Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AGAMA

DISUSUN OLEH
Adelia Vinandita (03031381924097)
Dwi Sheila Hurilin (03031381924115)
Jenni Nuraldila Surya (03031381924093)
Mutiara Aiko (03031381924113)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Agama Islam
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................ 2


2.1 Pengertian Fiqih Thaharah ..................................................................... 2
2.2 Dalil Thaharah ........................................................................................ 2
2.3 Materi Thaharah ..................................................................................... 2
2.4 Tujuan Thaharah ...................................................................................... 3
2.5 Syarat Wajib Thaharah ........................................................................... 4
2.6 Macam-macam Thaharah ....................................................................... 4
2.7 Klasifikasi Air dan Penggunaannya ....................................................... 5

BAB 3 PENUTUP ......................................................................................... 7


3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 7
3.2 Saran ....................................................................................................... 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Agama merupakan ilmu yang sangat penting. Berada pada kehidupan
dunia tak luput dari sebuah pedoman hidup. Membangun pondasi yang kokoh
tentu dengan ilmu bagaimana cara membuat pondasi yang kokoh. Begitu juga
dengan kehidupan. Jika ingin mendapatkan kehidupan yang sukses baik didunia
maupun di akhirat, kita perlu menuntuk ilmu agama dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari hari. Salah satunya yaitu mengenai ilmu taharah yang
selalu kita jumpai dimkehiduoan sehari-hari. Taharah atau bersuci merupakan
bagian penting atau dasar pada ilmu lainnya. Maka dari itu bab taharah ini harus
dipelajari dan diamalkan dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fiqih Thoharoh


‘Ulama-ulama salaf menerangkan tentang ilmu fiqih, bahwa ilmu fiqi itu ialah
ilmu yang mempelajari hukum syar’i yang bersifat amaliyah dan hukum tersebut
diistinbat serta pelajari dari dalil-dalilnya secara terperinci. Dan arti dari kata:
“Fiqih” adalah : “Faham” atau mengerti dan menguasai. Sedangkan arti dari kata:
“Thoharoh” ialah “Suci” dan suci itu merupalan kunci pembuka pintu untuk
memasuki ibadah terutama sholat. Jadi tanpa thoharoh pintu tersebut tidak akan
terbuka. artinya tanpa thoharoh, ibadah sholat, baik yang fardhu maupun yang
sunnah, tidak sah. Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka
setiap muslim yang akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thoharoh
melainkan juga harus mengetahui dan terampil melaksanakannya sehingga
thoharohnya itu sendiri terhitung sah menurut ajaran ibadah syar’iah.

Menurut bahasa Thoharoh artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’


thoharoh adalah menghilangkan hukum hadats untuk menunaikan shalat atau
(ibadah) yang disyaratkan di dalamnya untuk bersuci bersih dari hadas dan najis
dengan air atau pengganti air, yaitu tayammum. Selain itu thoharoh dapat juga
diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi,
tayamum dan menghilangkan najis. Atau thoharoh juga dapat diartikan
melaksanakan pekerjaan atau menghilangkan kotoran dan najis dimana tidak sah
melaksanakan shalat kecuali dengannya yaitu menghilangkan atau mensucikan
diri dari hadas dan najis dengan air.

2.2 Dalil Thoharoh


Dalil yang mewajibkan thoharoh sebagaimana diterang dalam firman Allah SWT
sebagai berikut :

‫للاه إِن‬ ‫ْال ُمت ه ه‬


ّ ‫ط ِ ّه ِرينه هوي ُِحب التوابِينه ي ُِحب‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan dia


mencintai orang-orang yang suci bersih.” (Q.S Al-Baqarah : 222).

2.3 Materi Thoharoh


Ada beberapa hal yang menjadi disyariatkannya thoharoh, diantaranya:
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.

Dalam hal ini Nabi saw menerangakan sebagaimana dalam sabdanya:

‫ث إِذها أ ه هح ِد ُك ْم ه‬
‫ص هَلة ه للاُ يه ْقبه ُل هل‬ ‫ضأ ه هحتى أهحْ ده ه‬
‫يهت ههو ه‬

Artinya : “Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas,
sampai ia wudhu”,

karena suci itu merupaka usatu perkara yang disukai Allah, Allah SWT memuji
orang-orang yang bersuci, sebagaiman dalam firman-Nya:

‫ْالعهاله ِمينه هعلهى فهض ْلت ُ ُك ْم هوأهنِّي هعله ْي ُك ْم أ ه ْنعه ْمتُ التِي نِ ْع همتِ ه‬
‫ي اذْ ُك ُرواْ إِس هْرائِي هل بهنِي يها‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


mensucikan dirinya”.(Al-Baqarah:122)

Thoharoh memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih


diri dari berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas
ibadah seorang hamba. Seorang hamba yang senantiasa gemar bersuci ia akan
memiliki keutamaan-keutamaan yang dianugerahkan oleh Alloh di akhirat nanti.
Thoharoh juga membantu seorang hamba untuk mempersiapkan diri sebelum
melakukan ibadah-ibadah kepada Alloh.

2.4 Tujuan Taharah


Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah, diantaranya:
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Nabi Saw bersabda:
“Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia
wudhu”, karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji
orang-orang yang bersuci : firman-Nya, yang artinya :“sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya”.(Al-Baqarah:122)
Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih
diri dari berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah
seorang hamba.
Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki
keutamaan-keutamaan yang dianugerahkan oleh Alloh di akhirat nanti. Thaharah
juga membantu seorang hamba untuk mempersiapakan diri sebelum melakukan
ibadah-ibadah kepada Alloh. Sebagai contoh seorang yang shalat sesungguhnya ia
sedang menghadap kepada Alloh, karenanya wudhu membuat agar fikiran hamba
bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas dari kesibukan-kesibukan duniawi,
maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena wudhu adalah sarana untuk
menenangkan dan meredakan fikiran dari kesibukan-kesibukan duniawi untuk siap
melaksanakan sholat.

2.5 Syarat Wajib Thaharah

Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal
yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan
perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2.berakal
3.baligh
4.masuk waktu(untuk mendirikan sholat fardhu)
5.tidak lupa
6.tidak dipaksa
7.berhenti darah nifas/haid
8.ada air atau debu tanah yg suci
9.berdaya melakukannya mengikuti kemampuan

2.6 Macam-Macam Thaharah


Kita bisa membagi thoharoh secara umum menjadi dua macam yaitu:

A. Thoharoh Hakiki
Thoharoh secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thoharoh
secara hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang
memakai pakaian yang ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya.
Karena ia tidak terbebas dari ketidak sucian secara hakiki.

Thoharoh secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang


menempel baik pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual,
caranya bermacam-macam tergantuk level kenajisannya.bila najis itu ringan
cukup dengan memercikan air saja, maka najis itu dianggap sudah lenyap dan
sudah dianggap bersih, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah
satunya harus dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara,
mencusikanya dengan air biasa hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang bau
najisnya serta hilang rasa najisnya.

B. Thoharoh Hukmi
Seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada
kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthoharoh ulang dengan cara
berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan
lain-lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah
membersihkannya dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia
tetap belum dikatakan suci dari hadas besar hingga selesai dari mandi janabah.
Jadi thoharoh secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik
memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci
untuk melakukan ibadah ritual. Thoharoh secara hukmi dilakukan dengan cara
wudhu atau mandi janabah.

2.7 Klasifikasi Air dan Penggunaannya dalam Bersuci

a. Air mulak (air yang suci lagi mensucikan)


Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadas dan menghilangkan najis
melainkan dengan air mutlak.[6]
Air mutlak itu ada 7 jenis, yaitu:
1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air yang bersumber (dari mata air)
6. Air es
7. Air embun.[7]
Ketahuilah tidak sah berwudu dengan fardhu, mandi wajib, mandi sunnat,
menghilangkan najis dengan benda cair seperti cuka atau benda beku lainnya
seperti tanah dalam bertayamum ..
Air mutlak mempunyai tiga sifat , yaitu :
1) Tha’mun (Rasa)
2) Launun (Warna)
3) Rihun (Bau)
Dan kalau dikatakan air itu berubah maka yang dimaksudkan ialah berubah
sifatnya, air mutlak itu terkadang berubah rasanya, warnanya, atau baunya sebab
dimasuki oleh sesuatu benda dan benda yang masuk kedalam air itu kadang-kadang
mukhlath dan kadang-kadang mujawir,
Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat sebagian mereka mengatakan “
Al-mukhtalat itu ada yang tidak dapat diceraikan dari air”.
Dan sebagian lagi mengatakan “Al-Mukhtalat itu barang yang tidak dapat
dibedakan air menurut pandangan mata”.

Kalau air berubah dengan sesuatu benda yang mujawir yang, cendana, minyak
bunga-bungaan, kapur barus yang keras, maka air itu masih dianggap suci yang
dapat dipakai untuk ber bercuci, sekalipun banyak perubahannya. Karena
perubahan yang sesuatu mujawir itu, ia akan menguap jua. Karena itu air yang
seperti ini dinamakan air yang mutlak, ban dingannya air yang berubah karena
diasapkan dengan dupa atau berubaah baunya karena berdekatan dengan bangkai.
Maka air yang seperti ini masih dianggap air yang suci dan dapt dipergunakan
untuk bersuci, baik berubah sifatnya.[8]

b. Air suci tidak mensucikan


air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya (seperti
teh, kopi, dan sirup)[9]. Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain-lain yang
biasanya terpisah dengan air. Hukumnya tetap menyucikan selama kemutlakan nya
masih terpelihara, jika sudah tidak, hingga tidak dapat lagi dikatakan mutlak maka
hukumnya ialah suci pada dirinya sendiri, tidak menyucikan bagi lainnya.[10]

c. Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi
makruh memakainya)
Air yang makruh memakainya menurut hokum syara’ atau juga dinamakan
kahariyatut tanzih ada delapan macam , yaitu:
1. Air yang sangat panas
2. Air yang sangat dingin
3. Air yang berjemur
4. Air di negeri Tsamud selain dari air sumur naqah
5. Air di negeri kaum Luth
6. Air telaga Barhut
7. Air didaerah Babel dan
8. Air ditelaga Zarwan[11]

d. Air musta’mal
Air musta’mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau mencuci
najis) atau air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau
memang tidak berubah dan tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.

e. Air yang terkena najis


Air najis adalah air yang kemasukan benda najis dan air itu kurang dua kolah,
atau air itu ada dua kolah tetapi berubah.Maksudnya air yang kemasukan benda
najis didalamnya, andai kata air tersebut hanya tertulari bau busuk dari najis yang
dibuang dipinggirnya maka air yang demikian ini tidak najis, sebab tidak bertemu
langsung dengan najisnya. Dan yang dimaksud dengan berubah andai kata air yang
banyak tersebut tidak berubah dengan adanya najis atau najisnya hanya sedikit dan
hancur dalam air maka air yang demikian ini juga tidak najis. Dan seluruh air itu
boleh digunakan menurut mazhab yang shahih.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
“Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan
sah tanpa melaksanakan hal tersebut”. alat untuk bersesuci titu sendiri ada beberapa
macam diantaranya yaitu air, debu, batu, disamak. Melalui macam-macam alat
bersesuci itu sendiri maka telah dijelaskan oleh ulama bahwasanya alat bersesuci
air itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu air thahhir muthahhir (air
mutlak), air thahhir ghairu muthahhir, dan air mutanajjis. Namun di dalam kitab
lain di jelaskan pula bahwa air itu terbagi menjadi empat bagian yaitu air thahhir
muthahhir, air thahhir ghairu muthahhir, air mutanajjis, dan air musyammas.

Wudu’ merupakan bagian dari pada thaharah. Dalam wudu’ ini memiliki
beberapa rukun diantara rukun-rukun berwudu’ yaitu :
A. Niat wudu’.
Yaitu berniat menunaikan kefarduan wudu’, menghilangkan hadas bagi orang yang
selalu hadas, niat thaharah dari hadas atau thaharah untuk menunaikan semacam
ibadah shalat.
B. Membasuh kulit muka.
Batasan bujur muka yaitu antara tempat-tempat tumbuh rambut kepala yang wajar
sampai bawah pertemuan dua rahang. Sedangkan batas lintang muka sendiri yaitu
antara dua telinga.
C. Membasuh dua tangan.
Yaitu dari telapak tangan sampai siku.
D. Mengusap sebagian kepala.
E. Membasuh kedua kaki.
F. Tertib.
Yaitu sebagaimana yang disebuykan di atas, yaitu mendahulukan basuhan
muka, kedua tangan, kepala, lalu kedua kaki.

Tayamum yaitu mengusap wajah dan kedua tangan dengan debu yang suci atas
bagian yang ditentukan sebagai pengganti dari wudu’.
rukun-rukun tayamum yaitu :
1. Berniat memperoleh kewenangan shalat fardu, secara bersamaan memindahkan
debu ke muka.mengusap wajah.
2. Mengusap wajah dengan debu.
3. Mengusap kedua tangan.
4. Tertib.
Mandi merupakan bagian dari pada thaharah.
Diantara sebab-sebab diwajibkannya mandi yaitu : haidh, nifas, wiladah
(melahirkan), meninggal dunia, bersetebuh dengan catatan sampai bertemunya dua
khitan, dan junub.
Sedangkan rukun-rukunnya mandi yaitu :
1. Niat
2. Menyampaikan air keseluruh bagian tubuh.

3.2 Saran
Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
thaharah maka dengan itu penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini para
pembaca yang budiman selalu diberikan hidayah oleh Allah SWT. Karena pada
dasarnya hidayah tidak akan pernah diberikan oleh Allah SWT. Kepada hambnya
jika hambanya tidak mau memiliki sifat kesadaran. Melalui kesadaran itulah
seseorang akan diberikan hidayah oleh Allah SWT.
Semoga para pembaca juga sadar akan pentingnya thaharah. Sehingga jika
umat islam sudah sadar akan pentingnya thaharah sudah barang tentu mereka
semua akan hidup sehat. Serta tidak asal-asalan dalam thaharah. Karena jika
penulis lihat di zaman ini masih banyak orang yang berwudu’ namun masih belum
benar cara mereka mengerjakannya. Masih ada yang berwudu’ seperti capung
mandi. Dalam artian dalam berwudu’ mereka asal bagian anggota wudu’nya
terkena air saja tanpa memperhatikan apakah wudu’nya sudah sah atau belum
menurut kaca mata islam.

Anda mungkin juga menyukai