Anda di halaman 1dari 10

Proses Mekanisme Produksi ASI dan Faktor Yang

Mempengaruhi Produksinya

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayiatau anak kecil dengan air susu ibu (ASI)
dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
susu.Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para
pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh
risiko penggunaan susu formula

Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan
diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula
juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli
sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI . Di banyak negara, pemberian susu
formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare , tetapi apabila pembuatannya
dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai
metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi,
antara lain WHO, American Academy of Pediatrics, dan Departemen Kesehatan.

Laktasi

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari
dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang
berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI dinamakan laktasi.

Pengaruh Hormonal

Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara:

 Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan


estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-
besaran
 Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun
saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui Karena
itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
 Follicle stimulating hormone (FSH)
 Luteinizing hormone (LH)
 Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
 Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya,
seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan
otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan
dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
 Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum
melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI
bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah
medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga
bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.

Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron,


estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode
45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini
juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu
lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun
level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang
produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.

Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih
dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah
kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama
setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

Laktogeneses III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Fase ini dinamakan Laktogenesis III.

Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan
banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh
juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan.

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:

 Kurang sering menyusui atau memerah payudara


 Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
 Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik
 Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
 Kurangnya gizi ibu

Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada
umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI
tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang
aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-
12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui
kapanpun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk
menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang . Tetapi perlu diingat, bahwa
sebaiknya menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar,
sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang

let-down reflex

Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex).
Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu
mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di
payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-
apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi
refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara
bayi, sehingga terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang tidak menyusui bayi
mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap payudara yang satunya lagi. Lama kelamaan,
biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu menjadi lebih stabil.

Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat
terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.
Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi,
pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu
mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan
payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang
tenang.

INDONESIAN BEASTFEEDING NETWORKING We All Support Breastfeeding

https://supportbreastfeeding.wordpress.com

Dashyatnya Manfaat Air Susu Ibu (ASI)


6.7K
FacebookTwitterGoogle+
SHARES
Manusia minum air susu manusia, sapi minum air susu sapi, ini
merupakan prinsip yang tak dapat diubah. Namun entah mulai
kapan di bawah dorongan propaganda beraneka rupa iklan susu
bubuk, membuat masyarakat pada umumnya mempunyai
pemikiran yang salah, yakni susu sapi adalah yang terbaik, baru
kemudian air susu ibu (ASI). Namun pada kenyataannya, coba kita
pikirkan, tiap pabrik susu bubuk dengan segala upaya
memperbaiki susunan gizi dalam susu bubuk, tujuannya adalah
supaya kualitas susu bubuknya sebisa mungkin mirip dengan
kualitas ASI. Maka jelas ASI adalah pilihan paling tepat bagi bayi
anda.

1. Bayi cerdas sehat dan memiliki EQ yang baik

Jika tidak ada suatu masalah khusus, ASI semakin di minum akan semakin bertambah banyak,
jadi tidak perlu merasa kuatir kekurangan. ASI selalu mempunyai suhu standarnya, tingkat
kesegaran yang prima dan bebas bakteri, serta mudah dicerna. ASI mengandung berbagai macam
zat antibodi yang berasal dari ibu, memberi perlindungan terhadap berbagai sumber penularan
penyakit bagi bayi. Bayi yang minum ASI dibanding dengan bayi yang minum susu bubuk
buatan, lebih jarang terjangkit bermacam penyakit akut maupun kronis. ASI juga bisa mengikuti
pertumbuhan bayi dengan otomatis merubah komposisinya, untuk menyesuaikan kebutuhan
setiap tahap masa pertumbuhan bayi. ASI tidak mengandung jenis protein dari benda lainnya,
bisa mengurangi kemungkinan yang mengakibatkan bayi terkena alergi. ASI mengandung
komposisi gizi yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan otak bayi, uji klinis telah
membuktikan bahwa bayi yang dibesarkan dengan ASI, IQ-nya (Intellegencia Quotient) lebih
tinggi. Melalui proses menyusui, pendekatan intim antara bayi dan ibu, lebih mudah
menumbuhkan EQ bayi dalam kepercayaan diri sendiri maupun orang lain.

2. Ibu sehat cantik dan ceria


Ibu yang menyusui setelah melahirkan zat oxytoxin-nya akan bertambah, sehingga dapat
mengurangi jumlah darah yang keluar setelah melahirkan. Kandungan dan perut bagian bawah
juga lebih cepat menyusut kembali ke bentuk normalnya. Ibu yang menyusui bisa menguras
kalori lebih banyak, maka akan lebih cepat pulih ke berat tubuh sebelum hamil. Ketika
menyusui, pengeluaran hormon muda bertambah, menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak
ada kerepotan terhadap masalah menstruasi, pada masa ini juga mengurangi kemungkinan
terjadinya kehamilan diluar rencana. Menyusui setelah melahirkan dapat mempercepat
pemulihan kepadatan tulang, mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis (keropos tulang)
setelah masa menopause. Menurut statistik, menyusui juga mengurangi kemungkinan terkena
kanker indung telur dan kanker payudara dalam masa menopause. Juga ibu yang menyusui tidak
perlu bangun tengah malam untuk mengaduk susu bubuk, ketika pergi bertamasya juga tidak
perlu membawa setumpuk botol dan kaleng susu, bukankah bisa menjadi seorang ibu yang santai
dan gembira.

3. Meringankan beban pengeluaran keluarga

ASI tersedia secara alamiah, ibu hanya perlu menguasai gizi yang seimbang dan cukup, tidak
perlu kuatir kekurangan. Minum ASI bisa menghemat pengeluaran tambahan tiap bulan untuk
membeli susu, tidak perlu beli botol susu dan alat untuk mensterilkan. Lagi pula bayi yang
minum ASI daya tahan tubuhnya lebih kuat, dan jarang menimbulkan efek alergi pada tubuh,
sehingga jarang sakit dan mengurangi pengeluaran biaya pengobatan.

4. Menyayangi bumi, menyukseskan perlindungan alam

ASI bersuhu alami segar bebas bakteri, maka tak perlu dipanaskan dan disteril, bisa mengurangi
pemborosan bahan bakar, lagi pula untuk memenuhi kebutuhan susu bubuk yang berlebihan,
dunia kita membutuhkan berapa alam hijau, bahkan menebang pohon pelindung hutan, untuk
memelihara sapi perah yang lebih banyak? Melepaskan susu bubuk dan menggunakan ASI, bisa
menghemat berapa banyak sampah botol dan kaleng susu yang dibuang? Jika setiap wanita
setelah melahirkan mau menyusui dengan ASI selama 1 tahun, tentunya akan menghemat berapa
banyak pembalut wanita?

Sumber : Dashyatnya Manfaat Air Susu Ibu (ASI) - Bidanku.com


http://bidanku.com/dashyatnya-manfaat-air-susu-ibu-asi#ixzz3nMarIZiw

Manfaat Menyusui (ASI) untuk Ibu dan Bayi


Web Kesehatan 28/04/2015 Keluarga

Banyak penelitian dan praktisi kesehatan mengakui bahwa air susu ibu (ASI) adalah makanan
alami terbaik untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun sangat
dianjurkan untuk bayi hingga berumur 6 bulan. Sayangnya, tingkat pemberian ASI eksklusif di
Indonesia masih tergolong rendah, yakni sebesar 42% berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2013 lalu.
Jumlah ini sebenarnya telah meningkat 10% dibandingkan tahun 2007, namun masih jauh dari
angka yang diharapkan, yaitu 100%. Rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif ini disebabkan
oleh banyak faktor. Seperti ASI yang sulit keluar, kesibukan ibu, terpengaruh iklan susu formula,
hingga kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI.

Manfaat ASI untuk Bayi


Masih banyak ibu yang belum mengetahui bahwa ASI tak hanya memiliki manfaat jangka
pendek, tapi juga jangka panjang untuk bayi. Menyusui pun sangat penting bagi kesehatan fisik
dan mental ibu. Tak heran jika kampanye ASI eksklusif semakin gencar digalakkan di Indonesia.
Simak manfaat menyusui untuk ibu dan bayi berikut ini.

Menyusui memberi banyak manfaat bagi ibu dan bayi.

Melindungi bayi dari berbagai penyakit


Kolostrum, cairan pra-susu yang diproduksi ibu di tahap akhir kehamilan hingga beberapa hari
pasca kelahiran, kaya akan senyawa imunoglobin A (IgA). Senyawa ini mampu membentuk
lapisan pelindung di membran mukosa pada usus, hidung, dan tenggorokan bayi untuk melawan
berbagai penyakit. IgA juga diproduksi secara spesifik sesuai respon tubuh ibu terhadap virus
dan bakteri patogen tertentu sehingga sangat sesuai dengan kondisi bayi.

Ibu yang melahirkan secara prematur pun memproduksi ASI khusus yang cocok untuk sang bayi.
Susu ini mengandung komposisi mirip dengan kolostrum yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuhnya, terutama pada 1 bulan pertama setelah melahirkan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian gangguan pernafasan bawah, virus
perut, diare, infeksi telinga, dan meningitis lebih rendah pada bayi yang diberi ASI. Begitu pula
dengan diabetes tipe 1, tipe 2, hipertensi, kolesterol tinggi, radang usus besar, dan kanker.

Melindungi bayi dari alergi dan asma


Lapisan pelindung yang dibentuk IgA juga bermanfaat untuk mencegah reaksi alergi pada bayi.
Tanpa lapisan tersebut, peradangan dapat terbentuk dan melemahkan dinding usus. Akibatnya,
protein yang tak tercerna dapat menimbulkan alergi dan masalah kesehatan lainnya.

ASI juga lebih mudah dicerna oleh bayi dibandingkan susu formula karena mengandung enzim
yang membantu proses pencernaan. Meski kandungan protein ASI lebih rendah daripada susu
sapi, seluruh protein dalam ASI dapat dicerna oleh bayi. Sedangkan sekitar setengah protein
dalam susu sapi akan terbuang dan berpotensi menimbulkan alergi. Bayi yang diberi susu
formula pun berpotensi lebih tinggi untuk menderita alergi dan asma.

Mencegah gangguan penglihatan


Studi di Bangladesh mengungkap bahwa ASI sangat penting bagi perkembangan visual anak.
Pemberian ASI eksklusif dapat melindungi anak usia pra sekolah dari rabun ayam. Pasalnya, ASI
merupakan sumber utama vitamin A dalam 24 bulan kehidupan anak sehingga diperlukan untuk
mengoptimalkan penglihatannya. ASI juga memiliki antibiotik alami yang dapat melawan
infeksi mata.
Meningkatkan kecerdasan bayi
Banyak penelitian menunjukkan kaitan antara pemberian ASI dan perkembangan fungsi kognitif
anak. Salah satunya, lebih dari 17 ribu bayi diikuti perkembangannya dari lahir hingga berusia
6,5 tahun. Bayi yang diberi ASI eksklusif dan masih disusui setelahnya memiliki peningkatan
perkembangan kognitif yang lebih signifikan dilihat dari hasil tes IQ dan tes intelegensi lainnya.

Bayi prematur dengan berat badan sangat rendah yang segera disusui dengan ASI juga
mengalami peningkatan perkembangan mental di usia 18 bulan dibandingkan bayi prematur lain.
Hasil lebih tinggi mereka dapatkan dalam tes lanjutan di usia 30 bulan. Mereka pun cenderung
lebih jarang masuk rumah sakit lagi karena infeksi pernafasan.

Ikatan emosional antara ibu dan bayi saat menyusui dianggap berkontribusi dalam meningkatkan
kecerdasan otak tersebut. Namun kandungan asam lemak dalam ASI-lah yang diduga
memainkan peranan terpenting.

Mencegah obesitas pada anak


Pemberian ASI dianggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk mengurangi risiko obesitas
saat anak berajak remaja dan dewasa. Diungkap oleh American Academy of Pediatric, efek
paling kuat diperoleh anak yang mendapatkan ASI eksklusif. Semakin lama bayi disusui,
semakin kuat efek tersebut.

Para ahli melakukan analisis dari 17 penelitian yang diterbitkan dalam “American Journal of
Epidemiology” dan menyimpulkan beberapa alasan di balik kaitan ini. Pertama, bayi yang
disusui memiliki pola makan lebih sehat karena rasa lapar mereka terpuaskan saat kecil.

Kedua, ASI memiliki insulin lebih rendah yang dapat menstimulasi pembentukan lemak
dibandingkan susu formula. ASI juga mengandung lebih banyak leptin, hormon yang diyakini
dapat mengatur nafsu makan dan lemak. Berat badan bayi dengan susu formula pun cenderung
meningkat lebih banyak di minggu pertamanya setelah dilahirkan dibandingkan bayi yang diberi
ASI.

Menurunkan risiko sindrom kematian mendadak pada bayi


Sindrom kematian mendadak pada bayi (Inggris: SIDS) merupakan salah satu hal yang sangat
ditakuti para orang tua. Berbagai penelitian dilakukan untuk menyelidiki sindrom yang
umumnya menyerang bayi di bawah usia 1 tahun ini. Meski belum diketahui secara pasti
penyebabnya, pusat Disease Control and Prevention America menyarankan pemberian ASI
untuk menurunkan risiko SIDS.

Penelitian berskala besar di Jerman tahun 2009 lalu juga menyarankan hal yang sama. Para ahli
mengatakan bahwa pemberian ASI, baik eksklusif maupun tidak, berkaitan dengan rendahnya
kejadian SIDS. Mereka menyimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif di usia 1 bulan dapat
menurunkan risiko SIDS hingga setengahnya. Sedangkan National Institute of Environmental
Health Science mengatakan bahwa risiko kematian bayi yang diberi ASI di umur 28 hari – 1
tahun lebih rendah 20% daripada mereka yang tidak.

Manfaat Menyusui untuk Ibu


Menurunkan risiko stress dan depresi Ibu pasca melahirkan
Dari kajian yang dilakukan pada 9 ribu abstrak lebih, NIEHS menyimpulkan bahwa wanita yang
tidak memberikan ASI atau berhenti menyusui lebih awal memiliki risiko lebih tinggi untuk
menderita depresi pasca melahirkan. Pasalnya, menyusui dapat merangsang pelepasan hormon
prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam relaksasi.

Wanita menyusui memiliki kadar oksitosin sebesar 50%, sedangkan wanita yang memberikan
susu formula hanya memiliki 8%. Tekanan darah mereka pun lebih rendah saat diajak berbicara
tentang masalah pribadi yang membuat mereka tertekan. Oksitosin juga membantu pelepasan
ASI dan kontraksi uterus sehingga risiko pendarahan pasca melahirkan lebih rendah.

Menurunkan risiko kanker


Penelitian menunjukkan jika menyusui selama 4 hingga 12 bulan diduga dapat menurunkan
risiko terkena kanker payudara sebanyak 11%. Jumlah ini meningkat hingga 25% pada ibu yang
menyusui selama 24 bulan. Belum diketahui faktor pasti dibalik perlindungan ini, namun diduga
karena adanya perubahan struktural di jaringan payudara saat menyusui dan penekanan jumlah
estrogen yang diproduksi tubuh oleh laktasi. Penekanan estrogen ini juga diperkirakan terkait
dengan penurunan risiko kanker ovarium.

Bayi perempuan yang diberi susu formula pun memiliki risiko kanker payudara lebih besar saat
mereka dewasa. Angkanya bahkan terpaut 25% dari bayi yang diberi ASI baik untuk kanker
payudara premenopause maupun pasca menopause.

Membakar kalori lebih banyak


Menyusui membantu ibu menurunkan berat badannya lebih cepat pasca melahirkan.
Diperkirakan ada 500 kalori tambahan yang terbakar setiap harinya saat Anda menyusui. Ibu
yang memberikan ASI baik eksklusif maupun tidak mengalami penurunan lingkar pinggul dan
berat badan secara signifikan 1 bulan setelah melahirkan dibandingkan ibu yang hanya
memberikan susu formula.

Anda pun tak perlu khawatir menyusui akan membuat payudara kendor. Karena banyak dokter
bedah plastik sepakat bahwa faktor usia, gravitasi, genetik, berat badan, dan gaya hiduplah yang
lebih berpengaruh dibandingkan menyusui.

Alat kontrasepsi alami


Pemberian ASI eksklusif bisa menjadi metode kontrasepsi alami selain sistem kalender. Namun
sang ibu harus aktif menyusui selama setidaknya 1 jam sehari selama 6 bulan dan tidak
memberikan makanan tambahan apapun. Jika masing-masing periode menyusui berlangsung
selama 10 menit, maka ibu harus memberikan ASI sebanyak 6 kali sehari. Saat ibu sering
menyusui, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon prolaktin. Hormon ini mampu
menekan ovulasi sehingga dapat menunda masa subur.

http://webkesehatan.com/manfaat-menyusui-asi-untuk-ibu-dan-bayi/
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna

baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Khairuniyah, 2004).

Menurut Azrul Anwar (2004), ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di

masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak dini. Asi ekslusif adalah

pemberian ASI selama enam bulan pertama (A. August Burns). Memberikan ASI secara

eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial

kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan

komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi,

ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Utami

Roesli, 2004).

http://ilmugreen.blogspot.co.id/2012/07/pengertian-air-susu-ibu-asi.html

Anda mungkin juga menyukai