Anda di halaman 1dari 14

Sri Pujiastuti, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 14 BANDUNG

Sri Pujiastuti1, Elly Malihah2, dan Siti Komariah3


1
SMA Pasundan 1 Cianjur
2
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi
3
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan penerapan


model pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sosiologi. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada
siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
konvensional, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan hasil belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional, dan terdapat
perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning dengan hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation. Peningkatan hasil
belajar terjadi pada siswa yang menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning.

Kata kunci: model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), model


pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), hasil belajar siswa.
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

PENDAHULUAN Learning dan model pembelajaran


Pendidikan memiliki peranan kooperatif Group Investigation didapat
penting dalam meningkatkan kualitas dari tes awal (pretest), kemudian
sumber daya manusia serta upaya diberikan treatment, tes akhir (post test)
untuk mewujudkan cita-cita bangsa hasil dari peningkatan belajar setelah
Indonesia dalam mewujudkan diberikan treatment. Hasil pengolahan
kesejahteraan umum serta data ini meliputi perhitungan rata-rata,
mencerdaskan kehidupan bangsa. simpangan baku dan variansi
Permasalahan yang timbul adalah menggunakan data mentah.
pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan Tabel 1
sebagai perangkat fakta-fakta yang Hasil Perhitungan Skor Rata-rata dan
harus dihafal, termasuk dalam mata Simpangan Baku
pelajaran sosiologi.. Kelompok Eksperimen dan Kelompok
SMA Negeri 14 Bandung Kontrol
merupakan salah satu sekolah yang Rata-
belum pernah menggunakan model Kelompo Simpanga
No rata
pembelajaran Problem Based Learning k n Baku (S)
( )
(PBL) dan model pembelajaran Eksperim
kooperatif Group Investigation (GI), 1 21,18 2,43
en1
khususnya pada mata pelajaran Eksperim
sosiologi. Model pembelajaran yang 2 20,55 2,04
en2
digunakan oleh guru sosiologi di SMA
3 Kontrol 21,66 2,35
Negeri 14 Bandung adalah model
konvesional ceramah bervariasi, seperti
Setelah diketahui nilai rata-rata
tanya jawab ataupun diskusi. Hal ini
dan simpangan baku dari kelompok
dibuktikan dengan jumlah siswa IPS
eksperimen1, eksperimen2, dan
kelas XI yang mencapai nilai KKM
kelompok kontrol, selanjutnya penulis
adalah sebanyak 70%. Nilai KKM pada
menganalisis data dengan menghitung
mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri
uji normalitas data dengan uji chi
14 Bandung kelas XI adalah 78. Oleh
kuadrat, dan uji homogenitas dengan uji
sebab itu masih terdapat 30% siswa
Bartlett. Hasil perhitungan uji normalitas
yang mengalami kesulitan dalam
dapat dilihat pada tabel berikut:
mempelajari mata pelajaran sosiologi.
Salah satu upaya peningkatan
Tabel 2
kualitas pembelajaran di sekolah yaitu
Hasil Pengujian Uji Normalitas Chi
dengan memperhatikan metode
Kuadrat Dari Kelompok Eksperimen1
pembelajaran yang diterapkan di
Dengan Model Pembelajaran Problem
sekolah.
Based Learning
HASIL PENELITIAN N Hasil
Test N tabel
Data hasil belajar di SMA Negeri o hitung Uji
14 Bandung dengan menggunakan Pre 3 11,07
1 2,54 Normal
model pembelajaran Problem Based test 8 0
Sri Pujiastuti, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

Post 3 12,59 pada kelompok pembelajaran dengan


2 1,866 Normal
test 8 2 menggunakan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation adalah
Berdasarkan tabel 2, dapat 6,6123 dan 1,1940. Kriteria
2
diketahui bahwa nilai X tabel tes awal pengujiannya adalah tolak H0 jika X2hitung
dalam taraf nyata 0,05 dengan dk = 6-1 yang diperoleh dari data pengamatan
= 11,070 dan tabel tes akhir dalam taraf lebih besar dari X2tabel, selain dari itu
nyata 0,05 dengan dk = 7-1 = 12,592, maka H0 diterima. Dengan demikian
sedangkan dari hasil perhitungan data tes awal dan tes akhir dengan
diperoleh hitung tes awal dan tes akhir
menggunakan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation
pada kelompok pembelajaran dengan
berdistribusi normal, karena nilai X2hitung
menggunakan Problem Based Learning
lebih kecil dari nilai X2tabel .
adalah 2,54 dan 1,866. Kriteria
pengujiannya adalah tolak H0 jika hitung
Tabel 4
yang diperoleh dari data pengamatan
Hasil Pengujian Uji Normalitas Chi
lebih besar dari tabel selain dari itu
Kuadrat Dari Kelompok Kontrol
maka H0 diterima. Dengan demikian N Hasil
data tes awal dan tes akhir dengan Test N tabel
o hitung Uji
menggunakan model pembelajaran
Pre 3 11,07 Norm
Problem Based Learning berdistribusi 1 2,373
test 8 0 al
normal, karena nilai hitung lebih kecil
Post 3 11,07 Norm
dari nilai tabel.
2 4,092
test 8 0 al

Tabel 3 Berdasarkan tabel 4, dapat


Hasil Pengujian Uji Normalitas Chi diketahui bahwa nilai tabel tes awal
Kuadrat Dari Kelompok Eksperimen2 dalam taraf nyata 0,05 dengan dk = 6-1
Dengan Model Pembelajaran = 11,070 dan tabel tes akhir dalam
Kooperatif Group Investigation
taraf nyata 0,05 dengan dk = 6-1 =
N tab Hasil 11,070, sedangkan dari hasil
Test N
o hitung el Uji 2
perhitungan diperoleh X hitung tes awal
Pre 3 6,612 15,50 Norm dan tes akhir pada kelompok
1
test 8 3 7 al pembelajaran dengan model
Post 3 1,194 Norm pembelajaran konvensional adalah
2 9,488
test 8 0 al 2,373 dan 4,092. Kriteria pengujiannya
adalah tolak H0 jika X2hitung yang
Berdasarkan tabel 3, dapat diperoleh dari data pengamatan lebih
2
diketahui bahwa nilai X tabel tes awal besar dari tabel , selain dari itu maka H0
dalam taraf nyata 0,05 dengan dk = 9-1 diterima. Dengan demikian data tes
= 15,507 dan X2tabel tes akhir dalam taraf awal dan tes akhir dengan
nyata 0,05 dengan dk = 5-1 = 9,488, menggunakan model pembelajaran
sedangkan dari hasil perhitungan konvensional berdistribusi normal,
diperoleh X2hitung tes awal dan tes akhir
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

karena nilai X2hitung lebih kecil dari nilai Setelah hasil pengujian
tabel. homogenitas menunjukkan data yang
Langkah selanjutnya adalah homogen dan hasil uji normalitas
melakukan pengujian homogenitas menunjukkan data yang terdistribusi
dengan menggunakan uji Bartlett normal, maka langkah selanjutnya
dengan pendekatan Chi Kuadrat. Hasil adalah melakukan pengujian perbedaan
pengujian dari data penelitian disajikan signifikansi dengan menggunakan
dalam tabel 5. pengujian dua pihak atau dua rata-rata
peningkatan hasil belajar kelompok
Tabel 5 eksperimen1 dan kelompok eksperimen2
Hasil Pengujian Homogenitas dengan menggunakan uji signifikansi
(Kesamaan Beberapa Varians) dari dua pihak atau dua rata-rata yaitu uji-t.
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Hasil pengujian kesamaan dua rata-rata
Kontrol peningkatan hasil belajar siswa pada
N Kelompo Varia X2hitu X2ta Hasil mata pelajaran sosiologi disajikan pada
o k nsi Uji tabel 6.
ng bel

Eksperim Tabel 6
1 6,0
en1 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi
Eksperim Homog Peningkatan Hasil Pembelajaran dari
2 4,6 2,63 1,71
en2 en Kelompok Eksperimen1 dan
Kelompok Eksperimen2
3 Kontrol 6,3 Kelo Vari Signi
N Thit Tta
mpo ansi fikan
o ung bel
Kriteria pengujian homogenitas k (S) si
adalah batas kritis penerimaan atau Eksp 21
penolakan hipotesis, dengan derajat 1 erim ,1 1,15
kebebasan pembilang (k-1) dan derajat en1 8 2,2 1, Signif
kebebasan penyebut (k-1) dengan taraf Eksp 20 5 99 ikan
kesalahan 5% dan derajat kebebasan 2 erim ,5 1,84
penyebut k-1 = 3-1 = 2 atau nilai X2tabel = en2 5
1,71. Jika X2hitung > X2tabel maka data
tersebut berdistribusi homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi, peningkatan hasil belajar
kesamaan beberapa varians kelompok siswa dengan menggunakan model
eksperimen1, kelompok eksperimen2 pembelajaran Problem Based Learning
dan kelompok kontrol maka dapat dan model pembelajaran kooperatif
diketahui bahwa hasil X2hitung adalah Group Investigation disajikan pada
2,63 dan X2tabel adalah 1,71. Dengan Tabel 6 yang diperoleh data rata-rata
demikian X2hitung 2,63 > X2tabel 1,71. selisih peningkatan pada kelompok
Maka dapat disimpulkan bahwa data eksperimen1 adalah 21,18 sedangkan
berdistribusi homogen. pada kelompok eksperimen2 adalah
20,55. Setelah memperoleh hasil
Sri Pujiastuti, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

perhitungan rata-rata selisih Soal yang diberikan adalah tes tulis


peningkatan dua model pembelajaran dengan jumlah 30 butir soal pilihan
kemudian diperoleh variansi1 adalah ganda dengan pokok bahasan kelompok
1,15 dan variansi2 adalah 1,84. Dari sosial.
hasil pengujian data-data tersebut Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh thitung 2,25 sedangkan nilai ttabel telah dilakukan, siswa di kelas XI IPS 1
pada taraf kepercayaan α = 0,05 dan SMA Negeri 14 Bandung yang
derajat kebebasan dk = 38 + 38 – 2 = menggunakan model pembelajaran
74, harga t1-0,05 (0,95) dari daftar Problem Based Learning mengalami
distribusi t diperoleh 1,99. Oleh karena peningkatan hasil belajar pada mata
itu,maka kriteria pengujian adalah tolak pelajaran sosiologi. Hal ini dapat dilihat
H0 jika thitung > ttabel 1-α. Hasil perhitungan dari hasil pre test dan post test siswa di
menunjukkan bahwa thitung (2,25) > ttabel mana nilai yang diperoleh siswa
(1,99). Karena thitung berada pada daerah mengalami peningkatan. Dengan
penolakan, maka H0 ditolak. Hal ini adanya peningkatan hasil belajar siswa
berarti terdapat perbedaan hasil belajar di kelas XI IPS 1 dapat menunjukkan
siswa yang menggunakan model bahwa model pembelajaran Problem
pembelajaran Problem Based Learning Based Learning cukup tepat dan efektif
dengan hasil belajar siswa yang untuk diterapkan pada mata pelajaran
menggunakan model pembelajaran sosiologi khususnya pada materi
kooperatif Group Investigation pada kelompok sosial, karena selain dapat
mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri meningkatkan hasil belajar siswa, model
14 Bandung. pembelajaran Problem Based Learning
dapat melatih siswa untuk belajar lebih
PEMBAHASAN PENELITIAN mandiri dan kritis. Hal ini sejalan dengan
Salah satu model pembelajaran pendapat Sudjana (dalam Adawiyah, R,
yang dapat dikembangkan dan diadopsi 2011, hlm. 11) bahwa manfaat khusus
untuk menempatkan siswa sebagai yang diperoleh dari metode Dewey
pusat pembelajaran adalah penerapan adalah metode pemecahan masalah.
model Problem Based Learning (PBL) Tugas guru adalah membantu para
(Gunantara, dkk, 2014, hlm. 2). siswa merumuskan tugas-tugas, dan
Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 14 bukan menyajikan tugas-tugas
Bandung merupakan kelas yang dipilih pelajaran. Objek pelajaran tidak
sebagai kelas yang diberikan perlakuan dipelajari dari buku, tetapi dari masalah
dengan menggunakan model yang ada di sekitarnya.
pembelajaran Problem Based Learning Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 14
(PBL). Tes yang diberikan adalah pre Bandung merupakan kelas yang dipilih
test sebagai alat ukur untuk mengetahui sebagai kelas yang diberikan perlakuan
kemampuan awal siswa sebelum dengan menggunakan model
diberikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Group
pembelajaran Problem Based Learning Investigation (GI). Menurut Sudjana
dan post test diberikan setelah (dalam Anita, dkk., 2013, hlm. 3) model
mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran investigasi kelompok
pembelajaran Problem Based Learning.
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

memiliki tiga konsep utama yaitu sosiologi yang kurang tepat, yaitu pada
penyelidikan (inquiry), pengetahuan siang hari, sehingga menyebabkan
(knowladge), dan dinamika kelompok siswa kurang konsentrasi pada saat
belajar (dinamic of learning group). Cara mengikuti kegiatan belajar.
untuk mengetahui peningkatan hasil Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 14
belajar siswa pada kelas XI IPS 3 Bandung merupakan kelas yang dipilih
adalah dengan menggunakan tes sebagai kelas yang diberikan perlakuan
sebagai alat ukurnya. Tes yang dengan menggunakan model
diberikan adalah pre test sebagai alat pembelajaran konvensional dengan
ukur untuk mengetahui kemampuan metode ceramah. Cara untuk
awal siswa sebelum diberikan perlakuan mengetahui peningkatan hasil belajar
dengan model pembelajaran kooperatif siswa pada kelas XI IPS 2 adalah
Group Investigation (GI) dan post test dengan menggunakan tes sebagai alat
diberikan setelah mendapatkan ukurnya. Tes yang diberikan adalah pre
perlakuan dengan model pembelajaran test sebagai alat ukur untuk mengetahui
kooperatif Group Investigation (GI). Soal kemampuan awal siswa sebelum
yang diberikan adalah tes tulis dengan diberikan perlakuan dengan model
jumlah 30 butir soal pilihan ganda pembelajaran konvensional dan post
dengan pokok bahasan kelompok test diberikan setelah mendapatkan
sosial. perlakuan dengan model pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang konvensional. Soal yang diberikan
telah dilakukan, siswa di kelas XI IPS 3 adalah tes tulis dengan jumlah 30 butir
SMA Negeri 14 Bandung yang soal pilihan ganda dengan pokok
menggunakan model pembelajaran bahasan kelompok sosial.
kooperatif Group Investigation (GI) tidak Berdasarkan hasil penelitian yang
mengalami peningkatan hasil belajar telah dilakukan, siswa di kelas XI IPS 2
pada mata pelajaran sosiologi. Hal ini SMA Negeri 14 Bandung yang
dapat dilihat dari hasil pre test dan post menggunakan model pembelajaran
test siswa. Dengan tidak adanya konvensional dengan metode ceramah
peningkatan hasil belajar siswa di kelas tidak mengalami peningkatan hasil
XI IPS 3 dapat menunjukkan bahwa belajar pada mata pelajaran sosiologi.
model pembelajaran kooperatif Group Hal ini dapat dilihat dari hasil pre test
Investigation (GI) masih kurang efektif dan post test siswa. Dengan tidak
untuk diterapkan pada mata pelajaran adanya peningkatan hasil belajar siswa
sosiologi. Hal ini dapat terjadi karena di kelas XI IPS 2 dapat menunjukkan
kurangnya kesiapan siswa untuk bahwa model pembelajaran model
mengikuti mata pelajaran sosiologi pembelajaran konvensional dengan
dengan menggunakan model metode ceramah masih kurang efektif
pembelajaran yang berbeda dari untuk diterapkan pada mata pelajaran
biasanya. Tidak hanya itu saja, sosiologi. Model pembelajaran
penyebab lain yang membuat siswa di konvensional dengan metode ceramah
kelas XI IPS 3 tidak mengalami memang kurang memunculkan keaktifan
peningkatan hasil belajar disebabkan siswa pada saat kegiatan pembelajaran
oleh waktu belajar mata pelajaran berlangsung. Siswa yang kurang
Sri Pujiastuti, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

memiliki ketertarikan terhadap mata tentang pengetahuan dan


pelajaran sosiologi akan senantiasa pengembangan keterampilan, dan
menganggap mata pelajaran sosiologi kemampuan intelektual. Kawasan afektif
merupakan salah satu mata pelajaran mencakup tujuan kependidikan yang
yang membosankan. Tidak adanya mendeskripsikan perubahan dalam
peningkatan hasil belajar siswa di kelas ketertarikan, sikap, nilai, serta
XI IPS 2 bukan hanya disebabkan oleh pengembangan apresiasi. Kawasan
penerapan model pembelajaran psikomotorik meliputi hasil belajar yang
konvensional ceramah saja namun juga berkaitan dengan manipulasi dan
disebabkan oleh waktu belajar mata keterampilan gerak anggota badan.
pelajaran sosiologi yang kurang tepat, Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 14
yaitu pada siang hari, sehingga Bandung merupakan kelas yang
menyebabkan siswa kurang konsentrasi diberikan perlakuan dengan
pada saat mengikuti kegiatan belajar. menggunakan model pembelajaran
Selain tes, hasil belajar diperoleh Problem Based Learning (PBL). Pada
melalui lembar observasi yang telah pertemuan pertama, peneliti
disesuaikan dengan proses kegiatan memberikan tes awal (pre test) kepada
belajar dengan menggunakan model siswa kelas XI IPS 1 dengan jumlah 30
pembelajaran Problem Based Learning soal pilihan ganda. Materi yang diujikan
(PBL) dan model pembelajaran Group kepada siswa yaitu tentang kelompok
Investigation (GI). Berdasarkan sosial. Jumlah siswa yang mengikuti pre
pendapat Dimyati, dkk, (dalam test adalah 38 orang siswa. Waktu untuk
Wulandari dan Surjono, 2013, hlm. 183) mengerjakan soal berlangsung selama
menyatakan bahwa hasil belajar adalah 45 menit. Seluruh siswa dapat
ukuran atau tingkat keberhasilan yang dikondisikan dengan baik karena siswa
dapat dicapai oleh seorang siswa dapat mengerjakan pre test dengan
berdasarkan pengalaman yang tenang. Dengan kondisi kelas yang
diperoleh setelah dilakukan evaluasi tenang, seluruh siswa dapat
berupa tes dan biasanya diwujudkan berkonsentrasi dalam menjawab soal-
melalui angka-angka tertentu serta soal yang telah disediakan. Mereka
menyebabkan terjadinya perubahan mengumpulkan kertas jawaban tepat
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. pada waktu yang telah ditentukan.
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk Selesai mengerjakan pre test, peneliti
melihat dan mengamati aktivitas siswa mulai memancing siswa untuk ikut aktif
selama mengikuti kegiatan belajar dalam pembelajaran dengan cara
sosiologi di kelas. Kawasan kognitif, menanyakan apa saja yang mereka
afektif, dan psikomotorik sebagai hasil ketahui tentang kelompok sosial. Siswa
belajar diformulasikan oleh Bloom dan terlihat antusias untuk memberikan
kawan-kawan (dalam Wulandari dan argumen. Selanjutnya, peneliti mulai
Surjono, 2013, hlm. 183) di mana setiap memberikan materi dengan
aspek mempunyai tujuan kependidikan. menggunakan model pembelajaran
Kawasan kognitif mencakup tujuan Problem Based Learning (PBL). Peneliti
kependidikan yang berhubungan membagi siswa menjadi beberapa
dengan pengingatan atau pengenalan kelompok heterogen yang terdiri dari 6-7
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

orang siswa. Setelah seluruh siswa kesempatan kepada siswa untuk


sudah mendapatkan kelompok, siswa menanyakan materi yang tidak
kembali duduk bersama teman-teman dimengerti, serta meluruskan jawaban-
sekelompoknya. Peneliti mulai jawaban siswa yang dianggap kurang
membagikan artikel yang berhubungan tepat. Pada tahap selanjutnya siswa
dengan masalah-masalah kelompok diberikan post test untuk melihat
sosial yang terjadi di Indonesia kepada perkembangan hasil belajar siswa
siswa. Siswa mendengarkan setiap selama diberikan perlakuan dengan
arahan yang disampaikan oleh peneliti. model pembelajaran Problem Based
Pada pertemuan selanjutnya siswa Learning (PBL). Post test yang diberikan
ditugaskan untuk mendiskusikan artikel berjumlah 30 soal pilihan ganda dengan
yang telah didapatkan pada pertemuan materi kelompok sosial. Seluruh siswa
sebelumnya bersama teman-teman mengerjakan soal dengan tenang.
sekelompoknya. Peneliti menugaskan Berdasarkan hasil observasi,
siswa untuk mencari data dengan aktivitas kelas XI IPS 1 sebagai kelas
melakukan wawancara agar siswa dapat eksperimen 1 dapat mengikuti arahan-
terjun langsung berinteraksi dengan arahan yang disampaikan oleh peneliti.
masyarakat. Selain itu, siswa juga Siswa juga begitu antusias saat proses
ditugaskan untuk mencari data atau pembelajaran dengan model Problem
informasi dari berbagai sumber yang Based Learning berlangsung. Seluruh
mendukung pemecahan masalah pada aktivitas kelas dapat dikondisikan
artikel tersebut. Setiap ketua kelompok dengan baik.
diharuskan untuk membagi tugas Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 14
kepada masing-masing anggota Bandung merupakan kelas yang
kelompoknya. Seluruh siswa ikut terlibat ditetapkan sebagai kelas eksperimen 2
saat proses diskusi berlangsung. Pada yang mendapatkan perlakuan dengan
tahap-tahap selanjutnya peneliti model pembelajaran kooperatif Group
bertugas memantau perkembangan Investigation (GI). Menurut Robert
siswa selama mengumpulkan data. Slavin (dalam Adinata, F, 2013, hlm 5)
Setelah seluruh kelompok berhasil langkah-langkahnya penerapan model
mengumpulkan data dan informasi yang pembelajaran group investigation yaitu:
dibutuhkan, siswa ditugaskan untuk (1) Mengidentifikasi topik dan mengatur
membuat laporan dan murid dalam kelompok, (2)
mempresentasikan hasil temuannya. Merencanakan tugas yang akan
Siswa yang melakukan presentasi dipelajari, (3) Melaksanakan investigasi,
sudah cukup baik dalam menyampaikan (4) Menyiapkan laporan akhir, (5)
hasil laporannya, sedangkan siswa yang Mempresentasikan laporan akhir, (6)
menjadi audience begitu antusias Evaluasi. Pada pertemuan pertama,
memperhatikan siswa yang sedang peneliti memberikan tes awal (pre test)
melakukan presentasi. Selain itu, siswa kepada siswa kelas XI IPS 3 dengan
juga ikut berpartisipasi aktif dalam jumlah 30 soal pilihan ganda. Materi
bertanya dan menyampaikan argumen. yang diujikan kepada siswa yaitu
Pada akhir pembelajaran peneliti tentang kelompok sosial. Jumlah siswa
mengevaluasi dengan memberikan yang mengikuti pre test adalah 38 orang
Sri Pujiastuti, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

siswa. Waktu untuk mengerjakan soal Pada tahap berikutnya siswa ditugaskan
berlangsung selama 45 menit. Seluruh untuk mendiskusikan artikel yang telah
siswa dapat dikondisikan dengan baik didapatkannya dan mencari
karena siswa dapat mengerjakan pre penyelesaian masalah dengan
test dengan tenang. Dengan kondisi melakukan investigasi. Kondisi kelas
kelas yang tenang, seluruh siswa dapat pada saat siswa berdiskusi dirasakan
berkonsentrasi dalam menjawab soal- gaduh, sehingga kegiatan belajar
soal yang telah disediakan. Mereka kurang kondusif. Terlihat juga beberapa
mengumpulkan kertas jawaban tepat siswa yang tidak ikut terlibat dalam
pada waktu yang telah ditentukan. diskusi bersama teman sekelompoknya.
Selesai mengerjakan pre test, peneliti Peneliti sudah mencoba menegurnya,
mulai memancing siswa untuk ikut aktif namun karena waktu belajar yang sudah
dalam pembelajaran dengan cara cukup siang membuat siswa menjadi
menanyakan apa saja yang mereka kelelahan dan berakibat pada
ketahui tentang kelompok sosial. Dari kurangnya konsentrasi siswa dalam
keselurahan siswa yang ada, hanya mengikuti pelajaran. Lalu, peneliti
terdapat beberapa siswa saja yang menugaskan siswa untuk menuangkan
cukup antusias untuk memberikan seluruh hasil temuannya dalam bentuk
argumennya. Selanjutnya, peneliti mulai laporan dan setiap kelompok diharuskan
memberikan materi dengan untuk mempresentasikan hasil
menggunakan model pembelajaran laporannya masing-masing.
kooperatif Group Investigation (GI). Pada pertemuan selanjutnya,
Peneliti memberikan salah satu contoh siswa mempresentasikan hasil
masalah kelompok sosial yang terjadi di laporannya. Siswa yang presentasi
Indonesia. Selanjutnya peneliti membagi sudah cukup baik dalam menyampaikan
siswa menjadi beberapa kelompok hasil laporannya, sedangkan siswa yang
heterogen yang terdiri dari 6-7 orang menjadi audience tidak begitu antusias
siswa. Pada pembagian kelompok ini dalam memperhatikan siswa yang
siswa sulit dikondisikan, karena sedang melakukan presentasi. Namun
kebanyakan dari mereka tidak ingin satu suasana kelas pada saat presentasi
kelompok dengan siswa yang telah sudah cukup tenang. Walaupun hanya
dipilih, namun setelah peneliti ada beberapa siswa saja yang aktif dan
memberikan arahan, akhirnya peneliti serius memperhatikan kelompok yang
dapat mengkondisikan kelas kembali. sedang presentasi, siswa lainnya
Pada pertemuan selanjutnya menghargai temannya yang sedang
peneliti mengarahkan siswa untuk presentasi dengan tidak membuat
duduk sesuai dengan kelompoknya. keributan di dalam kelas. Pada akhir
Lalu, peneliti menugaskan setiap pembelajaran peneliti mengevaluasi
kelompok untuk mencari artikel dengan memberikan kesempatan
mengenai masalah-masalah yang kepada siswa untuk menanyakan materi
berhubungan dengan kelompok sosial. yang tidak dimengerti, serta meluruskan
Setiap ketua kelompok diberikan tugas jawaban-jawaban siswa yang dianggap
untuk membagi tugas kepada setiap kurang tepat. Pertemuan selanjutnya
anggota kelompoknya masing-masing. siswa diberikan post test yang bertujuan
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

untuk melihat hasil belajar siswa setelah pembelajaran konvensional dengan


diberikan perlakuan dengan model metode ceramah. Terdapat beberapa
pembelajaran Group Investigation (GI). siswa yang membuat keributan di dalam
Post test yang diberikan berjumlah 30 kelas, namun peneliti dapat
soal pilihan ganda dengan materi mengkondisikan siswa yang membuat
kelompok sosial. Seluruh siswa keributan di dalam kelas sehingga
mengerjakan soal dengan tenang dan kegiatan belajar kembali kondusif. Siswa
mengumpulkan lembar jawaban tepat dapat mengikuti setiap arahan yang
pada waktunya. diberikan oleh peneliti. Selanjutnya
Berdasarkan hasil observasi, peneliti memberikan kesempatan
aktivitas siswa di kelas XI IPS 3 sebagai kepada siswa untuk menanyakan materi
kelas eksperimen 2 tidak begitu kelompok sosial yang belum mereka
antusias, dikarenakan banyak kendala pahami dan memberikan kesempatan
yang memicu keributan di dalam kelas pula kepada siswa yang ingin menjawab
saat proses pembelajaran dengan pertanyaan dari temannya. Dalam hal
model kooperatif Group Investigation ini, hanya ada beberapa siswa saja
berlangsung. Namun siswa sudah cukup yang bertanya. Setelah itu peneliti dan
baik mengikuti arahan-arahan yang siswa sama-sama membuat kesimpulan
disampaikan oleh peneliti. mengenai materi yang telah
Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 14 disampaikan sebelumnya. Pada tahap
Bandung merupakan kelas yang akhir siswa diberikan post test yang
ditetapkan sebagai kelas kontrol yang bertujuan untuk melihat hasil belajar
mendapatkan perlakuan dengan model siswa setelah diberikan perlakuan
pembelajaran kooperatif Group dengan model pembelajaran
Investigation (GI). Pada pertemuan konvensional. Post test yang diberikan
pertama, peneliti memberikan tes awal berjumlah 30 soal pilihan ganda dengan
(pre test) kepada siswa kelas XI IPS 2 materi kelompok sosial. Seluruh siswa
dengan jumlah 30 soal pilihan ganda. mengerjakan soal dengan tenang dan
Materi yang diujikan kepada siswa yaitu mengumpulkan lembar jawaban tepat
tentang kelompok sosial. Jumlah siswa pada waktunya.
yang mengikuti pre test adalah 38 orang Berdasarkan hasil observasi,
siswa. Waktu untuk mengerjakan soal aktivitas siswa di kelas XI IPS 2 sebagai
berlangsung selama 45 menit. Seluruh kelas kontrol dapat dikondisikan dengan
siswa dapat dikondisikan dengan baik baik. Siswa juga dapat mengikuti setiap
karena siswa dapat mengerjakan pre arahan yang disampaikan oleh peneliti,
test dengan tenang. Dengan kondisi namun antusias siswa dalam mengikuti
kelas yang tenang, seluruh siswa dapat pembelajaran sosiologi dirasakan masih
berkonsentrasi dalam menjawab soal- kurang, hal ini ditunjukkan pada saat
soal yang telah disediakan. Mereka peneliti memberikan kesempatan
mengumpulkan kertas jawaban tepat kepada siswa untuk bertanya, hanya
pada waktu yang telah ditentukan. ada beberapa siswa saja yang terlihat
Pada pertemuan selanjutnya, aktif bertanya dan memberikan argumen
peneliti memberikan materi kelompok sedangkan siswa lainnya belum
sosial dengan menggunakan model
Sri Pujiastuti, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

termotivasi untuk ikut aktif terlibat dalam untuk lebih aktif saat kegiatan belajar
kegiatan belajar. berlangsung.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, Berdasarkan hasil penelitian yang
hasil belajar siswa di kelas eksperimen telah dilakukan, hasil belajar siswa yang
1 yang menggunakan model menggunakan model pembelajaran
pembelajaran Problem Based Learning Problem Based Learning berbeda tipis
berbeda dengan hasil belajar siswa di dengan hasil belajar siswa yang
kelas kontrol yang menggunakan model menggunakan model pembelajaran
pembelajaran konvensional metode konvensional dengan metode ceramah.
ceramah pada mata pelajaran sosiologi. Hasil belajar siswa di kelas kontrol lebih
Hasil penelitian menunjukkan tinggi dibandingkan dengan hasil belajar
bahwa pada proses pembelajaran, siswa di kelas eksperimen 1. Hal ini
siswa di kelas eksperimen 1 yang terjadi karena kelas kontrol merupakan
menggunakan model pembelajaran kelas yang paling unggul diantara tiga
Problem Based Learning memang kelas XI IPS yang ada di SMA Negeri 14
terlihat aktif dan dapat bekerjasama Bandung.
dengan baik bersama teman-temannya. Hasil penelitian menunjukkan
Kegiatan belajar tidak lagi terpusat pada bahwa model pembelajaran kooperatif
guru, tugas guru di sini hanya menjadi Group Investigation (GI) mengharuskan
fasilitator dan motivator kegiatan belajar siswa untuk dapat ikut berpartisipasi
siswa di dalam kelas. Hal ini sejalan aktif dalam kegiatan belajar. Model
dengan pendapat Arends pembelajaran kooperatif Group
(dalamSumarji, 2009, hlm. 1) bahwa Investigation (GI) merupakan salah satu
model pembelajaran Problem Based model pembelajaran yang menuntut
Learning (berbasis masalah) adalah siswa untuk belajar mandiri, karena
suatu proses pembelajaran terkonstruksi siswa diberikan kesempatan untuk
bukan proses menerima (receptive mencari penyelesaian dari masalah
process), yang dipengaruhi oleh faktor yang ditugaskan dengan cara
internal aksi sosial dan sifat kontekstual melakukan investigasi bersama teman
dari pembelajaran. Model pembelajaran sekelompoknya. Tugas guru di sini
Problem Based Learning telah sukses adalah hanya menjadi fasilitator dan
membuat kegiatan belajar tidak lagi memantau kegiatan siswa selama
monoton. Antusiasme para siswa dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan dari
mengikuti kegiatan belajar cukup tinggi. model pembelajaran kooperatif Group
Berbeda halnya dengan kelas kontrol Investigation adalah agar siswa dapat
yang menggunakan model lebih aktif, kreatif, dan melatih siswa
pembelajaran konvensional metode untuk berani berargumen di depan muka
ceramah. Kegiatan belajar hanya umum. Namun fakta di lapangan
terpusat pada guru, di mana seluruh menunjukkan bahwa antusiasme siswa
aktivitas di kelas berada di bawah di kelas eksperimen 2 dalam mengikuti
kendali guru. Siswa hanya mata pelajaran sosiologi dengan
mendengarkan dan mencatat apa yang menggunakan model pembelajaran
ia lihat dan ia dengar. Hal ini kooperatif Group Investigation masih
menyebabkan siswa kurang termotivasi sangatlah kurang. Hal ini disebabkan
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

oleh karakteristik siswa yang tidak dapat adalah perbedaan karateristik yang
dikumpulkan menjadi satu. Kurangnya dimiliki oleh masing-masing kelas
keakraban antar siswa menyebabkan eksperimen, kondisi kelas, dan waktu
sulitnya dalam pembagian kelompok, belajar yang turut memengaruhi hasil
sehingga kerjasama yang baik antar belajar siswa. Minat belajar siswa dari
anggota kelompok tidak terjalin. kedua kelas eksperimen saat mengikuti
Berdasarkan hasil penelitian yang kegiatan belajar pasti berbeda. Ada
telah dilakukan, hasil belajar siswa di siswa yang memiliki minat belajar yang
kelas eksperimen 2 yang menggunakan tinggi terhadap mata pelajaran sosiologi,
model pembelajaran kooperatif Group adapula siswa yang memiliki minat
Investigation (GI) lebih rendah belajar yang rendah. Namun
dibandingkan dengan hasil belajar siswa sebenarnya minat belajar yang rendah
di kelas kontrol yang menggunakan dapat diatasi apabila guru dapat lebih
model pembelajaran konvensional memotivasi siswa agar terpacu untuk
metode ceramah. Hal ini terjadi karena lebih giat dalam belajar. Selain itu
pelaksanaan model pembelajaran kondisi kelas serta waktu belajar yang
kooperatif Group Investigation (GI) di tepat juga turut berpengaruh terhadap
kelas eksperimen 2 kurang persiapan hasil belajar siswa. Kondisi kelas yang
yang matang serta rendahnya nyaman dan tenang tentu saja akan
antusiasme siswa saat mengerjakan membuat siswa lebih berkonsentrasi
tugas-tugas yang mendukung dalam menyerap pelajaran. Dalam hal
pelaksanaan model pembelajaran ini dibutuhkan kerjasama antara siswa
kooperatif Group Investigation (GI). dengan guru agar tercipta suasana
Dilihat dari hasil pre test dan post kelas yang nyaman. Selain kondisi kelas
test, hasil belajar siswa di kelas yang nyaman, dibutuhkan pula waktu
eksperimen 1 mengalami peningkatan, belajar tepat, karena berdasarkan hasil
sedangkan hasil belajar siswa di kelas penelitian siswa di kelas eksperimen 1
eksperimen 2 tidak mengalami yang menggunakan model
peningkatan. Apabila dibandingkan pembelajaran Problem Based Learning
maka tentu saja hasil belajar siswa di dijadwalkan belajar sosiologi pada jam
kelas eksperimen 1 yang menggunakan pertama, yaitu pada pagi hari lebih
model pembelajaran Problem Based berkonsentrasi dalam mengikuti
Learning (PBL) lebih baik dibandingkan kegiatan belajar. Berbeda halnya
hasil belajar siswa di kelas eksperimen dengan siswa di kelas eksperimen 2
2 yang menggunakan model yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Group pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI). Hal ini diperkuat oleh Investigation (GI), di mana mata
penelitian Albanese & Mitchell (dalam pelajaran sosiologi dijadwalkan pada
Dzulfikar, A, dkk., 2012, hlm. 3), siang hari, sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa, “PBL students membuat siswa kurang siap dan tidak
scored higher in problem solving”. fokus dalam mengikuti pembelajaran
Ada beberapa alasan perbedaan sosiologi dan berakibat pada rendahnya
hasil belajar yang diperoleh dari kedua hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
kelas eksperimen tersebut, diantaranya sudah menjadi tugas seorang guru
Sri Pujiastuti, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

untuk selalu mengawasi dan hasil belajar kelas kontrol yang


memberikan motivasi kepada para menggunakan model pembelajaran
siswa agar siswa dapat lebih aktif dan konvensional. Hal ini dapat dibuktikan
kreatif dalam mengikuti kegiatan belajar melalui hasil perhitungan uji hipotesis
untuk mencapai hasil belajar yang yang menyatakan bahwa hasil belajar
maksimal. siswa di kelas kontrol yang
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan model pembelajaran
menunjukkan bahwa terdapat konvensional lebih tinggi
perbedaan hasil belajar siswa yang dibandingkan dengan hasil belajar
menggunakan model pembelajaran siswa yang menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran Problem Based
hasil belajar siswa yang menggunakan Learning (PBL).
model pembelajaran kooperatif Group 2. Terdapat perbedaan hasil belajar
Investigation (GI) pada mata pelajaran antara kelas eksperimen dua yang
sosiologi di SMA Negeri 14 Bandung. menggunakan model pembelajaran
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kooperatif Group Investigation
siswa di kelas eksperimen 1 yang dengan hasil belajar kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran yang menggunakan model
Problem Based Learning lebih tinggi pembelajaran konvensional
dibandingkan dengan hasil belajar siswa 3. Terdapat perbedaan hasil belajar
di kelas eksperimen 2 yang kelas eksperimen satu yang
menggunakan model pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI). Oleh Problem Based Learning dengan
sebab itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen dua
model pembelajaran Problem Based yang menggunakan model
Learning lebih tepat dan efektif pembelajaran model pembelajaran
digunakan pada mata pelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
sosiologi khususnya pada pokok Oleh sebab itu dapat disimpulkan
bahasan kelompok sosial dibandingkan bahwa model pembelajaran Problem
dengan model pembelajaran kooperatif Based Learning lebih tepat dan efektif
Group Investigation (GI). digunakan pada mata pelajaran
sosiologi khususnya pada pokok
SIMPULAN bahasan kelompok sosial dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian dan dengan model pembelajaran kooperatif
pembahasan yang telah dikemukakan Group Investigation (GI)
pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa Terdapat Perbedaan DAFTAR RUJUKAN
Hasil Belajar. Adapun simpulan khusus Adawiyah, R. (2011). “Penerapan Model
dari penelitian ini adalah sebagai Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan
berikut:
Aktivitas Belajar Siswa”. Jurnal
1. Terdapat perbedaan hasil belajar Jurusan Pendidikan Ilmu
antara kelas eksperimen satu yang Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu
menggunakan model pembelajaran Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas
Problem Based Learning dengan
Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1

Islam Negeri Syarif Hidayatullah,


Indonesia.
Adinata, F. (2013). “Efektivitas Model
Pembelajaran Group Investigation
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran
Ekonomi”. Jurnal Jurusan
Pendidikan Ekonomi, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura Pontianak,
Indonesia.
Anita, dkk,. (2013). “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI) Terhadap
Self-Efficacy Siswa”. Jurnal Jurusan
Pendidikan Sains dan Program
Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai