Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Bakteri Flora Normal Pada Rongga Mulut


Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil (mikroskopik)
dan masyarakat umumnya erat mengaitkan keberadaan mikroorganisme sebagai agen
penyebab penyakit. Salah satu jenis mikroorganisme yaitu bakteri. Mikroorganisme dapat
dijumpai di berbagai tempat di dalam tubuh makhluk hidup salah satunya pada rongga mulut.
Terdapat 700 spesies bakteri yang hidup di dalam rongga mulut. Rongga mulut merupakan
tempat keluar masuknya ataupun dapat disebut sebagai pintu gerbang berbagai jenis
mikroorganisme termasuk bakteri masuk bersamaan dengan makanan ataupun minuman, baik
mikroorganisme yang bersifat patogen maupun yang tidak bersifat patogen. Pada rongga
mulut mikroorganisme yang masuk bersama dengan makanan maupun minuman akan
dinetralisir oleh zat yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan bakteri flora normal pada rongga
mulut (Ferdinand, 2007).

Kolonisasi flora normal yang terdapat pada rongga mulut umumnya tidak bersifat
patogen serta memiliki peranan penting dalam mkeanisme sistem imun tubuh. Hal ini
dikarenakan flora normal dapat mengahasilkan zat yang dapat menghambat pertumbahan
mikroorganisme lainnya dan bakteri-bakteri patogen cenderung tidak dapat mengakses
daerah-daerah yang dihuni oleh bakteri flora normal. Namun apabila kondisi dimana sistem
imun tubuh rendah, flora normal tersebut dapat berubah sifat menjadi patogen dan dapat
menimbulkan suatu penyakit, misalnya karies, gingivitis, stomatitis, glossitis, dan
periodontitis (Aslim, 2014).

Pertumbuhan flora normal khususnya pada rongga mulut dipengaruhi beberapa faktor,
seperti suhu serta kelembaban yang tinggi pada rongga mulut, ada tidaknya zat penghambat
pertumbuhan flora normal, sisa-sisa makanan yang diuraikan oleh bakteri menjadi asam yang
akan menempel pada email sehingga menyebabkan demineralisasi, serta beberapa faktor
lainnya yang menjadikan rongga mulut sebagai lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan
bakteri. Secara umum bakteri flora normal yang terdapat pada rongga mulut, yaitu :

2.1.1 Streptococcus mutans


Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif dan anaerob fakultatif yang
berbentuk bulat (coccus) dengan diameter 0,5-0,75 µm dan tumbuh optimal pada suhu
18-40ºC. Bakteri yang berasal dari filum firmicutes ini umumnya membentuk pasangan
atau rantai selama masa pertumbuhannya, tidak berkapsul dan cenderung bersifat tidak
bergerak (nonmotil) karena tidak berflagel. Pada lingkungan yangasam bakteri ini
cenderung membentuk rantai mirip batang pendek dengan panjang 1,5-3,0 µm (Brooks,
et. al., 2008).

Gambar 2.2.1 Streptococcus mutans

Bakteri ini sangat mudah dijumpai dalam tubuh manusia. Habitat utama bakteri
ini yaitu pada rongga mulut, faring dan usus.Streptococcus mutans merupakan bakteri
yang bersifat acidogenik dan acidodurik. Bakteri ini dikatakan bersifat acidogenik
karena kemampuannya dalam menghasilkan asam sedangkan dikatakan bersifat
acidodurik karena mampu hidup pada lingkungan yang bersifat asam (Jawetz, 2008).
Streptococcus mutans merupakan salah satu jenis bakteri flora normal yang
dominan terdapat pada rongga mulut manusia. Bakteri ini dapat berubah menjadi
patogen bila jumlah koloni yang ada dalam tubuh berlebihan. Dalam dunia kedokteran
gigi bakteri ini memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan karies pada
gigi dan berperan dalam pembentukan plak pada gigi (Filippis, 2012).

2.1.2 Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang menghasilkan enzim
koagulase. Bakteri yang berasal dari famili Staphylococcaceae ini berbentuk bulat
dengan diameter berkisar 1µm yang hidup secara berkoloni. Pada umumnya bakteri ini
dapat dijumpai di rongga mulut, hidung, tenggorokan, ketiak, dan sela jari kaki.
Beberapa laporan menyatakan bahwa bakteri ini menetap pada rongga mulut umumnya
pada anak-anak. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang tidak berspora dan
tidak dapat bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh dengan cepat pada lingkungan yang
aerobik dan suhu optimum 37°C. Staphylococcus aureus tertanam dalam biofilm dan
sangat sulit untuk di musnahkan dengan regimen antibiotik standar. Infeksi bakteri
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan timbulnya kantung yang berisi nanah,
seperti abses dan bisul (Honeyman, 2002).

Gambar Staphylococcus aureus

2.1.3 Neisseria sp
Neisseria sp. merupakan bakteri yang menghuni di permukaan gigi. Bakteri yang
berasal famili Neisseriaceae merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk
bulat(Coccus). Pada umumnya bakteri ini hidup secara berkoloni, namun terdapat pula
yang hidunya secara soliter.Neisseriapaling baik tumbuh pada lingkungan aerob, namun
beberapa spesies bakteri ini yang tumbuh di lingkungan anaerob. Diameter koloni
bakteri ini berkisar antara 0,1-3µm. Koloni bakteri Neisseria umumnya berwarna merah
kekuningan. Bakteri ini mampu tumbuh subur pada rentang suhu 35-37°C (Genco,
2010).
Gambar Neisseria

2.1.4 Corynebacterium
Corynebacterium merupakan kelompok bakteri gram positif yang berbentuk
batang dan tidak dapat bergerak. Bakteri ini tidak membentuk spora dan tumbuh subur
pada suhu 37°C dan ada yang hidup secara aerob, fakultatif anaerob, dan saprofit.
Bakteri yang berasal dari filum Actinobacteria, famili Corynebacteriaceae merupakan
flora normal yang dominan terdapat pada kulit dan rongga mulut. Bakteri ini tidak
berkapsul dengan ukuran yang bervariasi dengan lebar ±0,5-1 µm (Lestari,2010).

Gambar Corynebacterium

2.1.5 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp merupakan bakteri anaerob fakultatif, berukuran 1 µm dan dapat
tumbuh dengan subur pada suhu 30-37ºC. Bakteri ini umumnya hidup secara berkoloni
dengan warna koloni putih susu atau agak krem. Bakteri ini berbentuk batang namun
beberapa spesies bakteri ini nampak bulat yang membentuk rantai pendek. Bakteri yang
berasal dari famili Lactobacillaceae ini umum dijumpai pada organ pencernaan salah
satunya rongga mulut. (Aryulina,2010).

Gambar Lactobacillus
Lactobacillus dapat memproduksi asam laktat dari laktosa dan beberapa jenis gula
lainnya sehingga menjadikan lingkungannya bersifat asam maka dari itu bakteri flora
normal ini dapat mencegah pertumbuhan bakteri-bakteri merugikan . Meskipun demikian,
bakteri Lactobacillus ini dapat juga merugikan dan bersifat patogen. Penelitian
menunjukan beberapa spesies Lactobacillus dapat menyebabkan karies pada gigi
(Aslim,2014).

2.1.6 Candida albicans

Candida albicans adalah flora normal pada membran mukosa rongga mulut,
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan organ genitalia perempuan. Candida albicans
dikenal sebagai mikroorganisme oportunistik pada tubuh manusia, pada keadaan tertentu
jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan. Candida albicans dahulu
disebut Monilia yaitu jamur yang terdiri dari sel-sel oval seperti ragi dan sel-sel yang
memanjang sambung-menyambung merupakan hyphae dan disebut pseudomycelium.
Jamur ini adalah bagian dari floral normal (komensal) selaput lendir di saluran
pernapasan, saluran cerna dan vagina (Tjay dan Rahardja, 2007).
Gambar Candida albicans

Jamur Candida albicans merupakan bagian dari flora normal dan dapat
bersifat patogen invasif. Infeksi C. albicans adalah infeksi jamur opportunistik yang
paling umum. Infeksi ini dapat bervariasi dari infeksi membran mukosa
superficial sampai penyakit invasif seperti candidiasis hepatosplenic dan candidiasis
sistemik. Infeksi yang berat biasanya dikaitkan dengan keadaan
immunocompromised termasuk keganasan, disfungsi organ, atau terapi
imunosupresif. Pasien dengan defisiensi imunitas sel T seperti infeksi HIV
(Human Immunodeficiency Virus) juga rentan terhadap infeksi C. albicans yang dikenal
dengan candidiasis oropharyngeal. (Hedayati, 2010)

Infeksi C. albicans dapat juga terjadi di rongga mulut yang dikenal dengan
oralcandidiasis. Beberapa penemuan diklinis yang berkaitan dengan infeksi C.
albicans, antara lain; pseudomembran candidiasis, erythematous candidiasis,
candidal leukoplakia, denture stomatitis, angular cheilitis, median rhomboid glositis
dan oral candidiasis yang terkait HIV. Daerah di rongga mulut yang paling sering
terlibat adalah lidah, palatum, dan mukosa bukal. (Burket 2008)

2.2 Bakteri Flora Normal Penyebab Kelainan pada Rongga Mulut

Rongga mulut merupakan cermin dari tubuh kita sehingga setiap perubahan
didalamnya dapat dipakai sebagai indikator akan kesehatan tubuh kita. Rongga mulut dan
isinya sangat mudah terpengaruh oleh tekanan mekanis, chemis dan mikrobakterium
beserta produknya sehingga kelainan yang timbul didalam mulut mungkin dapat berasal
dari gangguan di dalam mulut sendiri ataupun akibat manifestasi metastatik dari gangguan
organ didalam tubuh. Rongga mulut yang selalu basah oleh saliva merupakan media yang
cukup layak untuk perkembangbiakan mikroba didalamnya. Semenjak manusia lahir,
mikroba telah terdapat didalam mulut seseorang dan pada umumnya merupakan flora
mulut yang apatogen (Radji, M. 2011).
Meskipun sebagai flora normal dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri flora normal
bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga
mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan
asam, asam yang terbentuk menempel pada email menyebabkan demineralisasi akibatnya
terjadi karies gigi. Bakteri flora normal mulut bisa masuk aliran darah melalui gigi yang
berlubang atau karies gigi dan gusi yang berdarah sehingga terjadi bakterimia (Jawetz,
2005).

Proses pembentukan penyakit gigi dan mulut tersebut diawali dengan terbentuknya
biofilm dalam rongga mulut atau yang dikenal dengan istilah biofilm oral. Biofilm
merupakan kumpulan mikroorganisme yang berikatan satu sama lain atau pada permukaan
solid dan diselimuti oleh matriks lipopolisakarida. Perkembangan biofilm oral menjadi
masalah serius karena mengarah pada kerusakan gigi. Selain itu, oral biofilm menyimpan
bakteri patogen yang merupakan kontributor utama faktor virulensi terkait dengan peyakit
sistemik seperti pneumonia dan kardiovaskular (Gurenlian, J. A. R. 2007).

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan
masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan
menempati peringkat ke-4 penyakit termahal dalam pengobatan menurut The World Oral
Health Report tahun 2003. Karies merupakan salah satu contoh kelainan pada rongga mulut
khususnya pada gigi yang memiliki tingkat prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia.

2.2.1 Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang
progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan
yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di
rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah
utama kesehatan gigi dan mulut (Panjaitan, M, 2002).

Gambar Karies gigi

Kerusakan gigi ini disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat patogen pada
rongga mulut yaitu bakteri Streptococcus mutans. Ciri-ciri bakteri ini adalah berbentuk
coccus, tersusun berderet, tidak memiliki flagel dan tidak berspora, tidak berkapsul, dan
merupakan bakteri gram positif yaitu bakteri yang mempertahankan warna zat kristal violet
sewaktu proses pewarnaan. Bentuk koloni dari bakteri ini pada media agar darah adalah
koloni bulat, dengan ukuran 1-2 mm, tidak berwarna atu jernih, dan memiliki permukaan
cembung dengan tepi rata (Brooks, G.F., J.S. Butel dan S.A. Morse. 2005).
Sebenarnya bakteri Streptococcus Mutans adalah bakteri flora normal penghuni
rongga mulut namun flora normal ini dapat bertukar sifat menjadi pathogen karena adanya
faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Gejala khas dari penyakit karies gigi ini
adalah demineralisasi atau dekalsifikasi substansi gigi yang dimulai pada permukaan gigi
dan berkembang kearah dalam (Sulistiyani, 2000).
Bakteri Streptococcus mutans memiliki faktor virulensi yaitu kemampuan bakteri
untuk menimbulkan suatu infeksi berupa antigen I/II, glukosiltransferase, dan glucan
binding protein yang berperan penting dalam patogenesis karies gigi. Faktor virulensi ini
akan berkolonisasi, membentuk plak gigi dan memetabolisme monosakarida menjadi asam
laktat. Asam laktat akan mengakibatkan penurunan pH yang menyebabkan kristal
hidroksiapatit mengalami demineralisasi, menimbulkan karies gigi (Nugraha, A. W. 2010).
2.2.2 Kandidiasis
Candidiasis Oral adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran
berlendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kadang oleh
Candida glabrata dan Candida tropicalis. sariwan pada mulut bayi disebut candidiasis,
sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau
moniliasis. Gejalan infeksi mulut ini spesies Candida biasanya memunculkan kumpulan
lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mucosal (dinding mulut dalam).
Pada mucosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang (berwarna merah). Orang
dewasa mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau rasa terbakar. Kelompok yang
beresiko terkena penyakit ini, yaitu :
1) Bayi yang baru lahir.
2) Penderita Diabet, khususnya bagi yang tidak mengontrol diabetnya.
3) Sebagai efek samping dari obat-obatan, yang paling sering obat antibiotik.
Corticosteroids (sejenis hormon steroid) hisap/hirup untuk perawatan kondisi paru-
paru (misalnya Asma) bisa juga berdampak pada candidiasis mulut.
4) Orang-orang dengan immunodefisiensi (misalnya penderita HIV/AIDS atau
pengobatan kemoterapi).
5) Perempuan yang sedang mengalami perubahan hormonal, seperti kehamilan atau
mereka yang menggunakan pil pengontrol kelahiran.
6) Orang sehat yang dengan sadar/tidak sadar telah mendatangkan kontak secara rutin
dengan ragi, misal pengguna gigi palsu dan perokok.

Dafpus janice

Hedayati, T.,Ghazal S., Candidiasis in Emergency Medicine, Medscape,2010.


http://emedicine.medscape.com/article/781215-overview#a010

Burket, LW, Greenberg MS, Glick M., Ship J.A., Burket’s Oral Medicine, Eleventh
Edition, India: BC Decker Inc. 2008: 79-84. 4.

Srivastava G., Essentials of Oral Medicine. First Edition, New Delhi India: Jaypee
Brothers Medical Publisher (P) Ltd., 2008: 99-102.

Ferdinand F, Ariwibowo M. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media Persada, Jakarta. 2007.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., 2008, Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran (terj.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 627-9.

Honeyman, A. L., Friedman, H., Bendinelli, M. 2002. Staphylococcus aureus Infection and
Disease. New York: Kluwer Academic Publishers, pp 117- 125.

https://www.caister.com/neisseria

Aryulina, Diah. Muslim, Choirul. Manaf, Syalfinaf. (2010). Biology IB For Senior High Schsol
Grade X Semester 2. Jakarta: Esis.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Burket LW, Greenberg MS, editors. Burket’s Oral Medicine. 11th ed. Hamilton,Ont: BC Decker.
2008.

Radji, M., 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Jakarta :
EGC.

Gurenlian, J. A. R. 2007. The Role of Dental Plaque Biofilms in Oral Health: Journal of Dental
Hygiene, Vol. 81, No. 5

Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1997: 4-2

Anda mungkin juga menyukai