14
Mekanika B
Pekan Kuliah
Catatan kuliah ini merupakan naskah awal yang masih belum siap terbit, disusun secara
simultan dengan pelaksanaan kuliah FI2104 Mekanika B. Perbaikan dan penambahan materi
dilakukan secara berkala, sehingga isi naskah ini dapat berbeda dari satu versi ke versi yang
lain (lihat tanggal pembaruan di baris terakhir halaman ini).
Pembaca yang menemukan adanya kesalahan cetak maupun konsep, harap menyampaikan-
nya kepada penulis melalui agussuroso[di]fi.itb.ac.id. Kritik dan saran juga harap di-
sampaikan melalui email yang sama.
Ditulis menggunakan LATEX, dengan format tufte-book, pembaruan terakhir pada 27 September 2018.
Kata Pengantar
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah, penulis memuji dan bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas se-
gala kemudahan yang diberikan kepadanya, termasuk dalam menyusun catatan kuliah ini.
Penulis juga mohon maaf kepada keluarganya karena penulisan catatan kuliah ini tak jarang
mengambil waktu dan perhatian yang mestinya dicurahkan kepada mereka. Semoga Allah
senantiasa menjaga mereka dalam kebaikan.
Catatan kuliah ini disusun secara simultan dengan pelaksaan kuliah FI2104 Mekanika B,
yang merupakan kuliah layanan Prodi Fisika bagi mahasiswa Prodi Oseanografi ITB. Pada
naskah ini, materi kuliah disusun berdasarkan urutan topik tiap pekan sesuai silabus mata
kuliah yang terdapat pada dokumen kurikulum Program Studi Fisika ITB tahun 2013. Materi
yang disajikan dalam naskah ini terbatas pada materi yang dibahas di kelas, ditambah dengan
beberapa soal PR atau kuis. Pembaca sangat disarankan untuk tetap merujuk pada buku teks
Mekanika agar mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap dan komprehensif. Penulis
menggunakan buku-buku yang tercantum dalam daftar pustaka sebagai rujukan utama.
Sebagai naskah awal, catatan kuliah memiliki banyak kekurangan. Pembaca yang mene-
mukan kesalahan cetak maupun konsep, diharapkan dapat menyampaikannya kepada penu-
lis melalui email agussuroso@fi.itb.ac.id. Kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang
akan datang silakan disampaikan melalui alamat yang sama.
Akhirnya, penulis berharap semoga catatan kuliah ini bermanfaat bagi penulis dan pemba-
canya.
1 Kinematika 1
2 Dinamika 11
3 Osilasi 23
12 Osilasi Terkopel 97
3.1 Grafik posisi benda terhadap waktu pada kasus osilasi underdamping 27
3.2 Pengaruh faktor redaman terhadap simpangan. 27
3.3 Perbandingan grafik posisi benda pada kasus overdamping dan critical damping 28
3.4 Resonansi pada osilasi paksa. 31
12.1 Osilasi terkopel dua benda dalam pengaruh gaya tiga pegas. 97
Mg Capaian Belajar
Topik Sub Topik Sumber Materi
# Mahasiswa
Kinematika Vektor posisi, vektor kecepatan Mampu menerapkan [2]: Bab 1.2, 3.4, 3.5
dan percepatan, sistem koordinat konsep kinematika [3]: Bab 1.10 - 1.12
1 polar, sistem koordinat silinder dan
bola. gerak dalam bidang, gerak
dalam ruang
Dinamika Hukum Newton (termasuk teorema Mampu menyelesaikan [1]: Bab 2.1 - 2.4
momentum linear dan sudut), gaya persoalan dinamika [2]: Bab 2.3, 2.4
2
konstan, gaya bergantung waktu, dengan gaya fungsi [3]: Bab 2.2, 2.4
gaya bergantung kecepatan waktu dan kecepatan
Dinamika Gaya bergantung pada posisi, Mampu menyelesaikan [1]: Bab 2.5, 3.3, 3.4, 3.6
3 osilasi harmonik, osilasi teredam, persoalan osilasi [2]: Bab 2.5, 2.7,.2.9, 2.10
osilasi tertekan [3]: Bab 2.3, 3.2 - 3.6
Dinamika Teorema kerja-energi, gaya Mampu menerapkan [1]: Bab 2.5, 6.4
4 konservatif, fungsi energi potensial konsep kerja dan energi [2]: Bab 2.5, 3.12
[3]: Bab 4.2
Gaya Sentral Gaya sentral, energi potensial Mampu menerapkan [1]: Bab 7.1 - 7.3
efektif, osilasi di sekitar titik konsep gaya sentral [2]: Bab 3.13
5
minimum fungsi energi potensial [3]: Bab 6.8, 6.9
efektif
Gaya Sentral Persamaan gerak dalam u = 1/r , Mampu menerapkan [1]: Bab 7.6
6 gaya 1/r2 dan deskripsi kualitiatif konsep gaya sentral [2]: Bab 3.14
kurva energi potensial efektifnya [3]: Bab 6.11, 6.12
Gaya Sentral Lintasan potongan kerucut dan Mampu menerapkan [1]: Bab 7.4, 7.7
7 hukum Kepler hukum Kepler [2]: Bab 3.15, 3.16
[3]: Bab 6.3 - 6.6
Ujian Tengah - - -
8
Semester
Sistem Posisi pusat massa, persamaan Mampu menerapkan [1]: Bab 8.1 - 8.4
Partikel gerak pusat massa, momentum konsep pusat massa [2]: Bab 4.1 - 4.3
9 linear sistem, momentum sudut [3]: Bab 7.1 - 7.2
sistem, torka sistem, energi kinetik
sistem
Sistem Gerak relatif dua partikel, Mampu menyelesaikan [1]: Bab 8.6 - 8.7
10 Partikel tumbukan satu dimensi gerak relatif dua partikel [2]: Bab 4.6
[3]: Bab 7.3, 7.5
Sistem Tumbukan dua dimensi, hamburan Mampu menyelesaikan [1]: Bab 8.8 - 8.10
11 Partikel Rutherford persoalan tumbukan dan [2]: Bab 4.7, 4.8
hamburan [3]: Bab 7.6
12 Sistem Osilasi Terkopel Mampu menyelesaikan [1]: Bab 14.1 - 14.4
Partikel persoalan osilasi [2]: Bab 4.9, 4.10
terkopel [3]: Bab 3.7, 3.8
13 Sistem Non Sistem bertranslasi dengan Mampu menyelesaikan [1]: Bab 11.2
Inersial percepatan, gaya fiktif, pasang- persoalan dalam [2]: Bab 7.1
surut kerangka noninersial [3]: Bab 5.1
14 Ujian Akhir
Kinematika 1
1-1 Kinematika benda titik
Mekanika membahas gerakan benda-benda fisis. Kita akan me- 1-2 Gerak dalam bidang
mulai pembahasan dengan kinematika benda titik. Kinematika 1-3 Gerak dalam ruang
Kita mulai dengan meninjau gerak benda titik dalam satu dimen-
si. Andaikan posisi benda titik untuk tiap waktu diketahui dan J posisi
dinyatakan dengan variabel x sebagai fungsi waktu
x = x ( t ), (1.1)
dx
v= . (1.2)
dt
dv
a= . (1.3)
dt
2 14 pekan kuliah mekanika b
~r p = x p x̂ + y p ŷ, (1.4)
~r p = ρρ̂. (1.5) y
φ^
^
ρ
~r = ρρ̂. (1.16)
d~r
~v = = v x x̂ + vy ŷ + vz ẑ, (1.22)
dt
dengan
dx dy dz
vx = , vy = , vz = . (1.23)
dt dt dt
Serta percepatan benda
d~v
~a = = a x x̂ + ay ŷ + az ẑ, (1.24)
dt
dengan
d2 x d2 y d2 z
ax = 2
, ay = 2 , az = 2 . (1.25)
dt dt dt
Koordinat silinder tidak lain merupakan koordinat polar (ρ, φ) J koordinat silinder
yang ditambah dengan sumbu vertikal z. Hubungan antara vektor-
vektor basis pada koordinat silinder dengan koordinat Kartesis
adalah
^
ρ
dρ dφ̂ r P
⃗
= φ̂, = −ρ̂. (1.29)
dφ dφ z^
z
Posisi suatu benda dalam koordinat silinder dapat dituliskan y^
y
x^
x ϕ
dalam bentuk y
x
~r = ρρ̂ + zẑ. (1.30)
Gambar 1.3: Koordinat silin-
Perhatikan bahwa posisi dalam koordinat silinder sama dengan
der.
posisi pada bidang xy dalam koordinat silinder ditambah dengan
PEKAN KE- 1. KINEMATIKA 5
~r = rr̂. (1.41)
6 14 pekan kuliah mekanika b
Kecepatan,
d~r dr dr̂
~v = = r̂ + r
dt dt dt
dr̂ dθ dr̂ dφ
= ṙr̂ + r +
dθ dt dφ dt
= ṙr̂ + r θ̇ θ̂ + r φ̇ sin θ φ̂. (1.42)
~a = ar r̂ + aθ θ̂ + aφ φ̂, (1.43)
dengan
Soal
a = 6t − 4 m s−2 .
v2 = u2 + 2ax.
8h
g= .
TA2 − TB2
10. Sebuah ban menggelinding pada lintasan lurus tanpa slip. Pu-
satnya bergerak dengan kelajuan konstan V. Sebuah kerikil
yang berada pada ban tersebut menyentuh jalan pada t = 0.
Tentukan posisi, kecepatan, dan percepatan dari kerikil seba-
gai fungsi yang bergantung waktu.
r = beΩt θ = Ωt,
dr̂ dr̂
= θ̂, = sin θ φ̂,
dθ dφ
dθ̂ dθ̂
= −r̂, = cos θ φ̂, (1.48)
dθ dφ
dφ̂ dφ̂
= 0, = − sin θ r̂ + cos θ θ̂ .
dθ dφ
d~a
15. Tentukan komponen pada r dan θ dari dt pada koordinat bola,
dengan ~a adalah percepatan benda.
10 14 pekan kuliah mekanika b
d~p ~
= F ⇒ ~F = m~a. (2.1)
dt
12 14 pekan kuliah mekanika b
3. Hukum ke-3: Untuk setiap gaya yang dikerjakan oleh suatu benda
ke benda lain, terdapat suatu gaya yang sama besar dan berlawanan
arah yang dikerjakan oleh benda kedua terhadap pertama.
Tinjau sistem dua benda yang saling berinteraksi dan terisola-
si dari dunia luar. Momentum total sistem ini adalah ~ptotal =
~p1 + ~p2 , sehingga menurut hukum kedua laju perubahan mo-
mentum total adalah
d~ptotal d~p d~p
= 1+ 2
dt dt dt
= ~F1 + ~F2 , (2.2)
dengan ~F1 dan ~F2 masing-masing adalah gaya yang bekerja pa-
da benda pertama dan kedua. Hukum ketiga mengharuskan
~F1 = −~F2 , sehingga persamaan di atas memberikan d~ptotal = 0,
dt
yang berarti bahwa momentum total sistem bernilai konstan.
~τ = I~α, (2.8)
~L = I ω
~, (2.9)
d d~L
~τ = ~)=
(Iω . (2.10)
dt dt
Dengan demikian, dapat pula dituliskan hukum konservasi momen-
tum sudut,
∑ ~τ = 0 ⇒ ~L konstan. (2.11)
14 14 pekan kuliah mekanika b
1 2 1
K= mv = m~v · ~v, (2.13)
2 2
persamaan di atas dapat ditulis ulang dalam bentuk
dK
= ~F · ~v. (2.14)
dt
Persamaan di atas menunjukkan laju perubahan energi kinetik,
dan dapat disebut sebagai teorema energi dalam bentuk diferensi-
al. Jika persamaan terakhir dikalikan dengan dt kemudian diinte-
gralkan, diperoleh
Z t2
K2 − K1 = ~F · ~vdt. (2.15)
t1
eksplisit dari gaya ~F maka secara umum solusi untuk posisi ~r da-
pat dicari. Gaya ~F secara umum dapat merupakan fungsi da-
ri salah satu atau kombinasi dari variabel-variabel kinematika,
yakni waktu, posisi, dan kecepatan. Kemudian jika gaya meru-
pakan fungsi dari semua variabel tersebut, DAN bentuk eksplisit
masing-masing posisi dan kecepatan sebagai fungsi waktu diketa-
hui, maka kita dapat mengubah bentuk dari gaya menjadi sebuah
fungsi yang hanya merupakan fungsi dari waktu.
Untuk mempermudah pembahasan, pada bagian selanjugnya
kita akan meninjau gerak satu dimensi dan mengambil bentuk
gaya sebagai fungsi dari masing-masing variabel t, x, dan v.
Jika kita mendapati sebuah benda yang dikenai gaya yang bergan-
tung waktu, maka kita dapat menggunakan hukum kedua New-
ton untuk memperoleh gambaran tentang perilaku (yaitu posisi
dan kecepatan) benda. Misal, pada sebuah benda berlaku gaya
F = F (t), maka hukum kedua Newton memberikan
Z v(t) Z t
dv
m = F (t) ⇒ mdv0 = F (t0 )dt0 , (2.18)
dt v0 t0
~F = −e~E, (2.21)
dv0
Z v(t) Z t
dv
F (v) = m ⇒m = dt0 . (2.22)
dt v0 F (v0 ) t0
Z t Z v
b dv b v
− dt = ⇔− (t − t0 ) = ln . (2.24)
m t0 v0 v m v0
Z v( x ) 0
v dv0
Z x
dv
ma = mv = F (v) ⇒ m = dx 0 . (2.28)
dx v0 F (v0 ) x0
g R2 y −2 2y
= 2
= 1 + ≈ 1− . (2.35)
g0 ( R + y) R R
20 14 pekan kuliah mekanika b
Atau diperoleh
2y
g(y) ≈ 1− g0 . (2.36)
R
2y0
Z v Z y
0 0
v dv = − g0 1− dy0 . (2.37)
0 h R
Soal
Tetukan bentuk persamaan dari v(t) dan x (t) serta hitung nlai
kecepatan terminalnya!
adalah suatu konstanta. Jika massa ini dilepas dari jarak L da-
ri pusat koordinat, tunjukkan bahwa waktu t yang diperlukan
massa untuk sampai di pusat koordinat adalah
1/2
mL3
t=π .
8k
10. Kecepatan dari sebuah partikel m yang dikenai suatu gaya me-
menuhi persamaan v = K/x n dengan K adalah suatu konstan-
ta. Anggap pada saat t = 0, x = x0 .
(a) tentukan F ( x )!
(b) tentukan F (t)!
(c) tentukan x (t)!
Osilasi 3
3-1 Persamaan diferensial
Pada bab sebelumnya, kita telah berurusan dengan kasus di- linear
namika dengan gaya berupa fungsi dari masing-masing variabel 3-2 Osilasi harmonik
sederhana
waktu, posisi, dan kecepatan. Pada bab ini, kita membahas dina- 3-3 Osilasi teredam
mika dengan gaya yang bergantung pada ketiga variabel tersebut 3-4 Osilasi paksa
Tinjau sebuah benda yang terikat pada salah satu ujung pegas ho-
rizontal dan ujung lainnya menempel pada dinding. Posisi benda
saat pegas dalam keadaan teregang maupun tertekan kita tandai
sebagai posisi setimbang dan x = 0. Jika kemudian benda disim-
pangkan sedikit sejauh x dari posisi setimbangnya, maka pegas
akan memberikan gaya tarik atau dorong F = −kx, dengan k
konstanta pegas. Menurut hukum kedua Newton, atau diperoleh
persamaan diferensial berbentuk
F = ma ⇒ m ẍ + kx = 0. (3.2)
ẍ + ω 2 x = 0, (3.3)
q
k
dengan ω = m . Baik fungsi sinus maupun cosinus memenuhi
persamaan diferensial di atas. Sehingga solusi umum persamaan
tersebut dapat berupa jumlahan dari kedua fungsi tersebut.
ΣF = −kx − bv = ma ⇒ m ẍ + b ẋ + kx = 0, (3.9)
ẍ + 2γ ẋ + ω 2 x = 0, (3.10)
26 14 pekan kuliah mekanika b
dengan Ω ≡ γ2 − ω 2 .
p
p
dengan ψ = ω 2 − γ2 . Baris terakhir diperoleh dengan meng-
ambil A = Ceφ /2 dan B = Ce−φ /2 dan mengingat bahwa x
e-γt cos(ψt)
2 cos θ = eiθ + e−iθ . Terlihat dari persamaan di atas bahwa x (t) e-γt
berupa fungsi osilasi dengan frekuensi sudut ψ dan amplitudo
yang meluruh terhadap t. Grafik posisi benda terhadap waktu
diberikan pada Gambar 3.1. t
ẍ + 2γ ẋ + ω 2 x = C0 eiω0 t . (3.22)
yang menghasilkan
C0
A= . (3.24)
ω 2 − ω02 + 2iγω0
Sehingga solusi kita menjadi
!
C0
x (t) = eiω0 t (3.25)
ω 2 − ω02 + 2iγω0
Karena posisi adalah besaran riil, maka kita memilih bagian riil
dari solusi di atas. Mula-mula kita uraikan persamaan di atas
menjadi
1 1
1/R
0.5 0.5
0 0
0 2 4 6 8 10
ω0
Soal
ẍ + 4x = 0.
√
Awalnya partikel berada pada titik x = 3 ketika begerak me-
nuju titik pusat dengan kelajuan 2. Tunjukkan bahwa geraknya
memenuhi √
x = 3 cos 2t − sin 2t.
Tentukan amplitudo osilasinya. Berapa lama waktu yang dibu-
tuhkan partikel untuk pertama kali sampai ke titik pusat.
ẍ + 10ẋ + 16x = 0.
ẍ + 2K ẋ + Ω2 x = 0
ẍ + 2K ẋ + Ω2 x = 0. (3.34)
dv dv dx dv
F = ma ⇒ F ( x ) = m =m = mv ,
dt dx dt dx
yang memberi kita
F ( x )dx = mvdv. (4.1)
Integral dari persamaan terakhir untuk kondisi awal (initial, i) dan
akhir (final, f ) tertentu menghasilkan
Z x Z v
f f 1 1
F ( x )dx = mvdv = mv f 2 − mvi 2 . (4.2)
xi vi 2 2
1 2
K= mv (4.3)
2
Persamaan terakhir dapat ditulis sebagai
Z x
f
F ( x )dx = K f − Ki = ∆K (4.4)
xi
Ruas kiri persamaan terakhir kita sebut sebagai kerja atau usaha
yang dilakukan oleh gaya F kepada benda, saat benda bergerak
36 14 pekan kuliah mekanika b
Wi→ f = K f − Ki (4.6)
yang disebut sebagai teorema kerja-energi kinetik, yang menya- J teorema kerja-energi ki-
takan bahwa besarnya usaha yang dilakukan pada suatu gaya akan sa- netik
Untuk ∆~r yang sangat kecil, jumlahan pada ruas kanan dapat di-
tulis dalam bentuk integral, sehingga
Z f Z f Z f
~F · d~r = d~v m
W= m · ~vdt = d (~v · ~v)
i i dt i 2
1 1
= mv f 2 − mvi 2
2 2
= ∆K. (4.11)
PEKAN KE- 4. KERJA DAN ENERGI 37
v f 2 = vi 2 + 2ax. (4.12)
F
Substitusi a = m pada hubungan tersebut memberi kita
F 1 1
v f 2 = vi 2 + 2 x ⇔ mv f 2 − mvi 2 = Fx
m 2 2
⇔ ∆K = W, (4.13)
Hal penting yang tetap harus diingat dari besaran kerja adalah
bahwa integral pada definisi kerja merupakan integral garis, yang
dievaluasi sepanjang garis lintasan yang dilalui oleh benda sela-
ma gaya bekerja. Dengan demikian, untuk lintasan yang berbeda
secara umum besar usaha yang dilakukan oleh gaya akan berbe-
da pula. Contoh 4.1.2 akan memberikan gambaran bahwa secara
umum usaha bergantung pada lintasan.
38 14 pekan kuliah mekanika b
Z x Z yB Z 2 Z 4
C
W1 = Fx dx + Fy dy = ydx + 2x dy = 16 J,
xA yC 0 0
=
=
0 4
Z yD Z xB Z 4 Z 2
W2 = Fy dy + Fx dx = 2x dy + ydx = 8 J.
yA xD 0 0
=
0 4
Z B Z B
W3 = Fx dx + Fy dy = ( y dx + 2x dy) = 12 J.
A A
=
=
y
2x
Z B Z B
W4 = Fx dx + Fy dy = ( y dx + 2x dy ) = 40/3 J.
A A
=
x2 2xdx
4.2 Potensial
(1) U1 ( x, y, z) = axy2 z3 ,
(2) U2 (r ) = 12 kr2 ,
(3) U3 ( x, y, z) = 12 k x x2 + 12 k y y2 + 12 k z z2 .
Tinjau sebuah benda yang dikenai oleh gaya konservatif ~Fk dan
gaya nonkonservatif ~Fnk . Dengan menerapkan hukum II Newton,
usaha total yang dilakukan kedua gaya akan sama dengan peru-
bahan energi kinetik benda, sehingga dapat kita tuliskan
Z Z
Wtotal = ~Fk · d~r + ~Fnk · d~r = ∆K. (4.18)
| {z } | {z }
−∆U Wnk
∆E = 0. (4.22)
Sejauh ini, objek yang kita tinjau hanyalah berupa partikel titik
berjumlah tunggal. Untuk bagian ini, marilah kita sedikit me-
langkah lebih jauh dengan meninjau sistem fluida. Kita dapat
memandang fluida tersebut sebagai kumpulan dari banyak par-
tikel titik dengan massa dan volume total tertentu. Pada sistem
fluida tak termampatkan (incompressible), massa jenis fluida berni-
lai konstan. Kemudian ketika fluida mengalir pada sebuah pipa,
sifat tak termampatkan juga menjamin berlakunya kontinuitas flu-
PEKAN KE- 4. KERJA DAN ENERGI 43
Q1 = Q2 , (4.24)
A1 v1 = A2 v2 , (4.26)
F
P≡ . (4.27)
A
Tekanan adalah besaran skalar, sedangkan gaya dan luas penam-
pang merupakan vektor. Dalam bentuk vektor, ketiga besaran ini
~
dihubungkan oleh ~F = P A.
Sekarang, mari kita tinjau sistem fluida yang mengalir pada
sebuah pipa dengan penampang tertentu. Untuk menyederha-
nakan masalah, kita ambil fluida yang tidak memiliki viskositas,
sehingga efek-efek yang muncul karena gesekan fluida tidak di-
perhitungkan1 . Tinjau satu bagian kecil fluida dengan luas pe- 1
untuk pembahasan lebih
nampang dA = dx × dy dan tebal dz. Arah dari sumbu-z kita lanjut, dengan mempertim-
bangkan gesekan fluida,
pilih sepanjang aliran fluida, seperti pada gambar. Anggaplah pembaca dapat merujuk
massa jenis fluida adalah ρ, sehingga massa bagian kecil tersebut buku-buku mekanika fluida,
salah satunya buku Munson
adalah dm = ρdV, dengan dV = dA × dz = dx × dy × dz adalah yang tercantum pada daftar
pustaka.
44 14 pekan kuliah mekanika b
dv
dF = dm a = ρdVv , (4.29)
dz
dengan v adalah kecepatan aliran fluida. Pada persamaan di atas,
kita telah menggunakan a = dv dv dz dv
dt = dz dt = v dz seperti pada awal
bab ini. Perhatikan juga bahwa kita telah mengasumsikan bahwa
v = v(z), yang artinya kecepatan semua partikel fluida di bidang
yang tegaklurus terhadap aliran fluida sama. Asumsi ini dapat
diambil sebagai konsekuensi dari diabaikannya viskositas fluida.
Selain gaya akibat perbedaan tekanan sepanjang aliran, gaya
berat juga dapat mengambil peran jika fluida mengalir pada arah
yang tidak horizontal. Misalkan aliran fluida membentuk sudut θ
terhadap horizontal, maka komponen gaya berat sebesar
dv
dF + dFg sin θ = −dP × dA − ρdVg sin θ = ρdVv . (4.31)
dz
Kita dapat membagi persamaan terakhir dengan volume dV, un-
tuk mendapatkan
dP dv
− − ρg sin θ = ρv . (4.32)
dz dz
Mari kita periksa (dan modifikasi) lebih lanjut persamaan di
atas. Suku pertama pada persamaan di atas menyatakan gradien
dari tekanan sepanjang arah aliran fluida. Karena secara umum
P = P( x, y, z) maka suku tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
turunan parsial, ∂P
∂z . Selanjutnya, funsi sinus pada suku kedua pa-
da ruas kiri dapat dituliskan sebagai sin θ = dh dz dengan h adalah
PEKAN KE- 4. KERJA DAN ENERGI 45
PV = nRT, (4.35)
m nMr PMr
ρ= = = . (4.36)
V V RT
Jadi diperoleh ρ = ρ ( P, T ). Untuk gas dengan suhu tertentu,
diperoleh kesebandingan antara massa jenis dengan tekanan gas.
46 14 pekan kuliah mekanika b
1
P + ρgh + ρv2 = C, (4.37)
2
yang tidak lain merupakan persamaan Bernoulli. Persamaan ini
dapat juga dipandang sebagai bentuk dari persamaan teorema
kerja-energi pada fluida. Untuk melihat ini, tinjau fluida yang
mengalir pada suatu pipa dengan dua ujung terbuka yang berbe-
da ketinggian. Menurut persamaan Bernoulli, selisih ketiga suku
di atas pada kedua ujung adalah
1
∆P + ρg∆h + ρ∆ v2 = 0. (4.38)
2
Tuliskan ρ = m/V = m/( Adz), diperoleh
1
(∆PA)dz + mg∆h + m∆ v2 = 0. (4.39)
2
Ingat bahwa ∆PA = ( P2 − P1 ) A = − F, sehingga suku pertama
tidak lain merupakan kerja, −W. Suku kedua dan ketiga masing-
masing adalah perubahan energi potensial dan kinetik. Sehingga
akhirnya diperoleh −W + ∆V + ∆K = 0 yang tidak lain merupak-
an teorema kerja-energi.
PEKAN KE- 4. KERJA DAN ENERGI 47
Soal
(a) Anggap gesekan udara yang bekerja pada bola bernilai kon-
stan dan mula-mula bola dilontarkan dari ketinggian 5 m
dari permukaan laut, tentukan laju verikal bola sesaat sete-
lah jatuh ke laut.
(b) Jika gesekan air laut 20 kali gesekan udara dan gaya apung
yang dialami oleh bola sangat kecil, pada kedalaman bera-
pakah bola berhenti sesaat untuk pertama kalinya di dalam
air?
48 14 pekan kuliah mekanika b
2GMm x
F(x) = − 3/2
( x 2 + a2 ) .
Tinjau sebuah sistem yang terdiri dari dua benda yang posisinya
masing-masing ~r1 dan ~r2 . Posisi relatif benda perama terhadap
kedua kita tuliskan sebagai ~r12 ≡ ~r1 −~r2 , dan sebaliknya posisi
relatif benda kedua terhadap yang pertama ~r21 = −~r12 . Interaksi
kedua benda dikatakan sebagai gaya sentral jika arah gaya yang
dialami oleh tiap benda searah dengan vektor posisi relatif satu
sama lain. Gaya yang dialami oleh partikel pertama akibat yang
kedua kita tuliskan dalam bentuk
~ V (r ) = − dV (r ) r̂.
~F = −∇ (5.5)
dr
atau
F (r ) = mar = m r̈ − r θ̇ 2 , (5.8) J persamaan gerak ga-
ya sentral
0 = maθ = m(r θ̈ + 2ṙ θ̇ ). (5.9)
menjadi
dL
= m 2rṙ θ̇ + r2 θ̈ = r m r θ̈ + 2ṙ θ̇ = 0
dt
atau
dL
= 0 ⇔ L = Konstan. (5.11)
dt
Konstanta L kita sebut sebagai momentum sudut. Sehingga, kita
telah mendapatkan konservasi momentum sudut dari menginte-
gralkan persamaan (5.9). Fakta tentang konservasi momentum
sudut ini sebenarnya juga merupakan konsekuensi langsung dari
tidak adanya torsi akibat gaya sentral, τ = 0.
Mengingat r θ̇ = vθ , maka besar momentum sudut adalah | L| =
Gambar 5.2: Momentum su-
m|vθ ||r |. Kemudian karena vθ ⊥ r, maka vektor momentum sudut dut benda dalam pengaruh
dapat juga dituliskan sebagai gaya sentral.
~L = ~r × m~v. (5.12)
E = U + K, (5.13)
~v = ṙr̂ + r θ̇ θ̂ → v2 = ~v · ~v = ṙ2 + r2 θ̇ 2 ,
1
E = U (r ) + m ṙ2 + r2 θ̇ = konstan (5.14)
2
PEKAN KE- 5. GAYA SENTRAL (1) 53
L
θ̇ = , (5.15)
mr2
sehingga persamaan energi (5.14) dapat ditulis ulang dalam ben-
tuk
L2
1
E = U (r ) + m ṙ2 + r2
2 m2 r42
L 2
1 2
= U (r ) + + mṙ
2m2 r2 2
atau
1
E = U ∗ (r ) + mṙ2 , (5.16)
2
dengan
L2
U ∗ (r ) = U (r ) + , (5.17)
2m2 r2
disebut dengan potensial efektif sistem.. J potensial efektif
Perhatikan bahwa sekarang persamaan gerak kita menjadi sa-
tu dimensi. Awalnya, persamaan gerak mengandung variabel r
dan θ, namun dengan memanfaatkan konservasi momentum su-
dut, persamaan gerak benda tereduksi menjadi satu dimensi saja.
Persamaan (5.16) dapat diselesaikan untuk mendapatkan fungsi
radial r (t). Selanjutnya solusi untuk variabel sudut θ (t) didapat
dengan memanfaatkan konservasi momentum sudut. Dengan de-
mikian gerakan benda dapat digambarkan secara eksak.
Persamaan (5.16) dapat diselesaikan untuk mendapatkan fung-
si r (t). Dari persamaan tersebut, dapat diperoleh
dr
dt = q . (5.18)
2 ( E −U ∗ )
m
U 00 (r0 )
U 0 (r ) ' U (r0 ) + 0 + (r − r0 )2 .
2
Jika U 00 (r0 ) konstan, misalnya bernilai k, maka
1
U (r ) ' U (r0 ) + k (r − r0 )2 . (5.20)
2
Ambil titik r0 sebagai acuan sehingga U (r0 ) = 0, akibatnya
1
U (r ) ' k∆r2 ,
2
dengan ∆r = r − r0 . Potensial ini memiliki bentuk yang sama
dengan potensial untuk osilasi harmonik sederhana. Jadi, dapat
PEKAN KE- 5. GAYA SENTRAL (1) 55
2E
r = dt. (5.21)
k 2
1 − 2E x
kx2
Kita misalkan 2E = sin2 θ, sehingga
r r
2E 2E
x= sin θ ⇒ dx = cos θ dθ, (5.22)
k k
dan persamaan (5.21) menghasilkan
r Z
m
Z
dθ = dt. (5.23)
k
Hasil integrasi persamaan terakhir menghasilkan
θ = θ0 + ωt, (5.24)
q
m
dengan ω = k . Substitusikan kembali nilai θ ke persamaan
(5.22) untuk mendapatkan posisi benda sebagai fungsi waktu,
r r
2E 2E
x (t) = sin θ = sin (θ0 + ωt) . (5.25)
k k
Akhirnya, diperoleh posisi radial benda,
r
2E
r = r0 + x = r0 + sin (θ0 + ωt) . (5.26) Gambar 5.4: Lintasan parti-
k
kel yang berosilasi (biru) di
Terlihat bahwa benda mengalami osilasi di sekitar orbit lingka- sekitar orbit lingkaran (me-
rannya. Lintasan partikel digambarkan pada Gambar 5.4. rah).
Soal
~F (r ) = − Gm1 m2 r̂.
r2
56 14 pekan kuliah mekanika b
dr
dt = q .
2 ( E −U ∗ )
m
dut
L = mr2 θ̇, (6.1)
1
E = V ∗ + mr˙2 , (6.2)
2
dengan
L2
V∗ = V + , (6.3)
2mr2
adalah potensial efektif sistem.
Dari kedua persamaan konservasi di atas, diperoleh
L2 L2
θ˙2 = = (6.4)
(mr2 )2 m2 r 4
2
r˙2 = ( E − V ∗ ) (6.5)
m
Selanjutnya kita bandingkan kedua persamaan terakhir
dr/dt 2 2
(E − V ∗ )
= m 2 2 4
dθ/dt L /m r
2
dr 2m
⇔ = 2 ( E − V ∗ ) r4 . (6.6)
dθ L
− GMm GMm
F (r ) = 2
⇔ V=− . (6.7)
r r
PEKAN KE- 6. GAYA SENTRAL (2) 59
− GMm L2 −α β
V ∗ (r ) = + = + 2, (6.8)
r 2mr2 r r
2
dengan α = GMm, β = 2m L
. Bentuk kurva V ∗ terhadap r diberikan
pada Gambar 6.1. Gaya elektrosatik memiliki bentuk potensial
efektif yang serupa dengan fungsi di atas, namun dengan α dan β
berbeda.
F Tugas 6.2.1 5
elektrostatik. 0
-1
-2
-3
-4
1 10 100
Jarak (r)
Persamaan orbit benda diperoleh dengan mensubstitusikan per- Gambar 6.1: Potensial efek-
tif untuk gaya gravitasi, V ∗ =
samaan (6.8) ke persamaan (6.6), yaitu
− αr + rβ2 . Terlihat bahwa po-
2 tensial potensial memiliki ni-
dr 1 α β
= E+ − 2 r4 . (6.9) lai minimum pada titik r ter-
dθ β r r tentu, dan menuju nol untuk
jarak yang cukup jauh, r →
Dengan mengambil pemisalan u = 1r ⇒ du = − r12 , dr = −u2 dr, ∞.
z = A cos θ, (6.12)
60 14 pekan kuliah mekanika b
dengan
s
α2
1
A= E+ , (6.13)
β 4β
sehingga
1 α α
= u = z+ = A cos θ +
r 2β 2β
1
⇔ r= α
2β + A cos θ
2β 1 ro
⇔ r= = . (6.14)
α 1 + e cos θ 1 + e cos θ
2β
dengan r0 = α dan
r
2β 4βE
e= A= 1+ . (6.15)
α α2
Konstanta e disebut sebagai eksentrisitas. Persamaan (6.14) meru- Jeksentrisitas
pakan persamaan orbit untuk benda yang berada dalam pengaruh
gaya sentral berbentuk 1/r2 .
Pada bab berikutnya, akan dibahas berbagai kemungkinan ben-
tuk orbit/lintasan benda yang semuanya merupakan bentuk dari
potongan kerucut, yaitu lingkaran, elips, parabola, dan hiperbo-
la.
Gaya Sentral (3) 7
7-1 Orbit/lintasan irisan
Pada bab sebelumnya, telah diperoleh solusi yang menggam- kerucut
barkan orbit benda dalam pengaruh gaya sentral berbentuk 1/r2 . 7-2 Orbit elips dan
pembuktian
Solusi tersebut diberikan pada persamaan (6.14) dan berbentuk hukum-hukum Kepler
r0
r= ,
1 + e cos θ
dengan r0 dan e bernilai konstan. Pada bab ini, akan dibahas
berbagai bentuk lintasan (yang semuanya merupakan bentuk iris-
an kerucut) untuk semua kemungkinan nilai e. Selain itu, secara
khusus akan dibahas mengenai orbit elips dan aplikasinya dalam
pembuktian hukum-hukum Keppler tentang gerak planet.
7.1.1 e=0
Jika e = 0, persamaan orbit benda akan tereduksi menjadi
2β L2
r = ro = = . (7.1)
α GMm2
62 14 pekan kuliah mekanika b
x2 + y2 = r02 . (7.2)
0.5 0.5
e=0
x + y 2 = r02
2
0 0
−0.5 −0.5
−1 −1
ro
r= ⇔ r + ex = ro
1 + e xr
⇔ r2 = (ro − ex )2
⇔ x2 + y2 = ro2 − 2er0 x + e2 x2
⇔ y2 = ro2 + e2 − 1 x2 − 2er0 x
2 2
y2 r2
2er er0 er0
⇔ 2 = 2 o + x2 − 2 0 x + 2
− 2
e −1 e −1 e −1 e −1 e −1
2 2
y2 r2
2e er0 er0
⇔ 2
= 2 o + x2 − 2 x+ −
e −1 e −1 e −1 e2 − 1 e2 − 1
| {z }
2
er0
x−
e2 −1
2 !
y2 ro2 e2 r02
er0
⇔ 2 = +x− 2 −
e −1 e2 − 1 ( e2 − 1)2
e −1
2 2
y2
er r0
⇔ 2 = x− 2 0 − (7.3)
e −1 e −1 e2 − 1
( x + x0 )2 y2
+ 2 = 1, (7.4)
a2 b
dengan
er0
x0 = , (7.5)
1 − e2
r0
a= , (7.6)
1 − e2
r0
b= √ . (7.7)
1 − e2
1 1
0 0
−1 −1
−2 −2
−3 −2 −1 0 1
PEKAN KE- 7. GAYA SENTRAL (3) 65
7.1.3 e=1
x
p
Seperti sebelumnya kita gunakan r = x2 + y2 dan cos θ = r,
pada persamaan lintasan benda,
ro ro r
r= x ⇔r= ⇔ r = ro − x
1+ r r+x
⇔ r2 = ro2 − 2ro x + x2
⇔ x2 + y2 = ro2 − 2ro x + x2
⇔ y2 = r0 (r0 − 2x ) . (7.8)
e=1
y2 = r0(r0 -2x)
4 4
2 2
0 0
−2 −2
−4 −4
−6 −6
−10 −8 −6 −4 −2 0 2
66 14 pekan kuliah mekanika b
7.1.4 e>1
( x − x̃ )2 y2
− 2 = 1, (7.9)
ã2 b̃
dengan
er0
x̃ = , (7.10)
e2 − 1
r0
ã = 2 , (7.11)
e −1
r0
b̃ = √ , (7.12)
e2 − 1
2 2
e>1
- (x-x0)2/a2 + y2/b2 = 1
0 0
−2 −2
−4 −4
−4 −2 0 2
adalah
v2 GMm v2
ΣF (r ) = m ⇔ = m
R R2 R
GMm
⇔ mv2 = . (7.13)
R
Sementara itu, energi planet akan berupa energi kinetik dan po-
tensial gravitasi,
E = K+V
1 2 GMm
= mv + −
2 R
1 GMm
=
2 R
1 GMm
= − < 0. (7.14)
2 R
68 14 pekan kuliah mekanika b
Hukum-hukum Kepler
1. Planet-planet mengelilingi Matahari dalam lintasan elips, dengan
Matahari di salah satu pusat/titik fokus elips.
PEKAN KE- 7. GAYA SENTRAL (3) 69
2. Vektor jari-jari orbit planet menyapu daerah dengan luas yang sama
untuk tiap selang waktu yang sama, di manapun planet berada.
Perhatikan Gambar 7.5. Misal dA adalah luas daerah yang diar-
sir. Daerah tersebut dapat di dekati sebagai segitiga, sehingga
luasnya dA = 21 rdθ
Jika dibagi dengan selang waktu dt, diperoleh Gambar 7.5: Daerah yang di-
sapu oleh vektor jari-jari orbit
dA 1 dθ
= r2 . (7.18) untuk selang waktu dt terten-
dt 2 dt tu.
Ingat kembali definisi momentum sudut L = mr2 θ̇ sehingga
r2 θ̇ = mL yang merupakan konstanta. Jadi, persamaan di atas
menjadi
dA L2
= = konstan.
dt 2m
Dengan kata lain, hukum II Keppler tidak lain merupakan per-
nyataan konservasi momentum sudut planet.
3. Kuadrat dari planet sebanding dengan pangkat tiga dari panjang se-
mimayor elips.
Dengan memanfaatkan hukum II Kepler, kita dapat menentuk-
an luas seluruh daerah elips dengan cara mengintegralkan per-
samaan dAdt di atas pada selang waktu satu periode T.
L2 L2 t
Z A
dA
Z
= ⇒ dA = dt
dt 2m o 2m 0
L2
⇔ A= T = βT. (7.19)
2m
Secara matematis, luas daerah elips adalah A = πab dengan a
dan b ditunjukkan pada Gambar 7.6. Sebelumnya telah dipero-
leh persamaan orbit elips berbentuk
Gambar 7.6: Geometri elips.
( x + x o )2 y2
2
= 2 = 1, (7.20)
a b
dengan
e ro
xo = 1− e2
,
ro
a= 1− e2
b = √ ro 2
1− e
70 14 pekan kuliah mekanika b
a ro /1 − e2 1 √
= = ⇒ b = aro (7.21)
b2 ro2 /1 − e2 2
A = βT (7.23)
sehingga diperoleh
π 2 r0 a3 = β2 T 2 , (7.24)
atau
a3 ∼ T 3 . (7.25)
Ujian tengah semester 8
Waktu ujian: 100 menit
1. Seekor lebah terbang pada lintasan tertentu sedemikian sehingga posisinya dalam koordi-
nat polar untuk setiap waktu t diberikan oleh
bt t
r= (2τ − t) , θ= , (0 ≤ t ≤ 2τ ) ,
τ2 τ
dengan b dan τ konstanta positif. Tentukan,
(a) vektor kecepatan lebah tiap waktu ~v(t),
(b) laju minimum lebah,
(c) percepatan lebah saat mencapai laju minimum.
2. Sebuah partikel m dikenai gaya sebesar F = − ax + bx2 dengan a dan b adalah konstanta
positif.
(a) Tentukan energi potensial V ( x ). Anggaplah V (0) = 0.
(b) Gambarkan/plot grafik dari F ( x ) dan V ( x ) dalam satu sistem koodinat.
(c) Pada posisi x berapakah potensial V ( x ) bernilai minimum?
(d) Tentukan periode osilasi benda di sekitar titik minimum potensialnya.
3. Dilakukan percobaan osilasi menggunakan sebuah benda bermassa yang terikat pada salah
satu ujung pegas. Pada percobaan pertama, benda mula-mula disimpangkan dari titik
setimbangnya sejauh x0 kemudian dilepaskan tanpa kecepatan awal sehingga mengalami
osilasi harmonik sederhana. Pada percobaan kedua, percobaan pertama diulangi namun
sistem pegas dicelupkan ke dalam fluida sehingga benda mengalami osilasi teredam kritis.
Jika diketahui massa benda m, konstanta pegas k, dan gaya redaman −bv (dengan v adalah
kecepatan benda), tentukanlah
(a) perbandingan laju maksimum benda yang dicapai pada percobaan pertama dengan per-
cobaan kedua,
72 14 pekan kuliah mekanika b
(b) usaha total yang dilakukan oleh gaya redaman (damping force) pada percobaan kedua
sejak benda dilepas hingga berhenti.
4. Sebuah partikel berada dalam pengaruh gaya sentral sehingga bergerak dengan orbit yang
diberikan oleh r = Ae aθ , dengan A dan a konstanta positif. Momentum sudut partikel
adalah L dan energi totalnya E.
(a) Gambarkanlah lintasan partikel dalam bidang polar.
(b) Tentukanlah energi potensial partikel.
Sistem Partikel (1) 9
9-1 Pusat massa sistem
Pada pekan-pekan sebelumnya, kita telah membahas berbagai gerak pusat massa
aspek mekanika dari partikel tunggal. Pekan ini kita membahas 9-2 Momentum linear sistem
9-3 Momentum sudut dan
aplikasi mekanika pada sistem yang terdiri dari banyak (misal- torsi sistem
nya sejumlah N) partikel. Sistem partikel dapat dipandang seba- 9-4 Energi sistem
gai benda tunggal yang diwakili oleh titik pusat massa. Kita ak-
an mempelajari bagaimana momentum linear, momentum sudut,
dan torsi pada yang bekerja pada sistem, jika antarpartikel da-
lam sistem saling berinteraksi dengan gaya internal (disimbolkan
dengan G)~ dan sistem mengalami gaya eksternal total (~F).
atau
N
~R = ∑i=1 mi~ri , (9.2)
M
dengan M ≡ ∑iN=1 mi adalah massa total seluruh partikel dalam
sistem. Pada persamaan (9.1), seolah-olah kita memandang selu-
ruh partikel sebagai benda tunggal dengan massa M = ∑ mi dan
posisi ~R.
74 14 pekan kuliah mekanika b
~F (i) = ∑ ~Fkl
(i )
k , (9.6)
l 6=k
(i )
dengan ~Fkl adalah gaya antara partikel ke-k dengan partikel ke-l.
Sehingga, gaya total yang bekerja pada partikel ke-k adalah
Jika kita menjumlahkan gaya total yang dialami oleh semua par-
tikel, maka diperoleh Dengan demikian, gaya total yang bekerja
PEKAN KE- 9. SISTEM PARTIKEL (1) 75
k =1 k =1 k =1 l 6 = k
| {z } | {z }
~F (e) ~F (i)
dengan
N
~P = ∑ ~pk (9.12)
k =1
Jika kecepatan partikel ke-k adalah ~vk dan kecepatan titik Q Gambar 9.1: Posisi partikel
adalah ~vQ , maka momentum sudut partikel ke-k terhadap titik Q dalam sistem menurut ke-
adalah rangka Q. Posisi partikel ke-
k adalah ~rk dan posisi titik Q
adalah ~rQ , maka ~rkQ = ~rk −
~LkQ = mk ~rk −~rQ × ~vk − ~vQ ,
(9.16) ~rQ
d~
Pk
= (~rk −~rQ ) × − mk (~rk −~rQ ) ×~aQ . (9.17)
dt
Ingat kembali bahwa partikel ke-k dikenai gaya eksternal ~Fk dan
~ kl , sehingga
gaya internal ∑l G
d~
Pk
= ~Fk + ∑ G
~ kl . (9.18)
dt l
d~LkQ
= (~rk −~rQ ) × ~Fk +(~rk −~rQ ) × ∑ G
~ kl − mk (~rk −~rQ ) ×~aQ
dt | {z } l
~k
N
= ~ k + (~rk −~rQ ) × ∑ G
N ~ kl − mk (~rk −~rQ ) ×~ak , (9.19)
sehingga diperoleh
d~LQ
~
=N (9.23)
dt
G ~ Ukl ,
~ kl = −∇ (9.25)
78 14 pekan kuliah mekanika b
d
dt
( E) = ∑ ~Fk · ~vk . (9.29)
k
Soal
1. Find the center of mass, the velocity of the center of mass, the
linear momentum, and the kinetic energy of the following sys-
tem:
m1 = 1kg, r1 = î + 2 ĵ + 3k̂, v1 = 2î + 3 ĵ
PEKAN KE- 9. SISTEM PARTIKEL (1) 79
Posisi relatif
Tinjau dua partikel masing-masing bermassa m1 dan m2 . Jika po-
sisi masing-masing benda menurut kerangka O adalah ~r1 dan ~r2 ,
maka posisi relatif partikel 1 terhadap partikel 2 adalah
~ + ~r 0 1 ,
~r1 = R (10.2)
~ + ~r 0 2 .
~r2 = R (10.3)
~R1 = ~r1 − ~R = m2 µ
(~r −~r2 ) = ~r , (10.6)
m1 + m2 1 m1 1,2
dengan
m1 m2
µ≡ (10.7)
m1 + m2
kita sebut sebagai massa tereduksi. Dengan cara yang sama, kita
dapatkan posisi relatif benda 2 terhadap pusat massa,
Kecepatan relatif
Persamaan posisi relatif masing-masing benda terhadap pusat mas-
sa dapat didiferensialkan untuk menghasilkan
V ~ = µ ~v1,2 ,
~ 1 = ~v1 − V (10.10)
m1
V ~ = − µ ~v1,2 ,
~ 2 = ~v2 − V (10.11)
m2
~1 ≡ d~R1 ~2 ≡ d~R2
dengan V dt dan V dt adalah kecepatan masing-masing
~
~ ≡ d R adalah kecepatan pusat
benda terhadap pusat massa dan V dt
massa sistem. Dapat kita buktikan bahwa
~ 1,2 = ~v1,2 .
V (10.12)
Percepatan relatif
Diferensial dari persamaan kecepatan relatif tiap partikel terha-
dap pusat massa menghasilkan
A ~ = µ ~a1,2 ,
~ 1 = ~a1 − A (10.13)
m1
A ~ = − µ ~a1,2 ,
~ 2 = ~a2 − A (10.14)
m2
~1 ≡ d2 ~R1 ~2 ≡ d2 ~R2
dengan A dt2
dan A adalah percepatan masing-
dt2
masing benda terhadap pusat massa dan A ~ ≡ d2 ~R2 adalah perce-
dt
patan pusat massa sistem. Lagi-lagi dapat dibuktikan bahwa
~ 1,2 = ~a1,2 .
A (10.15)
~ 2,1 = m2~a2 ,
G (10.17)
84 14 pekan kuliah mekanika b
dengan ~F2,1 adalah gaya pada partikel kedua akibat partikel per-
tama. Menurut hukum ketiga Newton, kedua gaya tersebut me-
rupakan pasangan aksi-reaksi,
~ 1,2 = − G
G ~ 2,1 . (10.18)
Mari kita pelajari lebih jauh sistem dua partikel di atas, dengan
mengandaikan dua partikel tersebut mengalami tumbukan satu
sama lain. Jika sistem mengalami gaya eksternal sebesar ~F, maka
berlaku
~
~F = d P , (10.23)
dt
dengan ~P adalah momentum pusat massa sistem yang juga sama
dengan total momentum sistem. Gaya luar dapat berupa, misal-
nya gaya gesek antara benda dengan lantai atau gaya gesek udara.
PEKAN KE- 10. SISTEM PARTIKEL (2) 85
Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka berlaku
~P = konstan, (10.24)
atau
~p1i + ~p2i = ~p1 f + ~p2 f , (10.25)
= µ~v1,2 − µ~v1,2
= 0. (10.26)
~ 2 = ~v2 − V
Demikian pula untuk partikel kedua, V ~ sehingga
dan selisih keduanya sama dengan energi kinetik dari pusat mas-
sa sistem, 21 MV 2 .
Akibat peristiwa tumbukan, energi kinetik sistem dapat beru-
bah. Tumbukan dikatakan sebagai tumbukan yang elastik (len-
ting) jika energi kinetik sistem sebelum dan setelah tumbukan ti-
dak berubah. Jika setelah tumbukan energi kinetik sistem bertam-
bah, maka peristiwanya disebut sebagai tumbukan elastik super
(superelastic). Penambahan energi kinetik ini bisa jadi berasal da-
ri energi internal sistem. Tumbukan dikatakan tidak lenting jika
energi kinetik sistem setelah tumbukan berkurang dibanding se-
belum tumbukan. Jadi, secara umum dapat kita tuliskan
Ki + Q = K f , (10.35)
Ki = K f
1 1 1 1
⇔ m v2 + m2 v22i = m1 v2i f + m2 v22 f . (10.38)
2 1 i1 2 2 2
Persamaan (10.37) dan (10.38) dapat kita sederhanakan sebagai
berikut. Pertama kita susun ulang kedua persamaan menjadi
m1 vi1 − v1 f = −m2 v2i − v2 f , (10.39)
m1 v2i1 − v2i f = −m2 v22i − v22 f . (10.40)
atau
m1 V1i + m2 V2i = 0
m1 V1 f + m2 V2 f = 0. (10.43)
dengan solusi
tumbukan. Tentu saja, kita dapat juga mencari selisih dari dua
persamaan konservasi momentum di atas untuk mendapatkan
m1 V1i − V1 f + m2 V2i − V2 f = 0, (10.46)
Soal
15. Show that the loss in kinetic energy when two objects collide
is 21 µV 2 (1 − e2 ), where µ, is the reduced mass, V is the relative
speed before collision, and e is the coefficient of restitution.
17. Consider the situation shown in figure below. Ball A of mass Soal 16.
Soal 18.
92 14 pekan kuliah mekanika b
Ki + Q = K f
p21i p22i p21 f p22 f
+ +Q = + . (11.2)
2m1 2m2 2m1 2m2
JIka partikel kedua mula-mula diam (kita sebut sebagai partiketl
target), maka persamaan konservasi momentum memberikan
m1 2
p21i = p21 f + p . (11.5)
m2 2 f
m1 − m2 p2 f m1 − m2 v2 f
1 1
cos θ = = . (11.6)
2 m2 p1 f 2 m1 v1 f
1 2
Q= P1 f − P1i2 . (11.12)
µ
Besaran Q dapat juga dinyatakan dalam besaran momentum par-
tikel kedua,
1 2
Q= P2 f − P2i2 . (11.13)
µ
Jadi perubahan energi sistem dapat diukur jika momentum salah
satu partikel sebelum dan setelah tumbukan diketahui.
Soal
x1 = C1 e pt , x2 = C2 e pt , (12.5)
C1 k3 k + m1 p2
=− 2
= − 23 . (12.6)
C2 k13 + m1 p k3
Tanda sama dengan paling kanan dari persamaan di atas memberi
kita
k23 = k13 + m1 p2 k23 + m2 p2 . (12.7)
PEKAN KE- 12. OSILASI TERKOPEL 99
p4 + αp2 + β = 0, (12.8)
dengan
k13 k
α= + 23 , (12.9)
m1 m2
k k2 + k1 k3 + k2 k3
β= 1 . (12.10)
m1 m2
Solusi persamaan kuadrat di atas adalah
k 2 k
p4 + p = 0 ⇒ p2 = − . (12.20)
µ µ
Soal
(a) k1 = k2 = k3 = k dan m1 = m2 = m,
(b) k1 = k2 = k3 = k dan 2m1 = m2 = 2m,
(c) k1 = k3 = k, k2 = 0, dan m1 = m2 = m.
ẍ + ω 2 (3x + y) = 0,
2ÿ + ω 2 ( x + 2y) = 0.
y = Y + y0 . (13.1)
104 14 pekan kuliah mekanika b
dy dY dy0
= + , (13.2)
dt dt dt
d2 y d2 Y d2 y 0
= + . (13.3)
dt2 dt2 dt2
d2 y 0 d2 Y
ΣF 0 = m 2
= F−m 2 . (13.5)
dt dt
d2 Y
Ftranslasi = −m . (13.6)
dt2
~r = ~R +~r 0 . (13.7)
~ + ~v0 + ~ξ,
~v = V (13.12)
d x̂ 0 dŷ0 dẑ0
~ × x̂ 0 ,
=ω ~ × ŷ0 ,
=ω = 0. (13.13)
dt dt dt
dẑ0
~ × ẑ0 .
=ω (13.14)
dt
PEKAN KE- 13. SISTEM NON INERSIAL 107
~ξ = x 0 ω
~ × x̂ 0 + y0 ω
~ × ŷ0 + z0 ω ~ × ẑ0
~ × x 0 x̂ 0 + y0 ŷ0 + z0 ẑ0
=ω
| {z }
~r 0
0
~ ×~r .
=ω (13.15)
d~r 0 δ~r 0
= ~ ×~r 0 .
+ω (13.16)
dt dt
Persamaan di atas dapat diperluas untuk sembarang vektor (mi-
~ 0 ) yang terletak di O0 ,
salnya A
dA~0 ~0
δA
= +ω ~ 0.
~ ×A (13.17)
dt dt
Akhirnya, diperoleh persamaan yang menghubungkan kecepatan
benda menurut kedua kerangka,
~ + ~v0 + ω
~v = V ~ ×~r 0 . (13.18)
∑ ~F = ~F = m~a, (13.21)
~Fazimutal = − dω~
×~r 0 , (13.25)
dt
~Fsentri f ugal = −mω
~ ×ω~ ×~r 0 . (13.26)
Keempat gaya di atas adalah gaya fiktif, yang muncul akibat trans-
lasi dipercepat dan gerak rotasi yang dialami oleh O0
Ujian Akhir Semester 14
Waktu ujian: 150 menit
1. Sebuah bola biliar dengan energi E meluncur di atas meja yang licin dan menumbuk bola
lain yang mula-mula dalam keadaan diam. Setelah tumbukan, kedua bola bergerak dengan
sudut hambur masing-masing sebesar θ dan −θ, terhadap arah gerak bola pertama sebelum
tumbukan. Jika tidak ada energi yang hilang akibat
gesekan, buktikan
bahwa energi kinetik
rotasi sistem setelah tumbukan adalah sebesar 1 − 12 cos−2 θ E.
2. Sebuah partikel bermassa m tergantung pada titik O melalui sebuah tali sepanjang l yang
ringan dan tidak mulur. Partikel kemudian digerakkan hingga mengalami ayunan konis.
(a) Tentukan torsi terhadap O akibat semua gaya yang bekerja pada partikel.
(b) Buktikan bahwa momentum sudut partikel bernilai konstan.
(c) Jika mula-mula tali membentuk sudut β terhadap garis vertikal, dan partikel bergerak
dengan laju horizontal u yang tegaklurus tali, tentukan kecepatan sudut partikel, atau φ̇,
untuk sembarang θ.
ϕ
u
110 14 pekan kuliah mekanika b
3. Sepasang massa m1 dan m2 dihubungkan dengan sebuah pegas dengan konstanta k, me-
luncur tanpa gesekan sepanjang sumbu-x (atau sejajar dengan arah perubahan panjang
pegas).
(a) Buktikan bahwa pusat massa kedua benda bergerak dengan kecepatan konstan.
(b) Tentukan frekuensi osilasi dari kedua benda.
4. Mari menganggap bumi bulat dengan jari-jari R dan berotasi dengan kecepatan sudut kon-
stan ω terhadap sumbu diametral yang melalui kutub utara. Sembarang objek yang berada
di permukaan bumi mengalami percepatan gravitasi ~g yang arahnya menuju pusat bumi,
dan percepatan akibat gaya fiktif ~a f . Objek A dengan massa m diam di permukaan bumi
pada suatu tempat dengan posisi lintang θ.
(a) Dengan mengabaikan gerakan bumi terhadap objek lain di alam semesta, identifikasi
nilai dari semua gaya-gaya fiktif yang bekerja pada A.
(b) Didefinisikan percepatan gravitasi efektif di permukaan bumi sebagai ~ge f f = ~g + ~a f .
Tentukan besar percepatan gravitasi efektif yang dialami oleh A.
(Petunjuk: posisi lintang kutub utara dan selatan masing-masing adalah +90◦ dan −90◦ .)
Beberapa solusi soal
Pekan 4
(b) ~F = −krr̂,
(c) ~F = − k x xî + k y y ĵ + k z zẑ .
2GMm 1
K = E−V = E− = mv2maks. ,
a 2
sehingga
r
2E 4GM
vmaks. = − .
m a
112 14 pekan kuliah mekanika b
Pekan 8 (UTS)
(b) laju: p
|~v| = ṙ2 + r2 θ̇ 2 .
Laju minimum:
d 2ṙr̈ + 2rṙ θ̇ 2 + 2r2 θ̇ θ̈
|~v| = √
dt ṙ2 + r2
⇔ ṙr̈ + rṙ θ̇ 2 = 0
⇔ ṙ (r̈ + r θ̇ 2 ) = 0.
Solusi dari persamaan di atas adalah
t
ṙ = 0 ⇒ 1 − =0⇒ t=τ ,
τ
atau
bt2 1
2b 2b
r̈ = −r θ̇ 2 ⇔ − = − t −
τ2 τ τ2 τ2
b 2 2b
⇔ = t − t + 2b = 0
τ2 τq
2b 4b2 8b2
τ ± τ2
− τ2 √
⇔ t= 2b
= 1± −1.
τ
Jadi laju minimum terjadi saat t = τ. Kecepatan saat itu
adalah
2b τ b
~v(τ ) = 1− r̂ + (2τ − τ )θ̂
τ τ τ
b
= θ̂.
τ
LAMPIRAN . BEBERAPA SOLUSI SOAL 113
b
Sehingga lajunya adalah τ .
(c) Percepatan saat t = τ: Ingat percepatan pada koordinat po-
lar
~a = (r̈ − r θ̇ 2 )r̂ + (r θ̈ + 2ṙ θ̇ )θ̂.
Saat t = τ:
−2b 1
r̈ = 2
, r = b, θ̇ = , θ̈ = 0, ṙ = 0.
τ τ
Sehingga
2b b
~a(τ ) = − 2− 2 r̂ + (0 + 0)θ̂
τ τ
= − τ3b2 r̂ .
2.(a) Potensial V ( x )
Z x x
a b
V (x) = − F ( x )dx = − − x 02 + x 03
0 0
= a 2
2x − 3b x3 . Gambar 1: Plot F ( x ) terha-
0 2 3 0
dap x.
3a
⇔ x = 0 atau x = .
2b
dV
Titik kritis potensial terletak pada dx = −F = 0 ⇒ x = 0
atau x = ba .
Gabungan kedua grafik diberikan pada Gambar 3.
(c) Terlihat pada grafik bahwa V ( x ) bernilai minimum secara Gambar 3: Plot F ( x ) dan
lokal pada x = 0 . V ( x ) terhadap x.
114 14 pekan kuliah mekanika b
1
V (x) ' V (0) + V 0 (0) x + V 00 (0) x2 + ...
2
1
= 0 + 0 + ( a) x2
2
1 2
= ax .
2
Ini adalah potensial osilator harmonik dengan "konstanta"
pegas k = a. Sehingga perioda osilasi benda adalah
q q
m m
T = 2π k = 2π a
E = Vmax = Kmax
r
1 2 1 k
⇔ kx0 = mv2max ⇒ vmax = x0 = ωx0 .
2 2 m
Pada percobaan kedua, benda mengalami teredam kritis, se-
hingga simpangannya berbentuk fungsi
d
v(t) = x (t) = −ωe−ωt ( x + 0 + Bt) + e−ωt ( B)
dt
= e−ωt [−ωx0 − ωBt + B] .
dv
Kecepatan maksimum terjadi jika dt = 0, atau
1
−ω 2 x0 e−ωt + ω 3 x0 e−ωt = 0 ⇒ t = .
ω
Sehingga vmax = v = v ω1 = −ωx0 e−1 . Jadi perbandingan
kecepatan maksimum kedua percobaan adalah
v
max(1) ωx0
v = ωx0 e−1
=e
max (2)
Wnon-konservatif = ∆E.
Sehingga
Wnon-konservatif = E f − Ei = − 21 kx02 .
E = K+V
1 2 1
= mṙ + mr θ̇ 2 + V
2 2
2
1 2 1 2 L
= mṙ + mr +V
2 2 m2 r 4
1 2 1 L2
= mṙ + + V.
2 2 mr2
Karena r = Ae aθ ⇒ ṙ = ar θ̇ = ar mrL 2 = mr
aL
, sehingga
2
1 aL 1 L2 a2 L2 L2 (1+ a2 ) L2
V (r ) = E − m − 2
= E− 2
− = E− 2mr2
.
2 mr 2 mr 2mr 2mr2
116 14 pekan kuliah mekanika b
Pekan 14 (UAS)
Karena tidak ada gaya eksternal yang bekerja pada arah gerak,
maka momentum sistem konstan,
2.(a) Gaya yang bekerja pada benda hanya berupa gaya berat dan
gaya tegangan tali. Kita gunakan sistem koordinat polar, se-
hingga saat tali membentuk sudut θ terhadap vertikal, kedua
gaya dapat dituliskan sebagai
~T = − T sin θ r̂ + T cos θ k̂, (7)
~ = m~g = mgk̂.
w (8)
LAMPIRAN . BEBERAPA SOLUSI SOAL 117
~τ = ~|l × ~T +~l × w
{z }
~
0
= mgl sin θ φ̂. (10)
3.(a) Gaya yang bekerja pada benda hanya gaya pegas, yang pada
masing-masing benda besarnya sama dan berlawanan arah.
Sehingga, gaya total pada sistem bernilai nol. Percepatan
pusat massa sistem,
m1 m2
r
T = 2π . (15)
k ( m1 + m2 )
Fs f = mω 2 R cos θ. (16)
Fs f
af = = ω 2 R cos θ (17)
m
Besar percepatan total yang bekerja pada benda adalah
q
ge f f = g2 + a2f + 2ga f cos (π − θ )
q
= g2 + a2f − 2ga f cos θ
q
= g2 + (ω 2 R − 2g) ω 2 R cos2 θ. (18)
Daftar Pustaka
A.P. Arya. Introduction to Classical Mechanics. Prentice Hall international editions. Prentice-Hall
International, 1998. ISBN 9780139066863.
R.D. Gregory. Classical Mechanics. Cambridge University Press, 2006. ISBN 9781139450041.
D. Morin. Introduction to Classical Mechanics: With Problems and Solutions. Cambridge University
Press, 2008. ISBN 9781139468374.