MST Proposalopsielvina
MST Proposalopsielvina
Tim Pengusul
ELVINA FEBRIANTI (KETUA)
TRIENA WULANDARI (ANGGOTA)
MST
Nama Sekolah
SMA NEGERI 1 BENGKULU SELATAN
Tahun 2019
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Untuk Menentukan massa optimum, pH optimum, waktu kontak optimum dan kapasitas biosorpsi
maksimum biosorben kulit kopi terxanthasi dalam menjerap ion logam berat Cu(II) dan Cr(VI). Melalui
penelitian ini diharapkan nantinya dapat dihasilkan biosorben kulit kopi terxanthasi untuk menjerap
ion logam berat Cr(VI) dan Cu(II) serta dapat diketahui kondisi optimum dan kapasitas biosorpsi
maksimum pada proses penjerapannya.
1.4 KEBAHARUAN
Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, hingga saaat ini belum ada laporan kajian
tentang biosorben kulit kopi terxanthasi untuk menjerap ion logam berat Cr(VI) dan Cu(II). Dengan
demkian, penelitian ini memiliki unsur kebaharuan yang akan menambah khasanah ilmu pengetahuan
mengenai massa , pH, waktu kontak optimum, kapasitas biosorpsi maksimum dan mekanisme
biosorben kulit kopi terxanthasi dalam menjerap ion logam berat Cu(II) dan Cr(VI).
3
Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya. Setelah dipanen, buah kopi akan
diolah lebih lanjut guna memisahkan bagian luar buah kopi seperti kulit kopi (exocarp), pulp
(mesocarp), lapisan mucilago dan kulit tanduk (endocarpal parchment) (Hartati, 2011). Pengolahan
kopi secara basah akan menghasilkan limbah padat berupa kulit buah/pulpa kopi. Limbah pulpa kopi
dapat mencapai 28,7% dari produksi kopi (Parani, 2010). Limbah pulpa kopi yang berlimpah
tersebut hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal. Umumnya pulpa kopi hanya ditumpuk di
sekitar lokasi pengolahan, sehingga menimbulkan bau busuk dan cairan yang mencemari lingkungan.
Pulpa kopi (kulit kopi) disebutkan memiliki kandungan selulosa 15-43% (Misran, 2009). Sementara
kadar pektin pulpa/kulit kopi mencapai 6,5% (Mazzafera, 2002). Selain itu, limbah kulit biji kopi ini
juga mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu seperti dari kafein dan golongan
polifenol. Dari beberapa penelitian, senyawa polifenol yang ada pada limbah ini adalah flavan-3-
ol, asam hidroksinamat, flavonol, antosianidin, katekin, epikatekin, rutin,tanin, dan asam ferulat.
Polifenol dapat diartikan suatu senyawa kimia yang umumnya terdapat pada bahan alam dimana
struktur dasarnya memiliki gugus aromatik yang terikat satu atau lebih gugus OH (Anonim,2016) .
Oleh karena, kulit kopi mengandung gugus hidroksil dan selulosa maka secara alami kulit kopi
akan memberikan struktur berpori sehingga kulit kopi dapat dijadikan agen penjerap (biosorben)
dengan memodifikasinya menjadi senyawa xanthate (Setiyanto dkk, 2015).
Kromium (Cr) mempunyai nomor atom 24. Berat atom logam ini 51,996 sma, jari-jari atom
124, 9 pm, titik leleh 1970oC, titik didih 2671oC, massa jenis 7,2 g/ml. logam krom biasa digunakan
untuk memperkuat baja, pembuatan baja stainless dan dapat membentuk berbagai panduan logam
yang berguna. Krom memiliki 3 valensi +2,+3 dan +6. Trivalen dan heksavalen merupakan senyawa
kromium yang stabil. Kromium dalam larutan biasanya berbentuk ion trivalen (Cr3+) dan ion heksa-
valen (Cr6+). Industri yang menggunakan dan mengeluarkan limbah ion Cr(VI) antara lain adalah
industri pelapisan logam dan elektroplating. Selain itu logam ini juga bisa berasal dari limbah rumah
tangga ,pembakaran mobilisasi bahan bakar dan air limbah industri seperti industri cat, tekstil dan
penyamakan kulit (Palar, 1994). Cr(VI) mempunyai toksisitas yang lebih tinggi dari pada Cr(III).
Cr(VI) merupakan logam yang sangat beracun yang bisa menyebabkan kanker pada manusia serta juga
dapat bersifat toksik pada konsentrasi yang relatif rendah. Logam ini juga bersifat sangat beracun
4
pada kehidupan aquatic bahkan dalam konsentrasi relatif sangat rendah (Kartohardjono dkk, 2008).
2.4 Biosorpsi
Biosorpsi adalah proses penyerapan logam dengan menggunakan biomassa yang tidak aktif atau
mati dan mudah didapat untuk memisahkan logam-logam berat dari larutan encernya di dalam air.
Biosorpsi juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari materi biologi untuk mengakumulasi
logam berat dari perairan baik dengan cara fisiko-kimia maupun secara metabolik (Anna, 2006).
Proses biosorpsi melibatkan bahan padat (biosorben; materi biologi) dan bahan cair (solven; biasanya
digunakan air) yang mengandung logam berat yang akan diserap (sorbat; ion logam). Dengan adanya
daya afinitas yang tinggi dari biosorben terhadap sorbat, maka sorbat akan ditarik dan terikat oleh
mekanisme yang berbeda (Ahalya dkk, 2003). Kratochvil & Volesky (1998) dalam Ahalya menyatakan
keuntungan utama biosorpsi dibandingkan dengan semua metode penanganan limbah logam berat
yang ada ialah murah, efisiensi tinggi, minim bahan kimia dan buangan lumpur, tidak memerlukan
nutrient tambahan, adanya regenerasi biosorben, dan adanya kemungkinan pengunduhan logam.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi biosorpsi diantaranya: Karakteristik fisik dan kimia dari
biosorben antara lain : luas permukaan, ukuran pori, dan komposisi kimia, karakteristik fisik dan
kimia adsorbat, konsentrasi adsorbat dalam fase cair, pH, temperature dan waktu adsorpsi.
2.5 Xanthate
Xanthate menunjukkan suatu garam dengan formula ROCS2-M+ (R= alkil, M+ = logam).
Senyawa xanthate dibuat dengan mereaksikan substrat yang mengandung gugus hidroksil dengan
karbon bisulfida dalam suasana basa. Reaksi xanthasi disajikan pada Gambar 1.
Adsorpsi ion logam berat pada permukaan senyawa xanthate merupakan suatu proses pertukaran
ion, pembentukan kompleks dan proses pembentukan chelat. Ma dkk, 2015 telah melakukan penelitian
mengenai penggunan senyawa xanthate untuk menghilangkan ion logam Pb(II) di dalam air dan
diketahui bahwa senyawa xanthat dapat mengikat ion logam Pb(II) di dalam air melalui mekanisme
pembentukan khelat, sehingga dapat mengurangi kadar ion logam Pb(II) di dalam air. Sedangkan
menurut riwayati dkk, 2014 proses adsorpsi ion logam ke dalam permukaan senyawa xanthat kulit kopi
terjadi melalui proses pertukaran ion dan pembentukan kompleks. Dimana pada proses pembentukan
ion dua atom sulfur yang bermuatan negatif pada senyawa xanthate akan menangkap ion logam
bervalensi dua sedangkan pada proses pembentukan kompleks melibatkan interaksi empat atom sulfur
dan satu ion logam bervalensi dua. Interaksi empat atom sulfur dan satu ion logam bervalensi dua
disajikan pada gambar 2 (Sha dkk, 2010).
Xanthate terikat pada pada kation logam transisi sebagai ligan bidentat dan kompleks
bermuatan netralnya larut dalam pelarut organik. Riwayati dkk., 2014 menuliskan bahwa proses
adsorpsi logam berat dengan menggunakan pulpa kopi terxanthasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: pH, berat adsorben, waktu kontak dan suhu.
5
3.2.1 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah kulit kopi dan bahan-bahan kimia
yaitu, CuSO4.5H2O p.a (pro analisa), K2Cr2O7 p.a, H2SO4 p.a, 1,5 diphenylcarbazide p.a, etanol p.a,
HNO3 p.a , amonia (NH3) p.a ,NaOH p.a, HCL p.a, Aseton p.a, aquades, kertas saring dan Karbon
disulfide (CS2).
3.2.2 Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Oven, neraca analitik, labu Erlenmeyer,
pipet tetes, corong kaca, gelas kimia, gelas ukur, labu ukur, pipet ukur, batang pengaduk kaca, sudip,
kaca arloji, tabung reaksi, magnetik stirer, pH meter, lumpang dan alu, blender, ayakan 100 mesh,
desikator,kuvet dan spektrofotometri UV-VIS.
3.3.4 Penentuan Waktu Kontak Optimum Biosorpsi Ion Cu(II) dan Cr(VI)
Sebanyak massa optimum biosorben kulit kopi terxanthasi dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
100 mL dan masing-masing ditambahkan 50 mL larutan Cr(VI) dan Cu(II) dengan konsentrasi 100
ppm pada pH optimum dan dikocok dengan menggunakan magnetik stirer selama 20 menit.
Kemudian campuran tersebut disaring dan masing-masing filtratnya ditampung kemudian filtrat
yang yang mengandung logam Cr(VI) dikomplekskan dengan 1,5 difenilkarbazida (DPC) sampai
terbentuk warna ungu sedangkan filtrat yang mengandung ion Cu(II) dikomplekskan dengan NH3
sampai terbentuk warna bitu tua. Lalu masing-masing filtrat tersebut diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang maksimum yakni 540 nm untuk
Cr(VI) dan 610 nm untuk Cu(II). Percobaan diulang dengan waktu kontak berbeda masing-masing
40, 60, 80, 100 dan 120 menit.
𝑪𝟎 − 𝑪𝒆 𝑪𝟎 − 𝑪𝒆
𝒒𝒆 = 𝑽 % 𝒂𝒅𝒔𝒐𝒓𝒑𝒔𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝒘 𝑪𝟎
Dimana qe = jumlah ion logam teradsorbsi (mg/g), C0 = konsentrasi ion logam sebelum
adsorbsi (mg/L), Ce = Konsentrasi ion logam setelah adsorbsi (mg/L), V = Volume larutan ion logam
(L), W = Berat biosorben (g).
Untuk menentukan jenis isotherm adsorpsinya digunakan persamaan isotherm Langmuir
𝐶𝑒
dan freundlich. Persamaan Langmuir dibuat grafik 𝑞𝑒 𝑣𝑠 𝐶𝑒 dan untuk persamaan freundlich dibuat
grafik log q e vs log Ce. Penentuan jenis isotherm adsorpsi didasarkan pada harga koefisien korelasi
(R) yang mendekati satu. Setelah diketahui jenis isotherm adsorpsinya barulah ditentukan kapasitas
adsorpsi maksimum dengan menggunakan gradient/slope (m) yang diperoleh dari persamaan grafik.
.
8
DAFTAR PUSTAKA