Anda di halaman 1dari 26

Adit's Blog

Rabu, 17 September 2014

MAKALAH AMDAL

MAKALAH IPA
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
“AMDAL”

Disusun Oleh:

ADITYA USNAINNURROHIM

14877 / 3 TGB 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PENGASIH

Jalan KRT. Kertodiningrat, Margosari, Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta

Telpon (0274) 773029, Fax. (0274) 774289,773888 e-mail :smkn2pengasih_kp@yahoo.com

2014

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat
dan Karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunanartikel tentang “ Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan “ini dengan lancar tanpa hambatan suatu apapun, dan tidak lupa
shalawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan kita ANabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya serta semua pengikutnya sampai akhir zaman.

Tujuan dari penyusunan artikel ini adalah untuk mengetahui atau menganalisa dampak dari
pembangunan.Artikel ini disusun berdasarkan data yang kami peroleh selama kami
melaksanakan browsing di internet. Dalam penyusunan artikel ini, tentu tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang membantu dari awal mulai hingga terselesaikannya artikel ini. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :

1) Bapak Slamet Sri Bintarso S.Pd selaku Guru Ilmu Pengetahuan Alam, yang senantiasa
membimbing kami dalam ilmu alam.

2) Kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moril maupun
materiil.

3) Teman – teman kelas 3 TGB1 yang senantiasa memberikan semangat dalam belajar serta
semua pihak yang membantu atasterselesaikannya artikel ini.

Kami sangat menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, oleh karena itu segala saran dan kritik dari semua
pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan.

Akhirnya kami berharap semoga artikel ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para
pembaca umumnya, serta dapat membantu perkembangan Ilmu Pengetahuan lainnya.

Kulon Progo, 24 Januari 2014

Aditya
Usnainnurrohim

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i

KATA ii
PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A) Latar belakang........................................................................................................ 1

B) Rumusan masalah................................................................................................... 1

C) Tujuan..................................................................................................................... 2

D) Manfaat................................................................................................................... 2

BAB II ISI MAKALAH/PEMBAHASAN 3

1. Pengertian AMDAL............................................................................................... 3

2. Sejarah AMDAL di indonesia dan dunia............................................................... 4

3. Undang undang yang mengatur tentang AMDAL................................................. 10

4. Proses/prosedur penyusunan AMDAL…............................................................... 13

5. Dokumen-dokumen amdal..................................................................................... 18

6. Manfaat amdal........................................................................................................ 19

7. Metode metode yang digunakan dalam penyusunan 20


amdal...................................
21
8. Kebijakan pembangunan di Indonesia…...............................................................
23
9. Contoh-contoh usaha dan atau kegiatan yang sudah memiliki
amdal....................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 25

Kesimpulan......................................................................................................................... 25

Saran................................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 26

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

AMDAL merupakan suatu alat atau cara yang digunakan dalam mengendalikan perubahan
lingkungan sebelum suatu tindakan kegiatan pembangunan dilaksanakan. Hal ini dilakukan karena
setiap kegiatan pembangunan selalu menggunakan pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan hidupnya, sehingga secara langsung(otomatis) akan terjadi perubahan lingkungan.
Dengan demikian perlu pengaturan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, serta cara mengeliminer dampak, supaya pembangunan-pembangunan yang lainnya dan
berikutnya dapat tetap dilakukan. Hasil utama AMDAL antara lain adalah memperkirakan dampak
yang diakibatkannya, pengelolaan dampak dan pemantauan dampak.

Banyak kasus lingkungan yang akhir-akhir ini terjadi, baik di tingkat Negara kita, bahkan di
tingkat global dunia. Sebagai contoh kasus lumpur lapindo yang telah menjadi masalah nasional
Indonesia, dan sampai ini belum tuntas penyelesainnya. Kenyataan menyatakan bahwa kasus ini
menimbulkan efek yang sangat besar dari rusaknya lahan sekitar lokasi serta kerugian yang
dirasakan warga masyarakat, tidak sedikit yang kehilangan rumah, lahan pertanian, pekerjaan
bahkan ada pula yang sampai terpisah dengan anggota keluarganya.

Di tingkat Internasional, baru-baru ini terjadi kasus gempa dan tsunami yang melanda
Jepang, dan menimbulkan dampak meledaknya reactor bertenaga nuklir yang telah melepaskan
radiasi yang tinggi dan membahayakan bagi seluruh makhluk disekitar lokasi. Meski berbagai upaya
telah dilakukan namun kejadian ini menjadi sorotan dunia. Dan berbagai Negara ikut prihatin dan
ikut serta untuk memberikan bantuan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari penjelasan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1) Apakah pengertian AMDAL ?

2) Bagaimana sejarah AMDAL di Indonesia dan di dunia ?

3) Sebutkan undang-undang yang mengatur tentang AMDAL !

4) Sebutkan prosedur penyusunan AMDAL !

5) Sebutkan dokumen-dokumen AMDAL !

6) Sebutkan manfaat AMDAL !

7) Metode apakah yang digunakan dalam penyusunan AMDAL ?

8) Kebjakan pembangunan di Indonesia ?

9) Sebutkan usaha dan kegiatan yang sudah dimiliki AMDAL !

C. TUJUAN

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis dapat menyimpulkan tujuan, yaitu:


1) Mendiskripsikan pengertian AMDAL

2) Menyebutkan beberapa kebijakan tentang AMDAL

3) Menyebutkan aspek yang dikaji dalam AMDAL

4) Menyebutkan prosedur dalam AMDAL

5) Mendeskripsikan hubungan antara AMDAL dan pembangunan

6) Mendeskripsikan tentang audit lingkungan

D. MANFAAT

Adapun manfaat daripada penulisan makalah ini, diharapkan dapat:

1) Mengetahui pengertian AMDAL yang benar

2) Sebagai buku panduan dalam belajar AMDAL

3) Dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang hubungan AMDAL dengan


pembangunan

4) Mengetahui manfaat AMDAL bagi kehidupan sehari-hari

5) Menambah pengetahuan siswa tentang AMDAL

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AMDAL

AMDAL adalah hasil studi atau telaah secarah cermat tentang dampak penting suatu
kegiatan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan atau
proyek yang akan dilaksanakan, sedangkan AMDAL adalah keseluruhan dari hsil studi
yang disusun secara sistematis dan merupakan satu kesatuan dalam bentuk dokumentasi
yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan.
AMDAL yaitu singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian
mengenai dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai
pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek layak atau tidak layak
lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan
mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat.
Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan
hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh
teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi
dampak negatif lebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan,
maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana
kegiatan yang diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan
pembangunannya.
2. SEJARAH AMDAL DI INDONESIA
Sebenarnya AMDAL itu sudah mulai berlaku di Indonesia pada tahun 1986 karena
berlakunya PP No. 29 Tahun 1986. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari studi kelayakan
pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Tujuannya untuk memastikan bahwa
pembangunan suatu rencana/atau kegiatan yang akan dilaksanakan bermanfaat dan tidak
mengorbankan lingkungan hidup. Lambat laun karena pelaksanaan aturan tersebut terhambat
akibat sifat birokratis maupun metodologis, maka sejak 23 Oktober 1993 pemerintah RI mencabut
PP.29.19986 kemudian menggantinya dengan PP.51.1993. Diterbitkannya Undang-Undang No. 23.
1997, maka PP.51.1993 perlu penyesuaian, sehingga pada tanggal 7 Mei 1999, Pemerintah RI
menerbitkan PP. No. 27 Tahun 1999 sebagai penyempurnaan PP. 51. 1993. Efektif berlakunya PP.
No. 27 Tahun 1999 mulai 7 November 2000 dan satu hal penting yang diatur dalam PP No. 27 Tahun
1999 ini adalah pelimpahan hampir semua kewenangan penilaian AMDAL kepada daerah.

Ketentuan-ketentuan di atas mengacu pada peraturan pemerintah PP. No. 27 Tahun 1999
Pasal 1 butir 1. Peraturan ini masih berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Selain mengacu pada
peraturan tersebut di atas, maka landasan peraturan pemerintah tersebut di atas mengacu pada
undang-undang yaitu UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Jadi sudah
jelas acuan peraturan dan perundangannya, jadi sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia kita
wajib melaksanakannya sebagai perwujudan berbangsa dan bermasyarakat yang baik

3. SEJARAH AMDAL DI DUNIA

1) AMDAL DI AUSTRALIA

Sejarah AMDAL di Australia dapat dikaitkan dengan diberlakukannya Kebijakan


Lingkungan Nasional AS (US National Environment Policy Act (NEPA)) pada tahun 1970, yang
membuat penyusunan laporan dampak lingkungan suatu kebutuhan. Di Australia, orang
mungkin mengatakan bahwa prosedur AMDAL diperkenalkan di Tingkat Negara sebelum itu
dari Commonwealth (Federal), dengan sebagian besar negara memiliki pandangan berbeda
dengan Persemakmuran. Salah satu negara perintis adalah New South Wales, yang Negara
Pengendalian Pencemaran Komisi menerbitkan pedoman AMDAL pada tahun 1974.

Pada tingkat (Federal) Persemakmuran, ini diikuti dengan melewatkan Perlindungan


Lingkungan (Dampak Proposal) Undang-Undang pada tahun 1974. Perlindungan Lingkungan
dan Konservasi Keanekaragaman Hayati 1999 (the Environment Protection and Biodiversity
Conservation Act (EPBC)) digantikan Perlindungan Lingkungan (Dampak Proposal) Undang-
Undang 1974 dan adalah bagian utama saat ini AMDAL di Australia pada tingkat (Federal)
Commonwealth.

Poin penting untuk dicatat adalah bahwa ini UU Persemakmuran tidak mempengaruhi
validitas dari Amerika dan Wilayah lingkungan dan penilaian pengembangan dan persetujuan.
Melainkan EPBC berjalan sebagai paralel dengan Sistem Negara / Wilayah Tumpang tindih
antara federal dan negara bagian persyaratan ditujukan melalui perjanjian bilateral atau salah
satu accredition off proses negara, sebagaimana diatur dalam UU EPBC. Tingkat
Persemakmuran Undang-undang EPBC menyediakan kerangka hukum untuk melindungi dan
mengelola secara nasional dan internasional flora yang penting, fauna, komunitas ekologi dan
warisan tempat-didefinisikan dalam UU EPBC sebagai masalah “signifikansi lingkungan
nasional”. Berikut adalah delapan hal-hal yang “signifikansi lingkungan nasional” yang berlaku
ACT EPBC:

a) Situs Warisan Dunia

b) Nasional Warisan tempat

c) RAMSAR lahan basah penting internasional

d) Dipasang spesies terancam dan komunitas ekologi

e) Spesies yang bermigrasi dilindungi oleh perjanjian internasional

f) Persemakmuran lingkungan laut

g) Nuklir tindakan (termasuk penambangan uranium)

h) National Heritage

Selain itu, UU EPBC bertujuan memberikan penilaian nasional yang efisien dan proses
persetujuan untuk kegiatan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Commonwealth, atau agennya,
di mana saja di dunia atau kegiatan di Commonwealth tanah, dan kegiatan yang terdaftar
sebagai memiliki “dampak yang signifikan” pada hal-hal yang “signifikansi lingkungan
nasional”. UU EPBC datang ke dalam bermain ketika seseorang (suatu 'pendukung') ingin
tindakan (sering disebut 'usulan' atau 'proyek') dinilai untuk dampak lingkungan berdasarkan
Undang-Undang EPBC, dia harus merujuk proyek kepada Departemen Lingkungan, Air,
Warisan dan Seni (Australia). Rujukan ini kemudian dirilis ke publik, serta menteri negara
bagian, teritori dan Persemakmuran relevan, untuk mengomentari apakah proyek tersebut
cenderung memiliki dampak yang signifikan terhadap masalah-masalah penting lingkungan
nasional.

Departemen Lingkungan Hidup, Air, Warisan dan Seni menilai proses dan membuat
rekomendasi kepada menteri atau delegasi untuk kelayakan. Kebijaksanaan pada keputusan
akhir tetap menteri, yang tidak semata-mata didasarkan pada masalah-masalah “signifikansi
nasional lingkungan”, tetapi juga pertimbangan dampak sosial dan ekonomi dari proyek.
Menteri Pemerintah Australia lingkungan tidak dapat campur tangan dalam usulan jika tidak
memiliki dampak yang signifikan terhadap salah satu dari delapan hal-hal yang “signifikansi
lingkungan nasional” meskipun fakta bahwa mungkin ada yang lain dampak lingkungan yang
tidak diinginkan. Hal ini terutama disebabkan divisi kekuasaan antara Amerika dan pemerintah
Federal dan karena yang menteri lingkungan Pemerintah Australia tidak bisa membatalkan
keputusan negara.
Ada hukuman perdata dan pidana yang ketat untuk pelanggaran UU EPBC. Tergantung
pada jenis pelanggaran, hukuman sipil (maksimum) mungkin naik ke $ 550.000 untuk individu
dan $ 5.500.000 untuk tubuh perusahaan, atau untuk hukuman pidana (maksimum) dari tujuh
tahun penjara dan/atau denda $ 46,200. Tingkat Negara Bagian dan Wilayah Australian Capital
Territory (ACT) AMDAL di ACT diberikan dengan bantuan dari Bagian 4 dari Tanah
(Perencanaan dan Lingkungan) Undang-Undang 1991 (Tanah Act) dan Rencana Wilayah
(rencana penggunaan lahan).

2) AMDAL DI SOUTH AUSTRALIA (SA)

Alat yang mengatur lokal untuk AMDAL di Australia Selatan adalah Undang-Undang
Pembangunan 1993. Ada tiga tingkat penilaian mungkin di bawah Undang-Undang dalam
bentuk pernyataan dampak lingkungan (EIS), laporan lingkungan publik (PER) atau Laporan
Pembangunan (DR). Tasmania (TAS) Di Tasmania, sebuah sistem terpadu dari undang-undang
digunakan untuk mengatur proses pembangunan dan persetujuan, sistem ini adalah
campuran dari Manajemen Lingkungan dan Pengontrol Pencemaran 1994 (the Environmental
Management and Pollution Control (EMPCA)), Rencana Penggunaan Lahan dan Persetujuan
Undang-Undang 1993 (Land Use Planning and Approvals Act (LUPAA)), Kebijakan dan Proyek
Negara UU 1993 (State Policies and Projects Act (SPPA)), dan Manajemen Sumber Daya dan
Perencanaan Pengadilan Banding Act 1993.

3) AMDAL DI KANADA

Penilaian Undang-Undang Lingkungan Kanada (The Canadian Environmental


Assessment Act (CEAA)) adalah dasar hukum untuk penilaian proses lingkungan federal
(Environmental Assessment (EA)). CEAA mulai berlaku pada tahun 1995. Amandemen legislatif
diperkenalkan pada tahun 2001 dan mulai berlaku pada tanggal 30 Oktober 2003. EA adalah
didefinisikan sebagai alat perencanaan untuk mengidentifikasi, memahami, menilai dan
mengurangi, jika mungkin, efek lingkungan dari sebuah proyek. Di bawah CEAA, semua
departemen pemerintah federal dan badan-badan yang diperlukan untuk melakukan EA untuk
proyek-proyek yang berkaitan dengan pekerjaan fisik dan untuk setiap aktivitas fisik yang
diusulkan tercantum dalam Peraturan Inklusi Daftar tempat latihan satu atau lebih dari CEAA
berikut pemicu:

a) Mengusulkan atau melakukan proyek

b) Hibah uang atau bentuk lain dari bantuan keuangan untuk proyek

c) Hibah minat di tanah untuk memungkinkan proyek yang akan dilaksanakan

d) Latihan kewajiban regulasi dalam kaitannya dengan proyek

Seperti menerbitkan izin atau lisensi yang disertakan dalam Peraturan Hukum Daftar.
Jika sebuah departemen pemerintah federal atau lembaga latihan satu atau lebih dari yang
disebutkan di atas memicu, itu menjadi Otoritas yang Bertanggung Jawab (Responsible
Authority (RA)) di bawah CEAA. Sebagai RA, departemen federal atau lembaga yang
bersangkutan harus memastikan bahwa EA dilakukan sesuai dengan CEAA dan harus
mempertimbangkan temuan EA sebelum keputusan dibuat yang dapat memungkinkan proyek
untuk melanjutkan.

4) AMDAL DI CINA
Hukum Penilaian Dampak Lingkungan (AMDAL UU) memerlukan penilaian dampak
lingkungan harus diselesaikan sebelum proyek konstruksi. Namun, jika pengembang yang
benar-benar mengabaikan persyaratan ini dan membangun proyek tanpa mengirimkan
pernyataan dampak lingkungan, satu-satunya hukuman adalah bahwa biro perlindungan
lingkungan (the Environmental Protection Bureau (EPB)) mungkin memerlukan pengembang
untuk melakukan penilaian make-up lingkungan. Jika pengembang tidak menyelesaikan make-
up penilaian dalam waktu yang ditetapkan, hanya kemudian adalah EPB yang berwenang
untuk pengembang baik.

Meskipun demikian, denda mungkin adalah dibatasi pada maksimum sekitar, US $


25.000 sebagian kecil dari biaya keseluruhan proyek-proyek besar yang paling. Kurangnya
mekanisme penegakan yang lebih ketat telah menghasilkan persentase yang signifikan dari
proyek tidak menyelesaikan secara hukum diharuskan penilaian dampak lingkungan sebelum
konstruksi. Administrasi Perlindungan Lingkungan Negara Cina (State Environmental
Protection Administration (SEPA)) digunakan undang-undang untuk menghentikan 30 proyek
pada tahun 2004, termasuk tiga hidro-pembangkit listrik di bawah Tiga Ngarai Proyek
Perusahaan. Meskipun satu bulan kemudian (Catatan sebagai titik acuan, bahwa AMDAL khas
untuk sebuah proyek besar di Amerika Serikat memakan waktu satu sampai dua tahun).
Sebagian dari 30 proyek dihentikan kembali konstruksi mereka, dilaporkan lulus penilaian
lingkungan, kenyataan bahwa pembangunan proyek-proyek kunci yang pernah ditangguhkan
adalah penting.

Sebuah penyelidikan bersama oleh SEPA dan Departemen Tanah dan Sumber Daya
pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 30-40% dari proyek pertambangan konstruksi pergi
melalui prosedur penilaian dampak lingkungan yang diperlukan, sementara di beberapa
daerah hanya 6-7% yang melakukannya. Ini sebagian menjelaskan mengapa Cina telah
menyaksikan begitu banyak kecelakaan tambang dalam beberapa tahun terakhir. SEPA saja
tidak dapat menjamin penegakan hukum lingkungan penuh dan peraturan, mengamati
Profesor Wang Canfa , direktur pusat untuk membantu korban lingkungan di Cina Universitas
Ilmu Politik dan Hukum . Bahkan, menurut Wang, tingkat hukum lingkungan hidup China dan
peraturan yang benar-benar ditegakkan diperkirakan hampir 10%.

5) AMDAL DI AMERIKA SERIKAT

Di bawah hukum lingkungan Amerika Serikat suatu Penilaian Lingkungan (EA)


dikompilasi untuk menentukan kebutuhan untuk Pernyataan Dampak Lingkungan
(Environmental Impact Statement (EIS)), dan berasal dalam Undang-Undang Kebijakan
Lingkungan Nasional (NEPA), yang disahkan pada tahun 1969. Tindakan tertentu dari
pemerintah federal instansi harus didahului oleh EA atau EIS. Berlawanan dengan
kesalahpahaman yang meluas, NEPA tidak melarang pemerintah federal atau pemegang
lisensinya merusak lingkungan, juga tidak menentukan hukuman apapun jika EA atau EIS
ternyata tidak akurat, sengaja atau sebaliknya. NEPA mensyaratkan bahwa pernyataan yang
masuk akal untuk dampak prospektif diungkapkan di muka. Tujuan dari proses NEPA adalah
untuk memastikan bahwa pembuat keputusan sepenuhnya diberitahu tentang aspek
lingkungan dan konsekuensi sebelum membuat keputusan akhir.

Penilaian Lingkungan (EA) adalah suatu analisis lingkungan disiapkan sesuai dengan
Undang-undang Kebijakan Lingkungan Nasional untuk menentukan apakah suatu tindakan
federal secara signifikan akan mempengaruhi lingkungan dan dengan demikian memerlukan
Pernyataan Dampak Lingkungan yang lebih rinci (EIS). Dirilis dari hasil Penilaian Lingkungan
baik Mencari Dampak yang Tidak Signifikan (Finding of No Significant Impact (FONSI)) atau
Pernyataan Dampak Lingkungan (EIS). Penilaian lingkungan adalah dokumen publik yang
ringkas yang disiapkan oleh lembaga aksi federal yang berfungsi untuk:

a) Memberikan bukti yang cukup singkat dan analisis untuk menentukan apakah perlu
mempersiapkan EIS atau Mencari Dampak yang Tidak Signifikan (FONSI)

b) Menunjukkan kepatuhan dengan tindakan ketika EIS tidak diperlukan

c) Memfasilitasi penyusunan EIS ketika Fonsi tidak dapat ditunjukkan Penilaian Lingkungan
termasuk diskusi singkat tentang tujuan dan kebutuhan proposal dan sebagai alternatif
yang dibutuhkan oleh CFR 102 (2) (E)

Dampak lingkungan dari tindakan yang diusulkan dan alternatif, serta daftar lembaga
dan stakeholder berkonsultasi. Badan tindakan harus menyetujui EA sebelum dibuat tersedia
untuk umum. EA dibuat publik melalui pemberitahuan ketersediaan dengan lokal, negara,
atau rumah kliring daerah, surat kabar, dll Ada periode peninjauan 15-30 hari diperlukan untuk
Penilaian Lingkungan, saat dokumen dibuat tersedia untuk komentar publik. Sebuah lembaga
akan merilis baik Draft Penilaian Lingkungan (EA Draft) atau Draft Pernyataan Dampak
Lingkungan (Dei) untuk memberikan komentar. Pihak yang berkepentingan dan masyarakat
umum memiliki kesempatan untuk mengomentari draft, setelah itu badan akan mengatasi
semua komentar yang diterima dan menyiapkan dokumen keputusan, baik FONSI,
Pemberitahuan Niat (Notice of Intent (NOI)) untuk mempersiapkan EIS atau Rekaman
Keputusan untuk EIS. Badan ini kemudian akan menyetujui ‘Pengkajian Akhir Lingkungan’
(Akhir EA) atau Pernyataan Akhir Dampak Lingkungan (the Final Environmental Assessment
(FEIS)).

Mengomentari Draft EA biasanya dilakukan secara tertulis atau email, diserahkan


kepada lembaga utama sebagaimana didefinisikan dalam Pemberitahuan Ketersediaan. Draft
EIS ini membutuhkan audiensi publik, sehingga komentar dapat dibuat secara pribadi, serta
dalam menulis. Kadang-kadang, badan kemudian akan merilis "Pengkajian Lingkungan
Tambahan" (Tambahan EA) atau Pernyataan Dampak Lingkungan Tambahan (Supplemental
Environmental Impact Statement (SEIS)), jika parameter proyek atau kondisi lingkungan
berubah secara substansial setelah penerbitan FONSI atau ROD.

Kecukupan dari sebuah EIS dapat ditantang di pengadilan federal. Usulan proyek utama
telah diblokir karena kegagalan sebuah instansi untuk mempersiapkan EIS diterima. Salah satu
contoh yang menonjol adalah TPA Westway dan pembangunan jalan raya di dan di sepanjang
Sungai Hudson di New York City . Lain halnya yang menonjol melibatkan Sierra Club
menggugat Departemen Perhubungan Nevada atas penolakan permintaan Sierra Club untuk
mengeluarkan EIS tambahan menangani udara emisi partikulat dan polusi udara berbahaya
dalam kasus pelebaran US Highway 95 melalui Las Vegas. Kasus ini mencapai Pengadilan
Banding Amerika Serikat untuk Sirkuit Kesembilan, yang menyebabkan pembangunan di jalan
raya sedang dihentikan sampai pengadilan keputusan akhir. Kasus ini diselesaikan sebelum
keputusan akhir pengadilan.

Beberapa pemerintah negara yang telah mengadopsi sedikit NEPA, undang-undang


negara memaksakan persyaratan EIS untuk tindakan negara tertentu. Beberapa undang-
undang negara seperti UU Lingkungan Kualitas California merujuk pada studi dampak
lingkungan diperlukan sebagai laporan dampak lingkungan. Struktur Penilaian Lingkungan
generik adalah sebagai berikut:
a) Ringkasan

b) Pengenalan, struktur, latar belakang, tujuan dan Kebutuhan Aksi, Usulan Aksi, Kerangka,
Keputusan, Keterlibatan Publik dan Isu

c) Alternatif, termasuk Aksi Usulan o Alternatif o Umum untuk Semua Alternatif Mitigasi o
Perbandingan Alternatif

d) Konsekuensi Lingkungan

e) Konsultasi dan Koordinasi Berbagai persyaratan ini negara adalah menghasilkan data
tebal bukan hanya pada dampak proyek individu, tetapi juga untuk menjelaskan bidang
ilmiah yang belum cukup diteliti

Sebagai contoh, dalam Laporan Dampak Lingkungan yang tampaknya rutin untuk kota
Monterey, California, informasi datang untuk cahaya yang menyebabkan daftar spesies
terancam punah resmi pemerintah federal Hickman yang potentilla, sebuah pantai bunga liar
yang langka.

4. PERBANDINGAN PROSES AMDAL DI INDONESIA

Perbandingan proses AMDAL di Indonesia memiliki banyak kelemahan, yaitu:

1) AMDAL belum sepenuhnya terintegrasi dalam proses perijinan suatu rencana kegiatan
pembangunan, sehingga tidak terdapat kejelasan apakah Amdal dapat dipakai untuk menolak
atau menyetujui suatu rencana kegiatan pembangunan.

2) Proses partisipasi masyarakat belum sepenuhnya optimal. Selama ini LSM telah dilibatkan
dalam sidang-sidang komisi AMDAL, akan tetapi suaranya belum sepenuhnya diterima di dalam
proses pengambilan keputusan.

3) Terdapatnya berbagai kelemahan di dalam penerapan studi-studi AMDAL. Dengan kata lain,
tidak ada jaminan bahwa berbagai rekomendasi yang muncul dalam studi AMDAL serta UKL dan
UPL akan dilaksanakan oleh pihak pemrakarsa.

4) Masih lemahnya metode-metode penyusunan AMDAL, khususnya aspek sosial budaya,


sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan yang implikasi sosial budayanya penting, kurang
mendapat kajian yang seksama.

Jadi, dapat dikatakan bahwa persoalan lingkungan hidup di Indonesia baru didekati secara
kelembagaan dan baru berhasil dalam tingkat politis, tetapi masih gagal dalam tingkat
pelaksanaannya. Jika kita membandingkan NEPA 1969 dengan peraturan negara lain hasil
adopsinya, maka akan banyak terdapat persamaan serta perbedaan yang menciptakan keunikan
masing-masing. Kanada, salah satu negara tetangga Amerika Serikat, juga mengadopsi peraturan
itu meskipun dalam perkembangannnya, ada karakter-karakter unik yang kemudian muncul. Di
negara Mesir, Polandia, dan Turki, pengaturan mengenai dampak lingkungan lebih bersifat
desentralisasi.

Di Asia Tenggara, Negara Philipina-lah yang merupakan negara paling maju dalam peraturan
perundang-undangan mengenai lingkungan hidup. Ini bisa dilihat dengan banyaknya undang-
undang yang mengatur secara lengkap dan mendetail mengenai masalah lingkungan, termasuk
didalamnya mengenai amdal. “Di Indonesia hampir 84 persen dokumen amdal belum memenuhi
syarat, 16 persen berkriteria baik, tapi belum memenuhi syarat ideal,” tukas Harry Supriyono, salah
satu pakar amdal dari Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM mengenai kualitas dokumen
amdal. “Banyak yang masih sebatas amdal-amdalan”.

3. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR TENTANG AMDAL

Dalam UU No 32 Tahun 2009, AMDAL mendapat porsi yang cukup banyak dibandingkan
instrumen lingkungan lainnya, dari 127 pasal yang ada, 23 pasal diantaranya mengatur tentang
AMDAL. Tetapi pengertian AMDAL pada UU No. 32 Tahun 2009 berbeda dengan UU No. 23 Tahun
1997, yaitu hilangnya “dampak besar”. Jika dalam UU No. 23 Tahun 1997 disebutkan bahwa
“AMDAL adalah kajian mengenaidampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup ......”, pada UU No. 32 Tahun 2009 disebutkan bahwa “
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
.....”.

A) Undang-undang No. 23 Tahun 1997

Undang-undang No. 23 tahun 1997 mempunyai bebetrapa pasal, yaitu:

a) Pasal 4: Tantang Pengelolaan Lingkungan (keserasian manusia dan lingkungan, manusia


sebagai pelindung lingkungan, kelestarian lingkungan berkelanjutan, perlindungan
lingkungan dari dampak kegiatan ekonomi social)

b) Pasal 14: Tentang Pelestarian Lingkungan (setiap kegiatan dilarang melanggar baku mutu
lingkungan, pemerintah pemegang pengawasn baku mutu lingkungan, pemerintah
menentukan kriteria dan indicator baku mutu lingkungan)

c) Pasal 15: Tentang Perlindungan Lingkungan (setiap rencana kegiatan wajib memiliki
AMDAL, tata cara penyusunan AMDAL ditetapkan oleh pemerintah)

d) Pasal 19: Tentang Pertimbangan Izin (rencana tata ruang, pendapat masyarakat, analisis
professional, rekomendasi pejabat pemerintah)

B) PP No. 27 Tahun 1999

Selain undang-undang No. 23 tahun 1997, ada PP No. 27 tahun 1999. Pasal 3 dalam
PP tersebut pada ayat (1) disebutkan bahwa usaha dan atau kegiatan yang kemungkinan
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, meliputi:

a) Perubahan bentuk lahan dan bentang alam

b) Eksploitasi sumber daya alam proses kegiatan yang secara potensi dapat menimbulkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

c) Proses atau kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi kelestarian alam

C) KEPMENLH Nomor 17 Tahun 2001


Keputusan mentri lingkungan hidup nomor 17 tahun 2001 merupakan regulasi ketiga
yang digunakan untuk menentukan bentuk kajian lingkungan yang akan dilakukan. Terdapat
empat hal penting dalam KEPMEN tersebut, yakni :

a) Jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapai dengan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup adalah sebagaimana dimaksud dalam lampiran keputusan
tersebut.

b) Apabila skala atau besaran suatu jenis rencana usaha dan atau kegiatan lebih kecil daripada
skala/besaran yang tercantum dalam lampiran keputusan ini akan tetapi atas dasar
pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan serta tipologi
ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap lingkungan hidup, maka
bagi jenis usaha dan atau kegiatan tersebut dapat ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau
Gubernur untuk wilayah daerah khusus ibukota Jakarta sebagai jenis usaha dan atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

c) Jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang tidak termasuk dalam lampiran keputusan ini
tetapi lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

d) Apabila Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah daerah khusus ibukota dan atau
masyarakat menganggap perlu untuk mengusulkan jenis rencana usaha dan atau kegiatan
yang tidak tercantum dalam lampiran keputusan ini tetapi jenis rencana usaha dan atau
kegiatan tersebut dianggap mempunyai dampak penting terhadap lingkungan, maka
Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah khusus ibukota Jakarta dan atau masyarakat
wajib memberikan usulan secara tertulis kepada mentri Negara Lingkungan Hidup.

D) Kebijakan Internasional

a) Deklarasi Stockhlom tahun 1972 (Eco Development Concepts)

b) Deklarasi Rio De Jeniro tahun 1992 (Sustaible Development Concepts)

c) Komisi Broundlad tahun 1999 (konsep pembangunan berkeadilan social)

E) Perubahan Kebijakan Nasional

Otonomi daerah UU No. 22 tahun 1999 (kewenangan provinsi kabupaten/kota):

a) Peran daerah lebih luas

b) Desentralisasi pengambilan keputusan perizinan

c) Desentralisasi proses pengawasan lingkungan (AMDAL)

F) Kebijakan Nasional Lingkungan


a) 1973 : Pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya secara nasional tanpa
merusak tata lingkungan

b) 1992 : Pemanfaatan sumber daya alam dengan memelihara lingkungan.

c) 1997 : Pelestarian lingkungan dengan mengembangkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan untuk kesejahteraan rakyat

Dari peraturan-peraturan tersebut, ada pasal-pasal penting yang sebelumnya tidak


termuat dalam UU No. 23 tahun 1997, PP No.27 tahun 1999 dan memberikan implikasi yang
besar bagi para pelaku AMDAL, termasuk pejabat pemberi izin. Hal-hal penting baru yang
terkait dengan AMDAL yang termuat dalam UU No. 32 Tahun 2009, antara lain:

a) AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran


dan/atau kerusakan lingkungan hidup

b) Penyusun dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen


AMDAL

c) Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun kab/kota wajib memiliki lisensi AMDAL

d) Amdal dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penerbitan izin lingkungan

e) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai


kewenangannya

Selain ke 5 hal tersebut di atas, ada pengaturan yang tegas yang diamanatkan dalam
UU No. 32 Tahun 2009, yaitu dikenakannya sanksi pidana dan perdata terkait pelanggaran
bidang AMDAL. Pasal-pasal yang mengatur tentang sanksi-sanksi tersebut, yaitu:

a) Sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan

b) Sanksi terhadap orang yang menyusun dokumen AMDAL tanpa memiliki sertifikat
kompetensi

c) Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan yang tanpa dilengkapi dengan
dokumen AMDAl atau UKL-UPL

G) Kaitan dengan Peraturan Menteri No. 06 Tahun 2008

Sama seperti Permen. LH No. 11 Tahun 2008, ada perbedaan pengaturan yang
diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun 2009 dengan Permen. LH No. 06 Tahun 2008 tentang
Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL yang berlaku efektif pada tanggal 16 Juli 2009.
Dalam peraturan ini persyaratan lisensi komisi penilai diberikan kepada komisi penilai AMDAL
kabupaten atau kota dan yang menerbitkan lisensi tersebut adalah instansi lingkungan hidup
propinsi. Sementara dalam UU No. 32 Tahun 2009, komisi penilai AMDAL yang harus
dilisensi selain komisi penilai AMDAL kabupaten atau kota, tetapi juga terhadap komisi penilai
AMDAL pusat dan propinsi yang bukti lisensinya diberikan oleh masing-masing pejabatnya.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bentuk pengawasan terhadap pemberian lisensi
tersebut jika masing-masing pejabat berhak mengeluarkan bukti lisensi terhadap komisi
penilainya. Maka dalam perubahan Permen No. 06 Tahun 2008, KLH harus mengetatkan
persyaratan penerbitan lisensi untuk komisi penilai masing-masing daerah termasuk untuk
komisi penilai penilai pusat.

H) Kaitan UU No. 32 Tahun 2009 dengan Peraturan Menteri LH No. 11 Tahun 2008

Sebelum disahkannya UU No. 32 Tahun 2009, KLH sudah menerbitkan peraturan


menteri yang mengatur tentang Persyaratan Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL
(Permen. LH No. 11 Tahun 2008). Pada Pasal 4 Permen. LH No. 11 Tahun 2008 disebutkan
bahwa persyaratan minimal untuk menyusun suatu dokumen AMDAL adalah 3 (tiga) orang
dengan kualifikasi 1 orang Ketua Tim dan 2 orang Anggota Tim yang kesemuanya sudah
memiliki sertifikat kompetensi. Sementara amanat dalam UU No. 32 Tahun 2009 yang
tertuang dalam Pasal 28 adalah ”Penyusun dokumen sebagaimana ... wajib memiliki sertifikat
penyusun dokumen AMDAL".

Jika yang dimaksud "penyusun dokumen AMDAL" pada undang-undang lingkungan


yang baru adalah seluruh tim yang ada dalam suatu proses penyusunan dokumen AMDAL,
maka dengan demikian Permen. LH No. 11 Tahun 2008 Pasal 4 sudah tidak berlaku lagi.
Implikasinya selanjutnya adalah masa berlakunya persyaratan tersebut harus mundur sampai
ada peraturan menteri yang secara rinci mengatur tentang hal itu sesuai amanat dalam Pasal
28 Ayat (4) yang memberikan kewenangan kepada KLH untuk membuat peraturan yang
mengatur lebih rinci hal tersebut.

4. PROSES/PROSEDUR PENYUSUNAN AMDAL

Langkah-langkah dalam penyusunan AMDAL, terdiri dari:

A) Proses Penapisan (screening) Wajib AMDAL

Proses penapisan yang sering disebut juga proses seleksi wajib amdal ini bertujuan untuk
memilih proyek yang perlu dilengkapi amdal atau tidak. Dapat dilakukan dengan metode
uraian maupun dengan daftar positif (cenderung lebih mudah). Langkah proses penapisan bisa
dilakukan dengan dua cara yaitu satu tahap dan dua tahap.

a) Satu tahap (dengan daftar positif)

Daftar positif merupakan daftar perubahan dan dampak yang dapat diakibatkan oleh
suatu kegiatan usaha atau proyek pembangunan. Apabila suatu usaha memiliki dampak
yang termasuk dalam daftar positif ini maka kegiatan usaha tersebut perlu disertai dengan
amdal.Contoh daftar positif, daftar pearo yang memuat dampak yang diakibatkan proyek
dengan criteria prevalensi (jumlah keseluruhan kasus pada suatu waktu tertentu), lama
frekuensi, resiko, nilai penting, dan penanggulangan.
Tidak perlu Amdal

Perlu Amdal

Tidak masuk daftar

Masuk daftar

Penapisan Menggunakan Daftar Positif

Semua proyek

Gambar bagan penapis satu tahap

b) Dua tahap

Berbeda dengan langkah satu tahap, pada langkah dua tahap dilakukan apabila
ditemukan hasil yang meragukan , apakah menimbulkan dampak penting ataukah tidak,
sehingga perlu dilakukan penapisan tahap kedua untuk lebih meyakinkan dan memastikan
apa yang harus diambil.
Tidak wajib AMDAL

Wajib

Ada dampak

Tidak ada dampak

Penapisan Tingkat I

Ada dampak penting

Tidak ada dampak penting

Ragu-ragu ada dampak penting

Penapisan Tingkat I

Semua proyek

Gambar bagan penapis dua tahap

B) Proses Pengumuman dan Konsultasi Masyarakat

Berdasarkan keputusan Kepala Bapedal No. 08/2000, pemrakarsa wajib mengumpulkan


rencana kegiatannya. Selama waktu yang ditentukan, pemrakarsa menanggapi masukan yang
diberikan dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dahulu sebelum
menyusun KA-ANDAL.

C) Penyusunan dan Penilaian KA-ANDAL (scooping)

Langkah awal yang harus dilakukan adalah tahap pelingkupan, yakni untuk membatasi
penelitian amdal pada hal penting untuk pengambilan keputusan. Metode identifikasi hal
penting disebut juga bidang kepedulian penting yang mencakup:

a) Mendapat informasi darii sumber informasi

b) Membangkitkan partisipasi masyarakat

c) Identifikasi hal penting dari faktor ilmiah, teknis


Metode identifikasi ini dapat dilakukan dengan cara:

a) Telah uraian proyek dan penelitian lapangan daerah proyek

b) Telah literature, literature ilmiah, GBHN, rencana pembangunan lokasi, perkembangan


informasi dan lain-lain.

c) Wawancara dan kuesioner

d) Penelitian partisipasi, opservasi

e) Rapat dan lokakarya

f) Simulasi

g) Metode Delphi

Ciri-ciri kerangka acuan antara lain:

a) Menguraikan tugas yang harus dilakukan dalam kontrak pelaksanaan

b) Disusun berdasrkan hasil pelingkupan yang telah dirumuskan

c) Dampak yang masuk hanya dianggap penting

Isi dari kerangka acuan antara lain:

a) Uraian singkat proyek

b) Tujuan penelitian dan sasaran

c) Metode identifikasi dampak penting

d) Ruang lingkup penelitian

e) Metodologi dan hasil penelitian

D) Penyusunan dan Penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

Penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan ini dimulai dari


bagaimana kita mengelola lingkungan baik dari pengelolaan dampak maupun pemantauan
dampak. Langkah kedua adalah bagaimana penanganan dampak itu kita lakukan dengan
metode yang sesuai dengan dampak yang ditangani. Terakhir adalah pemantauan dampak
baik yang sudah ditangani ataupun dalam proses penanganan.
Bagan penyusunan AMDAL

5. DOKUMEN-DOKUMEN AMDAL

Dokumen AMDAL itu terbagi dalam beberapa komponen dokumen yang menjadi satu
kesatuan rangkaian studi yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Dokumen AMDAL terdiri dari :

A) Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)


KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta
kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-
dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batas-
batas studi ANDAL. Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan
metodologiyang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup
dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan
Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang disebut dengan proses pelingkupan.
Beberapa contoh isi dari KA antara lain izin tata ruang, izin prinsip lokasi, peta-peta
terkait, dan lain-lain. Selain itu juga harus ada sosialisasi dengan masyarakat sekitar
berupa papan pengumuman.
B) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak
penting dari suatu rencana kegiatan. Dampak-dampak penting yang telah
diindetifikasi di dalam dokumen KA-ANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat
dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati. Tujuannya untuk
menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya
dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan besaran
dampak terhadap kriteria dampak penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tahap kajian selanjutnya adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak
yang satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan
dasar-dasar pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif. Bisa dibilang ANDAL ini merupakan isi
sebenar-benarnya dari Kajian AMDAL nantinya.
C) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat
negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu
kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar
pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL. Jadi, RKL ini berisikan
upaya dari si pemrakarsa untuk meminimalisir dampak lingkungan.

D) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)


RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat
perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari
rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian ANDAL.
Dalam hal ini BLH kota Tanjungpinang dan si pemrakarsa ikut serta dalam
memantau setiap kegiatan. Biasanya, pantauan yang dilakukan oleh BLH Kota
Tanjungpinang satu kali dalam enam bulan, atau satu kali dalam satu tahun. Itu semua
tergantung dari seberapa besar dampak lingkungan yang akan terjadi di setiap
kegiatan.
E) Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif adalah dokumen yangmeringkas secara singkat dan jelas hasil kajian
ANDAL. Hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya adalah uraian secara
singkat tentang besaran dampak dan sifat penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan
upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk mengelola
dampak-dampak tersebut.

6. MANFAAT AMDAL

Manfaat AMDAL secara umum adalah menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan
agar layak secara lingkungan. Layak secara lingkungan berarti kegiatan tersebut sesuai dengan
peruntukkannya sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan. Penyusunan AMDAL ternyata
juga memiliki manfaat yang sangat besar, diantaranya:

A) Sebagai bahan untuk perencana pembangunan wilayah

B) Membantu dalam proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan

C) Memberikan masukan dalam menyusun desain rinci teknis atau rencana usaha dan atau kegiatan

D) Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

E) Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang bisa ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan
atau kegiatan (sebelum usaha dan atau kegiatan itu dilaksanakan)
Sedangkan bagi setiap pihak yang terlibat penyusunan AMDAL memiliki manfaat, antara
lain:

1) Manfaat AMDAL bagi pemerintah

a) Mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan

b) Menghindari konflik dengan masyarakat

c) Menjaga agar pembangunan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan

d) Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaanlingkungan hidup

2) Manfaat AMDAL bagi pemrakarsa

a) Menjamin keberlangsungan usaha

b) Menjadi referensi dalam peminjaman kredit

c) Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar

d) Sebagai bukti ketaatan hokum

3) Manfaat AMDAL bagi masyarakat

a) Mengetahui sejak dini dampak dari suatu kegiatan

b) Melaksanakan control

c) Terlibat dalam proses pengambilan keputusan

7. METODE-METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PENYUSUNAN AMDAL

Bagian yang cukup sulit dalam tahapan andal adalah metode pendugaan dampak yaitu
metode yang digunakan untuk menelaah atau mengkaji dan meneliti dampak yang mungkin terjadi
dari suatu kegiatan. Meskipun dasar dari berbagai metode sama namun penekanannyalah yang
berbeda. Satu metode tidak mungkin cocok untuk semua jenis kegiatan atau proyek. Berikut
beberapa diantaranya:

A) Metode Matriks

Metode matrik dibuat dengan model tabel yang terdiri dari dua daftar. Daftar rencana
disusun secara tegak lurus (vertical) sedangkan daftar rona awal lingkungan disusun mendatar
(horizontal). Pada tiap-tiap titik pertemuan antara daftar rencana dan rona awal lingkungan
diisi sengan dampak yang mungkin terjadi. Salah satu metode matrik yang terkenal adalah
metode matrik Leopold.
B) Metode Penumpukan Peta

Metode penumpukan peta ini menganalisis berbagai komponen rona awal dan rencana
kegiatan dalam bentuk peta yang dapat diubah dan dipindahkan. Dari penumpukan itu terlihat
dampak satu komponen terhadap komponen lainnya. Metode ini disebut juga Overlay.

C) Metode Analisis Jaringan

Metode analisis jaringan pada dasaranya merupakan analisis sebab akibat dan dampak.

D) Metode Analisis Perolehan

Metode ini merupakan metode yang menganalisis siapa yang memperoleh dan
menerima resiko suatau kegiatan.

E) Metode Analisis dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan.

Metode ini dilakukan dengan dua tahapan yang penting. Yang pertama adalah dengan
melakukan pendugaan/perkiraan perubahan kualitas lingkungan komponen system yang
penting. Setelah ini seluruh bagian yang mengalami perubahan disintesis sebagai dampak
kegiatan yang direncanakan. Dengan demikian perubahan kualitas komponen yang penting
yang mengarah kearah yang lebih buruk dapat dipertimbangkan, apakah hal itu merupakan
kompensasi atau akibat dari perubahan komponen lain yang lebih baik ataukah ini memang
akibat buruk yang tidak diikuti perubahan positif di komponen lain.

8. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Secara teoretik bahwa pembangunan merupakan upaya untuk mengubah kehidupan


masyarakat setarap lebih baik. Pembangunan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan
seluruh sumber daya alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki untuk
memperoleh tingkat kesejahteraan yang memadai bagi seluruh warganya. Di dalam
melaksanakan pembangunan tersebut, adakalanya sebuah negara tidak memiliki modal
untuk melakukannya. Makanya, di dalam teori pembangunan kemudian disebutkan
melalui konsep pembangunan berbasis hutang luar negeri.
Cerita tentang keberhasilan pembangunan melalui konsep hutang luar negeri
memang pernah terjadi ketika Inggris mengalami kebangkrutan pasca perang dunia I dan
tidak lagi mampu untuk membiayai pembangunan negerinya. Inggris nyaris bangkrut
karena ketidakmampuan melakukan pembiayaan pembangunannya ini. Maka melalui
skema bantuan Amerika Serikat, maka Inggris kembali memperoleh modal untuk
melakukan pembangunan semua aspek kehidupan masyarakatnya.
Sebagai akibat perang, maka banyak infrastruktur di negeri Inggris yang rusak dan
tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Akibatnya maka kehidupan masyarakatnya
menjadi kurang sejahtera. Ekonomi masyarakat menjadi semakin rentan. Negeri ini tentu
diambang kehancuran. Itulah sebabnya maka negeri ini memerlukan suntikan dana untuk
melakukan pembangunannya.
Secara lambat tetapi pasti Inggris kemudian berkembang dan secara perlahan-lahan
ekonominya bangkit sehingga tingkat kesejahteraannya juga meningkat. Lambat tetapi
pasti Inggris juga menjadi semakin berdaya dalam pembangunan ekonominya. Dan Inggris
kembali menjadi negara yang secara ekonomi independen. Inggris bisa membiayai
pembangunannya sendiri. Melalui pembangunan berbasis hutang luar negeri ini maka
Inggris kemudian mampu melepaskan ketergantungannya.
Skema pembangunan berbasis hutang luar negeri ternyata manjur untuk
membangun kembali Inggris dari keterpurukan. Keberhasilan ini kemudian
diteoretisasikan melalui konsepsi Harold dan Domar dalam teori pembangunan. Makanya,
konsep dan praksis pembangunan berbasis hutang luar negeri lalu menjadi model. Banyak
negara yang mengadopsi sistem pembangunan berbasis hutang luar negeri.
Semua negara yang kalah perang di Negara Eropa mengikuti model pembangunan
sebagaimana yang dilakukan oleh Inggris. Dan sebagaimana yang dapat disaksikan bahwa
melalui skema pembangunan berbasis hutang luar negeri, maka tingkat kesejahteraan
masyarakatnya menjadi setarap lebih baik. Oleh karena itu lalu menjadi rujukan bagi
negara-negara lain di dunia.
Negara Amerika Latin, Afrika, Asia dan lainnya juga melakukan hal yang sama.
Negara-negara yang secara ekonomi berhasil seperti Inggris, Belanda, Perancis, Jepang,
Kanada, Amerika Serikat dan sebagainya lalu membentuk organisasi donor untuk negara-
negara yang tergolong dunia ketiga. Hampir seluruh negara berkembang masuk ke dalam
skema bantuan luar negeri, termasuk Indonesia.
Belanda kemudian membentuk Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI)
yang menghimpun dana dari seluruh dana pendonor untuk membantu pembiayaan
pembangunan di Indonesia. Skema ini tampaknya di awal akan berhasil. Sebab
pembangunan yang selama ini tidak bisa dilakukan ternyata bisa dilaksanakan.
Pemerintah pun kemudian merumuskan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
dijadikan sebagai pedoman untuk membangun Indonesia. Secara konseptual, skema
pembangunan yang tertuang di dalam GBHN tentulah sangat baik. Hal ini dapat dipahami
sebab yang merumuskan adalah para pakar pembangunan dalam disiplin ilmu yang sangat
mencukupi.
Di lima tahun awal pembangunan, tampaknya skema hutang luar negeri ini akan
berhasil. Banyak infrastruktur ekonomi dibangun. Prasarana jalan, pasar, industri,
infrastruktur pertanian, perkebunan, tambang dan sebagainya dilakukan dengan sangat
getol. Makanya, terjadilah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
cukup memadai. Dengan demikian, skema hutang luar negeri dalam proses
pembangunan sepertinya berada di jalur yang benar atau on the right track.
Namun demikian, cerita sukses ini kemudian direduksi oleh tindakan korupsi yang
tidak tertanggungkan. Banyak proyek yang anggarannya berasal dari dana luar negeri
ternyata dikorupsi. Jadi korupsi telah mengkorupsi Indonesia. Uang jutaan dollar yang
dipinjam dari luar negeri kemudian nyasar ke kantong-kantong pejabat. Akibatnya, proyek
yang sesungguhnya dapat digunakan sebagai sarana untuk menyejahterakan rakyat hanya
dapat menyejahterakan individu-individu pelaksana proyek pembangunan.
Indonesia pun diambang bangkrut hingga akhirnya memaksa pemerintahan harus
mengevaluasi kembali program pembangunannya. Hanya sayangnya bahwa program
bantuan luar negeri melalui skema hutang luar negeri tersebut sudah menjerat pemerintah
Indonesia. Kita sudah tidak lagi memiliki kemandirian dalam membiayai pembangunan.
Hingga sekarang kita masih sangat tergantung kepada hutang luar negeri untuk
pembiayaan proyek-proyek pembangunan.
Namun demikian, sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Pembiayaan Luar
Negeri Multilateral bahwa pemerintah sudah berusaha secara maksimal untuk mengurangi
hutang luar negeri. Hanya saja memang masih ada hal-hal tertentu yang memang harus
didanai oleh hutang luar negeri untuk mempercepat proses pencapaian targetnya.

9. CONTOH USAHA DAN ATAU KEGIATAN YANG SUDAH MEMILIKI AMDAL

A) Perusahaan yang memiliki AMDALtahun 2009

No. Jenis Dokumen Kegiatan Pemrakarsa

1 AMDAL Pembuangan Akhir Sampah TPA Piyungan

2 AMDAL Instalasi Pengelolaan Limbah IPAL Sewon

3 AMDAL Pangkalan/garasi Bus PT. Damri

4 AMDAL Industri Tekstil PT. Samitek

5 AMDAL Pabrik Gula PG/PS Madukismo

6 AMDAL Kawasan Industri Piyungan Disperindagkop

7 AMDAL Bantul Kota Mandiri PT. BKM

8 AMDAL Jalur Ganda Kereta Api Jogya- PT. KAI


Kutoarjo

9 AMDAL Pipa Rewulu -Boyolali Pertamina DAOP-


IV

Sumber: BLH Kabupaten Bantul

B) Perusahaan yang memiliki UKL/UPLtahun 2009

Hasil Pengawasan
No. Nama Perusahaan/Pemrakarsa
UKL UPL

1 PT. Perwita Karya √ √

2 Balai Kulit Piyungan √ √

3 PT. Komitrando √ √

4 PT. Iga Murni Sejahtera √ √

5 PB. Suradi √ √

6 PT. Digitone √ √

7 PT. Indokor Daya Mina √ √


8 PT. Indokor Bangunjaya √ √

9 PT. Fajar Makmur √ √

10 Batik KRT. Daud √ √

11 PT. Tunas Satria Mandiri √ √

12 BUMD Aneka Dharma √ √

13 PT. Suradi Sejahtera √ √

14 RS-PKU Muhammadiyah √ √

15 RS. Nur Hasanah √ √

16 PT. Adi Satria Abadi √ √

17 PT. Bintang Alam Semesta √ √

18 RS Rajawali Citra √ √

19 PT. Ready Jaya Mix √ √

20 RS Rachma Husada √ √

Sumber BLH Kabupaten Bantul

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup di negara indonesia semakin membaik,
walaupun masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain, hal ini di butkikan
dengan gencarnya isu-isu lingkungan yang mulai banyak digembar gemborkan di media massa,
salah satunya adalah tentang analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) suatu kawasan.
namun ironisnya sampai saat sekarang masih banyak masyarakat yang masih belum mengerti
AMDAL, bahkan AMDAL yang notabene Tata cara penyusunannya telah diatur di dalam (PermenLH
no 08 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL) secara jelas, seringkali penyusunan
AMDAL hanya dengan meng-copy paste dari AMDAL yang lainnya.

Dalam pelaksanaan penyusunan amdal , terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1) Penentuan kriteriawajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah
dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar
kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2006.

2) Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002.

3) Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO.
08/2006.

4) Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008.

B. SARAN

Saran yang dapat kami berikan ialah, karena dalam penyusunan makalah ini kami hanya
belandaskan dari buku-buku atau referensi lain yang berhubungan dalam penyusunan makalah
mengenai AMDAL ini, oleh karena itu kami menyarankan di adakannya kunjungan lapangan.
Dengan kunjungan lapangan tersebut bermaksud untuk mengetahui secara langsung tentang
AMDAL tersebut serta penyusunannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://ictbartim.wordpress.com/2010/10/20/pengertian-dan-pemahaman-amdal/

http://nandagokilz1.wordpress.com/2012/12/04/pengertian-amdal-analisis-dampak-
lingkungan/

http://intl.feedfury.com/content/48295686-pengertian-amdal.html

http://koruahades.wordpress.com/2011/05/05/kebijakan-pembangunan-indonesia-nasional-
dan-sektoral-dengan-kebijakan-hutang-luar-negeri/

Modul Ilmu Pengetahuan Alam, jilid 3

Anda mungkin juga menyukai