Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus,

toksin, atau kimia (termasuk obat). Ada beberapa tipe hepatitis seperti akut,

kronis, fulminant, dan alkoholik. Hepatitis karena virus dapat menyebabkan

peradangan pada hepar dengan gejala klinik berupa penyakit kuning yang

akut disertai malaise, mual dan muntah, serta dapat pula disertai peningkatan

suhu badan (Black & Hawks, 2014; Sanityoso, 2006; Warouw, 2007).

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes RI tahun

2015 penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia

termasuk di Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis

A dan E, sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fekal

oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat,

bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D

(jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan

cirrhosis dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2

milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap

Hepatitis B kronik, sedangkan untuk penderita Hepatitis C di dunia

diperkirakan sebesar 170 juta orang. Terdapat 1,2 % penduduk di Indonesia

mengidap penyakit hepatitis dan kondisi ini meningkat 2 kali lipat

dibandingkan tahun 2007 yaitu sekitar 0,6 %.

Peradangan hepatitis B yang kronis dapat menimbulkan jaringan parut

dalam hati, yang mengakibatkan sirosis dengan disfungsi selular, hipertensi

porta, karsinoma hepatoseluler, dan anemia aplastik (Jeffrey & Scott, 2012;
Black & Hawks, 2014).

Perawat yang berperan memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan infeksi HBV akut dan kronis harus diperhatikan adalah penyakit yang

ditularkan melalui darah yang dapat ditularkan selama hubungan seksual atau pada saat melahirkan.
Profilaksis sangat disarankan, anggota keluarga harus

diperiksa untuk infeksi HBV. Pengukuran pencegahan terbaik adalah

vaksinasi (Pyrsopoulos, 2015).

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Memberikan gambaran asuhan keperawatan terhadap pasien dengan

hepatitis di ruang Baitul Izzah 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

2. Tujuan khusus

a. Menjelaskan konsep dasar penyakit Hepatitis B yang meliputi

pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan

diagnostik, dan penatalaksanaan dari hepatitis B baik secara medis

maupun keperawatan.

b. Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan

Hepatitis B yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, dan fokus intervensi keperawatan.

c. Menjelaskan dan menganalisa asuhan keperawatan pasien dengan

Hepatitis B meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,

dan evaluasi.

C. Manfaat penulisan

1. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai kepustakaan bagi mahasiswa dalam


menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis B.

2. Bagi lahan praktik

Dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan

pelayanan di bidang keperawatan khususnya pada pasien dengan

Hepatitis B.

3. Bagi masyarakat

Sebagai materi dan sumber pengetahuan dalam merawat anggota

keluarganya yang menderita penyakit Hepatitis B.

A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN

a. Hepatitis virus acut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan acut
(Kapita Selekta Kedokteran,2000).

b. Hepatitis dapat didefinisikan sebagai penyakit peradangan hati acut meskipun istilah hepatitis
sering digunakan dalam hubungamnya dengan hepatitis virus,penyakit ini dapat disebabkan kead aan
toksik pada hati,virus dan bakteri (Perawatan medical Bedah,Barbara C Long tahun 1996).

c. Hepatitis merupakan istilah umum untuk setiap inflamasi hati, keadaan ini dapat disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri dan parasit maupun non infeksi (akibat obat dan proses autoimmune)

(Ilmu kesehatan Anak, 1997)

2. ETIOLOGI

A. Infeksi

i. Infeksi virus

a. Virus hepatitis A,B,C,D,E

b. Citomegalovirus, virus ebstein – bar

ii. Infeksi parasit

Amoeba

B. Non infeksi
a. Drug-induced hepatitis

b. Autoimune hepatitis

3. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik bervariasi, dari yang tidak bergejala (asimptomatik) sampai dengan yang memberikan
gejala (simptomatik) sangat berat.

Gejala-gejala yang paling sering ditemukan adalah :

1) Demam

2) Nafsu makan menurun

3) Mual muntah

4) Nyeri tekan pada perut kanan atas

5) Ikterus

6) Urine berwarna kuning the pekat

4. PATOFISIOLOGI

Hepatitis terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh virus RNA, baik itu virus HAV, HBV, cidera
agent, fisik atau kimia (non virus). Virus menginfeksi dalam tubuh selama 6 sampai 8 minggu. Antibody
immunoglobulin B melawan hepatitis untuk berkembang selama bertahun-tahun, sehingga
menghasilkan kekebalan terhadap penyakit ini. Dengan masuknya virus ke dalam hati dapat merusak sel
parenkim hati (nekrosis) sangat mempengaruhi metabolisme dalam tubuh (karbohidrat, lemak, protein)
terganggu sehingga asupan nutrisi kurang dengan adanya virus dalam hati, mempengaruhi metabolisme
bilirubin sehingga menimbulkan ikterus.

5. INSIDEN

Hepatitis A merupakan tipe hepatitis lazim di dunia yang disebabkan oleh infeksi virus. Jumlah kasus
hepatitis A adalah 40 % dari semua kasus hepatitis. Penyakit hepatitis A endemic diantara pengguna
obat intra vena (iv). Hegenitas yang buruk diduga sebagai penyebab rokok penyebaran infeksi
(penyakit). Hepatitis A diantara kelompok pengguna obat intra vena kira-kira 50% dari populasi dunia
terinfeksi virus hepatitis B dan 20 % dari semua kasus hepatitis virus menurut hasil laporan ( DS) adalah
hepatitis C.

6. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, maupun pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi lama keluhan, riwayat demam, riwayat kontak dengan penderita hepatitis, riwayat
minum, obat, riwayat diare. Pemeriksaan fisis : bisa ditemukan adanya ikterus yang dapat dilihat pada
sclera dan mukosa mulut. Pada perabaan abdomen terkadang dapat ditemukan pembesaran hepar
dengan konsistensi kenyal, permukaan licin. Jika ditemukan pembesaran hepar konsistensi keras dan
berbenjol-benjol perlu diperkirakan adanya hepatoma.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Laboratorium : dapat ditemukan adanya peningkatan bilirubin terutama bilirubin direct (bilirubin 2)
peningkatan transminasi serum (SGOT, SGPT).

2) Radiology

a) USG abdomen : merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dalam mendiagnosis pasien ikterus.

b) CT Scan

3) Biopsi hati

Metode ini sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoseluler kronik atau sirosis hati.

8. TERAPI

Bergantung pada etiologi masing-masing hepatitis.

a. Tirah baring

b. Diet tinggi protein

c. Suportif

d. Anti virus

e. Antibiotik

f. Penghentian obat yang diduga sebagai penyebab hepatitis.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Data dasar pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum

b. Sirkulasi
Tanda : bradikardia, (hiperbilirubinemia berat)

Ikterik pada sclera, kulit, membran mukosa

c. Eliminasi

Gejala : urine gelap, diare / konstipasi, fases warna pucat

Adanya / berulangnya hemodialisa.

d. Makanan / cairan

Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia).

Penurunan berat badan atau meningkat (oedema), mual muntah.

Tanda : asites

e. Neuro sensoris

Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

f. Nyeri / kenyamanan

Gejala : keram abdomen,

nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus).

Tanda : otot tegang, gelisah.

g. Pernapasan

Gejala : tidak minat / enggan merokok ( perokok).

h. Keamanan

Gejala: adanya transfuse darah / produk darah.

Tanda : demam, urtikaria,

lesi makulopapular,

eritema tidak beraturan,

eksaserbasi jerawat,

angioma jarring-jaring,

eritema palmar,
ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik),

splenomegali, p

embesaran nodus servikal posterior.

i. Seksualitas

Gejala : pola hidup / perilaku,

meningkatkan risiko terpajan (contoh homoseksual aktif / biseksual pada wanita.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Intervensi :

1. Observasi, kaji, dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) karakter nyeri (menetap,hilang timbul).

R/ Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan (perbaikan
penyakit,terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.

2. Observasi tanda-tanda vital

R/ Sebagai indicator untuk menilai perkembangan

3. Dorong pasien mengginakan tehnik relaksasi:bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan napas


dalam.berikan aktivitas pada waktu senggang.

R/ Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat meningkatkan koping

4. Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan pasien.

R/ Membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan kembali perhatian yang dapat
menghilangkan nyeri.

5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik.

R/ analgetik dapat mengurangi nyeri

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Intervensi :

1. Tingkatkan tirah baring/duduk.Berikan lingkungan tenang; Batasi pengunjung sesuai keperluan.


R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan menyediakan waktu yang digunakan untuk
penyembuhan.Aktivasi dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah kekaki,yang mencegah
sirkulasi optimal kehati.

2. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi,Bantu melakukan rentang gerak sendi pasif/aktif

R/ Turah baring lama dapat menurunkan kemampuan,ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang mengganggu periode istirahat.

3. Dorong pnggunaan tehnik manejemen strees.contoh relaksasi progresif,visualisasi,bimbingan


imajinasi berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV

R / Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,memusatkan kembali perhatian dan dapat


meningkatkan koping.

4. Kolaborasi pemberian obat antiansietas (Diasefam 1,5 mg)

R / Membantu dalam manejemen kebutuhan tidur

5. Awasi dan catat pemeriksaan laboratorium:Bilirubin total dan Bilirubin direc.

R / Membantu dalam mengetahui tingkat bilirubin dalam hati.

3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah

Intervensi :

1. Anjurkan pasien makan sedikit dalam frekuensi sering.

R / Untuk mengganti/mengimbangi makanan yang masuk dan mengganti sel -sel yang rusak

2. Timbang berat badan tiap hari

R / Untuk mengetahui perkembangan berat badan.Apakah mengalami peningkatan atau penurunan .

3. Berikan perawatan mulut sebelum makan.

R / Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.

4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

R / Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.

5. Kolaborasi pemberian obat antiemetik (Nausile dan Curcuma)

R / Dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi makanan.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah


Intervensi :

1. Awasi masukan dan haluaran,bandingkan berat badan harian,catat kehilangan melalui usus
contoh muntah dan diare.

R / Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti efek terapi

2. Timbang berat badan setiap hari.

R / Menimbang berat badan sebagai indicator untuk mengetahui status cairan.

3. Kaji tanda-tanda vital feriver,pengisian kapiler,turgor kulit,dan membrane mukosa.

R / Indicator volume sirkulasi/perfusi.

4. Berikan cairan peroral klien sesuai kebutuhan.

R / Cairan peroral akan membantu memenuhi keseimbangan cairan.

5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

Intervensi :

1. Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enteric dan pernafasan sesui kebijakan rumah sakit termasuk
cuci tangan efektif.

R / Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain

2. Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.

R / Pasien rentang terhadap risiko infeksi (khususnya respitorius potensial komplikasi).

3. Berikan informasi tentang adanya gama globulin.

R / Efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang terpajan,tergantung tipe hepatitis dan
periode inkubasi.

4. Kolaborasi pemberian obat Antivirus.

R/ Berguna untuk untuk pasien hepatitis aktif kronis dan pencegahan hepatitis bacterial atau
mencegah/membatasi infeksi sekunder.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

Intervensi :

1. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit,harapan/prognosis,kemungkinan pilihan pengobatan.


R / Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/salah informasi dan memberikan informasi
tanbahan sesuai keperluan.

2. Berikan informasi khusus tentang pencegahan penularan penyakit.

R / Kebutuhan rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis(agen penyebab)dan situasi


individu.

3. Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat.Batasi


mengangkat berat,latihan keras/olahraga.

R / Pasien perlu memahami terntang perlunya istirahat adekuat lanjutan dalam mencegah
kekambuhan.

4. Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan atau lebih lama sesuai toleransi
individu.

R / Meningkatkan iritasi hepatic dan mempengaruhi pemulihan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta, EGC.

Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medical Bedah, (edisi III), Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Mansjoer, Arif, (ct al) (2000), Kapita Selecta Kedokteran, (Edisi III, Jilid 2), Jakarta, Melda Aescolapius FK
UI.

Price Silvia A, Wilson Larraine M (1994), Patofisiologi, Edisi 4. Jakarta, EGC.

Soeparman, (1993), Ilmu Penyakit Dalam, (Edisi 3), Jakarta, Fakultas KUI.

PENGKAJIAN

I. IDENTITAS UMUM

a. Identitas Diri Klien


Nama : Ny “K”

Tempat tgl lahir : Rajayya

Umur : 61 thn

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Rajayya

Status perkawinan : kawin

Agama : Islam

Suku : Makassar

Pendidikan : -

Pekerjaan : Tidak ada

b. Identitas Keluarga / Sumber Informasi

Nama : Ny “M”

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Rajayya

No. Tlp : -

Hubungan dengan kien : Ibu kien

c. Ruang Rawat : Perawatan Mawar ( Interna wanita )

No Rekam Medik : 06 00 07

Tgl /jam masuk : 08 April 2011/ jam 13.00

Tgl/pengambilan data : 11 April 2011/jam 08.30

Diagnosa masuk : Hepatitis

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan Utama : kien mengeluh sakit perut
2. Riwayat keluhan utama :
P : proses inflamasi pada hati
Q : skala nyeri sedang ( 4 - 6 ) rasa tertusuk jarum, klien tampak meringis
R : perut sebelah kanan atas
S : sakit perut meningkat setelah banyak beraktifitas
T : tidak menetap (hilang timbul)

4. PATOFOSIOLOGI

Patways terlampir.

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat -obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak
dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri
di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah
yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

1. Aktivitas
 Kelemahan
 Kelelahan
 Malaise

2. Sirkulasi
 Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
 Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
 Urine gelap
 Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
 Anoreksia
 Berat badan menurun
 Mual dan muntah
 Peningkatan oedema
 Asites
5. Neurosensori
 Peka terhadap rangsang
 Cenderung tidur
 Letargi
 Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
 Kram abdomen
 Nyeri tekan pada kuadran kanan
 Mialgia
 Atralgia
 Sakit kepala
 Gatal ( pruritus )

7 . Keamanan
 Demam
 Urtikaria
 Lesi makulopopuler
 Eritema
 Splenomegali
 Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
 Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus

Anda mungkin juga menyukai