Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TE RAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

SESI I : MENGENAL HALUSINASI

A. LATAR BELAKANG
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan
gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan
klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan
kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan
lingkungan disekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas
Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam
hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti
therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi
sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota
kelompok yang lain.
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan
hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan sensori persepsi:
Halusinasi dan merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang
diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan
asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi
halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.

1
Data Medical Record Rumah Sakit Jiwa Suharto Heerdjan khususnya
Ruang PICU bulan Januari sampai 6 Maret 2017 terdapat 140 pasien yang
dirawat. Diantara 140 pasien, terdapat pasien dengan Isolasi Sosial (ISOS)
sebanyak 5,7 %, Harga Diri Rendah (HDR) sebanyak 4,2 %, Perilaku Kekerasan
(PK) 6,4 % dan Gangguan Sensori Persepsi ; Halusinasi sebanyak 82,7 %.
Oleh karena itu maka kami menganggap dengan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) klien dengan gangguan sensori persepsi dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya namun tentu saja klien yang mengikuti
therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi
sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota
kelompok yang lain.

B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Halusinasi, Kelompok dan TAK
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada system penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya
rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari
luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap
rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan (Nasution, 2003)
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa
adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental
Health Nursing, 1987).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart &
Sundenn, 1998).
Kelompok adalah suatu sistem sosial yang khas yang dapat didefinisikan
dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi,

2
inteleransi, interdependensi dan saling membagikan norma sosial yang sama
(Stuart & Sundeen, 1998).
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Keliat, 2005).
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang
maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).
2. Klasifikasi Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara–suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik

3
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
3. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Prilaku Yang Ditampilkan
Tahap Karakteristik Perilaku Klien
Tahap I a. Mengalami a. Tersenyum, tertawa
Memberi rasa nyaman ansietas, kesepian, sendiri.
tingkat ansietas sedang rasa bersalah dan b. Menggerakkan bibir
secara umum, ketakutan tanpa suara.
halusinasi merupakan b. Mencoba berfokus c. Pergerakkan mata
suatu kesenangan. pada pikiran yang yang cepat.
dapat d. Respon verbal yang
menghilangkan lambat.
ansietas e. Diam dan
c. Fikiran dan berkonsentrasi.
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontol kesadaran,
nonpsikotik.
Tahap II a. Pengalaman sensori a. Terjadi peningkatan
a. Menyalahkan. menakutkan. denyut jantung,
b. Tingkat kecemasan b. Merasa dilecehkan pernafasan dan
berat secara umum oleh pengalaman tekanan darah.
halusinasi sensori tersebut. b. Perhatian dengan
menyebabkan c. Mulai merasa lingkungan
perasaan antipati. kehilangan kontrol. berkurang.
d. Menarik diri dari c. Konsentrasi
orang lain non terhadap
psikotik. pengalaman sensori

4
kerja.
d. Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realitas.
Tahap III a. Klien menyerah a. Perintah halusinasi
a. Mengontrol. dan menerima ditaati.
b. Tingkat kecemasan pengalaman sensori b. Sulit berhubungan
berat. (halusinasi). dengan orang lain.
c. Pengalaman b. Isi halusinasi c. Perhatian terhadap
halusinasi tidak menjadi atraktif. lingkungan
dapat ditolak lagi. c. Kesepian bila berkurang hanya
pengalaman sensori beberapa detik.
berakhir psikotik. d. Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat, tremor
dan berkeringat.

5
Tahap IV Pengalaman sensori a. Perintah halusinasi
a. Klien sudah mungkin menakutkan ditaati.
dikuasai oleh jika individu tidak b. Sulit berhubungan
Halusinasi. mengikuti perintah dengan orang lain.
b. Klien panik. halusinasi, bisa c. Perhatian terhadap
berlangsung dalam lingkungan
beberapa jam atau hari berkurang hanya
apabila tidak ada beberapa detik.
intervensi terapeutik. d. Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat, tremor
dan berkeringat.

4. Hubungan Skizoprenia Dengan Halusinasi


Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara–suara bising atau mendengung. Tetapi paling
sering berupa kata–kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons
tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang
membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan
mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada
benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari
gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia
involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.
Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi,
sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh

6
kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan
harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara –
suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini
menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan
tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat
diamati).

C. METODE TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode diskusi dan tanya jawab dan melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sesi II yaitu sebagai berikut :
Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

D. KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk
mengatasi halusinasi
2) Klien dapat menyebutkan efektivitas cara yang digunakan
3) Klien dapat menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik
4) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi dengan baik
dan benar
2. Klien
a. Kriteria klien

7
1) Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi
sensori; halusinasi.
2) Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
3) Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
b. Proses Seleksi
1) Mengobservasi klien yang masuk kriteria klien dengan halusinasi
2) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria klien dengan halusinasi
3) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria dengan halusinasi
4) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.
5) Dan berdasarkan data yang ada diruangan khususnya PICU terhitung
dari bulan januari sampe dengan tanggal 6 maret 2017 adalah 140
orang dan yang mengalami gangguan sensori persepsi halusinasi
sebanyak 82,7 %, maka dari itu saya mengadakan TAK tentang
halusinasi agar semua klien yang mengalami halusinasi dapat
mengontrol halusinasinya dengan baik sesuai dengan cara-cara yang
sudah diajarkan oleh suster, dan halusinasinya klien pun dapat
terkontrol.

8
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
HALUSINASI SESI II : MENGONTROL HALUSINASI
DENGAN CARA MENGHARDIK

A. PENGERTIAN
Suatu bentuk aktivitas kelompok dimana seorang terapis mengajak klien
sebagai anggota kelompok terapi untuk mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik serta memfasilitasi klien agar menyadari bahwa pengalaman aneh
halusinasinya sebagai sesuatu yang harus diatasi.

B. TUJUAN
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

4. LANDASAN TEORI
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama (Keliat, 2004). Aktivitas digunakan sebagai terapi
sedangkan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif. TAK dirancang untuk meningkatkan kesehatan
psikologis dan emosional pasien dengan masalah keperawatan jiwa sehingga
diharapkan dapat membantu anggota dalam meningkatkan koping dalam
mengatasi stressor dalam kehidupan.
Halusinasi merupakan salah satu bentuk gangguan sensori persepsi.
Gangguan sensori persepsi merupakan keadaan di mana individu/ kelompok

9
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau
interpretasi stimulus yang datang (Carpenito, 1999/2000).
Terapi Aktivtas Kelompok (TAK) halusinasi terdiri dari 5 sesi, yaitu
mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengontrol
kegiatan dengan bercakap-cakap, mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan dan mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.

5. KLIEN
1. Kriteria Klien
Klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi, dapat diajak
bekerjasama, tidak disorientasi, bicara koheren, kooperatif, sehat fisik, tidak
memiliki gangguan pendengaran dan penglihatan, dan dapat memahami pesan
yang diberikan. Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang, sedangkan
sisanya sebagai cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
a. Klien peserta TAK
1) Ny. E
2) Ny. H
3) Ny. S
4) Ny. C
5) Ny. D
6) Nn. N
b. Klien peserta TAK cadangan
1) Ny. T
2) Ny. A
2. Proses seleksi
a. Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa terkait kondisi umum klien
(diagnosis saat ini dan intervensi yang sudah di dapat).
b. Mengadakan kontrak dengan klien.
c. Penyelesaian masalah berdasarkan masalah keperawatan.

10
6. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a. Tanggal : 6 Maret 2017
b. Hari : Senin
c. Jam : 16.30 – 17.00 WIB
2. Tim Terapis
a. Leader

Retna Handayani. SKep

Tugas :
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalanya aktivitas kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co. Leader
Rosmala Umry. SKep
Tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika berhalangan tugas

c. Observer

Wiya Santika. SKep


Tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.

11
d. Fasilitator

Dudung Kurnaedi. SKep , Latifah Sari. SKep , Ervinani. SKep


Tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3. Setting Tempat
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam area kotak besar.
b. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Gambar seting tempat

Keterangan:
: Leader : Co. Leader

: Fasilitator : Observer

: Klien

12
4. Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata Tertib
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3) Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4) Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK)
berlangsung.
5) Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6) Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7) Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8) Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak belum
selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
b. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah
yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:
1) Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun
pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang
diambil adalah: mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi
sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok
lainnya.
2) Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati
tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur
terlebih dahulu dan bila masih tidak cooperative maka dikeluarkan
dari kegiatan.
3) Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak
boleh dilakukan.

13
7. METODE
Permainan kereta – keretaan antara pasien dan pasien, bila pasien tertangkap
maka pasien maju kedepan dan mempraktekkan cara menghardik.

8. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Pasien
2. Tape recorder
3. Kertas nila
4. Spidol
5. Isolatif
6. Papan Nama Pasien

9. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah disepakati.
b. Mempersiapkan alat dan tempat permainan.
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi
dan perasaan.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.

14
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Fase Kerja
a. Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua pasien mendapat giliran.
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
c. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi pada saat halusinasi muncul.
d. Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: ”Pergi, pergi
jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”.
e. Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi.
f. Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan,
setiap klien memperagakan menghardik halusinasi.
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
2) Memasukkan kegiatan menghardik kedalam jadwal kegiatan
harian klien.
5. Kontrak yang akan datang
a. Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu
cara mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan
orang lain.
b. Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

15
10. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlansung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK,
meliputi :
a. Proses
Dalam mengadakan TAK halusinasi ini meliputi beberapa proses yaitu
konsul ke pembimbing ruangan (CI) dan minta Izin Kepala Ruangan PICU,
agar diizinkan melakukan TAK diruangan PICU. Kegiatan TAK berjalan
dengan baik dan sesuai rencana, waktu kegiatan TAK sesuai dengan kontrak
waktu yang ada dalam proposal kegiatan, dan klien cukup antusias dalam
mengikuti kegiatan TAK.
b. Hasil
Dari hasil TAK yang sudah dilakukan adalah semua pasien mengikuti
dengan baik dari awal sampai akhir TAK. Beberapa Aspek yang dinilai :
1) Klien dapat menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk
mengatasi halusinasinya
2) Klien dapat menyebutkan efektivitas cara yang digunakan
3) Klien dapat menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik
4) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi dengan baik
dan benar.
Hampir semua pasien (83%) bisa melakukan cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik.
c. Struktur
Dalam pelaksanaan TAK ini, diikuti 6 paisen yang mengalami
gangguan sensori persepsi halusinasi yang sudah tenang dan bisa
kooperatif dan fasilitator yang hadir 3 orang, Sarana dan prasarana cukup
memadai.

16
2. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan
klien menggunakannnya jika halusinasi muncul.
3. Lembar Evaluasi Kemampuan Klien

17
Sesi II
TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan Menghardik Halusinasi

Nama Klien
No Aspek yang dinilai
Ny.A Ny.B Ny.C Ny.D Ny.E Nn. F
1 Menyebutkan cara yang
selama ini digunakan
untuk mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan efektivitas
cara yang digunakan
3 Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
4 dengan menghardik
Memperagakan cara
menghardik halusinasi

Petunjuk
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2) Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal halusinasi :
efektifitas cara yang digunakan, cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik dan memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri tanda
(V) jika klien mampu dan beri tanda (X) jika klien tidak mampu.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa : Aplikasi Praktik


Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Herawaty, Netty. 2003. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta


: FIK

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakarta : EGC

Stuart and Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3.


Jakarta : EGC

19
TERAPI PROPOSAL AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
HALUSINASI SESI II : MENGONTROL HALUSINASI DENGAN CARA
MENGHARDIK DIRUANG PICU(PEREMPUAN) RUMAH SAKIT JIWA
SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA BARAT

DISUSUN OLEH :
RETNA HANDAYANI. SKep
NIM : 011641073

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2017

20

Anda mungkin juga menyukai