumbu terberat ≤ 8ton .
d. Jalan Kelas III B
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya dengan lebar ≤2500 mm , panjang ≤12000 mm dan
muatan sumbu terberat ≤ 8ton .
e. Jalan Kelas III C
Jalan Lokal yang dpat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatannya dengan lebar ≤2100 mm , panjang ≤ 9000 mm dan
muatan sumbu terberat ¿ 8 ton .
4. Kinerja Perkerasan Jalan
a. Keamanan ditentukan berdasarkan gesekan akibat adanya konstruksi
antara ban dan permukaan jalan.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

b. Kenyamanan mengemudi berdasarkan wujud perkerasan dan fungsi


pelayanan.

Tabel 3.2 Indeks Permukaan


Indeks Permukaan Fungsi Pelayanan
4–5 Sangat Baik
3–4 Baik
2–3 Cukup
1–2 Kurang
0–1 Sangat Kurang
Sumber : TCPGJAK, Bina Marga No.038/T/BM/97

Tabel 3.3. Penentuan Lebar Jalur Dan Bahu Jalan

Sumber: Bina marga No. 038/TBM/1997


Keterangan: **) = mengacu pada persyaratan ideal
*) = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 m
- = tidak ditentukan
Tabel 3.4 Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Indeks)
RCI
8 – 9 Sangat rata dan teratur
7 – 8 Sangat baik dan umumnya rata
6 – 7 Baik
5 – 6 Cukup, sedikit sekali bahkan hampir tidak ada lubang tetapi
permukaan jalan tidak rata
4 – 5 Jelek, kadang-kadang terdapat lubang, permukaan jalan tidak rata
3 – 4 Rusak, bergelombang dari banyak lubang
2 – 3 Rusak berat, banyak lubang dan seluruh perkerasan hancur

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

1–2 Tidak dapat dilalui, kecuali kendaraan 4 wd jeep


Sumber : TCPGJAK, Bina Marga No.038/T/BM/97

Tabel 3.5Konfigurasi Sumbu Beban

Sumber : Manual Perkerasan Jalan dengan alat Benkelman beam No. 01/MN/BM/83

Tabel3.6.Hubungan konfigurasis umbu,MST (Muatan Sumbu Terberat) dan JBKI


(Jumlah Berat Kombinasi yang diIjinkan)

Sumber :Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pd T-01-2002-B)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel3.7.Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Indeks)

Sumber :Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pd T-01-2002-B)

5. Umur Rencana
Merupakan jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk
Melayani lalu lintas kendaraan (akhir pelaksanaan) sampai diperlukan.
Selama umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan harus tetap
Dilakukan.
6. Lalu Lintas
Tabel Perkerasan jalan ditentukan dari besar beban yang akan dipikul,
Besar beban lalu lintas diperoleh dari :
a. Volume Lalu Lintas
Merupakan jumlah lalu lintas yang melewati suatu titik pada jalur
gerak (jalan) yang diamali dalam suatu rangka waktu tertentu.
b. Pertumbuhan Lalu Lintas
Merupakan persentase yang menyatakan tingkat pertumbuhan volume
lalu lintas pada suatu ruas jalan dalam satu satuan waktu.
7. Beban Lalu lintas
a. Beban sumbu standar (standard axle bad)
Jenis kendaraan yang memakai jalan beraneka ragam variasi ukuran,
beban dan konfigurasi sumbu. Beban standar adalah beban sumbu
tunggal roda ganda seberat 18.000 pound (8.16 ton).
b. Angka ekivalen kendaraan
Merupakan angka yang menunjukkan jumlah lintasan beban sumbu
standar yang akan menyebabkan kerusakan pada lapisan perkerasan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

apabila kendaraan itu lewat satu kali. Angka ekivalen beban sumbu
standar (equivalen standard axle load).

L 4
¿
8.16 (3.1)
ESAL=K ¿

Dimana :
L : beban suatu sumbu kendaraan
K : 1, untuk sumbu tunggal
: 0.086, untuk sumbu ganda
: 0,031, untuk sumbu triple

Angka ekivalen kendaraan (Ekend)


ESAL kendaraan = esal sumbu depan + esal sumbu belakang
c. Lintas ekivalen
Merupakan repitisi beban yang digunakan dalam lintas sumbu standar
yang diterima konstruksi jalan.
d. Lintas ekivalen permukaan (LEP)
Merupkana besarnya lintas ekivalen pada saat jalan tersebut dibuka

1+i ¿
n (3.2)
LEP : LH Ri × E i ×Ci ׿
∑¿
Dimana :
LHRi : Lalu lintas harian rata-rata
Ei : Esal Kendaraan
Ci : Koefisien distribusi jalan
I : Pertumbuhan lalu lintas selama perencanaan dan
pembangunan
n : Massa Perencanaan dan pembangunan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

e. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)


Merupakan besarnya nilai lintas ekivalen pada saat jalan tersebut
membutuhkan perbaikan (akhir umur rencana )

LEA : LEP (1 + r )n’


(3.3)

Dimana :
R : Pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana
N’ : Umur rencana

f. Lintas Ekivalen Tengah (LET)


Merupakan besarnya lintas ekivalen pertengahan

LET :
(3.4)
LEP+ LEA
2
g. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
Merupakan besarnya lintas ekivalen selama umur rencana :
n' (3.5)
LER : LET .
10

Tabel 3.8 Pedoman Penentuan Jumlah Jalur


Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur
1
5.5 m < L <8.25 m 2
8.25 m < L < 11.25 m 3
11.25 m < L < 15 mm 4
15 m < L < 18.75 mm 5
18.75 m < L < 22 m 6
Sumber : TCPGJAK, Bina Marga No 038/T/BM/97

Tabel 3.9 Koefisien Lajur Distribusi ( C )


Jumlah Lajur Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah
1 1.00 1.00 1.00 1.00

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

2 0.60 0.50 0.70 0.50


3 0.40 0.40 0.50 0.48
4 0.30 0.45

Jumlah Lajur Kendaraan Ringan Kendaraan Berat


1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah

5 0.25 0.43
6 0.20 0.40
Sumber : TCPGJAK, Bina Marga No 038/T/BM/97
*Berat total < 5 ton
**Berat Total > 5 ton

8. Sifat dan Daya Dukung Tanah Dasar


Daya dukung tanah dasar pada perencanaan perkerasan dinyatakan dengan
nilai CBR (California Beraring Ratio).
Penentuan nilai CBR :
a. CBR satu titik Pengamatan :
CB R1 (3.6)
1
3
Dimana : hn(CBRn ¿ )/100 3
CBR titik = 1
Hn : Tebal lapisan
n 1(¿)¿ 3tanah
+… ¿ ke-n
100 ¿
: tebal total lapisan tanah yang diamati (cm)
¿
CBRn : nilai CBR pada lapisan ke-n
b. CBR segmen
Cara analitis
CBR segmen = CBR rata-rata – ( CBRmax – CBRmin)/R (3.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.10 Nilai R pada setiap CBR segmen


Jumlah Titik Nilai R
2 1.41
3 1.91
4 2.24
5 2.48
6 2.67
7 2.83
8 2.96
9 3.08
>10 3.18
Sumber : Si. Sukirman 1999
Cara Grafis :
1. Menentukan nilai CBR terendah
2. Menentukan banyaknya nilai CBR yang sama atau lebih dari
masing-masing nilai CBR. Kemudian disusun dari nilai CBR
terkecil hingga terbesar
3. Angka terbanyak diberi nili CBR 100%, angka lain merupakan
persentase dari 100%
4. Membuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase nilai
CBR tadi
5. Nilai CBR segmen adalah nilai pada keadaan 90%
Daya Dukung Tanah :
CBR (3.8)
DDT : 4.3 log ¿+1.7
¿
9. Faktor Regional
Seperti diketahui bahwa rumus-rumus dasar dari pedoman perencanaan
perkerasan diambil dari hasil percobaan dengan kondisi percobaan
terentu, karena dalam kenyataannya dilapangan yang dihadapi mungkin
berbeda kondisi dengan kondisi saat percobaan, maka perlu
diperhitungkan faktor regional sebagai faktor koreksi sambungan dengan
perbedaan kondisi tersebut,antara lain :
a. Persentase kendaraan berat terhadap volume lalu lintas kendaraan
rencana.
b. Curah hujan rata-rata pertahun dari perhari.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

c. Keadaan drainase jalan, berdasarkan klasifikasi tanah dasar dengan


nilai CBR tanah dasar.
Tabel 3.11 Faktor Regional (FR)
Kelandaian I ¿ 6 Kelandaian II Kelandaian III
6−10 >10%
% Kendaraan Berat % Kendaraan Berat % Kendaraan
Berat
≤30 ¿ 30 ≤30 ¿ 30 ≤30 ¿ 30
Iklim I < 900 0.5 1.0 – 2.5 1.0 1.5 – 2.0 1.5 2–
mm/th 2.5
Iklim II > 1.5 2.0 – 2.5 2.0 2.5 – 3.0 2.5 3–
900 mm/th 3.5
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tabel Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metode Analisa Komponen SKBI – 2.3.26.1998

Tabel 3.12 Faktor Drainase (∂)


N Klasifikasi Drainase Kondisi Air Tanah Jenuh Tanah ∂
o
1 Bagus Dalam Kasar 1.0 – 1.5
2 Baik Dalam Halus 1.6 – 2.5
3 Sedang Tinggi Kasar 2.5 – 3.5
4 Jelek Tinggi Halus 3.5 – 5.0
Sumber : S.Sukirman 1999

Tabel 3.13 Faktor Lingkungan dan Curah Hujan (n)


N Curah PI < 10 PI = 10 - 20 PI = 20 – 30
o Hujan/Jenis
Tanah
1 Jarang n= 1.25 - 1.75 n= 2.00 - 2.50 n= 2.50 - 3.00
2 Sedang n= 1.75 – 2.50 n= 2.50 – 4.00 n= 3.00 – 6.00
3 Banyak n= 2.50 - 7.00 n= 4.00 – 7.00 n= 6.00 – 12.5
Sumber : S.Sukirman 1999

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

10. Indeks Permukaan (IP)


Menyatakan nilai kerataan/Kebetulan serta kekokohan permukaan yang
bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Adapun
beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti berikut :
IP : 1.0  Menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat
sehingga sangat mengganggu lalu lintas kendaraan.
IP : 1.5  Tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin dilewati.
IP : 2.0  Tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.
IP : 2.5  Permukaan jalan masih cukup stabil dan baik.
Dalam Menentukan Indeks Permukaan (IP) pada akhir umur rencana,
Dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional dan jumlah lintas
Ekivalen rencana (LER)
Tabel 3.14 Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (Ipt)
LER *) Klasifikasi Jalan
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1.0 – 1.5 1.5 1.5 - 2.0 -
10 – 100 1.5 1.5 – 2.0 2.0 -
100 – 1000 1.5 – 2.0 2.0 2.0 – 2.5 -
>1000 - 2.0 – 2.5 2.5 2.5
Sumber : Silvia Sukirman , 1999
*)
LER dalam satuan angka ekivalen 8.16 ton beban sumbu tunggal.

Catatan : Pada proyek-proyek penunjang jalan, jalan murah atau jalan darurat,
maka IP dapat diambil 1.0.
Sumber : Petunjuk Perencana Tebar perkerasan lentur jalan raya dengan metoda
analisa komponen.
Dalam menentukan Ipo Perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan
pada awal umur rencana.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.16 Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo)


Jenis Permukaan Ipo Raughness*) (mm/km)
Laston ≥4 ≤1000
3.9 – 3.5 > 1000
Lasbutag 3.9 – 3.5 ≤2000
3.4 – 3.0 > 2000
HRA 3.9 – 3.5 < 2000
3.4 – 3.0 > 2000
BURDA 3.9 – 3.5 < 2000
BURTU 3.4 – 3.0 < 2000
LAPEN 3.4 – 3.0 ≤3000
2.9 – 2.5 > 3000
Latiasbum 2.9 – 2.5 -
Buras 2.9 – 2.5 -

Latasir 2.9 – 2.5 -

Jalan Tanah ≤2.4 -


Jalan Kerikil ≤2.4 -
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Tabel Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metoda Analisa
Komponen

11. Koefisien Kekuatan Relatif (a)


Koefisien kekuatan relatif ,asing-masing bahan dan kegunaannya sebagai
lapis permukaan, pondasi atas, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi
sesuai nilai marshall test (unruk bahan dengan aspal) kuat tejan (untuk
bahan yang distabilisasi dengan semen atau kapus), dan CBR (untuk
bahan lapis pondasi bawah) jika alat marshall test tidak tersedia, maka
kekuatan (stabilitas) bahan beraspal bisa diukur dengan cara lain seperti
heueem test, Hubbard test, dan Smith triaxial.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.16. Tebal Kekuatan Relatif Bahan


Koefisien
Kekuatan Bahan
Kekuatan Relatif
a1 a2 a3 K ka CBR ( ) Jenis Bahan
Kt( )
(¿¿ 1) cm
m1 ¿
0.40 - - 744 - -
0.35 - - 590 - -
0.32 - - 454 - - Laston
0.30 - - 340 - -
0.35 - - 744 - -
0.31 - - 590 - -
0.28 - - 454 - - Lasbutag
0.26 - - 340 - -
0.30 - - 340 - - HRA
0.26 - - 340 - - Aspal Mac Adam
0.25 - - - - - Lapen (Mekanis)
0.20 - - - - - Lapen (Manual)
- 0.26 - 340 - - Laston Atas
- 0.24 - - - - -
- 0.23 - - - - Lapen (Mekanis)
- 0.19 - - - - Lapen (Manual)
- 0.15 - - 22 - Stabilitas Tanah dengan
Semen
- 0.13 - - 18 - -
- 0.15 - - 22 - Stabilitas Tanah dengan
Kapur
- 0.13 - - 18 - -
- 0.14 - - - 100 Batu Pecah Kelas A
- 0.13 - - - 80 Batu Pecah Kelas B
- 0,12 - - 60 Batu Pecah Kelas C
- - 0,13 - - 70 Sirtu/Pitrun Kelas A
- - 0,12 - - 50 Sirtu/Pitrun Kelas B
Koefisien
Kekuatan Relatif Kekuatan Bahan
Jenis Bahan
a1 a2 a3 K ka CBR ( )
Kt( )
(¿¿ 1) cm
m1 ¿
- - 0,11 - - 30 Sirtu Kelas CTanah
- - 0,10 - - 20 lempung kepasiran
Sumber : SNI 1732 – 1989 – F ( Tabel Koefisien Relative )
Tabel 3.17 Nilai Relatif ekuatan Beban Terhadap Kekuatan Agregat CBR 80%
Nilai Ekivalen Terhadap

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Jenis Bahan Perkerasan Base Batu Pecah (ai)


Aspal Beton Kelas A ( sin ≥750 kg /cm 2 2
Aspal Beton Kelas B ( sin ≥550 k g /cm 2 1.5 – 1.8
Aspal Beton Kelas C ( sin ≥350 kg /cm2 1
Base Course (CBR ≥ 80 ) 1
Base Course (CBR ≥ 20 ) 0.75
Sumber : Shirley H.2000
Perencanaan tabel konstruksi perkerasan lentur metoda analisa komponen Bina
Marga.
Metoda ini merupakan metoda perencanaan tebal konstruksi perkerasan secara
empiris dan merupakan modifikasi dari metoda AASHTO 1973 yang disesuaikan
dengan kondisi jalan Indonesia.
Rumus dasar :
LogLER :

(3.9)
IPo−IPt
log ⁡( )
4.2−1.5 1
9.3 log:( ITP+2.54 )−3.9892+
Keterangan −log + 0.371( D DT −3)
138072 FR
0.4+( )
LER : Lintas Ekivalen Rencana Selama( ITP+2.54
Umur Rencana
) .5.13
LTP : Indeks Tebal Perkerasan
IPo : Indeks Permukaan Awal Umur Rencana
IPt : Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana
FR : Faktor Regional
DDT : Daya Dukung Tanah
12. Bentuk Geometrik Lapisan Perkerasan
Mempengaruhi cepat atau lambatnya aliran air meninggalkan perkerasan
jalan yang dibedakan sebagai berikut :
a. Kontruksi berbentuk kotak (Boxed Contruction)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.3 Lapisan Perkerasan berbentuk Kotak b. Kontruksi penuh sebadan


jalan (full width contruction)

b. Kontruksipenuhsebadanjalan(fullwidthcontruction)

Gambar 3.4 Lapisan Perkerasan sebadan Jalan

a. Perencanaan Tebal Konstruksi Perkerasan Lentur


1. Perencanaan Tebal Konstruksi Perkerasan Lentur Metoda CBR
Metoda ini memperhitungkan beban yang dipukul berupa beban diam
dengan luas bidang tekan tertentu yang akan dipikul oleh perkerasan
berupa lapis agregat dengan CBR minimal 80%.
Langkah – langkah perencanaan tebal lapisan perkerasan dengan metoda
CBR

a. Perhitungan Tebal Perkerasan


1+0.7 log ⁡( δ . η . n)
¿ (3.10)
Hek : p ׿
¿
√¿
Keterangan :
Hek : Tebal perkerasan dengan agregat CBR minimal 80%
sebagai bahan perkerasan (cm)
P : Beban Sumbu yang diperhitungkan (kg)
CBR : Nilai CBR tanah dasar
8 : Faktor Drainase

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

π : Nilai kondisi tanah dasar dan curah hujan


n : Jumlah pengulangan beban selama umur rencana
∆ : Jari-jari bidang kontak beban (cm)

:
√ p
2 π . Ta
Ta : Tekanan angin ban kendaraan rata-rata

b. Perhitungan Tebal Masing-masing Lapis Perkerasan


Hek : (a1.D1) +(a2.D2)+ (a3.D3)+. . .+ (an.Dn) (3.11)

Keterangan :
a : Nilai Kekuatan relatif tiap lapisan terhadap agregat
D : Tebal lapis perkerasan

2. Perencanaan Tebal Konstruksi Perkerasan Lentur


Metoda analisa komponen Bina Marga dengan konstruksi bertahap adalah
konstruksi perkerasan lentur yang memiliki satu lapis pondasi bawah, satu
lapis pondasi atas dan dua lapis permukaan, dimana kedua lapis
permukaan terbuat dari bahan aspal beton atau sejenis yang dikerjakan
secara berurutan dengan selang waktu tertentu yang ditentukan dalam
proses desain.
Pada saat pekerjaan lapis permukaan yang kedua (sebagai lapis tambahan),
kondisi struktur perkerasan tahap pertama masih stabil. Hal ini yang
membedakan konstruksi bertahap dengan pekerjaan peningkatan jalan,
diakhir umur layan, struktur perkerasan lama telah mencapai kondisi kritis
atau runtuh.
Desain Konstruksi bertahap :
a. Didasarkan pada pendekatan analitis ( teori kerusakan) yaitu bahwa setiap
kendaraan yang lewat akan menyebabkan kerusakan tertentu, jika total
nilai derajat kerusakan : 100% , maka struktur perkerasan dapat dikatakan
telah mencapai masa layan. Jadi derajat kerusakan dianggap sebanding
dengan beban lalu lintas.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

b. Pada akhir tahap pertama, tanpa pemberian konstruksi tahap kedua akan
mampu melayani 60% dari total nama layan.
y.LER = LER1 + LER2
= 60% y.LER2 + LER2 (3.12)
Y = 2.50

Jadi nilai LTP total selama masa layan = 2.50 LER2


c. Pada akhir tahap pertama, struktur perkerasan dianggap masih memiliki
sisa umur sebesar 40%
x.LER1 = LER1 + 40% x LER1 (3.13)
= 1.67

Jadi nilai LTP untuk konstruksi tahap1 (LTP1) = 1.67 LER1


d. Nilai LTP untuk konstruksi tahap kedua (LTP2)
LTP2 = LTPtotal – LTP1 (3.14)

e. Tebal lapis tambahan yang diberikan pada tahap kedua


LTP (3.15)
Do =
a

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

f. Faktor-faktor yang menentukan ketebalan


a. Kekuatan lapisan tanah dasar
Untuk menentukan modulus reaksi tanah dasar (K), rencana yang
mewakili suatu reaksi jalan, digunakan rumus sebagai berikut :
k °= ḱ−2,5 → JalanTol
k °= ḱ−1.645 → Jalan Arteri
k °= ḱ−1.265 → Jalan Kolektor / Lokal
Standar Deviasi (S)
2
k (3.16)
∑ k ¿2
¿
∑ ¿−¿
Penentuan ITP tebal lapisan perkerasan
hek n ¿ = a1D1 + a2D2 +. . .+anDn (3.17)
S=¿

Tabel 3.18 Tebal Minimum Lapisan Permukaan (D1)


LTP Tebal Minimum Bahan
< 3.00 5 Lapis pelindung (Buras,Burtu)
3.00 - 6.70 5 Lapen / aspal mac adam,HRA
6.71 - 7.49 7.5 Lapen / aspal mac adam,HRA
7.50 - 9.99 7.5 Lasbutag, laston
≥10.00 10 laston
Sumber : petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisa
komponen SKBI.2.3.26.1987

Tabel 3.19 tebal minimum lapis pondasi (D2)


LTP Tebal minimum (cm) Bahan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

< 3.0 15 Batu pecah, Stabilitas tanah dengan


semen, stabilitas tanah dengan kapur

3.0 – 7.49 20 Batu pecah, stabilitas tanah dengan


semen, stabilitas tanah dengan
10 kapur laston atas

ITP Tebal minimum (cm) Bahan


7.5 – 9.99 20 Batu pecah,stabilitas tanah dengan
semen tanah dengan kapur, pom mac
adam
15 Laston atas
10.0 – 12.24 20 Batu pecah, Stabilitas tanah dengan
semen, stabilitas tanah dengan kapur,
pon mac adam, lapen lastan atas
>12.25 25 Batu pecah, Stabilitas tanah dengan
semen, stabilitas tanah dengan kapur,
pon mac adam, lapen, laston atas.
Sumber : PPTPLJRMAK. SKBL-2.3.26.1987
Langkah – langkah perencanaan tebal lapisan perkerasan :
1. Penentuan LER
n
l +i ¿
LEP :
∑ LHRi × Ei ×Ci × ¿
n
LEA : 1+r ¿ (3.18)
LEP ¿
Penentuan DDT
LEP + LEA
LET :
DDT : (4.3 log2CBR) + 1.7
2. Penentuan IP
Penentuan IP pada awal umur rencana dan akhir umur rencana berdasarkan
tabel
3. Penentuan ITP
Penentuan ITP secara analitis dilakukan menggunakan rumus dasar dengan
cara coba-coba. ITP juga dapat dilakukan secara grafis menggunakan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

nomogram dengan memanfaatkan data LER selama umur rencana.


Ketentuan menggunakan nanogram
Tabel 3.20 Penggunaan Nomogram
Nomogram Ipt IPo
1 2.50 ≥ 4.0
2 2.50 3.9 – 3.5
3 2.00 ≥ 4.0
4 2.00 3.9 – 3.5
5 1.50 3.9 – 3.5
6 1.50 3.4 – 3.0
7 1.50 2.9 – 2.5
8 1.00 2.9 – 2.5
9 1.00 ≤2.4

Sumber : PPTPLJRMAK. SKBL-2.3.26.1987

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.5 Nomogram1 untuk IPt =2,5 dan Ipo>4

Gambar 3.6 Nomogram 2 untuk IPt =2,5 dan IPo= 3,9 - 3.5

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.7 Nomogram 3 untuk IPt = 2 dan IPo ≥ 4

Gambar 3.8 Nomogram 4 untuk ITp = 2 dan IPo = 3.9 – 3.5

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.9 Nomogram 5 untuk IPt = 1,5 dan IPo = 3,9 – 3,5

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.10 Nomogram 6 untuk ITp = 1,5 dan IPo = 3,4 – 3,0

Gambar 3.11 Nomogram 7 untuk IPt = 1,5 dan IPo = 2.9 – 2.5

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.12 Nomogram 8 untuk IPt = 1 dan IPo = 2.9 – 2.5

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.13 Nomogram 9 untuk IPt = 1 dan IPo ≤ 2,4

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

REALIABILITAS
Pada umumnya, dengan meningkatnya volume lalu-lintas dengan
kesukaran untuk mengalihkan lalu lintas, resiko tidak memperlihatkan kinerja
yang diharapkan harus ditekan. Hal ini dapat diatasi dengan memilih tingkat
realiabilitas yang tinggi. Perlu diingat bahwa tingkat reabilitas untuk bermacam-
macam jalan yang lebih tinggi menunjukkan jalan yang melayani lalu lintas paling
banyak, sedangkan tingkat paling rendah, 50% menunjukkan jalan lokal.

Tabel 3.22 Rekomendasi Tingkat Reabilitas Untuk Bermacam-macam klasifikasi


Jalan
Klasifikasi Jalan Rekomendasi Tingkat Realibilitas
Perkotaan Antar Kota
Bebas Hambatan 85 – 99.9 80 - 99.9
Arteri 80 – 90 75 – 95
Kolektor 80 – 95 75 – 95
Lokal 50 – 80 50 – 80
Sumber : Pt-T-01-2002-B. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan

Untuk tingkat realibilitas (R) yang diberikan,realibility factor merupakan


fungsi deviasi standar keseluruhan (Over All Standard Deviation,So) yang
memperhitungkan kemungkinan variasi perkiraan lalu lintas dan kinerja untuk
W,e yang diberikan. Dalam persamaan desain perkerasan lentur lever of reability
(R) direkomendasikan dengan parameter penyimpangan normal standar (standard
normal deviate, 2e). Penerapan konsep realibility memperhatikan langkah
berikut :
1. Definisikan klasifikasi fungsional jalan dan tentukan apakah merupakan
jalan perkotaan atau antar kota
2. Pilih tingkat realibilitas dari rentang yang diberikan
3. Deviasi Standar (So) harus dipilih yang mewakili kondisi setempat
Rentang nilai So adalah 0.40 – 0.50

Tabel 3.22 Nilai Penyimpangan normal standar untuk tingkat reliabilitas tertetu
Reliabilitas (%) Standar Normal Deviasi (Ze)
50 0

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

60 -0.253
70 -0.524
75 -0.674
80 -0.841
85 -1.037
90 -1.282
91 -1.340
92 -1.400
93 -1.476
94 -1.555
95 -1.645
96 -1.751
97 -1.881
98 -2.054
99 -2.327
99.9 -3.070
99.99 -3.750
Sumber : Pt-T-01-2002-B Pedoman perencanaan tebal perkerasan lentur

Lalu Lintas Pada Jalur Rencana


Untuk mendapatkan nilai lalu lintas pada jalur rencana digunakan persamaan
W18 = Do x Dcx W18 (3.19)

Dimana :
D0 : Faktor Distribusi arah
Dc : faktor distribusi lajur
W18 : Beban gandar komulatif untuk 2 arah

Tabel 3.23 Faktor Distribusi Lajur (Dc)


Jumlah Lajur per % beban gandar standar
arah dalam lajur rencana
1 100
2 80 - 100
3 60 – 80
4 50 - 75
Sumber : Pt-T-01-2002-B Pedoman perencanaan tebal perkerasan lentur

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan lentur


dalam pedoman adalah komulatif selama umur rencana. Lalu lintas secara
numerik rumusan lalu lintas komulatif adalah sebagai berikut :

1+a ¿n −1
Wt = W18. ¿ (3.20)
¿
Dimana : ¿
Wt : Jumlah beban gondar tunggal standar komulatif
W18 : beban gandar standar komulatif selama 1 tahun
n : umur pelayanan
)
c : Perkembangan lalu lintas

Koefisien Drainase
Tabel 3.24 Definisi kualitas drainase
Kualitas Drainase Air hilang dalam
Baik Sekali 2 jam
Baik 1 hari
Sedang 1 minggu
Jelek 1 bulan
Jelek Sekali Air tidak mengalir
Sumber : Pt-T-01-2002-B Pedoman perencanaan
tebal perkerasan lentur

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.14 Grafik Untuk Memperkirakan Koefisien Kekuatan Relatif Lapis


Permukan Beton Aspal Bergradasi Rapat

Gambar 3.15 Variasi Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Granular

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.16 Variasi Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Bersemen

Gambar 3.17 Variasi Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Beraspal

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

3.7 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Kaku


Metode perencanaan yang diambil untuk menentukan tebal lapisan perkerasan
didasarkan pada perkiraan sebagai berikut :
1. Kekuatan Lapisan tanah dasar yang dinamakan nilai CBR dan modulus
reaksi tanah dasar (k)
2. Kekuatan beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan
3. Prediksi volume dan komposisi lalu lintas selama umur rencana
4. Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah yang diperlukan untuk
menopang konstruksi, lalu lintas, penurunan akibat air dan perubahan
volume lapisan tanah dasar serta sarana perlengkapan daya dukung
permukaan yang seragam dibawah dasar beton.

Gambar 3.5Susunan Lapis Perkerasan Kaku

A. Jenis Perkerasan Kaku


a. Perkerasan Beton Semen(Pd T-14-2003)
Merupakan perkerasan yang mempunyai lapisan dasar beton dari
portland cement (PC), menurut NAASRA ada 5 jenis perkerasan kaku
yaitu :
1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
4. Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja
5. Perkerasan beton semen pratekan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.6 Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen


 Persyaratan Teknis
1. Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu
sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk perencanaan tebal
perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar
mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang
pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete)
setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar
efektif 5 %.
2. Pondasi Bawah
Bahan pondasi bawah dapat berupa :
- Bahan berbutir.
- Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled
Concrete)
- Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi
perkerasan beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu pertimbangan
khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi dengan
memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin
timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar
lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku tanah
ekspansif. Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit
mempunyai mutu sesuai denganSNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton


semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan
campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis pondasi bawah minimum
yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 2 dan CBR tanah dasar
efektif didapat dari Gambar berikut :

Gambar 3.7Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen

Gambar 3.8CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.25Nilai koefisien gesekan (µ)

Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003)


3. Beton semen
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur
(flexural strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian
balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya
secara tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2).
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat
seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik
lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan
dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25
MPa (2,5 kg/cm2) terdekat. Hubungan antara kuat tekan
karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati dengan
rumus berikut :

Dengan pengertian :
fc’ :kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf :kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K :konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk
agregat pecah
4. Beban Lalu-lintas
Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen,
dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial
vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama
umur rencana.Lalu-lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

volume lalu-lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir


atau data 2 tahun terakhir.Kendaraan yang ditinjau untuk
perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai
berat total minimum 5 ton.
Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok
sumbu sebagai berikut :
- Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
- Sumbu tunggal roda ganda (STRG).
- Sumbu tandem roda ganda (STdRG).
- Sumbu tridem roda ganda (STrRG).

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.9 Grafik Untuk Perencanaan STRT

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.10 Grafik Untuk Perencanaan STRG

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.11 Grafik Untuk Perencanaan SGRG

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

5. Lajur rencana dan koefisien distribusi


Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu
ruas jalan raya yang menampung lalu-lintas kendaraan niaga
terbesar.Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah
lajur dan koefsien distribusi (C)kendaraan niaga dapat ditentukan
dari lebar perkerasan sesuai Tabel berikut :
Tabel 3.26 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C)
kendaraan niaga pada lajur rencana

Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003)

6. Umur rencana dan pertumbuhan lalu lintas


Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan
klasifikasi fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan
yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara lain dengan
metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi
dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola
pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen dapat
direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai
40 tahun.

untuk tidak ada pertumbuhan setelah URm tahun :

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.27 Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R)

Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003)


7. Lalu-lintas rencana
Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan
niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi
sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan.
Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal dikelompokkan dalam
interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survai beban.
Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan
rumus berikut :
JSKN = JSKNH x 365 x R x C
Dengan pengertian :
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat
jalan dibuka.
R : Faktor pertumbuhan komulatif dari Rumus (5) atauTabel
3 atau Rumus (6), yang besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu
lintas tahunan dan umur rencana.
C : Koefisien distribusi kendaraan

8. Faktor keamanan beban


Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan
faktor keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan
berkaitan adanya berbagai tingkat realibilitas perencanaan seperti
telihat pada Tabel berikut :

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.28 Faktor keamanan beban (FKB)

Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003)


9. Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk
mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan
memanjang sekitar 3 - 4 m.Sambungan memanjang harus dilengkapi
dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter
16 mm.
Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
At = 204 x b x h dan
l = (38,3 x φ) + 75
Dengan pengertian :
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan
(mm2).
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan
dengan tepi perkerasan
(m).
h = Tebal pelat (m).
l = Panjang batang pengikat (mm).
φ = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm). Jarak
batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm.
10. Sambungan pelaksanaan memanjang dan melintang
Sambungan pelaksanaan memanjang umumnya dilakukan dengan cara
penguncian. Bentuk dan ukuran penguncian dapat berbentuk
trapesium atau setengah lingkaran sebagai mana diperlihatkan pada
Gambar berikut :

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.11Tipikal sambungan memanjang

Gambar 3.12Ukuran standar penguncian sambungan memanjang


Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat
dari tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir
atau sepertiga dari tebal pelat untuk lapis pondasi stabilisasi semen.
Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton
bersambung tanpa tulangansekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk
perkerasan beton bersambung dengan tulangan 8 - 15 m dan
untuk sambungan perkerasan beton menerus dengan
tulangan sesuai dengan kemampuan pelaksanaan.Sambungan
ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antara
ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan
mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut.
Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan
bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan
beton.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.29 Diameter ruji

Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003)

Gambar 3.13 Sambungan susut melintang tanpa ruji

Gambar 3.14 Sambungan susut melintang dengan ruji


11. Sambungan pelaksanaan melintang
Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan (darurat)
harus menggunakanbatang pengikat berulir, sedangkan pada
sambungan yang direncanakan harusmenggunakan batang tulangan
polos yang diletakkan di tengah tebal pelat. Sambungan pelaksanaan
tersebut di atas harus dilengkapi dengan batang pengikatberdiameter
16 mm, panjang 69 cm dan jarak 60 cm, untuk ketebalan pelat sampai
17 cm.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran batang pengikat berdiameter


20 mm, panjang 84cm dan jarak 60 cm.
12. Pola sambungan
- Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti
batasan-batasan sebagai berikut :
- Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel
sepersegi mungkin.
- Perbandingan maksimum panjang panel terhadap lebar adalah
1,25.
- Jarak maksimum sambungan memanjang 3 - 4 meter.
- Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat,
maksimum 5,0 meter.
- Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan
mempunyai kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal
perkerasan masing-masing untuk lapis pondasi berbutir dan lapis
stabilisasi semen.
- Antar sambungan harus bertemu pada satu titik untuk
menghindari terjadinya retak refleksi pada lajur yang
bersebelahan.
- Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat
harus dihindari dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat
tegak lurus terhadap tepi perkerasan.
- Apabila sambungan berada dalam area 1,5 meter dengan
manhole atau bangunan yang lain, jarak sambungan harus
diatur sedemikian rupa sehingga antara sambungan dengan
manhole atau bangunan yang lain tersebut membentuk sudut
tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk bangunan yang berbentuk
bundar. Untuk bangunan berbentuk segi empat, sambungan
harus berada pada sudutnya atau di antara dua sudut.
- Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari
perkerasan dengan sambungan muai selebar 12 mm yang
meliputi keseluruhan tebal pelat.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

- Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole


harus ditebalkan
- 20% dari ketebalan normal dan berangsur-angsur berkurang
sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter seperti
diperlihatkan pada Gambar 11b.
- Panel yang tidak persegi empat dan yang mengelilingi manhole
harus diberi tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap
penampang beton semen dan dipasang
- 5 cm di bawah permukaan atas. Tulangan harus dihentikan 7,5 cm
dari sambungan.

Gambar 3.15Potongan melintang perkerasan dan lokasi sambungan

b. Perkerasan kaku dengan permukaan aspal


Merupakan salah satu dari jenis komposit, ketebalan rencana
permukaan aspal pada perkerasan kaku dihitung dengan :
1. Menentukan ketebalan dan jenis perkerasan oleh beton semen yang
tidak lazim, digunakan metode detail yang baru diperkenalkan.
2. Mengurangi ketebalan perkerasan beton semen setebal 10 mm
untuk setiap 25 mm permukaan aspal yang digunakan.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 3.15Sistem Perencanaan Perkerasan Beton Semen

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3.29 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu

Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur dengan Metode CBR

4.1.1 Penentuan Klasifikasi


Dari data tugas diketahui volume lalu lintas, maka dihitung VLHR:
Tabel 4.1. Volume Lalu Lintas Harian Rerata
Jenis Kendaraan LHR (kend/hari) emp LHR (smp)
Mobil penumpang 2044 1 2044
Mobil pick up 91 2 182
Bus sedang 42 2 84
Bus besar 50 3 150
Truck sedang 76 2 152
Truck 2 AS 99 3 297
Truck 3 AS 119 4 476
Trailer 56 5 280
Total 3665

Umur rencana ` = 10 Tahun


Masa Konstruksi = 1 Tahun
Tingkat pertumbuhan lalu lintas selama masa layan = 3 %
Tingkat pertumbuhan lalu lintas selama masa layan = 6 %

VLHR = (1+i)n x LHR


= (1+0,06)10 x 3665
= 6563smp/hari
LHR = 3665 smp
Berdasarkan tabel 3.3, maka jalan diklasifikasikan sebagai jalan Arteri.

4.1.2 Penentuan Lebar Jalur Dan Bahu Jalan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 4.2 Penentuan Lebar Jalur Dan Bahu Jalan

Sumber: Bina marga No. 038/TBM/1997


Keterangan: **) = mengacu pada persyaratan ideal
*) = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 m
- = tidak ditentukan

Dari nilai VLHR dan berdasarkan table diatas, maka diambil lebar perkerasan
jalan untuk jalan arteri yaitu:
- Lebar jalur = 7,0 meter
- Lebar bahu = 2,0 meter

4.1.3 Analisa Beban Untuk Masing-Masing Jenis Kendaraan


 Mobil Penumpang
Diketahui:
Beban = 4 ton
LHR1 = 2044 smp
K = 1 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Penumpang = 50%, 50 %
L depan = 50 % beban = 0,00361 ton
L belakang = 50 % beban = 0,00361 ton

ESAL Kendaraan = L depan + L belakang


= 0,00361+ 0,00361

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

= 0,00722 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 0,00722 x 2044
= 14,7526 SAL

 Mobil Pick Up
Diketahui:
Beban = 6 ton
LHR1 = 91 smp
K = 2 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Pick Up = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,00391 ton
L belakang = 66 % beban = 0,05547 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0,0039+ 0,05547
= 0,05937 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 0,05937 x 91
= 5.4028 SAL

 Mobil Bus Sedang


Diketahui:
Beban = 6 ton
LHR1 = 42 smp
K = 2 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil BusSedang = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,00391 ton
L belakang = 66 % beban = 0,05547 ton

ESAL Kendaraan = L depan + L belakang


= 0,00391+ 0,05547

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

= 0,05937 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 0,05537 x 42
= 2.4936SAL

 Mobil Bus Besar


Diketahui:
Beban = 9 ton
LHR1 = 50 smp
K = 3 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Bus Besar = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,01978 ton
L belakang = 66 % beban = 0,28079 ton

ESAL Kendaraan = L depan + L belakang


= 0,01978+ 0,28079
= 0,30057 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 0,30057 x 50
= 15,02838

 Mobil Truk Sedang


Diketahui:
Beban =13 ton
LHR1 = 76 smp
K = 2 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Truk Sedang = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,08609 ton
L belakang = 66 % beban = 1,22233 ton

ESAL Kendaraan = L depan + L belakang


= 0,08609+ 1,22233

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

= 1,30842 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 1,30842 x 76
= 99,43956 SAL

 Mobil Truk 2 As
Diketahui:
Beban = 18 ton
LHR1 = 99 smp
K = 3 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Truk 2 AS = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,31641 ton
L belakang = 66 % beban = 4,49268 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0,31641+ 4,49268
= 4,80908 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 4,80908 x 99
= 476,09917 SAL

 Mobil Truk 3 As
Diketahui:
Beban = 25 ton
LHR1 = 119 smp
K = 4 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Truk 3 AS = 25%, 75 %
L depan = 25 % beban = 0,34416 ton
L belakang = 75 % beban = 2,39741 ton

ESAL Kendaraan = L depan + L belakang


= 0,34416+ 2,39741

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

= 2,74157 SAL

ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR


= 2,74157 x 119
= 326,24713 SAL

 Mobil Trailer
Diketahui:
Beban = 40 ton
LHR1 = 56 smp
K1 = 5 ( sumbu tunggal)
K2 = 0,086 ( sumbu tandem)
K3 = 0,0021 ( sumbu triple)

Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Trailer = 12,5%, 37,5 %, 50%


L depan = 12,5 % beban = 0,14097 ton
L belakang = 37,5 % beban =0.75784 ton
L tengah = 50 % beban = 0,98198 ton

ESAL Kendaraan = L depan + L belakang + L tengah


= 0,14097+ 0.75784+ 0,98198
= 1.88079 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 1,88079 x 56
= 105,32424 SAL

4.1.4 Menentukan Lintas Ekivalen


LEP = LHR x ESAL x C x (1 + a)n
Dimana :
C = Koefisien distribusi kendaraan=0,5 (jalan 2 lajur 2 arah)
a = Pertumbuhan lalu lintas selama masa perencanaan dan pembangunan
n = Jumlah tahun Antara tahun suvey dan masa layan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Dari data tugas diketahui:


C = 0,5
a =1%
n =1 tahun

Tabel 4.3. Perhitungan Nilai LEP

Sumber: Data Perhitungan

LEP total = 538,066


LEA = LEP total x ( 1 + r )UR
Dimana:
r = Pertumbuhan lalu lintas selama masa layan
UR = Umur rencana
Dari data tugas diketahui:
r =6%
UR = 10 tahun

Maka:
LEA = LEP total x ( 1 + r )UR
= 538,066 x ( 1 + 0,06)10
=963,594 SAL

LET = LEP total + LEA) x 0,5


¿

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

= (538,066 + 963,594) x 0,5


= 750,830 SAL

UR
LER = LET x 10 )
¿
10
= 750,830 x 10 )
¿
= 750,830 SAL

4.1.5 Perhitungan Nilai CBR


Dari data tugas diketahui nilai CBR sebagai berikut:

Tabel 4.4. Data CBR Segmen

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Nilai CBR ini kemudian diplot dalam grafik dan dibagi dalam beberapaa
segmen.

Nilai CBR dapat dihitung dengan 2 cara yaitu:


a. Secara Analitis
1. Segmen 1
Dengan nilai CBR = 5,2%, 2,4%, 2,5%, 4%, 4,2%, 5,4%, 7%,
Nilai R = 2,83

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

5,2 + 2,4 + 2,5 + 4 + 4,2 +5,4 +7


CBR rata-rata =
7
= 4,386 %

CBR max−CBR min


CBR segmen = CBR rata-rata -
R
7−2.4
= 4,386 -
2,83
= 2,760 %
2. Segmen 2
Dengan nilai CBR = 4,1%, 3,8%, 2,8%, 6%, 6,4%, 4%, 3,6%, 5,8%,
7,7%
Nilai R = 3,08
4,1 +3,8 +2,8 +6 +6,4 + 4 + 3,6 +5,8 +7,7
CBR rata-rata =
9
= 4,911 %

CBR max−CBR min


CBR segmen = CBR rata-rata -
R
7,7−2,8
= 5,244-
3,08
= 3,320 %

3. Segmen 3
Dengan nilai CBR = 8,6%, 3,9%, 4,4%, 5,1%, 4%, 4,2%, 3,4%, 4%,
7,2%
Nilai R = 3,08
8,6 +3,9 +4,4 +5,1 + 4 +4,2 + 3,4 + 4 +7,2
CBR rata-rata =
9
= 4,978 %
CBR max−CBR min
CBR segmen = CBR rata-rata -
R
8,6−3,4
= 4,978-
3,08
= 3,289 %

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Nilai R didapat pada tabel 3.10


b. Secara Grafis
Perhitungan dengan metode grafis menggunakan data CBR yang dibagi
menjadi 3 segmen. Untuk menentukan segmen pada CBR, ditarik garis dari
persentase pada nilai 90%. Kemudian garis tersebut dihubungkan ke grafik
dan ditarik ke titik CBR sehingga diperoleh nilai CBR dengan metode grafis
1. CBR Segmen 1

CBR segmen 1 = 2,760%

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

2. CBR Segmen 2

CBR segmen 2 = 3.370 %

Segmen 2
100
90
80
70
Persentase (%)

60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai CBR

3. CBR Segmen 3

CBR Segmen 3 = 3,241 %

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Perbandingan nilai CBR yang diperoleh dengan menggunakan metode analitis dan
metode grafis

Tabel 4.5. Perbandingan Nilai CBR Analitis dan Grafis

4.1.6 Perencanaan Tebal Perkerasan Metode CBR secara Analitis


Perhitungan tebal perkerasan dengan metode CBR menggunakan persamaan
berikut:
1+0.7 log ⁡( δ . η . n)
¿
Hek : p ׿
¿
√¿
Dimana :
ℎ𝑒� = tebal perkersan dengan agregat CBR min 80% sebagai bahan
perkerasan (cm)
� = Beban sumbu yang diperhitungkan (kg)
CBR = Nilai CBR tanah dasar (%)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

� =Berdasarkan kondisi air tanah dalam dan jenis tanha berbutir


kasar, sehingga didapat nilai faktor drainase 1 – 1.5 (Tabel 3.13)
maka diambil 1.5
� =Berdasarkan curah hujan banyak dan nilai IP = 30% (Tabel 3.14)
sehingga didapat nilai � yaitu 6-12.5. diambil 6
� =jumlah pengulangan beban selama umur rencana
Λ =jari-jari bidang kontak beban (cm)

Berdasarkan data yang dimiliki, yaitu jenis tanah dengan nilai PI = 12% yang
tergolong dalam PI= 10– 20 dengan curah hujan 670 mm/tahun tergolong sedang,
maka nilai � = 4,0
n1 = 190673.73 x (1+3/100)^10
=214604.96

n2 = 214604.96x (1+6/100)^10
= 384.324,80

Jadi nilai n yang digunakan adalah = 384.324,80


P = beban sumbu yang diperhitungkan = 8160 kg
Λ = jari – jari bidang kontak

Λ =
√ p
2 π . Ta

=
√ 8160
2 π .5,29
= 15,67

 Menghitung Tebal Perkerasan


a. Segmen 1
CBR = 2,760
Berdasarkan table 3.17
a1 = 2
a2 = 1
a3 = 0,75

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Digunakan
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
Hek =42,29

hek−(a 1 x D1+ a 2 X D 2)
D3 =
a3
42,29−(2 x 5+1 x 15)
=
0,75
=23,05 ≈ 25 cm

b. Segmen 2
CBR = 3.370
Berdasarkan table 3.17
a1 = 2
a2 = 1
a3 = 0,75
Digunakan
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
Hek = 36,783

hek−(a 1 x D1+ a 2 X D 2)
D3 =
a3
36,783−(2 x 5+ 1 x 15)
=
0,75
= 15,71 ≈ 20 cm

c. Segmen 3
CBR = 3,241
Berdasarkan table 3.17
a1 = 2
a2 = 1

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

a3 = 0,75
Digunakan
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
Hek = 37,817

hek−(a 1 x D1+ a 2 X D 2)
D3 =
a3
37,817−(2 x 5+1 x 10)
=
0,75
=17,09 ≈ 20 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar Tebal Perkerasan dengan Metode CBR secara Analitis

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Berdasarkan data yang dimiliki, yaitu jenis tanah dengan nilai PI = 14%
yang tergolong dalam PI = 10 – 20 dengan curah hujan670 mm/tahun
tergolong sedang, maka nilai � = 4,0
n1 = 190673.73 x (1+3/100)^10
=214604.96
n2 = 214604.96x (1+6/100)^10
= 384.324,80
Jadi nilai n yang digunakan adalah = 214604.96
P = beban sumbu yang diperhitungkan = 8160 kg
Λ = jari – jari bidang kontak

Λ =
√ p
2 π . Ta

=
√ 8160
2 π .5,29
= 15,67

 Menghitung Tebal Perkerasan


d. Segmen 1
CBR = 2,5
Berdasarkan table 3.17
a1 = 2
a2 = 1
a3 = 0,75
Digunakan
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
Hek = 45,23

hek−(a 1 x D1+ a 2 X D 2)
D3 =
a3

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

45,23−(2 x 5+1 x 15)


=
0,75
=26,98 ≈ 30 cm

e. Segmen 2
CBR = 2,780
Berdasarkan table 3.17
a1 = 2
a2 = 1
a3 = 0,75
Digunakan
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
Hek = 42,78

hek−(a 1 x D1+ a 2 X D 2)
D3 =
a3
42,78−(2 x 5+1 x 15)
=
0,75
=22,78 ≈ 25 cm

f. Segmen 3
CBR = 3,420
Berdasarkan table 3.17
a1 = 2
a2 = 1
a3 = 0,75
Digunakan
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
Hek = 21,867

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

hek−(a 1 x D1+ a 2 X D 2)
D3 =
a3
38,81602−(2 x 5+1 x 10)
=
0,75
= 21,867 ≈ 25 cm

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan

Sumber : Perhitungan

Gambar Tebal Perkerasan dengan Metode CBR secara Grafis

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

4.2 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina


Marga Konstruksi Langsung

4.2.1 Penentuan Klasifikasi / Jenis Jalan


LHR = 2577 SMP/hari
Tingkat Pertumbuhan selama masa layan (i) =6%
Umur Rencana (n) = 10 tahun
VLHR = ( 1 + i )n x LHR
= ( 1 + 0,06 )10 x 2577
= 6563,457 smp/hari
4.2.2 Menghitung Daya Dukung Tanah (DDT)
Rumus : DDT = [ 4,3 x log(CBR) ] + 1,7
1. Segmen 1 (CBR Grafis) Segmen 1 (CBR Analitis)
Nilai CBR = 2,5 % Nilai CBR = 2,760 %
DDT =3,609% DDT =3,596%
2. Segmen 2 (CBR Grafis) Segmen 2 (CBR Analitis)
Nilai CBR = 2,780% Nilai CBR = 3,370%
DDT = 3,609 % DDT =3,969 %
3. Segmen 3 (CBR Grafis) Segmen 3 (CBR Analitis)
Nilai CBR = 3,420 % Nilai CBR = 3,241 %
DDT = 3,996 % DDT = 3,986 %

4.2.3 Menghitung Indeks Permukaan


o Jenis lapisan yang digunakan Laston, maka IP0yang digunakan
adalah >4 (Tabel 3.14)
o Nilai LER yang diperoleh 50,830 dan termasuk jalan Arteri, sesuai
tabel 3.14 maka IPt yang digunakan adalah 2,25

4.2.4 Faktor Regional (FR)


Berdasarkan data yang dimiliki
1. Nilai CBR
a. Mobil penumpang = 2044 kend/hari

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

b. Mobil Pick up = 91 kend/hari


c. Bus sedang = 42 kend/hari
d. Bus besar = 50 kend/hari
e. Truck sedang = 76 kend/hari
f. Truck 2 As = 99 kend/hari
g. Truck 3 As = 119 kend/hari
h. Trailler = 55 kend/hari
Total LHR = 3665 kend/hari

Total Kendaraan Berat = LHR pick up + LHR bus sedang + LHR bus
besar + LHR truk sedang + LHR truk 2 as
+ LHR truk 3 as + trailer
= 91 + 42 + 50 + 76 + 99 + 119 + 56
= 533 kend/ hari
Total kendaraan berat
% kendaraan berat = x 100
total LHR
533
= x 100
3665

= 20.68 %

2. Kemiringan medan = Datar ( Berdasarkan Desain Jalan


Raya 1) , terdapat pada tabel 3. 1
3. Curah hujan = 670 mm/tahun, sesuai tabel 3.11
maka termasuk iklim 1.
4. Berdasarkan tabel 3.11, maka didapat Faktor Regional = 0,5

4.2.5 Indeks Tebal Perkerasan Dengan Nomogram


a. Segmen 1
Dengan menggunakan Nomogram No. 1
Segmen 1 (CBR Grafis) Segmen 1 (CBR Analitis)
Nilai CBR = 2,5 % Nilai CBR = 2,760 %
DDT =3,609% DDT =3,596%
LER =750.830

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

FR =0,5

Maka diperoleh ITP = 10.30 (Grafis)


= 9.249 (Analitis)

ITP =10,30

ITP =9.249

ee

Segmen 1
Grafis
Analitis

Gambar nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 ≥ 4

b. Segmen 2
Dengan menggunakan Nomogram No. 1
Segmen 2 (CBR Grafis) Segmen 2 (CBR Analitis)
Nilai CBR = 2,780% Nilai CBR = 3,370%
DDT = 3,609 % DDT =3,969 %
LER = 750,8295475
FR = 0,5

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Maka diperoleh ITP = 8.89 (Grafis)


= 10 (Analitis)

ITP = 10

ITP = 8.89

Segmen 2
Grafis
Analitis

Gambar nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 ≥ 4

c. Segmen 3
Dengan menggunakan Nomogram No. 1
Segmen 3 (CBR Grafis) Segmen 3 (CBR Analitis)
Nilai CBR = 3,420 % Nilai CBR = 3,241 %
DDT = 3,996 % DDT = 3,986 %
LER = 750,8295
FR = 0,5
Maka diperoleh ITP = 9,4 (Grafis)
= 8.65 (Analitis)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP =8,650

ITP =9.4

Segmen 3
Grafis
Analitis

Gambar nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 ≥ 4

4.2.6 Indeks Tebal Perkerasan Dengan Persamaan Rumus ( Trial And Error)
LogLER :

IPo−IPt
log ⁡( )
4.2−1.5 1
9.3 log ( ITP+2.54
a. Segmen 1 )−3.9892+ −log + 0.371(DDT −3)
138072 FR
0.4+( )
Ruas kiri : ( ITP+2.54 ) .5.13
log (750,8295 x 365 x 10) = 6,4378
Ruas kanan di coba ITP 12.76781

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

4−2,25
log ( 4,2−1,5 )
9,3 log ( 12.76781+ 2,54 ) −3,9892+
0,4 +
138072
−log ( 0,51 )+0,371 ( 3.596−3 )=6.
( 12.76781+2,54 )5,19
Ruas kiri = Ruas kanan
6.4378 = 6.4378
Jadi, ITP = 12.76781
b. Segmen 2
Ruas kiri :
log (750,8295 x 365 x 10) = 6,4378
Ruas kanan di coba ITP 12.17183
4−2,5
log ( 4,2−1,5 )
9,3 log ( 12.17183+2,54 )−3,9892+
0,4 +
138072
−log ( 0,51 )+0,371 ( 3.969−3)=¿
( 12.17183+ 2,54 )5,19
6.4378
Ruas kiri = Ruas kanan
6,4378 = 6,4378
Jadi, ITP = 12.17183
c. Segmen 3
Ruas kiri :
log (750,8295 x 365 x 10) = 6,4378
Ruas kanan di coba ITP 12,28736
4−2,5
log ( 4,2−1,5 )
9,3 log ( 12.984+2,54 )−3,9892+
0,4+
138072
−log ( 0,51 )+0,371 (3,896−3) =6,437
( 12,28736+2,54 )5,19
Ruas kiri = Ruas kanan
6,4378 = 6,4378
Jadi, ITP = 12,28736

4.2.7 Menentukan Tebal Lapis Perkerasan


Diketahui:

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP yang diperoleh dari persamaan rumus (Trial and Error)


a. Segmen 1 = 12.76781
b. Segmen 2 = 12,17183
c. Segmen 3 = 12,28736
Berdasarkan ITP yang diperoleh tersebut, ITP untuk tebal minimum
lapis fondasi atas dipakai ITP ≥12,25 dengan tebal minimum 25 cm. (Tabel
3.19)
Sedangkan ITP untuk tebal minimum lapisan permukaan dipakai ITP
≥10 dengan tebal minimum 10 cm menggunakan bahan asbuton / laston.
(Tabel 3.18)
Data yang diperoleh berdasarkan koefisien relatif bahan perkerasan (tabel
3.16) yaitu :

a1 = 0,40 Laston
a2 = 0,14  Batu pecah kelas A
a3 = 0,13  Situ kelas A

1. Segmen 1
D1 = 10 cm ; D2 = 25 cm ; ITP = 12,76781
ITP−( a1 . D1 ) −( a2 . D 2)
D 3=
a3
12,76781−( 0,40 ×10 )− ( 0,14 ×25 )
D 3=
0,13
D 3=40.52162≈ 45 cm
Segmen 2
D1 = 10 cm ; D2 = 25 cm ; ITP = 12,17183
ITP−( a1 . D1 ) −( a2 . D 2)
D 3=
a3

12,17183−( 0,40 ×10 )−( 0,14 × 25 )


D 3=
0,13
D3=35.93715 ≈ 40 cm
2. Segmen 3

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

D1 = 10 cm ; D2 = 25 cm ; ITP = 12,29
ITP−( a1 . D1 ) −( a2 . D 2)
D 3=
a3
12,29−( 0,40 × 10 )−( 0,14 × 25 )
D 3=
0,13
D 3=36.82585 ≈ 40 cm

4.2.8 Menentukan Tebal Lapis Perkerasan


Diketahui:
ITP yang diperoleh dari Nomogram
d. Segmen 1 = 10.20
e. Segmen 2 = 9.8
f. Segmen 3 = 9,4
Berdasarkan ITP yang diperoleh tersebut, ITP untuk tebal minimum
lapis fondasi atas dipakai ITP 7,5-9,99 dengan tebal minimum 20 cm. (Tabel
3.19)
Sedangkan ITP untuk tebal minimum lapisan permukaan dipakai ITP
7,5-9,99 dengan tebal minimum 7,5 cm menggunakan bahan asbuton /
laston. (Tabel 3.18)
Data yang diperoleh berdasarkan koefisien relatif bahan perkerasan (tabel
3.16) yaitu :
a1 = 0,40 Laston
a2 = 0,14  Batu pecah kelas A
a3 = 0,13  Situ kelas A
1. Segmen 1
D1 = 10 cm ; D2 = 20 cm ; ITP = 10.20
ITP−( a1 . D1 ) −( a2 . D 2)
D 3=
a3
10.20−( 0,40 ×10 )−( 0,14 × 20 )
D 3=
0,13
D3=26.1538 ≈ 30 cm
2. Segmen 2

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

D1 = 10 cm ; D2 = 20 cm ; ITP = 9.8
ITP−( a1 . D1 ) −( a2 . D 2)
D 3=
a3
9.8−( 0,40 ×10 )− ( 0,14 ×20 )
D 3=
0,13
D 3=23.077 ≈ 25 cm
3. Segmen 3
D1 = 10 cm ; D2 = 20 cm ; ITP = 9,40
ITP−( a1 . D1 ) −( a2 . D 2)
D 3=
a3
9 , 40−( 0,40 ×10 )− ( 0,14 ×20 )
D 3=
0,13
D3=20 ≈ 20 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar Tebal Perkerasan Metode BM Konstruksi Langsung


Perhitungan Nomogram Menggunakan CBR Analitis

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar Tebal Perkerasan Metode BM Konstruksi Langsung


Perhitungan Nomogram Menggunakan CBR Grafis

4.3 Perencanaan
Konstruksi
Perkerasan
Lentur Dengan Metode
Bina Marga Tahun
2002

4.3.1 Analisa Beban


Untuk Masing-
Masing Jenis
Kendaraan
a. Data volume
lalu-lintas
Mobil
penumpang (2
ton) = 2044
kend/hari
Mobil Pick up (6 ton) = 91 kend/hari
Bus sedang (6 ton) = 42 kend/hari
Bus besar (9 ton) = 50 kend/hari
Truck sedang (13 ton) = 76 kend/hari

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Truck 2 As (18 ton) = 99 kend/hari


Truck 3 As (25 ton) = 119 kend/hari
Trailler (40 ton) = 56 kend/hari
Total LHR = 2577 kend/hari
b. Pertumbuhan Lalu Lintas
Selama massa perencanaan dan pembangunan =3%
Selama massa layan ( mulai tahun 2019) =6%
c. Umur rencana = 10 Tahun

4.3.2 Menghitung Beban Sumbu Kendaraan ( L ) Dan Ekivalensi Standard


Axle Load (ESAL)
L = % sumbu kendaraan x beban kendaraan
Rumus ESAL :
a. Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)
beban sumbu 4
¿
5,4 xk
STRT =¿

b. Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)


beban sumbu 4
¿
8,16 xk
STRG=¿

c. Sumbu Ganda Roda Ganda (SGRG)


beban sumbu 4
¿
8,16 xk
SGRG=¿

Dimana :
Beban sumbu dalam ton
Nilai K untuk sumbu tunggal,K = 1
Nilai K untuk sumbu tandem, K = 0,086
Nilai K untuk sumbu triple, K = 0,031

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

 Mobil Penumpang
Beban = 4 ton
LHR = 2044 kend/hari
K1 = 1( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan mobil penumpang 50%, 50%
L depan = 50 % x beban= 0,00361 ton
L belakang = 50 % x beban = 0,00361 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0,00361 + 0,00361
= 0,00722 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 0,00722x 2044
= 14,75266 SAL

 Mobil Pick Up
Diketahui:
Beban = 6 ton
LHR1 = 91kend/hari
K = 1( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Pick Up = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,00391 ton
L belakang = 66 % beban = 0,05547 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0,00391 + 0,05547
= 0.05937 SAL

ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR


= 0.05937 x 91
= 5.40280 SAL

 Mobil Bus Sedang

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Diketahui:
Beban = 6 ton
LHR1 = 42 kend/hari
K = 1 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil BusSedang = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,00391 ton
L belakang = 66 % beban = 0,05547 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0,00391+ 0,05547
= 0,05937 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 0,05937 x 42
= 2.49360 SAL

 Mobil Bus Besar


Diketahui:
Beban = 9 ton
LHR1 = 50 kend/hari
K = 1 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Bus Besar = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,01978 ton
L belakang = 66 % beban = 0.28079 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0,01978 + 0.28079
= 0.30057 SAL

ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR


= 0.30057 x 50
= 15.02838 SAL

 Mobil Truk Sedang

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Diketahui:
Beban = 15 ton
LHR1 = 76 kend/hari
K = 1 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Truk Sedang = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0,08609 ton
L belakang = 66 % beban = 1,2223 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0,08609 + 1,2223
= 1,630842 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 1,6308 x 76
= 99,439 SAL

 Mobil Truk 2 As
Diketahui:
Beban = 18 ton
LHR1 = 99kend/hari
K = 1 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Truk 2 AS = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0.31641 ton
L belakang = 66 % beban = 4,49268 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0.31641 + 4,4927
= 4.80908 SAL

ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR


= 4.80908 x 91
= 476.099 SAL

 Mobil Truk 3 As

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Diketahui:
Beban = 25 ton
LHR1 = 119kend/hari
K = 1 ( sumbu tunggal)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Truk 3 AS = 34%, 66 %
L depan = 34 % beban = 0.34416 ton
L belakang = 66 % beban = 2.39741 ton
ESAL Kendaraan = L depan + L belakang
= 0.34416 + 2,3974
= 2.74157 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 2.74157 x 119
= 326.24713 SAL
 Mobil Trailler
Diketahui:
Beban = 40 ton
LHR1 = 50 kend/hari
K1 = 1 ( sumbu tunggal)
K2 = 0,086 ( sumbu tandem)
K3 = 0,0031 ( sumbu triple)
Konfigurasi sumbu kendaraan Mobil Trailer = 12,5%, 37,5 %, 50%
L depan = 12,5 % beban = 0.14097 ton
L belakang = 37,5 % beban =0.75784ton
L tengah = 50 % beban =0..98198 ton

ESAL Kendaraan = L depan + L belakang + L tengah


= 0.14097 + 0.98198 + 10.75784
= 1.88079 SAL
ESAL Total = ESAL Kendaraan x LHR
= 1.88079 x 56
= 105.32424 SAL

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

4.3.3 Menghitung Esal Total

ESAL total = ESAL Kendaraan x Volume Lalu Lintas (LHR)


a. Mobil penumpang = 0,00722 x 2044 = 14.75266
b. Mobil Pick up (6 ton) = 0,05937 x 91 = 5.40280
c. Bus sedang (6 ton) = 0,05937 x 42 = 2.49360
d. Bus besar (9 ton) = 0,30057 x 50 = 15.02838
e. Truck sedang (13 ton) = 1.30842 x 76 = 99.43956
f. Truck 2 As (18 ton) = 4.80908 x 99 = 476.09917
g. Truck 3 As (25 ton) = 2.74157 x 119 = 326.32713
h. Trailler (40 ton) = 1.88079 x 56 =105.32424+
Jumlah ESAL total = 1044.788

1.1.1 Menghitung Lintas Ekivalen

Selama massa perencanaan dan pembangunan (a) =3%


Selama massa layan ( mulai tahun 2019) (r) =6%
Umur rencana (UR) = 10 Tahun
C = 0,5

a. Lintas Ekivalen Permulaan

Kendaraan ESAL Harian Ci [(1+a)^r-1]/a LEP


a. Mobil penumpang 0,9378 0.5 1,050 0,492

b. Mobil Pick up 5,0466 0.5 1,050 2,649

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

c. Bus sedang 2,9686 0.5 1,050 1.558

d. Bus besar 15,3290 0.5 1,050 8,048

e. Truck sedang 104,6732 0.5 1,050 54,953

f. Truck 2 As 437,6265 0.5 1,050 229,754

g. Truck 3 As 298,8314 0.5 1,050 156,886

h. Trailler 179,9240 0.5 1,050 94,460


TOTAL LEP 548,802

b. Lintas Ekivalen Akhir


LEA = LEP (1 + r )UR
= 548,802 (1 + 0,06)10
= 982,821
c. Lintas Ekivalen Tengah
LET = (LEP + LEA)*0,5
= (548,802 + 982,821)*0,5
= 765,811
d. Lintas Ekivalen Rencana
UR
LER = LET x
10
10
= 765,811 x
10
= 765,811
1.1.2 Menentukan Jumlah Beban Gandar Tunggal Standar Kumulatif

Diketahui :
- Pertumbuhan lalu lintas selama masa perencanaan
pembangunan (g1) = 5 %
- Pertumbuhan lalu lintas selama massa layan (g2) = 6 %
- Pertumbuhan lalu lintas selama masa konstruksi (n) = 1 tahun
- Umur rencana (UR) = 10 tahun
- Untuk DD ( factor distribusi arah ) dipakai 0,5 (0,3 – 0,7)
- Untuk D1 (factor distribusi lajur ) digunakan 1 (tabel 3.23)
a. Beban Gandar Standar Kumulatif Untuk 2 Arah

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

W18* = ESAL Harian x 365


= 1566.710 x 365
= 571849.204 SAL/tahun

(1+ g 1)n−1
W18** = W18*x
g1

(1+0,05)1−1
= 571849.204 x
0,05
= 571849.204

UR
(1+ g 2) −1
W18 = W18** x
g2

(1+0,06)10−1
= 571849.204x
0,06
= 3768713.548
Jumlah Beban Gandar Tunggal Standar Kumulatif (Wt)
Wt = W18 x DDx D1
= 3768713.548x 1 x 0,5
= 1884356.774 SAL

1.1.3 Menentukan Faktor Perhitungan Tebal Perkerasan

- Berdasarkan klasifikasi jalan adalah arteri dan menghubungkan antar


kota, maka nilai reliabilitas berdasarkan tabel 3.21 adalah 85 %
- Nilai standar deviasi (S0) dipilih berdasarkan rentang 0,4 – 0,5, maka
S0 = 0,45
- Nilai Standar Normal Deviate (Zr) berdasarkan tabel 3.22 adalah
-1,037
- Koefisien drainase yang dipilih berdasarkan tabel 3.20 dan PI = 12
% dengan kualitas Drainase yang bagus adalah 1,25
- Indeks permukaan
a. Berdasarkan tabel 3.14, indeks permukaan pada akhir umur
rencana adalah adalah IPt = 2,5

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

b. Berdasarkan tabel 3.15, indeks permukaan pada awal umur


rencana adalah IP0= 4
1.1.4 Menentukan Koefisien Kekuatan Relatif

Untuk aspal beton :


Modulus Elastisitas = 400000 psi
a1 = 0,42 (Berdasarkan tabel 3.16)
Untuk lapis pondasi granular koefisien kekuatan relative a2, dapat
diperkirakan dengan CBR 100%
a2 = 0,14 dan MR = 30000 psi
Untuk lapis pondasi granular koefisien kekuatan relative a2, dapat
diperkirakan dengan CBR 70 %
a3 = 0,13 dan MR = 18500 psi

1.1.1 Menentukan Nilai Modulus Resilien (MR)

Dengan menggunakan rumus MR = 2555 x CBR0,64


a. Segmen 1
CBR = 2,5 %
MR = 2555 x 2,50,64
= 4592,747 psi
b. Segmen 2
CBR = 2,78%
MR = 2555 x 2,780,64
= 4915,634 psi
c. Segmen 3
CBR = 3,241 %
MR = 2555 x 3,2410,64
= 5423.055 psi

Tabel 4.9 Perhitungan MR

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Sumber : Perhitungan Kelompok C7

Nilai Δ psi
Δ psi = IP0 – Ipt
= 4,0 – 2,25
= 1,75

1.1.2 Perhitungan Nilai SN

Persamaan :
Δ psi
IP 0−IPt
¿
¿ + 2,32 log (MR) – 8,07
log ¿
( SN +1 )−0,2+¿
log ( wt )=Zr x S 0+ 9,36 log ¿

Segmen 1
a. Lapisan 1
Diketahui :
MR = 30000 psi
Zr = -1,037
S0 = 0,45
Δ psi = 1,75
Wt = 7537427.095SAL
SN yang digunakan = 2,4369

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

1,5
1,5
¿
¿ + 2,32 log (30,000) – 8,07
log ¿
( 2,4369+1 )−0,2+¿
log ( 7537427.095 )=−1,037 x 0,45+ 9,36 log ¿
6,57619 ≈ 6,57619 …..OK

Maka nilai SN yang digunakan adalah 2,4369

b. Lapisan 2
Diketahui :
MR = 18.500 psi
Zr = -1,037
S0 = 0,45
Δ psi = 1,5
Wt = 7537427.095 SAL
SN yang digunakan = 2,95225
1,5
1,5
¿
¿ + 2,32 log (18.500) – 8,07
log ¿
( 2,95225+1 ) −0,2+¿
log ( 7537427.095 )=−1,037 x 0,45+ 9,36 log ¿
6,576190 ≈ 6,576190 …..OK

Maka nilai SN yang digunakan adalah 2,95225

c. Lapisan 3
Diketahui :
MR = 4593 psi
Zr = -1,037
S0 = 0,45
Δ psi = 1,5
Wt = 7537427.095 SAL
SN yang digunakan = 4,83331

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

1,5
1,5
¿
¿ + 2,32 log (4593) – 8,07
log ¿
( 4,9632+ 1 )−0,2+¿
log ( 7537427.095 )=−1,037 x 0,45+ 9,36 log ¿

6,576190 ≈ 6,576190 …..OK

Maka nilai SN yang digunakan adalah 4,83331

Segmen 2
a. Lapisan 3
Diketahui :
MR = 4915,6344 psi
Zr = -1,037
S0 = 0,45
Δ psi = 1,5
Wt = 7537427.095 SAL
SN yang digunakan = 4,72654
1,5
1,5
¿
¿ + 2,32 log (4915,6344) –
log ¿
( 4 ,72654 +1 )−0,2+¿
log 7537427.095 )=−1,037 x 0,45+ 9,36 log ¿
(
8,07

6,576190 ≈ 6,576190 …..OK

Maka nilai SN yang digunakan adalah 4,72654

Segmen 3
a. Lapisan 3
Diketahui :
MR = 5423.055217 psi
Zr = -1,037
S0 = 0,45

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Δ psi = 1,5
Wt = 3003735,7 SAL
SN yang digunakan = 4,5747
1,5
1,5
¿
¿ + 2,32 log (5423.055217
log ¿
( 4,5747+1 )−0,2+¿
log ( 3 7537427.095 )=−1,037 x 0,45+9,36 log¿
) – 8,07

6,576190 ≈ 6,576190 …..OK

Maka nilai SN yang digunakan adalah 4,5747

1.1.1 Perhitungan Tebal Perkerasan

a. Segmen 1
SN1 = 2,464 a1 = 0,420 M1 = -
SN2 = 2,952 a2 = 0,140 M2 = 1,250
SN3 = 4,833 a3 = 0,130 M3 = 1,250
SN 1 2,464
D1 = =
a1 0,420
= 5,867 ≈ 6 inch
SN1* = a1 x D1
= 0,420 x 5,867
= 2,478
1∗¿
SN 1−SN
D2 = a2x M 2
¿
2,464−2,478
=
0,140 x 1,250
= 5,9 ≈ 6 inch
SN2* = a2 x D2 x M2
= 0,140 x 2,710 x 1,250
= 0.473

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

SN 2∗+SN 1∗¿
D3 = ¿
SN 3−¿
¿
4, 833−(0.473+2,478)
=
0,130 x 1,250
= 11,587 ≈ 12 inch
SN3* = a3 x D3x M1
= 0,130 x 12 x 1,250
= 1,885

b. Segmen 2
SN1 = 2,464 a1 = 0,420 M1 = -
SN2 = 2,952 a2 = 0,140 M2 = 1,250
SN3 = 4727 a3 = 0,130 M3 = 1,250
SN 1 2,464
D1 = =
a1 0,420
= 5,867 ≈ 6 inch
SN1* = a1 x D1
= 0,420 x 6
= 2,478
1∗¿
SN 1−SN
D2 = a2x M 2
¿
2,464−2,478
=
0,140 x 1,0
= 2,710 ≈ 4 inch
SN2* = a2 x D2 x M2
= 0,140 x 4 x 1,250
= 0,4723
SN 3−( SN 2∗+2,478)
D3 =
a3x M3
4,727−(0,4723+2,520)
=
0,130 x 1,250
= 10,929 ≈ 10 inch
SN3* = a3 x D3x M1

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

= 0,130 x 10 x 1,250
= 1,771

c. Segmen 3
SN1 = 2,464 a1 = 0,420 M1 = -
SN2 = 2,952 a2 = 0,140 M2 = 1,250
SN3 = 4,575 a3 = 0,130 M3 = 1,250

SN 1 2,464
D1 = =
a1 0,420
= 5,867 ≈ 6inch
SN1* = a1 x D1
= 0,420 x 6
= 2,478
1∗¿
SN 1−SN
D2 = a2x M 2
¿
2,464−2,478
=
0,140 x 1,250
= 2,710 ≈ 4 inch
SN2* = a2 x D2x M1
= 0,140 x 4 x 1,250
= 0,473
SN 2∗+SN 1∗¿
D3 = ¿
SN 3−¿
¿
4,575−(0,473+2,478)
=
0,130 x 1,250
= 9,995 ≈ 10 inch
SN3* = a3 x D3x M1
= 0,130 x 10 x 1,250
= 1,625

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

1.1.2 Koreksi Tebal Perkerasan

Dikarenakan nilai D1 > D2 pada semua segmen maka dilakukan


koreksi tebal perkerasan.
a. Segmen 1
Ditentukan : D1 = 5 inch
D2 = 9 inch
D3 = 12 inch
Maka :
SN1* = a1 x D1 = 0,420 x 4 = 2,100
SN2* = a2 x D2 = 0,140 x 9 = 1,575
SN3* = a3 x D3 = 0,130 x 12 = 1,950
SN1*+ SN2*+SN3* > SN3
4,833 > 5,625 OK
b. Segmen 2
Ditentukan : D1 = 5 inch
D2 = 8 inch
D3 = 9 inch

Maka :
SN1* = a1 x D1 = 0,420 x 5 = 2,100
SN2* = a2 x D2 = 0,140 x 8 = 1,400
SN3* = a3 x D3 = 0,130 x 9 = 1,463
SN1*+ SN2*+SN3* > SN3
4,727 > 4,963 OK
c. Segmen 3
Ditentukan : D1 = 4 inch
D2 = 8 inch
D3 = 10 inch
Maka :
SN1* = a1 x D1 = 0,420 x 4 = 1,680
SN2* = a2 x D2 = 0,140 x 8 = 1,400
SN3* = a3 x D3 = 0,130 x 10 = 1,625

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

SN1*+ SN2*+SN3* > SN3


4,575 > 4,705 OK

Dari hasil perhitungan maka didapat tebal lapisan perkerasan sebagai berikut:
Tabel 4.10 Perhitungan Tebal Lapisan Bina Marga 2002

Sumber :Perhitungan
Gambar Tebal Perkerasan Metode Bina Marga 2002

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar Tebal Perkerasan Metode BM 2002 Secara Analitis

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

4.4 PerencanaanKonstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metoda Analisa


Komponen Bina Marga 1989 Untuk Konstruksi Bertahap

Konstruksi perkerasan ini mempunyai umur rencana 10 tahun pada tahap


pertama dan tahap kedua pada tahun ke 6.
1.1.3 Perhitungan Lintas Ekivalen
a. Tahap 1 selama 5 tahun
LEP1 = 538,066
n = 10 Tahun
r =6%
 Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

LEA1 = LEP1 x ( 1 + r )n
= 538,066x ( 1 + 0,06 )10
= 679,295
 Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LET1 = ½ (LEP1+ LEA1)
= ½ (679,295+ 538,066)
= 608,680
 Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER)
UR
LER1 = LET1
10
10
= 608,680
10
= 243,472
Akhir tahap 1 struktur perkerasan masih memiliki sisa umur 50 %
sehingga :
LER tahap 1 = X x (LER1)
= 1,67 x 243,472
= 406,599

b. Tahap 2 selama 5 tahun


LEP2 = 982,821
n = 5 Tahun
r =6%
 Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
LEA2 = LEA1 x ( 1 + r )n
= 679,295x( 1 + 0,06 )6
= 963,594
 Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LET2 = ½ (LEP2+ LEA2)
= ½ (963,594+ 679,295)
= 821,444
 Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

UR
LER2 = LET2
10
5
= 821,444
10
= 492,867
Akhir tahap 2, nilai total yang diperlukan untuk memikul beban
lalu lintas adalah 2,5 LER2
LER tahap 2 = 2,5 (LER2)
= 2,5 x 492,867
= 1232,167
1.1.4 Menentukan Indeks Tebal Perkerasan
1. Dengan Nomogram
Berdasarkan Nilai IPo ≥ 4 dan IPt=2.5, maka digunakan Nomogram
1
a. Segmen I
CBR = 2,500
DDT = 3,411
Tahap I dengan LER1 = 406,599
ITP1 = 9,536
Tahap II dengan LER2 = 1782,728ITPtotal = 11,1

ITP 1 = 10,02

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP 2 = 9,536

Segmen 1
Tahap 1
Tahap 2

Gambar nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 ≥ 4

b. Segmen II
CBR = 2,780
DDT = 3,609
Tahap I dengan LER1 = 1278,905
ITP1 = 8,920
Tahap II dengan LER2 = 1782,728
ITPtotal = 10,062

ITP 1 = 8,920

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP 2 = 10,062

Segmen 1
Tahap 1
Tahap 2

Gambar nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 ≥ 4

c. Segmen III
CBR = 3,241
DDT = 3,896
Tahap I dengan LER1 = 406,599
ITP1 = 8,920
Tahap II dengan LER2 = 1232,167
ITPtotal = 10,062

ITP 1 = 98,920

KELOMPOK 5 KELAS C
Segmen 1
Tahap 1
Tahap 2 Gambar nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 ≥ 4
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

1. Dengan Persamaan Rumus ( Trial and Error )


a. Segmen 1
Diketahui :
CBR = 2,500
DDT = 3,411
FR = 0,5
IPt = 2,25
IPo =4
x = 1,67
y = 2,5

- ITP Tahap 1

ITP = 9,536 ( coba-coba )


ITP1 +2,54
IP 0−IPT
4,2−1,5
¿
¿
ITP 1+ 2,54 ¿5,19
¿
1
¿−log ( ) FR
+0,371 ( DDT −3 )
¿
138072
0.4+ ¿
log ¿
( n2 . x )=9,3 log¿−3,9892+¿
log ¿

5,668 ≈ 5,668 …..OK

- ITP Tahap 2 ( Akhir )

ITP = 10,736 ( coba-coba )

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP1 +2,54
IP 0−IPT
4,2−1,5
¿
¿
ITP 1+ 2,54 ¿5,19
¿
1
¿−log ( )
FR
+0,371 ( DDT −3 )
¿
138072
0.4+ ¿
log ¿
n .
( 3 )y =9,3 log ¿−3,9892+ ¿
log ¿

5,995 ≈ 5,995 …..OK

b. Segmen 2
Diketahui :
CBR = 2,780
DDT = 3,609
FR =0,5
IPt = 2,25
IPo =4
x = 1,67
y = 2,5

- ITP Tahap 1

ITP = 9,280 ( coba-coba )

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP1 +2,54
IP 0−IPT
4,2−1,5
¿
¿
ITP 1+ 2,54 ¿5,19
¿
1
¿−log ( )
FR
+0,371 ( DDT −3 )
¿
138072
0.14+ ¿
log ¿
n .
( 2 )x =9,3 log¿−3,9892+¿
log ¿

5,668 ≈ 5,668 …..OK

- ITP Tahap 2 ( Akhir )

ITP = 10,455 ( coba-coba )


ITP1 +2,54
IP 0−IPT
4,2−1,5
¿
¿
ITP 1+ 2,54 ¿5,19
¿
1
¿−log ( )
FR
+0,371 ( DDT −3 )
¿
138072
0.14+ ¿
log ¿
n .
( 3 )y =9,3 log ¿−3,9892+ ¿
log ¿
5,995 ≈ 5,995 …..OK

c. Segmen 3

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Diketahui :
CBR = 3,241
DDT = 3,896
FR =0,5
IPt = 2,25
IPo =4
x = 1,67
y = 2,5

- ITP Tahap 1

ITP = 8,920 ( coba-coba )


ITP1 +2,54
IP 0−IPT
4,2−1,5
¿
¿
ITP 1+ 2,54 ¿5,19
¿
1
¿−log ( )
FR
+0,371 ( DDT −3 )
¿
138072
0.14+ ¿
log ¿
n .
( 2 )x =9,3 log¿−3,9892+¿
log ¿

5,668 ≈ 5,668 …..OK

- ITP Tahap 2 ( Akhir )

ITP = 10,062( coba-coba )

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP1 +2,54
IP 0−IPT
4,2−1,5
¿
¿
ITP 1+ 2,54 ¿5,19
¿
1
¿−log ( )
FR
+0,371 ( DDT −3 )
¿
138072
0.14+ ¿
log ¿
n .
( 3 )y =9,3 log ¿−3,9892+ ¿
log ¿

5,995 ≈ 5,995 …..OK

Tabel 4.9 Perhitungan Nilai IPT Bina Marga Bertahap

S
umber : Perhitungan Kelompok C7

4.4.1 Menentukan Tebal Perkerasan


Bahan – bahan yang digunakan :
Laston a1 = 0,4
Batu pecah kelas A a2 = 0,14
Sirtu kelas A a3 = 0,13
1. Dari Rumus Trial and Error
a. Segmen 1
- Tahap 1
ITP1 = 9,536 D1 = 7,5 cm
ITPtotal =10,736 D2 = 20 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

2
a1 d 1+ a2 d ¿
D3 = ¿
ITP 1−¿
¿
9,536−( ( 0.4 .7,5 ) + ( 0.14 .20 ) )
=
0.13
= 28,738 cm ≈ 30 cm

- Tahap II
ITP2 = ITPtotal- ITP1 = 1,2
ITP 2
D0 = , dimana a1=0.4
a1
1,2
=
0,4
= 3 cm ≈ 5 cm

b. Segmen 2
- Tahap 1
ITP1 = 9,280 D1 = 7,5 cm
ITPtotal = 10,455 D2 = 20 cm

2
a1 d 1+ a2 d ¿
D3 = ¿
ITP 1−¿
¿
9.280−( ( 0.4 .7,5 ) + ( 0.14 .20 ) )
=
0.13
= 26.769 cm ≈ 30 cm

- Tahap II
ITP2 = ITPtotal- ITP1 = 1.175

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

ITP 2
D0 = , dimana a1=0.4
a1
01.175
=
0.4
= 2,9375 cm ≈ 5 cm

c. Segmen 3
- Tahap 1
ITP1 = 8.92 D1 = 7.5 cm
ITPtotal = 10.062 D2 = 20 cm

2
a1 d 1+ a2 d ¿
D3 = ¿
ITP 1−¿
¿
8.92−( ( 0.4 .7 .5 )+ ( 0.14 .20 ) )
=
0.13
= 24 cm ≈ 25 cm

- Tahap II
ITP2 = ITPtotal- ITP1 = 1.142
ITP 2
D0 = , dimana a1=0.4
a1
1.142
=
0.4
= 2.855 cm ≈ 5 cm
2. Berdasarkan Nomogram
d. Segmen 1
- Tahap 1
ITP1 = 10.2 D1 = 7,5 cm
- ITPtotal =11.1 D2 = 20 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

2
a1 d 1+ a2 d ¿
D3 = ¿
ITP 1−¿
¿
10 , 200−( ( 0.4 .7 .5 ) + ( 0.14 .20 ) )
=
0.13
= 33.846 cm ≈ 35 cm

- Tahap II
ITP2 = ITPtotal- ITP1 = 0,90
ITP 2
D0 = , dimana a1=0.4
a1
0,90
=
0.4
= 2,25cm ≈ 5 cm

e. Segmen 2
- Tahap 1
ITP1 = 10 D1 = 10 cm
ITPtotal = 10,9 D2 = 20 cm

2
a1 d 1+ a2 d ¿
D3 = ¿
ITP 1−¿
¿
10−( ( 0.4 .7 .5 )+ ( 0.14 .20 ) )
=
0.13
= 32,308 cm ≈ 35 cm
- Tahap II
ITP2 = ITPtotal- ITP1 = 0,9
ITP 2
D0 = , dimana a1=0.4
a1
0,9
=
0.4
= 2.25cm ≈ 5 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

f. Segmen 3
- Tahap 1
ITP1 = 9.4 D1 = 10 cm
ITPtotal = 11.1 D2 = 20 cm

2
a1 d 1+ a2 d ¿
D3 = ¿
ITP 1−¿
¿
9.4− ( ( 0.4 .10 ) + ( 0.14 .20 ) )
=
0.13
= 32.308 cm ≈ 35 cm

- Tahap II
ITP2 = ITPtotal- ITP1 = 0,90
ITP 2
D0 = , dimana a1=0.4
a1
0,0
=
0.4
= 2,25cm ≈ 5 cm
Tabel 4.10 Perhitungan Tebal Perkerasan Metode BM Bertahap

S
umber : Perhitungan Kelompok C7

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar Tebal Perkerasan Metode BM Bertahap


Secara Grafis

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar Tebal Perkerasan Metode BM Bertahap


Menggunakan Perhitungan Analitis

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

4.5 Perencanaan Konstruksi PerkerasanKaku Metode Bina Marga

( Pd T-14-2003 )
Berdasarkan grafik koreksi Antara nilai K dan CBR diperoleh :
Tabel 4.24 Nilai k berdasarkan nilai CBR

Sumber : perhitungan nilai k

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Korelasi Hubungan Antara Nilai K dan CBR

Korelasi Hubungan Antara Nilai K dan CBR

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Korelasi Hubungan Antara Nilai K dan CBR

 Nilai Standar Deviasi


Nilai Standar Deviasi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan rumus (3.44), yaitu :
k2
k
∑ ¿2
¿
S = ¿
∑ ¿−¿
n¿
¿
√¿

=
√ 25 ( 29375 )−(724201)
25(25−1)
= 4.118
 Faktor Keseragaman
Nilai faktor keseragaman dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan rumus (3.34), yaitu :

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

s
Fk = ×100 <25
k
4.118
= ×100 < 25
34.040
= 12.097 %

 Kekuatan Lapisan Tanah Dasar


Untuk menentukan modulus reaksi tanah dasar rencana yang
mewakili suatu rekasi jalan, dipergunakan persamaan rumus (3.32), yaitu
sebagai berikut :

Ko = k – (1,64 × s)
= 34,040 – (1,64 × 4.118)
= 27,287

4.5.1 Analisa Lalu Lintas


Tabel 4.25 Perhitungan Jumlah Sumbu Berdasarkan Jenis dan Bebannya
Sumber : data perhitungan jumlah sumbu

Keterangan : STRT = Sumbu tunggal roda tunggal


STRG = Sumbu tunggal roda tunggal
STdRG = Sumbu tandem roda ganda
a). Data parameter perencanaan yang sudah diketahui
UR = 20 tahun
i = 3%

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

b). Menghitung pertumbuhan lalu-lintas


(1+i)UR−1
R=
i
(1+3 )20−1
R=
3
R=26.870
c). Menghitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur
rencana
JSKN =365 x JSKNH x R
¿ 365 x 1122 x 26.870
6
¿ 1,1004 x 10
JSKN Rencana=C x JSKN
7 6
¿ 0,5 x 1,104 x 10 ¿ 5,502 x 10

Perhitungan Repetisi Sumbu Yang Terjadi


a). Menghitung proporsi beban
jumlah sumbu
Proporsi beban=
total jumlah sumbu
15
¿
1122
¿ 0,0137
b). Proporsi sumbu
Jumlah Sumbu STRT
STRT =
Total Jumlah Sumbu
666
¿
1122
¿ 0,594

Jumlah Sumbu STRG


STRG =
Total Jumlah Sumbu
281
¿
1122
¿ 0,594

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Jumlah Sumbu STdRG


STdRG =
Total Jumlah Sumbu
294
¿
1122
¿ 0,262

c). Menghitung repetisi yang terjadi


Repetisi yang terjadi
¿ proporsi beban x proporsi sumbu x lalulintas rencana
6
¿ 0,037 x 0,594 x 5.502 x 10
¿ 446.249,74

Tabel 4.26 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana

4.5.2 Perhitungan Tebal Pelat Beton


Jenis perkerasan : BMDT dengan ruji
Jenis bahu : Beton
Umur rencana : 20 tahun
JSK : 5,502 x 106
Faktor keamanan beban : 1.1 (tabel)
Kuat tarik lentur beton (f’cf) : 4.0 Mpa

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Jenis dan tebal lapis pondasi : Campuran beton kurus


150 mm
CBR tanah dasar : 2.421 %

Tabel 4.5.3 Faktor keamanan beban (FKB)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Berdasarkan grafik di atas maka dapat diperkirakan tebal pelat adalah 140 mm.

Gambar 4.18 Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Beton Semen

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Gambar 4.19 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah
Berdasarkan grafik di atas, maka didapatkan CBR tanah dasar efektif
adalah 26%.

1. Analisa Fatik dan Erosi berdasarkan grafik


Nilai CBR efektif : 18 %
Kuat Tarik lentur : 4 MPa
Faktor keamanan beban : 1,1
Tebal taksiran : 125 mm
a. Mencari faktor tegangan ekivalen (TE)

Dimana : a,b,c,d,e,f,g,h,i,j adalah koefisien pada tabel 3.30


D = ketebalan plat (mm)
Ef = CBR efektif (%)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Mencari TE untuk STRT

(26) (35774) 2 ( 14.57 ) ln ⁡( 18) (−861548)


f 3 ≡ (−0.051 ) + + ( 0.0899 ) ln ( 18 ) + 2
+(−0.0376) [ ln ⁡( 18) ] + + 3
(147) (125) (125) (125)

F3 =1,709

Mencari TE untuk STRG


(206,5) (28661) 2 ( 2,82 ) ln ⁡( 18) (−686510)
f 3 =( 0,33 ) + + (−0,4684 ) ln (18 )+ 2
+( 0,165) [ ln ⁡( 18) ] + + 3
+ (−0,0
(125) (125) (125) (125)
F3 =2.472

Mencari TE untuk STdRG


(301,5) ( 4418) 2 ( −59.93 ) ln ⁡( 26) (−
F3 =( 0,088 ) + + (−0.1846 ) ln ( 18 ) + 2
+(0,0939) [ ln ⁡( 18) ] + +
(125) (125) (125)
F3 =2.089

Mencari TE untuk STdRG


(301,5) ( 4418) 2 ( −59.93 ) ln ⁡( 26) (−
F3 =( 0,088 ) + + (−0.1846 ) ln ( 18 ) + 2
+(0,0939) [ ln ⁡( 18) ] + +
(125) (125) (125)
F3 =2.089

b. Mencari faktor rasio tegangan (FRT)


Mencari FRT untuk STRT
TE
FRT =
Kuat tarik lentur
1,709
¿
4
¿ 0,427

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Mencari FRT untuk STRG


TE
FRT =
Kuat tarik lentur
2.472
¿
4
¿ 0,618

Mencari FRT untuk STdRG


TE
FRT =
Kuat tarik lentur
1,783
¿
4
¿ 0,522

c. Mencari faktor erosi (FE)

Dimana : a,b,c,d,e,f,g,h,i,j adalah koefisien pada


tabel3.31
D = ketebalan plat (mm)
Ef = CBR efektif (%)

Mencari FE untuk STRT


(602,3) (−50996) 2 ( 8,99 ) ln ⁡( 33)
F3 =(−0,184 ) + + (−0,0085 ) ln ( 18 ) + 2
+(−0,0122) [ ln ⁡( 18) ] +
(125) (125) (125)
F3 =2,330

Mencari FE untuk STRG


(609,8) (−52519) 2 ( 9,62 ) ln ⁡( 33) (
F3 =(−0,44 ) + + (−0,0484 ) ln (18 )+ 2
+(−0,0017) [ ln ⁡( 18) ] + +
(125) (125) (125)
F3 =2,933

Mencari FE untuk STdRG

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

(544,9) (−47500) 2 (−31,54 ) ln ⁡( 18) (1


F3 =( 0,952 ) + + (−0,0404 ) ln 18+ 2
+(0,0179) [ ln ⁡(18) ] + +
(125) (125) (125)
F3 =2,868

d. Analisa fatik
1. Repetisi ijin

log ( N f )= [
0.9919−S r
0.0828
3.268
]
Jika S r >0.55

Nf =
[ 4.258
S r −0.04325 ]Jika 0.45< Sr ≤ 0.55

N f =Tidak terbatas Jika Sr <0.45

Dimana :
0.94

Sr=
TE
[ PLSF
0.944 f cf 4.45 F 1 ]
f cf = Kuat tarik lentur beton
P = Beban sumbu
LSF = Faktor keamanan beban

0.94
Sr = [
1,709 20,4 x 1,1
0.944 x 4 4.45 x 9 ]
S r =0,262

Karena Sr < 0,45 maka Nf adalah tidak terbatas (TT)

2. Persen rusak
Repetisi yang terjadi
Persen rusak=
Repetisi ijin

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

4
8.827 x 10
¿

¿0

e. Analisa Erosi
1. Repitisi ijin
0.103

[ (( )]
2
PL SF 10FE
log ⁡( F2 N e )=14.524−6.777 max 0,
4.45 F 4 ) 41,35
−9.0

Dimana : F2 = Faktor tepi (0.06 jika tanpa bahu


dan 0.94 jika dengan bahu)
10 log(F N )
2 e

Ne = Tidak terbatas Jika >100.000.000


F2
log ( F2 Ne ) 10log( F N )
2 e

Ne = Jika <100.000.000
F2 F2

0.103

[ (( )]
2 2,19
20,4 x 1,47 10
log( F2 N e )=14.524-6.777 max 0,
4.45 x 9 41,35
-9.0 )
log ( F 2 N e )=14,524

log ( F 2 N e )
10 1014,524
=
F2 0,94
14
¿ 3,56 ×10
10 log ⁡( F 2 N e)
Karena >100.000 .000 , maka Neadalah Tidak
F2
Terbatas(TT)
2. Persen rusak
Repetisi yang terjadi
Persen rusak=
Repetisi ijin
4
8,827 x 10
¿

¿0

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Analisis Fatik dan Analisis Erosi

Karena persen rusak fatik > 100% maka dicoba tebal plat beton dengan
cara trial and error.
2. Analisa Fatik dan Erosi
Nilai CBR efektif : 18 %
Kuat tarik lentur : 4 Mpa
Faktor keamanan beban : 1.1
Tebal Taksiran : 125 mm
1. Mencari faktor tegangan ekivalen (TE)

Dimana : a,b,c,d,e,f,g,h,i,j adalah koefisien pada


tabel 4.5.4
D = ketebalan plat (mm)
Ef = CBR efektif (%)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Mencari TE untuk STRT


( 18) (35774) 2 ( 14.57 ) ln ⁡( 18) (−
F3 =(−0.051 )+ + ( 0.0899 ) ln ( 18 ) + 2
+(−0.0376) [ ln ⁡( 18) ] + +
( 125) (125) (125)
F3 =0,582
Mencari TE untuk STRG
(206,5) (28661) 2 ( 2,82 ) ln ⁡( 18) (−686
F3 =( 0,33 ) + + (−0,4684 ) ln ( 18 )+ 2
+(0,165) [ ln ⁡(18) ] + +
(125) (125) (125) (125
F3 =0,937

Mencari TE untuk STdRG


(301,5) ( 4418) 2 ( −59.93 ) ln ⁡( 18) (−
F3 =( 0,088 ) + + (−0.1846 ) ln ( 18 ) + 2
+(0,0939) [ ln ⁡( 18) ] + +
(350) (125) (125)
F3 =0,81
f. Mencari faktor rasio tegangan (FRT)
Mencari FRT untuk STRT
TE
FRT =
Kuat tarik lentur
0,582
¿
4
¿ 0,146

Mencari FRT untuk STRG


TE
FRT =
Kuat tarik lentur
0,937
¿
4
¿ 0,234

Mencari FRT untuk STdRG


TE
FRT =
Kuat tarik lentur
0,814
¿
4
¿ 0,204

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

g. Mencari faktor erosi (FE)

Dimana : a,b,c,d,e,f,g,h,i,j adalah koefisien pada tabel


4.5.5
D = ketebalan plat (mm)
Ef = CBR efektif (%)

Mencari FE untuk STRT


(602,3) (−50996) 2 ( 8,99 ) ln ⁡( 18) (1874370)
F3 =(−0,184 ) + + (−0,0085 ) ln ( 18 ) + 2
+(−0,0122) [ ln ⁡( 18) ] + + +(
(260) (260) (260) ( 260)3
F3 =1.446

Mencari FE untuk STRG


(609,8) (−52519) 2 ( 9,62 ) ln ⁡( 18) (
F3 =(−0,44 ) + + (−0,0484 ) ln (18 )+ 2
+(−0,0017) [ ln ⁡( 18) ] + +
(260) (260) ( 260)
F3 =2.050

Mencari FE untuk STdRG


(544,9) (−47500) 2 (−31,54 ) ln ⁡( 18) (1719950)
F3 =( 0,952 ) + + (−0,0404 ) ln ( 18 ) + 2
+(0,0179) [ ln ⁡(18) ] + + 3
(260) (260) (260) (260)
F3 =2.868

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

h. Analisa fatik
2. Repetisi ijin

log ( N f )= [
0.9919−S r
0.0828
3.268
]
Jika S r >0.55

Nf =
[ 4.258
S r −0.04325 ]
Jika 0.45< Sr ≤ 0.55

N f =Tidak terbatas Jika Sr <0.45

Dimana :
0.94

Sr=
TE
[
PLSF
0.944 f cf 4.45 F 1 ]
f cf = Kuat tarik lentur beton
P = Beban sumbu
LSF = Faktor keamanan beban

0.94
Sr = [
0,582 20,4 x 1,1
0.944 x 4 4.45 x 9 ]
S r =0,0894

Karena Sr < 0,45 maka Nf adalah tidak terbatas (TT)

3. Persen rusak
Repetisi yang terjadi
Persen rusak=
Repetisi ijin
4
8,8269 x 10
¿

¿0

i. Analisa Erosi
4. Repitisi ijin
0.103

[ (( )]
2
PL SF 10FE
log ⁡( F2 N e )=14.524−6.777 max 0,
4.45 F 4 ) 41,35
−9.0

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Dimana : F2 = Faktor tepi (0.06 jika tanpa bahu


dan 0.94 jika dengan bahu)
log( F2 N e )
10
Ne = Tidak terbatas Jika >100.000.000
F2
log ( F 2 Ne ) 10
log(F 2 Ne )
Ne = Jika <100.000.000
F2 F2

0.103

[ (( )]
2 1.44
20,4 x 1,23 10
log( F2 N e )=14.524-6.777 max 0,
4.45 x 9 41,35
-9.0 )
log ( F 2 N e )=14,524
log ( F 2 N e )
10 1014,524
=
F2 0,94
14
¿ 3,56 ×10
log ⁡( F 2 N e )
10
Karena >100.000 .000 , maka Neadalah Tidak
F2
Terbatas (TT)
5. Persen rusak
Repetisi yang terjadi
Persen rusak=
Repetisi ijin
4
8,8269 x 10
¿

¿0

Tabel 4.5.5 Hasil Perhitungan dan Analisis Fatik dan Analisis Erosi
Metode
Trial and Error

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Sumber : Perhitungan

Karena persen rusak fatik < 100% maka plat beton dengan tebal 350 mm
dapat digunakan dalam perencanaan.

4.6 Perencanaan Penulangan Plat Perkerasan Kaku


Dari grafik hubungan nilai lalu lintas rencana dengan nilai CBR
diperoleh jenis pondasi lapisan beton menerus dengan tebal 150 mm,
sehingga menggunakan perkerasan menerus dengan tulangan.

Data yang digunakan untuk perencanaan tulangan :

1. Tebal plat perkerasan (h) = 260 mm


2. Panjang plat = ∽
3. Lebar plat = 7 m
4. Tegangan tarik izin baja (Fs) = 230 MPa
5. Koefisien gesek plat dengan lapisan pondasi stabilitas semen = 1,8

4.6.1 Tulangan Memanjang


100 . Ft
Ps= x (1,3−0,2 f )
Fy−n . Ft

Dimana :

Ft = > 0,4 – 0,5 Fr


Fy = < 350 MPa
Es = 200.000 MPa (Modulus Elastisitas Baja)
Ec = 4700 √ Fc '
9,81
Fc’ = 350 x = 34,34 MPa (Penggunaan mutu beton K-350)
100

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Fr = 0,62 . √ 34,34 = 3,633 MPa


Es
n= = 7,262
Ec

Maka,

Ft = 0,5 . Fr

= 0,5 . 3,633

= 1,816

Es = 200.000 Mpa

Ec = 4700 √ Fc '
= 4700 √ 34,34
= 27.540,155 MPa

Es
n=
Ec

200.000
=
27.540,155

= 7,262 m

Fy = 340 MPa

100 . Ft
Ps = x (1,3−0,2 f )
Fy−n . Ft

100 . 1,816
= x (1,3−0,2(1,8))
340−8. ( 1.816 )

= 0,525% , digunakan 0,6%

Asumsi tulangan yang digunakan adalah diameter 16 mm dengan jarak


110 mm

1000
Banyak tulangan dalam 1 meter (n) = = 9.524 = 9 tulangan /
110
meter

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Jarak bersih antar tulangan = jarak – diameter = 110 – 16 = 94 mm

As = 9(0,25 . π . 162 ¿ = 1809,557 mm2

As
P=
h. 1000

1809,557
= = 6,702 x 10-3
250 . 1000

4 . 1000
U=
d

4 . 1000
= = 250 m
16

0,79
Fb = √ Fc '
d

0,79
= √ 34,34 = 2,893
16

Ft 2
Lcr =
n. P2 .U . Fb. (S . Ec−Ft )

1,8162
=
9×(6,702 ×10−3 )2 × 250× 2,893 ×(0,0005× 27540,155−1,816)

= 1,062 m

1 m < 1,062 m < 2 m ........ (OK)

Sehingga tulangan berdiameter 16 mm dengan jarak 110 mm dapat


digunakan sebagai tulangan memanjang.

4.6.2 Tulangan Melintang


Data :
Tebal plat beton (h) = 350 mm
Lebar plat (L) =7m
Tegangan tarik baja izin (Fs) = 230 MPa
Faktor gesekan (f) = 1,8
11,76 ( f .l . h)
As melintang =
Fs

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

11,76 (1,8 . 7.270)


= = 173,946 mm2/m Lebar
230
As min = 0,0014 . h . 1000
= 0,0014 .260. 1000
= 364 mm2/m Lebar
Karena As perlu < As min, maka digunakan As min sebagai perhitungan
penulangan. Asumsi tulangan yang digunakan adalah diameter 12 mm,
dengan jarak 250 mm.
1000
n= = 4 tulangan
250
As = n(0,25 . π .d 2 )
= 4 (0,25 . π . 102)
= 392.5 mm2/m Lebar ......... > As Min (OK)
Jadi digunakan tulangan berdiameter 12 mm dengan jarak 250 mm sebagai
tulangan melintang.

Perencanaan Sambungan dan Penulangan Sambungan


a. Tulangan dowel
Tebal plat beton = 260 mm
Pada dasarnya pada tulangan menerus bertulang dibuat tanpa dowel,
tetapi dowel tetap dibutuhkan pada titik tertentu pada sambungan
Untuk tebal plat 350 mm, maka diperoleh perencanaan dowel :
1. Diameter dowel = 32 mm
2. Panjang dowel = 450 mm
3. Jarak dowel = 300 mm
4. Jarak sambungan melintang = 25 x tebal plat
= 25 x 260
= 6500
Data :
1. Tebal plat perkerasan = 260 mm
2. Lebar jalan = 7 m (untuk 2 lajur)
3. Lebar bahu jalan =2m

Berdasarkan grafik tie bar maksimum menurut AASHTO (1986) untuk


tulangan baja grade 40 dan F = 1,5 , maka tulangan sambungan tie bar
untuk tebal plat 260 mm adalah

Tabel 4.29 Hasil Perhitungan Tulangan


Jarak Jarak Maksimum Tie Bar (cm)
(m) ∅ 12 mm ∅ 16 mm
3,5 75 113

Panjang tie bar :

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

1. Diameter 12 mm = 635 mm
2. Diameter 16 mm = 765 mm

Dalam pelaksanaan digunakan tulangan berdiameter 12 mm dengan


jarak maksimum 75 cm dan panjang tulangan 635 mm.

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada Perencanaan suatu konstruksi perkerasan, ada banyak hal yang
mempengaruhi, antara lain adalah jenis kendaraan, berat kendaraan, LHR, data
yang mempengaruhi itu nantinya kita dapatkan nilai ESAL (Equivalent Standard
Axie Load), Lintas Ekivalen Permukaan (LEP), Lintas Ekivalen Akhir (LEA),
Lintas Ekivalen Tengah (LET) dan nilai CBR yang telah dibagi dalam 3 segmen.
Dengan masa perencanaan dan pembangunan memiliki tingkat
pertumbuhan 3 % dan pertumbuhan lalu-lintas selama masa layan 2 %. Untuk itu
mulai CBR dibagi tiga segmen dengan metode analitis dan grafis.
A. Metode Analitis
1. Nilai CBR Segmen 1 = 2,760 %
2. Nilai CBR Segmen 2 = 3,370 %
3. Nilai CBR Segmen 3 = 3,241 %
B. Metode Grafis
1. Nilai CBR Segmen 1 = 2,5 %
2. Nilai CBR Segmen 2 = 2,78 %
3. Nilai CBR Segmen 3 = 3,42 %
Pada perencanaan konstruksi lentur dibagi ke dalam 4 metode dengan hasil
sebagai berikut :
1. Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode CBR
A. CBR Metode Analitis
1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D1 =5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 15 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm


2. Segmen 2
a. Tebal lapis permukaan, D1 =5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 15 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 20 cm

3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D1 =5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 15 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 20 cm

B. CBR Metode Grafis


1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D1 =5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 15 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
2. Segmen 2
a. Tebal lapis permukaan, D1 =5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 15 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm
3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D1 =5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 10 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm

2. Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina Marga


Konstruksi Langsung

A. Dengan ITP dari Nomogram


1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 10 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

2. Segmen 2
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 10 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm

3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 10 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm
B. Secara Analitis
1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
2. Segmen 2
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm
3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm

3. Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina Marga Tahun


2002

A. Secara Analitis
1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
2. Segmen 2

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm


b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm
B. Secara Grafis
1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 35 cm
2. Segmen 2
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 35 cm
3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
b. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 30 cm
c. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
4. Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode Analsa Komponen
Bina Marga 1989 Untuk Konstruksi Bertahap

A. Dengan ITP dari Nomogram


1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D0 =5 cm
b. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
c. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
d. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 35 cm
2. Segmen 2
a. Tebal lapis permukaan, D0 =5 cm
b. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
c. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

d. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 35 cm


3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D0 =5 cm
b. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
c. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
d. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
B. Secara Analitis
1. Segmen 1
a. Tebal lapis permukaan, D0 =5 cm
b. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
c. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
d. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
2. Segmen 2
a. Tebal lapis permukaan, D0 =5 cm
b. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
c. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
d. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 30 cm
3. Segmen 3
a. Tebal lapis permukaan, D0 =5 cm
b. Tebal lapis permukaan, D1 = 7,5 cm
c. Tebal lapis pondasi atas, D2 = 20 cm
d. Tebal lapis pondasi bawah, D3 = 25 cm
Pada perencanaan perkerasan kaku diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Tebal Pelat = 260 mm
2. Tulangan Memanjang = 16 mm
3. Tulangan Melintang = 10 mm

5.2 Saran
Untuk tercapainya perencanaan jalan raya yang memenuhi atau sesuai
dengan standar perencanaan jalan raya, maka perencanaan jalan raya harus
bertujuan terciptanya lalu lintas yang lancar, aman, cepat, efisien dan ekonomis.
Jalan raya harus memiliki syarat-syarat ekonomis menurut fungsi, volume serta

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

sifat-sifatnya. Untuk itu diperlukan perencanaan jalan raya yang memenuhi atau
sesuai dengan standar perencanaan jalan raya.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala curahan rahmat-Nya


sehingga penulis mampu menyelesaikan desain Jalan Raya II ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada pemimpin
umat sepanjang zaman Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk Dosen
pembimbing Bapak Gunawan Wibisono serta Asisten Desain Malik Habibillah
atas bantuannya dalam desain ini. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam
pembuatan desain ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan desain ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga desain ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca desain Jalan Raya II
ini.

Pekanbaru, Mei 2019

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Tujuan....................................................................................................................
1.3 Batasan Masalah....................................................................................................
BAB II PERMASALAHAN
2.1 Data Tugas.............................................................................................................
2.2 SASARAN TUGAS..............................................................................................
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Sejarah Perkerasan Kaku.......................................................................................
3.2 Jenis Perkerasan Kaku...........................................................................................
3.3 Kriteria Perkerasan................................................................................................
3.4 Jenis dan Susunan Lapisan Perkerasan.................................................................
3.5 Parameter Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Lentur....................................
3.6 Perencanaan Tebal Konstruksi Perkerasan Lentur Metoda Bina Marga 1987......
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode CBR......................
4.2 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina Marga
Konstruksi Langsung...................................................................................................
4.3 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina Marga
Tahun 2002..................................................................................................................

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

4.4 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Dengan Metoda Analisa


Komponen Bina Marga 1989 Untuk Konstruksi Bertahap.........................................
4.5 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Kaku Metode Bina Marga...........................
4.6 Perencanaan Penulangan Pelat Perkerasan Kaku..................................................
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP)
Tabel 3. 2 Penentuan Lebar Jalan dan Bahu Jalan
Tabel 3. 3 Pedoman Penentuan Jumlah Lajur
Tabel 3. 4 Konfigurasi Sumbu Beban
Tabel 3. 5 Koefisien Distribusi Lajur ( C )
Tabel 3. 6 Nilai R pada tiap CBR segmen
Tabel 3. 7 Faktor Drainase ( δ )
Tabel 3. 8 Faktor Lingkungan dan Curah Hujan ( ɳ)
Tabel 3. 9 Nilai Relatif Kekuatan Bahan Terhadap Kekuatan Agregat CBR
Tabel 3. 10 Nilai IPO
Tabel 3. 11 Nilai IPT
Tabel 3. 12 Klasifikasi Medan Jalan
Tabel 3. 13 Faktor Regional (FR)
Tabel 3. 14 Tebal Minimum Lapisan Perkerasan (D1) untuk Lapis Permukaan
Tabel 3. 15 Tebal Minimum Lapisan Perkerasan (D2) untuk Pondasi
Tabel 3. 16 Koefisien Kekuatan Relatif Bahan Perkerasan Menurut Bina Marga
Tabel 3. 17 Rekomendasi tingkat Reliabilitas untuk Bermacam-macam Jalan
Tabel 3. 18 Nilai penyimpangan normal standar (Standard normal deviate)
tingkat realibilitas tertentu
Tabel 3. 19 Faktor Distribusi Lajur (DL)
Tabel 3. 20 Definisi Kualitas Drainase
Tabel 3. 21 Koefisien Drainase (m) untuk memodifikasi koefisien Kekuatan
Relatif Material Untreated
Tabel 3. 22 Indeks Permukaan pada akhir umur rencana (IPT)
Tabel 3. 23 Indeks Permukaan pada awal tahun umur rencana (IPo)

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

Tabel 3. 24 Batas-Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan


Tabel 3. 25 Koefisien distribusi kendaraan niaga pada laju rencana
Tabel 3. 26 Faktor Keamanan
Tabel 3. 27 Perbandingan Tegangan dengan Jumlah Pelanggan Beban
Tabel 3. 28 Faktor Keamanan Beban (FKB)
Tabel 3. 29 Faktor penyesuaian beban (F1)
Tabel 3. 30 Faktor penyesuaian beban untuk analisis erosi
Tabel 3. 31 Koefisien Gesekan Antara Plat Beton Semen dengan Lapisan
Pondasi dibawahnya
Tabel 3. 32 Hubungan antara kuat tekan beton dan angka equivalen baja dan
beton (n) serta (Fr)
Tabel 3. 33 Ukuran dan Jarak Batang Dowel yang Disarankan
Tabel 4. 1 Volume Lalu Lintas Harian Rerata
Tabel 4. 2 Penentuan Lebar Jalur Dan Bahu Jalan
Tabel 4. 3 Perhitungan Nilai LEP
Tabel 4. 4 Data CBR Segmen
Tabel 4. 5 Perbandingan Nilai CBR Analitis dan Grafis
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan
Tabel 4. 7 Lintas Ekivalen Permulaan
Tabel 4. 8 Perhitungan MR
Tabel 4. 9 Perhitungan Tebal Lapisan Bina Marga 2002
Tabel 4. 10 Perhitungan Nilai IPT Bina Marga Bertahap
Tabel 4. 11 Perhitungan Tebal Perkerasan Metode BM Bertahap
Tabel 4. 12 Nilai k berdasarkan nilai CBR
Tabel 4. 13 Perhitungan Jumlah Sumbu Berdasarkan Jenis dan Bebannya
Tabel 4. 14 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana
Tabel 4. 15 Faktor Keamanan Beban (FKB)
Tabel 4. 16 Hasil Perhitungan Analisis Fatik dan Analisis Erosi
Tabel 4. 17 Hasil Perhitungan Analisis Fatik dan Analisis Erosi Metode Trial
and Error
Tabel 4. 18 Hasil Perhitungan Tulangan

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Konfigurasi Beban dan Nilai VDF Kendaraan Berat Kondisi MST
8
Gambar 3. 2 Nomogram 1 untuk Ipt = 2,5 dan Ipo > 4
Gambar 3. 3 Nomogram 2 untuk IPt = 2,5 dan Ipo = 3,9 – 3,5
Gambar 3. 4 Nomogram 3 untuk IPt = 2 dan IPo ≥ 4
Gambar 3. 5 Nomogram 4 untuk ITp = 2 dan IPo = 3,9 – 3,5
Gambar 3. 6 Nomogram 5 untuk IPt = 1,5 dan IPo = 3,9 – 3,5
Gambar 3. 7 Nomogram 6 untuk ITp = 1,5 dan IPo = 3,4 – 3,0
Gambar 3. 8 Nomogram 7 untuk IPt = 1,5 dan IPo = 2.9 – 2.5
Gambar 3. 9 Nomogram 8 untuk IPt = 1 dan IPo = 2.9 – 2.5
Gambar 3. 10 Nomogram 9 untuk IPt = 1 dan IPo ≤ 2,4
Gambar 3. 11 Penentuan nilai a1 dengan modulus elastisitas
Gambar 3. 12 Variasi Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Granular (a2)
Gambar 3. 13 Variasi Koefisien Kekuatan Relatif Lapis Pondasi Granular (a3)
Gambar 3. 14 Susunan Lapisan Perkerasan Kaku
Gambar 3. 15 Hubungan antara CBR dan Modulus Reaksi Tanah
Gambar 3. 16 Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Beton Semen
Gambar 3. 17 CBR Tanah Dasar Efektif
Gambar 3. 18 Sambungan Tulangan Memanjang
Gambar 3. 19 Sambungan Tulangan Melintang
Gambar 3. 20 Sambungan Muai dengan Dowel
Gambar 3. 21 Sambungan dengan Tie Bar
Gambar 4. 1 CBR per segmen
Gambar 4. 2 Nilai CBR segmen 1
Gambar 4. 3 Nilai CBR segmen 2
Gambar 4. 4 Nilai CBR segmen 3
Gambar 4.5.1 Korelasi Hubungan Antara Nilai K dan CBR
Gambar 4.5.2 Korelasi Hubungan Antara Nilai K dan CBR
Gambar 4.5.3 Korelasi Hubungan Antara Nilai K dan CBR
Gambar 4. 6 Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Beton Semen
Gambar 4. 7 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah
Gambar 4. 8 Jarak Tie Bar

KELOMPOK 5 KELAS C
LAPORAN DESAIN JALAN RAYA II

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Petunjuk Tebal


Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
Hendarsin, Shirley, 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya.
Sukirman, Silvia, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya.
Bandung.

KELOMPOK 5 KELAS C

Anda mungkin juga menyukai