Agama Sheila
Agama Sheila
AGAMA
DISUSUN OLEH
Adelia Vinandita (03031381924097)
Dwi Sheila Hurilin (03031381924115)
Jenni Nuraldila Surya (03031381924093)
Mutiara Aiko (03031381924113)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
ث إِذها أ ه هح ِد ُك ْم ه
ص هَلة ه للاُ يه ْقبه ُل هل ضأ ه هحتى أهحْ ده ه
يهت ههو ه
Artinya : “Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas,
sampai ia wudhu”,
karena suci itu merupaka usatu perkara yang disukai Allah, Allah SWT memuji
orang-orang yang bersuci, sebagaiman dalam firman-Nya:
ْالعهاله ِمينه هعلهى فهض ْلت ُ ُك ْم هوأهنِّي هعله ْي ُك ْم أ ه ْنعه ْمتُ التِي نِ ْع همتِ ه
ي اذْ ُك ُرواْ إِس هْرائِي هل بهنِي يها
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal
yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan
perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2.berakal
3.baligh
4.masuk waktu(untuk mendirikan sholat fardhu)
5.tidak lupa
6.tidak dipaksa
7.berhenti darah nifas/haid
8.ada air atau debu tanah yg suci
9.berdaya melakukannya mengikuti kemampuan
A. Thoharoh Hakiki
Thoharoh secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thoharoh
secara hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang
memakai pakaian yang ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya.
Karena ia tidak terbebas dari ketidak sucian secara hakiki.
B. Thoharoh Hukmi
Seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada
kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthoharoh ulang dengan cara
berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan
lain-lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah
membersihkannya dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia
tetap belum dikatakan suci dari hadas besar hingga selesai dari mandi janabah.
Jadi thoharoh secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik
memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci
untuk melakukan ibadah ritual. Thoharoh secara hukmi dilakukan dengan cara
wudhu atau mandi janabah.
Kalau air berubah dengan sesuatu benda yang mujawir yang, cendana, minyak
bunga-bungaan, kapur barus yang keras, maka air itu masih dianggap suci yang
dapat dipakai untuk ber bercuci, sekalipun banyak perubahannya. Karena
perubahan yang sesuatu mujawir itu, ia akan menguap jua. Karena itu air yang
seperti ini dinamakan air yang mutlak, ban dingannya air yang berubah karena
diasapkan dengan dupa atau berubaah baunya karena berdekatan dengan bangkai.
Maka air yang seperti ini masih dianggap air yang suci dan dapt dipergunakan
untuk bersuci, baik berubah sifatnya.[8]
c. Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi
makruh memakainya)
Air yang makruh memakainya menurut hokum syara’ atau juga dinamakan
kahariyatut tanzih ada delapan macam , yaitu:
1. Air yang sangat panas
2. Air yang sangat dingin
3. Air yang berjemur
4. Air di negeri Tsamud selain dari air sumur naqah
5. Air di negeri kaum Luth
6. Air telaga Barhut
7. Air didaerah Babel dan
8. Air ditelaga Zarwan[11]
d. Air musta’mal
Air musta’mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau mencuci
najis) atau air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau
memang tidak berubah dan tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.
3.1 Kesimpulan
“Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan
sah tanpa melaksanakan hal tersebut”. alat untuk bersesuci titu sendiri ada beberapa
macam diantaranya yaitu air, debu, batu, disamak. Melalui macam-macam alat
bersesuci itu sendiri maka telah dijelaskan oleh ulama bahwasanya alat bersesuci
air itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu air thahhir muthahhir (air
mutlak), air thahhir ghairu muthahhir, dan air mutanajjis. Namun di dalam kitab
lain di jelaskan pula bahwa air itu terbagi menjadi empat bagian yaitu air thahhir
muthahhir, air thahhir ghairu muthahhir, air mutanajjis, dan air musyammas.
Wudu’ merupakan bagian dari pada thaharah. Dalam wudu’ ini memiliki
beberapa rukun diantara rukun-rukun berwudu’ yaitu :
A. Niat wudu’.
Yaitu berniat menunaikan kefarduan wudu’, menghilangkan hadas bagi orang yang
selalu hadas, niat thaharah dari hadas atau thaharah untuk menunaikan semacam
ibadah shalat.
B. Membasuh kulit muka.
Batasan bujur muka yaitu antara tempat-tempat tumbuh rambut kepala yang wajar
sampai bawah pertemuan dua rahang. Sedangkan batas lintang muka sendiri yaitu
antara dua telinga.
C. Membasuh dua tangan.
Yaitu dari telapak tangan sampai siku.
D. Mengusap sebagian kepala.
E. Membasuh kedua kaki.
F. Tertib.
Yaitu sebagaimana yang disebuykan di atas, yaitu mendahulukan basuhan
muka, kedua tangan, kepala, lalu kedua kaki.
Tayamum yaitu mengusap wajah dan kedua tangan dengan debu yang suci atas
bagian yang ditentukan sebagai pengganti dari wudu’.
rukun-rukun tayamum yaitu :
1. Berniat memperoleh kewenangan shalat fardu, secara bersamaan memindahkan
debu ke muka.mengusap wajah.
2. Mengusap wajah dengan debu.
3. Mengusap kedua tangan.
4. Tertib.
Mandi merupakan bagian dari pada thaharah.
Diantara sebab-sebab diwajibkannya mandi yaitu : haidh, nifas, wiladah
(melahirkan), meninggal dunia, bersetebuh dengan catatan sampai bertemunya dua
khitan, dan junub.
Sedangkan rukun-rukunnya mandi yaitu :
1. Niat
2. Menyampaikan air keseluruh bagian tubuh.
3.2 Saran
Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
thaharah maka dengan itu penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini para
pembaca yang budiman selalu diberikan hidayah oleh Allah SWT. Karena pada
dasarnya hidayah tidak akan pernah diberikan oleh Allah SWT. Kepada hambnya
jika hambanya tidak mau memiliki sifat kesadaran. Melalui kesadaran itulah
seseorang akan diberikan hidayah oleh Allah SWT.
Semoga para pembaca juga sadar akan pentingnya thaharah. Sehingga jika
umat islam sudah sadar akan pentingnya thaharah sudah barang tentu mereka
semua akan hidup sehat. Serta tidak asal-asalan dalam thaharah. Karena jika
penulis lihat di zaman ini masih banyak orang yang berwudu’ namun masih belum
benar cara mereka mengerjakannya. Masih ada yang berwudu’ seperti capung
mandi. Dalam artian dalam berwudu’ mereka asal bagian anggota wudu’nya
terkena air saja tanpa memperhatikan apakah wudu’nya sudah sah atau belum
menurut kaca mata islam.