FAKULTAS PERTANIAN
PRODI KEHUTANAN
UNIVERSITAS RIAU 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Ta’ala atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul ”Ejaan bahasa
indonesia dan diksi” dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini diajukan guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan harapan saya
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi teman-
teman.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun penglaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari teman- teman dan dosen
demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. kesimpulan .......................................................................................... 13
2. Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini,
karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa
merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling
mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita
miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain
berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang
diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya
komunikasi berjalan lancar.
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas
dan menyangkut berbagai bidang kehidupan.
Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini,
memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa
globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara,
keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia,
demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata
oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan
tentang “Diksi dan Ejaan”
Bab ini akan membahas ejaan Bahasa Indonesia yang sering terjadi
kekeliruan dalam penulisannya. Kata,kata depan, pertikel, kata ganti, angka
dan lambang bilangan,tanda baca serta syarat pmilihan diksi.Pembaca
diharapkan dapat mengerti permasalahan ejaan dalam Bahasa Indonesia,
mampu memahami, dan pada akhirnya akan menerapkan ejaan dan pilihan kata
yang tepat.
1
2. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian diksi dan ejaan?
B. Apa Tujuan diksi dan ejaan ?
3. Tujuan
A. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
B. Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca tentang diksi dan ejaan.
C. Untuk memahami cara-cara pengunaan kata yang baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ejaan republik juga disebut dengan ejaan Soewandi. Mr. Soewandi
merupakan seorang menteri yang menjabat sebgai menteri Pendidikan dan
kebudayaan.
Perbedaan ejaan Soewandi dengan ejaan Van Ophuysen ialah:
1) Huruf oe diganti dengan u.
Contohnya dalam ejaan Van Ophuysen penulisannya ‘satoe’, dalam
ejaan Republik menjadi ‘satu’.
2) Huruf Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan huruf K.
Contohnya: maklum, pak, tak, rakjat.
3) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2
Contohnya: kupu2, main2.
4) Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mendampinginya. Kata depan ‘di’ pada contoh
dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-‘ pada
dibeli, dimakan.
C. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan
Indonesia dan Melayu (Slamet Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail)
menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). karena perkembangan politik selama
tahun-tahun berikutnya maka diurungkan peresmian ejaan tersebut.
4
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang
Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK).
Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah
dirintis oleh Ejaan Melindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari
panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu
berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama
Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri
pendidikan dan kebudayaan No. 062/67, tanggal 19 September 1967.
Ejaan Baru di Malaysia disebut Ejaan Rumi Bersama (ERB)
sementara Indonesia menggunakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
EYD mengalami dua kali revisi, yakni pada tahun 1987 dan 2009.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara
lain:
5
6) Penulisan unsur serapan.
Contohnya :
1) Kapan pun Aku tetap menantinya
2) Siapa pun orangnya, boleh meminjam buku ini.
3) Walaupun seribu tahun Aku tetap menunggu. (walaupun
adalah kelompok kata).
4) Meskipun demikian aku tak akan marah. (meskipun merupakan
kelompok kata).
Penulisan si dan sang dipisahkan dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
6
2) Si pengirim bukan sipengirim.
Partikel per berarti tiap-tiap dipisahkan dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
1) Per orang bukan perorang
2) Per lembar bukan perlembar
3) Per kilogram bukan perkilogram
Adapun cara penulisan dari ejaan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Penulisan Kata Depan
Kata Depan ditulis terpisah dengan kata mengikutinya.
Benar Salah
Di antara Diantara
Di sekitar Disekitar
B. Penulisan Partikel
Partikel pun kata kerja,kata depan,atau kata bilangan ditulis terpisah.
Benar Salah
Warga pun Wargapun
7
D. Pemakaian Huruf Kapital
Untuk menyatakan gelar, kehormatan, keturunan, dan kagamaan
pertamanya huruf kapital.Contohnya yaitu: Hajjah Sutini dan Haji Agung.
2. Diksi
Pengertian Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan
penggunaannya dalam menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang
meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan kata, dan lain-lain, sehingga
didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.
Keterbatasan dalam kosa kata dapat mengakibatkan seseorang kesulitan
dalam menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Dan jika orang tersebut
menggunakan kosa kata yang berlebihan, ini juga akan membuat orang lain
sulit mengerti pesan yang disampaikan.
Itu sebabnya para pembicara sering membaca dan berlatih agar menguasai
diksi atau pilihan kata ketika berbicara. Dengan diksi yang tepat maka
pendengar atau audiens dapat dengan mudah memahami maksud seorang
pembicara.
A. Syarat syarat diksi
Untuk menghasilkan cerita yang menarik dengan pilihan kata,
maka diksi yang baik harus memenuhi syarat-syarat berikut ini
diantaranya:
1) Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan sebuah gagasan
2) Pengarang harus memiliki kemampuan membedakan secara tepat
nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai
rasa bagi pembaca
3) Menguasai berbagai kosakata dan mampu memanfaatkan kata tersebut
menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti
B. Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna kata berdasarkan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, makna leksikal bisa kita lihat di dalam sebuah kamus.
8
misalnya dari segi sinonim, homonim, antonim, polisemi, kolokasi,
metafora, idiom, meronimi, dan sebagainya. Dengan demikian, makna
leksikal juga termasuk dalam hal ini makna denotasi dan makna konotasi.
Sebagai contoh: Apa yang ada di kamus itulah makna leksikal dari sebuah
kata. Secara garis besar makna leksikal bisa kita telusuri juga dari asosiasi
dari kata tersebut,
1) Andi membanting tulang ayam.
2) Andi membanting tulang agar bisa memiliki mobil.
Kalimat (1) adalah makna denotatif dalam hal ini 'membanting
tulang' ayam secara fisik, tetapi pada kalimat (2) membanting tulang
tersebut adalah makna konotatif karena 'membanting tulang' di sini artinya
adalah bekerja keras. 'Membanting tulang' tersebut merupakan sebuah
idiom. Dalam hal ini, meskipun maknanya berbeda jauh, tetapi masih ada
asosiasi antara makna denotatif dan makna konotatif tersebut, misalnya
membanting tulang memerlukan energi keras untuk melakukannya,
sehingga dalam konteks yang lain, 'membanting tulang' disamakan dengan
'bekerja keras'
1) Sinonim
Sinonim adalah kata yang memiliki makna sama. Dengan
kata lain, sinonim adalah persamaan kata. Berikut beberapa contoh
sinonim:
Bahagia = Senang
Matahari = Mentari
Cantik = Elok
Lezat = Enak
Pintar = Pandai
2) Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki makna yang berlawanan.
Dengan kata lain, antonim adalah perbedaan kata. Berikut beberapa
contoh antonim:
9
Naik >< Turun
Besar >< Kecil
Banyak >< Sedikit
Tinggi >< Pendek
Gelap >< Terang
Cepat >< Lambat
3) Homonim
Homonim adalah kata yang memiliki makna berbeda, namun
lafal atau ejaannya sama. Berikut contoh homonim :
4) Homofon
Homofon adalah kata yang memiliki makna dan ejaan
berbeda, namun memiliki lafal yang sama. Berikut beberapa
contoh homofon:
a) Rima rajin menabung di Bank.
b) Bang Dimas merupakan kakak Rima.
Kata “Bank” dan “Bang”, memiliki lafal yang sama namun
memiliki ejaan dan makna berbeda. Pada kalimat pertama
menunjukan tempat, sedangkan kalimat kedua menunjukan arti
saudara.
5) Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki makna dan lafal yang
berbeda, tapi memiliki ejaan yang sama. Berikut contohnya:
10
a) Dila sedang makan Tahu goreng di warung.
b) Dila tidak Tahu bahwa hari ini hari Selasa.
Kata “Tahu” pada kedua kalimat diatas memiliki ejaannya
sama. Pada kalimat pertama menunjukan makanan dan kalimat
kedua menunjukan lupa akan hari.
6) Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak arti atau
pengertian.Berikut beberapa contoh polisemi:
a) Menabung di bank, maka akan mendapatkan Bunga.
b) Rima adalah bunga desa di kampung ini.
c) Bunga mawar merah itu sangat indah dan harum.
Pada kalimat pertama kata “bunga” menunjukan bahwa
keuntungan menabung di bank, pada kalimat kedua menunjukan
perempuan paling cantik, dan kalimat ketiga menunjukan bunga
pada tanaman.
7) Hipernim dan Hiponim.
Hipernim adalah kata yang mewakili banyak kata lain. Jadi
sebuah kata hipernim bisa menjadi kata umum dari penyebutan
kata lainnya. Sedangkan Hiponim adalah kata yang terwakili
artinya oleh sebuah kata hipernim. Berikut contoh kalimat yang
mengandung kata hipernim dan hiponim:
11
a) Di hutan banyak berbagai macam binatang liar, contohnya
seperti harimau, srigala, macan tutul, rusa, kera, dan lain
sebagainya
b) Kata hipernim: Binatang liar. Sedangkan kata hiponim: harimau,
srigala, macan tutul, rusa, kera, dan lain sebagainya
c) Chandra ke supermarket membeli buah-buahan, seperti buah
apel, jeruk, semangka dan anggur.
d) Kata hipernim: buah-buahan. Sedangkan kata hiponim: apel,
jeruk, semangka dan anggur.
C. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh karena
adanya proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, atau perubahan
bentuk kata (misalnya play menjadi playing, plays, atau played). Makna
gramatikal umumnya diperoleh melalui proses infleksional dan
derivasional. Sahabat bisa membaca artikel mengenai infleksional dan
derivasional di sini. Dalam makna gramatikal, makna intinya tidaklah
berubah. Dengan kata lain, makna gramatikal umumnya tidak jauh dari
makna leksikal sebuah kata. Perhatikan contohnya di bawah ini:
Buku ini berwarna hijau.
Buku-buku ini berwarna hijau.
'Buku-buku' mengalami makna gramatikal karena terjadi
reduplikasi. Makna leksikalnya tetaplah sebuah buku, tetapi bedanya
adalah buku-buku berarti banyak buku, sedangkan pada kalimat (1) buku
hanya berjumlah tunggal. Dengan demikian, pada bahasa Indonesia
reduplikasi pada kata akan menghasilkan kata benda jamak. Kita
bandingkan dengan bahasa Inggris:
the book is green.
the books are green.
Perhatikan contoh di atas. book pada kalimat (1) adalah tunggal,
sedangkan pada kalimat (2) adalah jamak. Di sini penanda kata jamak
adalah akhiran -s.
12
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pada dasarnya kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi ketika kita berbicara seringkali kita
tidak mengikuti kaidah/aturan dari tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam berkomunikasi sehari-hari. kita sering menggunakan tata bahasa yang
salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi
sebuah kebiasaan dan hal tersebut menjadi membudaya dan dibenarkan
penggunaan dalam keseharian. Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita
bersama untuk saling mengingatkan agar menggunakan kaidah tata bahasa
yang baik dan benar.
Ejaan melindo dihasilkan oleh panitia itu hampir dengan ejaaan
pembaruan. Bedanya hanyalah pada tj.Ejaan Melindo memakai c pengganti tj.
Huruf nj juga merupakan huruf baru, tetapi bentuknya agak lain yaitu n. Huruf
e benar seperti pada ekor, diberi garis diatasnya. Jadi seperti pada ejaan van
Ophuysen, demikian juga pada ejaan pembaharuan.
Di dalam EBIYD huruf f dan v tentu saja terjadi dalam sistem ejaan kita.
Maksudnya, huruf huruf tersebut tidak lagi dianggap sbagai huruf asing.
Karena itu ada kata yang ditulis dengan f dan ada juga yang ditulis dengan v.
Menurut EBIYD kata-kata baru Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa
asing ditulis sedapat dapatnya jangan jauh dari ejaan asalnya. Yang diubah
hanya yang betul-betul perlu diubah saja.
2. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat
kami harapkan baik dari Dosen Mata Kuliah ini maupun dari Mahasiswa.
Selain itu kami harapkan kepada pembaca agar bisa menjadikan makalah ini
sebagai bahan bacaan yang tujuannya ingin memahami Tata Bahasa Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pamungkas, Sri. Bahasa Indonesia dalam berbagai perspektif. Penerbit: Andi
Yogyakarta. Pacitan,18 january 2012
https://penerbitdeepublish.com/teknik-menulis-penerbit-buku-g057/
https://www.pelajaran.co.id/2017/10/pengertian-diksi-syarat-ciri-fungsi-
manfaat-jenis-dan-contoh-diksi.html
https://belajarbahasa.id/artikel/dokumen/445-perbedaan-makna-leksikal-
makna-gramatikal-dan-makna-pragmatis-2017-10-30-00-09