Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Menurut Chaplin J.P, skizofrenia adalah istilah umum untuk sekelompok reaksi psikotik
yang dikarakteristikkan dengan menarik diri dari gangguan emosional dalam kehidupan, afeksi, serta
tergantung pada tipenya. Adanya halusinasi, waham, tingkah laku negativitistik, dan deteriorasi yang
agresif.
Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III), definisi
skizofrenia dijelaskan sebagai gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental
dalam pikiran dan persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau tidak wajar.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang umum terjadi dengan karakteristik adanya
kerusakan dan keanehan pada pikiran, persepsi, emosi, pergerakan, dan perilaku.WHO (2012).
Menurut Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revised
(DSM-IV-TR) tipe skizofrenia dibagi menjadi lima, yaitu: tipe paranoid, tipe katatonik, tipe
hebefrenik (disorganized), tipe tidak terinci (undifferentiated), tipe residual.
Salah satu tipe skizofrenia adalah tipe paranoid.Skizofrenia paranoid terjadi karena
melemahnya neurologis dari kognitif, tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik.
Namun, bagaimanapun juga pada fase aktif dari kelainan ini, penderita mengalami gangguan jiwa
berat, dan gejala- gejala tersebut dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
Berdasarkan PPDGJ-III untuk mendiagnosis skizofrenia paranoid harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Halusinasi dan atau waham arus menonjol,
a) suara-suaraNhalusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming) atau
bunyi tawa (laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual ,atau lain-lain, perasaan
tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
1
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata/ tidak menonjol.

B. Prevalensi

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan
berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah
kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai
sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa
berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

C. Etiologi
Berbagai teori tentang penyebab skizofrenia dikemukakan oleh beberapa ahli. Maramis
(2004) mengemukakan bahwa dari berbagai teori-teori tersebut, terdapat dua teori yang memiliki
kedekatan dengan penyebab skizofrenia, yaitu:
1) Data genetik (keturunan)
Dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan
terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%, bagi
saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-16%,
bila kedua orang tua skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%, bagi
kembar satu telur (monozigot) 61-86%. (Maramis, 2004)
2) Faktor Biokimia
Faktor biokimia terdiri dari aktifitas dopamine dimana skizofrenia disebabkan dari
terlalu banyaknya aktifitas dopaminergik.Neuron dopaminergik dalam jalur mesokortial dan
jalur mesolumbik berjalan dari badan selnya diotak tengah ke neuron dopaminoseptik di sistem
limbik dan korteks serebral.Peran penting dopamine adalah konsisten dengan penelitian yang
telah mengukur plasma metabolic dopamine utama, yaitu homovanilic acid.Dalam kondisi
eksperimental yang terkontrol cermat, konsentrasi homovenilic acid dalam system saraf pusat.
3) Faktor Psikososial dan Sosial

2
Faktor psikososial meliputi adanya kerawatan herediter yang semakin lama semakin
kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua anak yang patogenik,
serta interaksi yang patogenik dalam keluarga.

D. Gambaran Klinis
Tidak ada gejala dan tanda klinis yang patognomonis untuk skizofrenia; setiap gejala atau
tanda yang terlihat pada skizofrenia juga ada di gangguan neurologik dan psikiatrik lainnya.Gejala-
gejala seorang pasien dapat berubah sejalan dengan waktu.Misalnya seorang pasien mungkin
mengalami halusinasi intermiten atau kemampuan yang bervariasi dalam menghadapi situasi sosial
secara adekuat, atau gejala- gejala gangguan mood yang bermakna dapat datang dan pergi selama
perjalanan penyakit skizofrenia. Klinisi juga harus mempertimbangkan tingkat pendidikan,
kemampuan intelektual, kultural dan sub kultural.Sebagai contoh, kemampuan yang terganggu untuk
memahami konsep abstrak dapat mencerminkan pendidikan pasien atau intelegensianya.Organisasi
keagamaan dan kebudayaan mungkin memiliki pola-pola yang kelihatan aneh bagi orang di luar
tetapi normal bagi yang terlibat di dalamnya (Sadock dan Sadock, 2007; Goldberg, David dan Gold,
2011; Yeganeh et al., 2011).
Skizofrenia paranoid ditandai oleh preokupasi satu atau lebih waham atau halusinasi
pendengaran yang sering.Umumnya waham besar dan waham kejaran. Biasanya mengalami episode
pertama pada usia yang lebih tua dibandingkan skizofrenia disorganized dan katatonik (Sadock dan
Sadock, 2007).

E. Prognosis
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah
perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia,hanya kira-kira 10-20% pasien
dapat digambarkan memliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki
hasil yang buruk, dengan perawatan dirumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode
gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut,
skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah
dihubungkan dengan prognosis yang baik.

Anda mungkin juga menyukai