Mempengaruhi Produksinya
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayiatau anak kecil dengan air susu ibu (ASI)
dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
susu.Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para
pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh
risiko penggunaan susu formula
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan
diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula
juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli
sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI . Di banyak negara, pemberian susu
formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare , tetapi apabila pembuatannya
dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai
metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi,
antara lain WHO, American Academy of Pediatrics, dan Departemen Kesehatan.
Laktasi
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari
dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang
berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI dinamakan laktasi.
Pengaruh Hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara:
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI
bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).
Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah
medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga
bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
Laktogenesis II
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode
45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini
juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu
lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun
level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang
produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih
dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah
kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama
setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogeneses III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan
banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh
juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan.
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada
umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI
tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang
aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-
12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui
kapanpun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk
menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang . Tetapi perlu diingat, bahwa
sebaiknya menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar,
sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang
let-down reflex
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex).
Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu
mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan berbeda-beda, beberapa merasakan geli di
payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-
apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal. Tetapi
refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara
bayi, sehingga terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang tidak menyusui bayi
mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap payudara yang satunya lagi. Lama kelamaan,
biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu menjadi lebih stabil.
Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat
terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.
Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi,
pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu
mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan
payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang
tenang.
https://supportbreastfeeding.wordpress.com
Jika tidak ada suatu masalah khusus, ASI semakin di minum akan semakin bertambah banyak,
jadi tidak perlu merasa kuatir kekurangan. ASI selalu mempunyai suhu standarnya, tingkat
kesegaran yang prima dan bebas bakteri, serta mudah dicerna. ASI mengandung berbagai macam
zat antibodi yang berasal dari ibu, memberi perlindungan terhadap berbagai sumber penularan
penyakit bagi bayi. Bayi yang minum ASI dibanding dengan bayi yang minum susu bubuk
buatan, lebih jarang terjangkit bermacam penyakit akut maupun kronis. ASI juga bisa mengikuti
pertumbuhan bayi dengan otomatis merubah komposisinya, untuk menyesuaikan kebutuhan
setiap tahap masa pertumbuhan bayi. ASI tidak mengandung jenis protein dari benda lainnya,
bisa mengurangi kemungkinan yang mengakibatkan bayi terkena alergi. ASI mengandung
komposisi gizi yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan otak bayi, uji klinis telah
membuktikan bahwa bayi yang dibesarkan dengan ASI, IQ-nya (Intellegencia Quotient) lebih
tinggi. Melalui proses menyusui, pendekatan intim antara bayi dan ibu, lebih mudah
menumbuhkan EQ bayi dalam kepercayaan diri sendiri maupun orang lain.
ASI tersedia secara alamiah, ibu hanya perlu menguasai gizi yang seimbang dan cukup, tidak
perlu kuatir kekurangan. Minum ASI bisa menghemat pengeluaran tambahan tiap bulan untuk
membeli susu, tidak perlu beli botol susu dan alat untuk mensterilkan. Lagi pula bayi yang
minum ASI daya tahan tubuhnya lebih kuat, dan jarang menimbulkan efek alergi pada tubuh,
sehingga jarang sakit dan mengurangi pengeluaran biaya pengobatan.
ASI bersuhu alami segar bebas bakteri, maka tak perlu dipanaskan dan disteril, bisa mengurangi
pemborosan bahan bakar, lagi pula untuk memenuhi kebutuhan susu bubuk yang berlebihan,
dunia kita membutuhkan berapa alam hijau, bahkan menebang pohon pelindung hutan, untuk
memelihara sapi perah yang lebih banyak? Melepaskan susu bubuk dan menggunakan ASI, bisa
menghemat berapa banyak sampah botol dan kaleng susu yang dibuang? Jika setiap wanita
setelah melahirkan mau menyusui dengan ASI selama 1 tahun, tentunya akan menghemat berapa
banyak pembalut wanita?
Banyak penelitian dan praktisi kesehatan mengakui bahwa air susu ibu (ASI) adalah makanan
alami terbaik untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun sangat
dianjurkan untuk bayi hingga berumur 6 bulan. Sayangnya, tingkat pemberian ASI eksklusif di
Indonesia masih tergolong rendah, yakni sebesar 42% berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2013 lalu.
Jumlah ini sebenarnya telah meningkat 10% dibandingkan tahun 2007, namun masih jauh dari
angka yang diharapkan, yaitu 100%. Rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif ini disebabkan
oleh banyak faktor. Seperti ASI yang sulit keluar, kesibukan ibu, terpengaruh iklan susu formula,
hingga kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI.
Ibu yang melahirkan secara prematur pun memproduksi ASI khusus yang cocok untuk sang bayi.
Susu ini mengandung komposisi mirip dengan kolostrum yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuhnya, terutama pada 1 bulan pertama setelah melahirkan.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian gangguan pernafasan bawah, virus
perut, diare, infeksi telinga, dan meningitis lebih rendah pada bayi yang diberi ASI. Begitu pula
dengan diabetes tipe 1, tipe 2, hipertensi, kolesterol tinggi, radang usus besar, dan kanker.
ASI juga lebih mudah dicerna oleh bayi dibandingkan susu formula karena mengandung enzim
yang membantu proses pencernaan. Meski kandungan protein ASI lebih rendah daripada susu
sapi, seluruh protein dalam ASI dapat dicerna oleh bayi. Sedangkan sekitar setengah protein
dalam susu sapi akan terbuang dan berpotensi menimbulkan alergi. Bayi yang diberi susu
formula pun berpotensi lebih tinggi untuk menderita alergi dan asma.
Bayi prematur dengan berat badan sangat rendah yang segera disusui dengan ASI juga
mengalami peningkatan perkembangan mental di usia 18 bulan dibandingkan bayi prematur lain.
Hasil lebih tinggi mereka dapatkan dalam tes lanjutan di usia 30 bulan. Mereka pun cenderung
lebih jarang masuk rumah sakit lagi karena infeksi pernafasan.
Ikatan emosional antara ibu dan bayi saat menyusui dianggap berkontribusi dalam meningkatkan
kecerdasan otak tersebut. Namun kandungan asam lemak dalam ASI-lah yang diduga
memainkan peranan terpenting.
Para ahli melakukan analisis dari 17 penelitian yang diterbitkan dalam “American Journal of
Epidemiology” dan menyimpulkan beberapa alasan di balik kaitan ini. Pertama, bayi yang
disusui memiliki pola makan lebih sehat karena rasa lapar mereka terpuaskan saat kecil.
Kedua, ASI memiliki insulin lebih rendah yang dapat menstimulasi pembentukan lemak
dibandingkan susu formula. ASI juga mengandung lebih banyak leptin, hormon yang diyakini
dapat mengatur nafsu makan dan lemak. Berat badan bayi dengan susu formula pun cenderung
meningkat lebih banyak di minggu pertamanya setelah dilahirkan dibandingkan bayi yang diberi
ASI.
Penelitian berskala besar di Jerman tahun 2009 lalu juga menyarankan hal yang sama. Para ahli
mengatakan bahwa pemberian ASI, baik eksklusif maupun tidak, berkaitan dengan rendahnya
kejadian SIDS. Mereka menyimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif di usia 1 bulan dapat
menurunkan risiko SIDS hingga setengahnya. Sedangkan National Institute of Environmental
Health Science mengatakan bahwa risiko kematian bayi yang diberi ASI di umur 28 hari – 1
tahun lebih rendah 20% daripada mereka yang tidak.
Wanita menyusui memiliki kadar oksitosin sebesar 50%, sedangkan wanita yang memberikan
susu formula hanya memiliki 8%. Tekanan darah mereka pun lebih rendah saat diajak berbicara
tentang masalah pribadi yang membuat mereka tertekan. Oksitosin juga membantu pelepasan
ASI dan kontraksi uterus sehingga risiko pendarahan pasca melahirkan lebih rendah.
Bayi perempuan yang diberi susu formula pun memiliki risiko kanker payudara lebih besar saat
mereka dewasa. Angkanya bahkan terpaut 25% dari bayi yang diberi ASI baik untuk kanker
payudara premenopause maupun pasca menopause.
Anda pun tak perlu khawatir menyusui akan membuat payudara kendor. Karena banyak dokter
bedah plastik sepakat bahwa faktor usia, gravitasi, genetik, berat badan, dan gaya hiduplah yang
lebih berpengaruh dibandingkan menyusui.
http://webkesehatan.com/manfaat-menyusui-asi-untuk-ibu-dan-bayi/
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna
baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Khairuniyah, 2004).
Menurut Azrul Anwar (2004), ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di
masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak dini. Asi ekslusif adalah
pemberian ASI selama enam bulan pertama (A. August Burns). Memberikan ASI secara
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial
kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan
ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Utami
Roesli, 2004).
http://ilmugreen.blogspot.co.id/2012/07/pengertian-air-susu-ibu-asi.html