Anda di halaman 1dari 6

Nama: Zidny Ilman Nafi Ahmed

NIM: 18422162

Kelas: Kewirausahaan Syari’ah - B

A. Ijarah

Pengertian ijarah sendiri menurut bahasa berasal dari kata “alajru” yang berarti “al-
iwadu” dan oleh sebab itu “ath-thawab” (pahala) dinamakan “ajru” (upah).1

Ijarah menurut bahasa arab berarti upah,sewa,jasa, atau imbalan. Al-Ijarah merupakan
bentuk muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa,
kontrak, atau jual jasa dan lain sebagainnya. Sedangkan pengertian ijarah secara syara’ yaitu
melakukan akad mengambil manfaat sesuatu yang diterima dari orang lain dengan jalan
membayar sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan syarat syarat tertentu.2

Dari pengertiaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa upah dalam ijarah diartikan
sebagai suatu bentuk hak pekerja untuk mendapatkan imbalan yang bernilai dalam bentuk
uang yang dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/jasa yang telah ditetapkan menrut
persetujuan dan kesepakatan dalam perjanjian kerja.

Dasar hukum ijarah sendiri terdapat dalam AlQuran, Hadist, serta ‘Ijma para ulama.
Dalam AlQuran banyak surah yang menerangkan mengenai upah misal dalam QS an-
Nahl(16):97
ُ َ ْ َ َ ً َ ً َ ُ َ ْ ُ ََ ٌ ْ ُْ َ َ
ُ ٰ َ َ ‫َم ْن َع ِم َل َص ا ِل ًح ا ِم ْن ذ َك ٍر أ ْو أ ن‬
‫ث َو ه َو ُم ؤ ِم ن ف ل ن ح ِي ي ن ه ح َي اة ط ِّي َب ة ۖ َو ل ن ج ِزي ن ه ْم‬
َ ُ َ ُ َ ْ َ ُ ْ َ
‫أ ج َره ْم ِب أ ح َس ِن َم ا ك ان وا ي ْع َم ل ون‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa tidak ada diskriminasi upah alam
islam, jika mereka mengerjakan pekerjaan yang sama, dan Allah akan memberikan imbalan

1
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006, h.203
2
Syaifullah Aziz, Fiqih Islam Lengkap, Asy-syifa, Surabaya, 2005, h.377
yang setimpal dan lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Sedangkan berdasarkan ‘Ijma
para ulama sepakat bahwa ijarah diperbolehkan. Allah telah mensyariatkan ijarah untuk
kepentingan umat, dan tidak diharamkan pula.

Rukun ijara menurut jumhur ulama dibagi menjadi empat yaitu

a. Aqid (orang yang berakal)

orang yang melakukan akad ijarah ada dua yaitu mu’jir dan mustajir. Mu’jir adalah
orang yang memberikan upah atau yang menyewakan. Sedangkan musta’jir yaitu orang yang
menerima upah untuk melakukan sesuatu atau yang menyewa sesuatu.

Kedua belah pihak haruslah berakal,jika salah satu pihak tidak berakal atau anak kecil
yang belum bisa membedakan mana yang baik ataupun yang buruk, maka akad tidak sah.

b. Sighat Akad

yaitu merupaka proses berupa ijab dan qabul adalah awal penjelasan yang keluar dari
seorang yang berakad sebagai awal kehendeknya dalam melakukan akad ijarah.

c. Ujroh (upah)

yaitu sesuatu yang diberikan kepada musta’jir atas jaasa yang telah diambil
manfaatnya oleh mu’jir.

d. Manfaat

semua harta benda boleh diakadkan ijarah diatasnya, kecuali yang memenuhi syarat
sebagai berikut:

1. Manfaat yang akan disewa haruslah jelas.

2. Objek ijarah diserahterimakan dan dimanfaatkan secara langsung dan tidak


mengandung cacat yang menghalangi fungsinya.

3. Objek ijarah dan manfaatnya tidak bertentangan dengan hukum syara’

4. Objek yang disewakan manfaat langsung dari sebuah benda.

5. Harta benda yang dijarahkan haruslah yang bersifat isy’mali, yaitu harta yang dapat
dimanfaatkan berulangkali tanpa mengakibatkan kerusakan zat ataupun sifat.

Ijarah sendiri dibagi menjadi beberapa macam yaitu


Ijarah mutlaqah,yaitu sewa menyewa. Ijarah mutlaqah terbagi menjadi dua: menyewa
untuk jangka waktu tertentu dan menyewa untuk proyek tertentu. Bentuk yang pertama
diterapkan dalam bentuk sewa menyewa barang/asset, sedangkan bentuk kedua untuk
menyewa pekerja/tenaga ahli dalam usaha tertentu(ujrah wal ‘umulah)

Ijarah multijasa, menurut fatwa DSNyang dimaksud ijarah multijasa yaitu


pembiayaan yang diberikan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam
memperoleh manfaat atas suatu jasa (fatwa DSN No. 44/DSN-MUI/VII/2004 tentang
pembiayaan multijasa).

Sedangkan ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) yaitu, transaksi sewa dengan perjanjian
untuk menjual atau menghibahkan objek sewa diakhir periode sehingga transaksi ini diakhiri
dengan alih kepemilikan objek sewa.

Dalam ijarah muntahiya bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah
satu dari dua cara berikut ini:

a. pihak yang menyewa berjanji akan menjual barang yang akan disewakan tersebut pada
akhir masa sewa.

b. pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa.

Sehingga dapa diambil kesimpulan bahwa Al-Ijarah al-Muhtahiya bit Al-Tamlik


adalah perpaduan anatar kontrak jual beli dan sewwa, lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri
oleh kepemilikan barang ditangan penyewa.

Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang AL-Ijarah Al-Muhtahiyah bit Al-Tamlik


sebagaimana tertuang dalam fatwanya nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 mendefinisikan akad
ini adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari
suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan
barang kepada penyewa.

B. Modal

Pengertian Modal,yaitu untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha diperlukan


sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal dlm bentuk uang diperlukan untuk
membiayai segala keperluan usaha;seperti biaya prainvestasi,pengurusan izin,biaya investasi
untuk pembelian aktiva tetap,sampai modal kerja. Jenis-jenis modal:
a. Modal keahlian adalah keahlian dan kemampuan seseorang untuk mengelola atau
menjalankan suatu usaha.

b. Modal sendiri adalah modal dari pemilik usaha. Kelebihan Modal Sendiri yaitu tidak ada
biaya bunga atau administrasi,tidak tergantung kpd pihak lain,tanpa memerlukan persyaratan
yg rumit,tidak ada keharusan pengembalian modal. Sedangkan kekurangan modal sendiri
yaitu, jumlahnya terbatas, perolehan relative lebih sulit, dan kurang motivasi.

C. Wadiah

Wadi’ah itu diambil dari lafazh wad’ al-sya’I (menitipkan sesuatu) dengan makna
meninggalkannya. Dinamakan sesuatu yang dititipkan seseorang kepada yang lain untuk
menjaganya bagi dirinya dengan wadi’ah karena ia meninggalkannya pada pihak yang
dititipi. Oleh karena itu, secara bahasa, wadi’ah berarti sesuatu yang diletakkan pada selain
pemiliknya agar dipelihara atau dijaga. Macam- Macam Wadi’ah, Wadi’ah dibagi menjadi 2
macam:

a. Wadiah Yad Dhamanah - wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang
titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan
tersebut secara utuh setiap saat kala si pemilik menghendakinya.

b. Wadiah Yad Amanah - wadiah di mana si penerima titipan tidak bertanggungjawab atas
kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut.3
Rukun wadiah sendiri yaitu, dua orang yang berakad penitip(wadi’) dan penerima
titipan(muwadi’), sesuatu yang dititipkan, dan sighat(ijab dan qabul). Syarat Rukun Yang
dimaksud dengan syarat rukun di sini adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh rukun
wadiah. Dalam hal ini persyaratan itu mengikat kepada Muwaddi’, wadii’ dan wadi’ah.
Muwaddi’ dan wadii’ mempunyai persyaratan yang sama yaitu harus balig, berakal dan
dewasa. Sementara wadi’ah disyaratkan harus berupa suatu harta yang berada dalam
kekuasaan/ tangannya secara nyata.

Sifat akad wadiah karena wadiah termasuk akad yang tidak lazim, maka kedua belah
pihak dapat membatalkan perjanjian akad ini kapan saja. Karena dalam wadiah terdapat unsur

3
Rozalinda, fikih Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006,h. 161-162
permintaan tolong, maka memberikan pertolongan itu adalah hak dari wadi’. Kalau ia tidak
mau, maka tidak ada keharusan untuk menjaga titipan.

Namun kalau wadii’ mengharuskan pembayaran, semacam biaya administrasi


misalnya, maka akad wadiah ini berubah menjadi “akad sewa” (ijaroh) dan mengandung
unsur kelaziman. Artinya wadii’ harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap barang yang
dititipkan. Pada saat itu wadii’ tidak dapat membatalkan akad ini secara sepihak karena dia
sudah dibayar.

Landasan hukum wadiah telah dijelaskan dalam alquran salah satunya dalam QS Al-
Baqarah ayat 283 yang artinya: “Maka…, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, hendaknya yang di percaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah tuhannya”

D. Modal Musyarakah

adalah akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik modal (mitra musyarakah)
untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan,
dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung
secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.4 Dasar hukum musyakaraah merupakan
akad yang diperbolehkan berdasarkan alquran,sunnah,dan ‘ijma. Dalam alquran dijelaskan
dalam QS An-Nisa ayat 12.

Rukun musyakarah yaitu ijab qabul, dua belah pihak berakad,objek akad, dan nisbah
bagi hasil. Sedangkan musyarakah dibagi menjadi dua yaitu syirkah Al-Amlak dan Syirkah
Al-Uqud.

E. Modal Mudharabah
Adalah salah satu bentuk kerja sama dalam menggerakkan antara pemilik modal dan
seseorang adalah bagi hasil, yang dilandasi oleh rasa tolong menolong. Sebab ada orang yang
mempunyai modal, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan roda perusahaan.
Secara istilahi mudharabah adalah menyerahkan modal kepada orang yang berniaga sehingga
ia mendapatkan prosentase keuntungan.
Menurut jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga, yaitu : Dua
orang yang melakukan akad (al-aqidani), Modal ( ma’qud alaih ), Shighat (ijab dan qabul ).4

4
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah, h.95

Anda mungkin juga menyukai