Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Landasan Teori

Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan diantara
dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai
lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan.
Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin yang dipakai
pada mesin pembakaran dalam.

3.1.1 Fungsi Sistem Pelumasan

Sistem pelumasan merupakan bagian yang penting pada mesin


yang didalamnya terdapat komponen-komonn yang bergerak dan
bergesekan. Oleh karena itu, pelumasan sangat diperlukan agar kontak
langsung antara dua permuakaan benda yang saling bergerak dapat
dihindarkan. Sistem pelumasan berfungsinya sebagai :
3.1.1.1 Anti Gesekan
Oli mencegah hubungan langsung antara dua metal/part
yang bergesekan sehingga dapat mencegah keausan dengan
membentuk laipsan (Oil Film) pada permukaan logam/part.

3.1.1.2 Pendingin
Oli membawa panas yang terjadi dari gesekan yang
ditimbulkan atau akibat pembakaran (pada cylinder block &
piston). Pada mesin-mesin dengan kecepatan putaran tinggi,
panas akan timbul pada bantalan-bantalan sebagai akibat dari
adanya gesekan yang banyak. Dalam hal ini pelumas berfungsi
sebagai penghantar panas dari bantalan untuk mencegah
peningkatan temperatur atau suhu mesin.

1
3.1.1.3 Pembersih
Oli membawa partikel-partikel metal debu, oxidasi dan
hydrocarbon. Saat membuka tutup oli pada mesin, biasanya
terlihat.

3.1.1.4 Perapat
juga berfungsi sebagai seal/perapat kompresi pada piston.
Akan ikut terbawa pada saat kompresi dan ikut keluar pada saat
expansi.

3.1.1.5 Anti karat


Melindungi permukaan part/metal dari hubungan langsung
dengan air dan udara.

3.1.1.6 Baffer/Bantalan
Meneruskan tekanan secara terpencar dan meredam
benturan. Biasanya terjadi jika dua buah gear saling
bertemu/berbenturan, sehingga tumbukan/benturan tidak terjadi
secara paksa/kasar.

Untuk beberapa keperluan tertentu, aplikasi khusus pada


fungsi tertentu, oli dituntut memiliki sejumlah fungsi-fungsi
tambahan. Mesin diesel misalnya, secara normal beroperasi
pada kecepatan rendah tetapi memiliki temperatur yang lebih
tinggi dibandingkan dengan Mesin bensin. Mesin diesel juga
memiliki kondisi kondusif yang lebih besar yang dapat
menimbulkan oksidasi oli, penumpukan deposit dan perkaratan
logam-logam bearing.

3.2.1. Cara Kerja Umum Sistem Pelumasan

2
Cara kerja sistem pelumasan adalah menyalurkan oli mesin
ke komponen yang berputar dan bergeser agar mesin dapat bekerja
dengan normal dan juga berperan penting sebagai pendingin.
Bagian-bagian yang perlu diberi pelumasan adalah :
1. Dinding silinder, torak, cicin torak, dan pena torak
2. Poros engkol beserta bantalannya
3. Poros nok dan bantalannya
4. Meanisme katup
5. Rantai timing dan poros pompa
Dalam sistem pelumasan yang biasa digunakan pada kendaraan
bermotor adalah :
3.2.1.1 Sistem Tekan
Sistem ini digunakan pada mesin besar dan mesin
kendaraan. Dimana minyak pelumasnya berada dalam keadaan
lebih dingin dari pada bagian mesin lainnya. Minyak ditekan dan
dialirkan melalui berbagai saluran dengan pompa kesemua bagian
yang membutuhkan seperti beberapa bantalan, poros, batang
penggerak, pipa di dalam kerangka mesin, dan bagian lain yang
akan dilumasi.

Fungsi bagian-bagian :

1. Karter - sebagai tempat persediaan minyak pelumas


2. Saringan kasar - mencegah pompa dari kotoran kasar
3. Pompa oli - menghisap dan menekan oli ke pemakai

3
4. Katup pelepas - mencegah kelebihan tekanan oli
5. Saringan - untuk menyaring oli sebelum pemakai
6. Katup by pass - untuk menjamin pelumasan sewaktu
saringan halus tersumbat
7. Sakelar tekanan - untuk mengaktifkan lampu kontrol, jika
tekanan oli kurang

3.2.1.2 Sistem Percikan


Sistem ini digunakan pada mesin kecil yang berdaya
rendah karena proses dan kontruksinya sederhana. Setiap kali
pangkal batang penggerak (big end) mencebur kedalam mangkok
pelumas, memercikan keatas ke dinding silinder dan bantalan-
bantalan atau bagian-bagian lain yang harus dilumasi.
Aplikasi sistem pelumasan percik banyak dijumpai pada
kendaraan dua langkah yang kuno seperti pada vespa dan pada L2
Super. Sistem pelumasan percik hanya diterapkan pada engine
yang mempunyai rpm dan daya rendah serta pada engine yang
memiliki konstruksi katup-katup samping. Selain itu sistem ini
hanya diaplikasikan pada kendaraan satu silinder dan bentuk
engine yang relatif kecil. Pada engine multi silinder sudah
menggunakan sistem paksa dan sistem rendam yang diterapkan
pada transmisi dan differensial. Sekarang ini juga masih ada engine
yang menggunakan sistem percik seperti pada motor bensin 5,5 HP
yang banyak digunakan pada mesin penggerak kompresor.
3.2.1.3 Sistem Kombinasi
Sistem ini digunakan untukmenjaga agar sistem
pelumasan agar tetap bekerja dengan baik jika pompa mengalami
gangguan. Pada sistem ini pompa minyak pelumas memompakan
minyak pelumas dari bak minyak pelumas kedalam mangkok

4
minyak pelumas dan pangkal batang penggerak bertugas
memercikan minayk pelumas ke bagian-bagian yang perlu
dilumasi.

3.3.1 Komponen Sistem Pelumasan

3.3.1.1 Pompa Oli

Pompa oli merupakan komponen penting dimana oli yang


terkumpul dalam oli dan dihisap kedalam pompa oli melalui
saringan dan pipa hisap yang kemudian dialirkan keseluruh
komponen yang membutuhkan pelumasan.

3.3.1.1.1 Bagian Bagian Pompa Oli

1. Saringan oli kasar


2. Tutup pompa oli
3. Rotor yang digerakkan
4. Rotor penggerak
5. Pen penguncI
6. Penahan katup pelepas oli
7. Pegas katup pelepas.
8. Katup pelepas

3.3.1.2 Pompa Oli Bentuk Rotor


1. Rotor penggerak 4. Poros pemutar
2. Rotor bagian luar 5. Saluran masuk

5
3. Rumah pompa 6. Saluran keluar

3.3.1.3 Cara Kerja


Rotor berputar menghisap oli kedalam ruangan yang
dibentuk antara dua roda gigi rotor. Oli terdesak kearah putaran
roda gigi rotor dan di tekan keluar menuju pemakai.

3.3.1.4 Jenis Jesnis Pompa Oli


3.3.1.4.1 Pompa Oli Jenis Roda Gigi
Pompa ini terdiri atas roda gigi penggerak (drive
gear) dan roda gigi yang bergerak dan digerakkan oli
camshaft. Jenis ini banyak digunakan pada motor yang
menggunakan prinsip kerja 4 langkah.
3.3.1.4.2 Pompa Oli Jenis Sentrifugal

Banyak digunakan pada kendaraan bermotor dan


motor diesel putaran tinggi, keistimewaan jenis ini
adalah ringan dan tidak memakan banyak tempat serta
sederhana. Pompa ini memiliki dua buah rotor yang
porosnya tidak simetris yang apabila bergerak maka
kedua rotor akan terjadi perubahan volume ruangan
yang mangakibatkan trjadinya pemompaan.
3.3.1.4.3 Pompa Oli Jenis Plunyer

Pompa ini umumnya dipakai pada motor 2 langkah


sebagai pompa pelumas silinder dengan menggunakan oli

6
samping. Pompa plunyer mempunyai komponen sebagi
berikut :
1. Roda pompa
2. Roda gigi penggerak
3. Distribitor
4. Plunyer
5. Pengatur langkah plunyer

3.4.1.1 Filter Oli


Filter oli digunakan untuk menyaring kotoran pada minyak
pelumas yang akan beredar keseluruh komponen yang bergerak dan
juga untuk menghindari dari kerusakan.
3.4.1.1.1 Letak Pemasangan
1. Pada saluran tekan pompa oli
2. Pada blok motor bagian luar, dengan tujuan untuk
memudahkan sewaktu penggantian saringan oli
3.4.1.2 Fungsi Filter Oli
1. Memastikan oli tetap bersih
2. Menyaring kotoran yang akan masuk ke bagian mesin
kendaraan, sehingga mesn lebih awet
3.4.1.3 Ventilasi Ruang Engkol
Berfungsi untuk menjaga kekentalan minyak pelumas atau
mencegah terjadinya kerusakan minya pelumas yang ada di ruang
engkol
3.4.1.4 Penunjuk Tekanan Minyak Pelumas
Penunjuk tekanan minyak pelumas ada dua macam yaitu jenis
mekanik adalah penunjuk tekanan minyak pelumas yang
menggunakan arus listrik yang berjenis kontak tekan dan kumparan
elektromagnetik.
3.4.1.5 Pendingin Oli (Oil Cooler)

7
Pendingin oli yang banyak digunakan adalah pendingin air yang
ditempatkan dibawah radiator dan untuk menghindari dari
penyumbatan maka dilengkapi dengan bypass ketika terjadi
penyumbatan maka dapat langsung dialirkan melalui katup bypass.

3.4.1 Jenis Pelumas


3.4.1.1 Oli Mineral
Oli mineral terbuat dari oli dasar (base oil) yang
diambil dari minyak bumi yang telah diolah dan
disempurnakan dan ditambah dengan zat - zat aditif untuk
meningkatkan kemampuan dan fungsinya. Beberapa pakar
mesin memberikan saran agar jika telah biasa menggunakan
oli mineral selama bertahun-tahun maka jangan langsung
menggantinya dengan oli sintetis dikarenakan oli sintetis
umumnya mengikis deposit (sisa) yang ditinggalkan oli
mineral sehingga deposit tadi terangkat dari tempatnya dan
mengalir ke celah-celah mesin sehingga mengganggu
pemakaian mesin.

3.4.1.2 Oli Sintetis


Oli Sintetis biasanya terdiri atas Polyalphaolifins yang
datang dari bagian terbersih dari pemilahan dari oli mineral,
yakni gas. Senyawa ini kemudian dicampur dengan oli
mineral. Inilah mengapa oli sintetis bisa dicampur dengan oli
mineral dan sebaliknya. Basis yang paling stabil adalah polyol-
ester (bukan bahan baju polyester), yang paling sedikit
bereaksi bila dicampur dengan bahan lain. Oli sintetis
cenderung tidak mengandung bahan karbon reaktif, senyawa
yang sangat tidak bagus untuk oli karena cenderung bergabung
dengan oksigen sehingga menghasilkan acid (asam). Pada

8
dasarnya, oli sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang
lebih efektif dibandingkan dengan oli mineral.

Sistem pelumasan tidak hanya sebatas oli, masih ada


beberapa hal yang berhubungan dengan pelumasan, seperti
Grease atau bahasa bengkelnya "gemuk". Grease ini berbentuk
semi-solid (seperti margarim makanan) yang berfungsi hampir
sama dengan oli, dengan dasar sebagai pelumas. Grease ini
juga di design untuk beberapa faktor tertentu seperti ketahanan
terhadap suhu/temperatur dan air.
Grease ini memiliki karakter :
1. Pada temperatur normal ke bawah (nol) akan tetap
berbentuk semi-solid
2. Pada temperatur tinggi atau mencapai suhu
leleh/cair pada saat mesin bekerja akan mencair dan
melumasi bagian permesinan.
Berdasarkan tipe grease terdapat 2 macam yaitu
1. Lithium Grease, grease ini memiliki kharakter tahan terhadapa
panas tinggi dan tahan pada putaran tinggi
2. Calcium Grease, grease yang ini lebih tahan terhadap air
dibandingkan Lithium Grease
3.5.1 Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli
paling rawan karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa
besar resistensinya untuk mengalir. Kekentalan oli langsung
berkaitan dengan sejauh mana oli berfungsi sebagai pelumas
sekaligus pelindung benturan antar permukaan logam.
Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur
ambient. Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya ke
komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka
lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada

9
oli kental memberi kemampuan ekstra menyapu atau
membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli
yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih mengalirkan oli
pada temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan
ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki
kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur
terendah ketika mesin dioperasikan.
Dengan demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri
yang diatur oleh Society of Automotive Engineers (SAE). Bila
pada kemasan oli tersebut tertera angka SAE 5W-30 berarti 5W
(Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli bekerja pada
kekentalan 5 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan
30.
Tetapi yang terbaik adalah mengikuti viskositas sesuai
permintaan mesin. Umumnya, mobil sekarang punya kekentalan
lebih rendah dari 5W-30 . Karena mesin belakangan lebih
sophisticated sehingga kerapatan antar komponen makin tipis dan
juga banyak celah-celah kecil yang hanya bisa dilalui oleh oli
encer. Tak baik menggunakan oli kental (20W-50) pada mesin
seperti ini karena akan mengganggu debit aliran oli pada mesin dan
butuh semprotan lebih tinggi.
Untuk mesin lebih tua, clearance bearing lebih besar
sehingga mengizinkan pemakaian oli kental untuk menjaga
tekanan oli normal dan menyediakan lapisan film cukup untuk
bearing
3.6.1 Klasifikasi Minyak Pelumas
Minyak pelumas dapat diklasifikasikan denagn standar
American Petroleum Institute (API) dan dites sesuai dengan
standarnya. Klasifikasi API juga menambah tingkat SAE nya.
3.6.1.1 Klaksifikasi SAE : Viskositas ( kekentalan )
Contoh : SAE 20, SAE 30, SAE 40, SAE 20W/50

10
Semakin tinggi SAE, semakin kental oli tersebut, oli
dengan 2 batas indeks disebut “Oli Multigrade”

3.6.1.2 Klasifikasi API : Mutu (Petunjuk Penggunaan)


1. SA : Minyak murni tanpa bahan tambahan
(additive)
2. SB : Untuk mesin ringan yang mengandung
sedikit anti axidant
3. SC : Yang mengandung detergen, dispersent, anti
oxident dll
4. SD : Untuk mesin yang beropersi dengan
temperature tinggi, mengandung resisting,agent, anti
aoxidant dll
5. SE : Untuk mesin sedang mengandung
resisting,agent, anti aoxidant yang banyak
6. SF : Tingkat aliran tinggi dengan pemakaian
resistane dan daya tahan yang lebih rendah

3.6.1.3 Klaksifikasi Viskositas SAE (Society Of Automotive


Engineers)

Indeks Keterangan
SAE 10-SAE 20 Encer sekali, digunakan untuk sistem hidrolis
SAE 30-SAE 40 Umumnya digunakan untuk kendaraan
SAE 50 Digunakan pada motor yang bekerja pada temperatur tinggi

3.6.1.4 Oli Multigrade

11
Viskositas oli bukan tetap, semakin tinggi temperatur
semakin encer oli motor.
Pada oli multigrade diberi zat tambahan yang mengatasi
efek ini

3.6.1.5

1.1
1.2
1.3

12
1.3.1

1.3.1.1

1.3.2

1.4

1.5

3.4

3.5

3.6

13
3.7

3.8

3.9

14

Anda mungkin juga menyukai