PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
toksin, atau kimia (termasuk obat). Ada beberapa tipe hepatitis seperti akut,
peradangan pada hepar dengan gejala klinik berupa penyakit kuning yang
akut disertai malaise, mual dan muntah, serta dapat pula disertai peningkatan
suhu badan (Black & Hawks, 2014; Sanityoso, 2006; Warouw, 2007).
A dan E, sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fekal
oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat,
bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D
cirrhosis dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2
milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap
porta, karsinoma hepatoseluler, dan anemia aplastik (Jeffrey & Scott, 2012;
Black & Hawks, 2014).
dengan infeksi HBV akut dan kronis harus diperhatikan adalah penyakit yang
ditularkan melalui darah yang dapat ditularkan selama hubungan seksual atau pada saat melahirkan.
Profilaksis sangat disarankan, anggota keluarga harus
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Semarang.
2. Tujuan khusus
maupun keperawatan.
dan evaluasi.
C. Manfaat penulisan
Hepatitis B.
3. Bagi masyarakat
A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
a. Hepatitis virus acut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan acut
(Kapita Selekta Kedokteran,2000).
b. Hepatitis dapat didefinisikan sebagai penyakit peradangan hati acut meskipun istilah hepatitis
sering digunakan dalam hubungamnya dengan hepatitis virus,penyakit ini dapat disebabkan kead aan
toksik pada hati,virus dan bakteri (Perawatan medical Bedah,Barbara C Long tahun 1996).
c. Hepatitis merupakan istilah umum untuk setiap inflamasi hati, keadaan ini dapat disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri dan parasit maupun non infeksi (akibat obat dan proses autoimmune)
2. ETIOLOGI
A. Infeksi
i. Infeksi virus
Amoeba
B. Non infeksi
a. Drug-induced hepatitis
b. Autoimune hepatitis
3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik bervariasi, dari yang tidak bergejala (asimptomatik) sampai dengan yang memberikan
gejala (simptomatik) sangat berat.
1) Demam
3) Mual muntah
5) Ikterus
4. PATOFISIOLOGI
Hepatitis terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh virus RNA, baik itu virus HAV, HBV, cidera
agent, fisik atau kimia (non virus). Virus menginfeksi dalam tubuh selama 6 sampai 8 minggu. Antibody
immunoglobulin B melawan hepatitis untuk berkembang selama bertahun-tahun, sehingga
menghasilkan kekebalan terhadap penyakit ini. Dengan masuknya virus ke dalam hati dapat merusak sel
parenkim hati (nekrosis) sangat mempengaruhi metabolisme dalam tubuh (karbohidrat, lemak, protein)
terganggu sehingga asupan nutrisi kurang dengan adanya virus dalam hati, mempengaruhi metabolisme
bilirubin sehingga menimbulkan ikterus.
5. INSIDEN
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis lazim di dunia yang disebabkan oleh infeksi virus. Jumlah kasus
hepatitis A adalah 40 % dari semua kasus hepatitis. Penyakit hepatitis A endemic diantara pengguna
obat intra vena (iv). Hegenitas yang buruk diduga sebagai penyebab rokok penyebaran infeksi
(penyakit). Hepatitis A diantara kelompok pengguna obat intra vena kira-kira 50% dari populasi dunia
terinfeksi virus hepatitis B dan 20 % dari semua kasus hepatitis virus menurut hasil laporan ( DS) adalah
hepatitis C.
6. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, maupun pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi lama keluhan, riwayat demam, riwayat kontak dengan penderita hepatitis, riwayat
minum, obat, riwayat diare. Pemeriksaan fisis : bisa ditemukan adanya ikterus yang dapat dilihat pada
sclera dan mukosa mulut. Pada perabaan abdomen terkadang dapat ditemukan pembesaran hepar
dengan konsistensi kenyal, permukaan licin. Jika ditemukan pembesaran hepar konsistensi keras dan
berbenjol-benjol perlu diperkirakan adanya hepatoma.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium : dapat ditemukan adanya peningkatan bilirubin terutama bilirubin direct (bilirubin 2)
peningkatan transminasi serum (SGOT, SGPT).
2) Radiology
a) USG abdomen : merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dalam mendiagnosis pasien ikterus.
b) CT Scan
3) Biopsi hati
Metode ini sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoseluler kronik atau sirosis hati.
8. TERAPI
a. Tirah baring
c. Suportif
d. Anti virus
e. Antibiotik
B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : bradikardia, (hiperbilirubinemia berat)
c. Eliminasi
d. Makanan / cairan
Tanda : asites
e. Neuro sensoris
f. Nyeri / kenyamanan
nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus).
g. Pernapasan
h. Keamanan
lesi makulopapular,
eksaserbasi jerawat,
angioma jarring-jaring,
eritema palmar,
ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik),
splenomegali, p
i. Seksualitas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi :
1. Observasi, kaji, dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) karakter nyeri (menetap,hilang timbul).
R/ Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan (perbaikan
penyakit,terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
R/ Membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan kembali perhatian yang dapat
menghilangkan nyeri.
Intervensi :
R/ Turah baring lama dapat menurunkan kemampuan,ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang mengganggu periode istirahat.
Intervensi :
R / Untuk mengganti/mengimbangi makanan yang masuk dan mengganti sel -sel yang rusak
1. Awasi masukan dan haluaran,bandingkan berat badan harian,catat kehilangan melalui usus
contoh muntah dan diare.
Intervensi :
1. Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enteric dan pernafasan sesui kebijakan rumah sakit termasuk
cuci tangan efektif.
R / Efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang terpajan,tergantung tipe hepatitis dan
periode inkubasi.
R/ Berguna untuk untuk pasien hepatitis aktif kronis dan pencegahan hepatitis bacterial atau
mencegah/membatasi infeksi sekunder.
Intervensi :
R / Pasien perlu memahami terntang perlunya istirahat adekuat lanjutan dalam mencegah
kekambuhan.
4. Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan atau lebih lama sesuai toleransi
individu.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta, EGC.
Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medical Bedah, (edisi III), Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.
Mansjoer, Arif, (ct al) (2000), Kapita Selecta Kedokteran, (Edisi III, Jilid 2), Jakarta, Melda Aescolapius FK
UI.
Soeparman, (1993), Ilmu Penyakit Dalam, (Edisi 3), Jakarta, Fakultas KUI.
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS UMUM
Umur : 61 thn
Alamat : Rajayya
Agama : Islam
Suku : Makassar
Pendidikan : -
Nama : Ny “M”
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Rajayya
No. Tlp : -
No Rekam Medik : 06 00 07
4. PATOFOSIOLOGI
Patways terlampir.
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat -obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak
dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri
di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah
yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise
2. Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
7 . Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus