METODE FOTOGRAMETRIK
Infrastruktur 1 Division
PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Jln Patriot, No.10 Kp. Lalang Medan 20127
Telp. (061) 8447000/8447002
Fax. (061) 8447000
1
Diagram Alir Pengukuran dan Pemetaan secara Fotogrametrik
Mulai
Penentuan Pembuatan
Lokasi GCP Jalur Terbang
Align Phothos
Build Mesh
A. Persiapan
2. Penentuan persebaran lokasi GCP sebagai titik ikat foto terhadap koordinat tanah yang ada. Setelah
itu, pasang Premark untuk memudahkan identifikasi posisi GCP. Semakin rapat persebaran GCP, maka
akurasi yang dihasilkan juga semakin baik.
3. Pembuatan jalur terbang menggunakan aplikasi (menyesuaikan wahana yang digunakan). Misalkan:
DJI Phantom 4 pro dapat menggunakan Pix4d, Litchi, dll. Rencana jalur terbang adalah hal penting
yang harus diperhatikan. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
merencanakan jalur terbang, antara lain:
a. Home point berada di area terbuka.
b. Arah terbang pertama diatur melawan arah angin.
c. Jalur terbang pertama sebaiknya dimulai dari titik terjauh.
d. Tinggi terbang disesuaikan dengan resolusi foto yang diinginkan, biasanya ditunjukkan dengan
nilai Ground Sample Distance (GSD), atau menyesuaikan kondisi lapangan.
e. Overlap sebesar 80% dan sidelap sebesar 80%.
f. Waktu pemotretan dalam cuaca normal adalah pukul 8.00 sd 11.00 WIB atau 13.00 sd 16.00 WIB.
B. Akuisisi Data
Akuisisi data terdiri dari pengukuran GCP, pemasangan Premark, dan pengambilan foto udara.
3
C. Pengolahan Data
Pengolahan foto menggunakan Agisoft Metashape Pro. Tahapan pengolahan foto, antara lain:
1. Pemilihan Data
Foto yang diolah dipilah terlebih dahulu. Foto yang terlalu miring dan terlihat tidak fokus sebaiknya
tidak digunakan. Pemilahan foto dilakukan berdasarkan interpretasi mata secara langsung.
Pertama, membuat lembar kerja dengan cara Add chunk ( ) . Lalu, memasukkan foto yang akan
diolah melalui menu Workflow → Add Photos ( ). Pemilahan foto secara otomatis juga dapat
dilakukan setelah foto dimasukkan ke Agisoft yaitu dipilah berdasarkan kualitas foto yang dinyatakan
dalam nilai. Caranya: pilih semua foto → klik kanan → .
4
Gambar pemilahan foto berdasarkan kualitas foto secara otomatis
3. Align photos
Setelah itu, dari menu Workflow → Align Photos, maka muncul kotak dialog Align Photos, pada
pilihan Accuracy terdapat tiga pilihan: high, medium, dan low. High accuracy dipilih karena
pendefinisian foto menjadi sparse point cloud akan diproses dengan ukuran sebenarnya. Sedangkan,
pada pilihan pair preselection terdapat dua pilihan: Generic dan Reference. Generic dipilih jika tidak
diketahui posisi kameranya. Sedangkan, Reference dipilih jika posisi kamera diketahui nilai
koordinatnya. Lalu, memasukkan key point limit dan tie point limit yang merupakan jumlah maksimum
titik yang sesuai atau bertampalan pada setiap foto.
5
Gambar kotak dialog proses Align Photos
Align photos menentukan posisi dan orientasi kamera pada setiap foto dan membentuknya dalam
model sparse point cloud. Saat proses align photos berlangsung, Agisoft akan membangun point cloud.
Pembentukan point cloud menggunakan fitur deteksi titik yang disebut sebagai tie point dan proses
penggabungan foto otomatis sehingga terbentuklah sparse point cloud yang merepresentasikan 3D.
6
Gambar pembentukan point cloud dari tie point antar foto
Proses penggabungan foto menggunakan tie point yang dihasilkan dari dua foto atau lebih. Agisoft
mendefinisikan tie point secara otomatis berdasarkan tingkat ketajaman objek dan sekitar objek pada
foto (nilai piksel objek dan sekitarnya). Garis warna biru menunjukkan tie point yang sesuai (valid) dari
kedua foto, sedangkan garis warna merah sebaliknya (invalid).
Selanjutnya, filtering noise pada sparse point cloud secara otomatis, caranya dari menu Model →
Gradual Selection. Pada pilihan Criteria pilih Reconstruction Uncertainty. Lalu, menentukan seberapa
besar levelnya. Artinya point cloud yang dianggap noise (warna merah bata) akan dibuang.
7
Selain itu, filtering noise juga dapat dilakukan secara manual melalui selection tools.
47 N melalui convert ( )
8
Selanjutnya, import GCP melalui tools import ( ). Format GCP yang bisa digunakan adalah format
*.txt dan *.csv. Maka akan muncul kotak dialog Import CSV. Definisikan system koordinat yang
digunakan dan atur posisi kolom berdasarkan nomor GCP, X, Y, dan Z.
9
Lalu, filtering photos by marker (Klik Kanan Marker → Filter Photos by Marker) dimana posisi marker
diatur sedemikian sehingga posisi marker tepat di tengah patok GCP. Editing dilakukan secara manual
setiap foto atau sample jika foto terlalu banyak.
Setelah itu, lakukan proses Optimized Camera. Caranya dari menu Tools → Optimized Camera ( ).
Nilai parameter kalibrasi dapat dilihat melalui menu Tools → Camera Calibration
10
Gambar parameter orientasi dalam (koefisien self-calibration)
Maka diperoleh nilai RMS Error:
11
Gambar kotak dialog Build Dense Cloud
Dense point cloud dibentuk dari interpolasi sparse point cloud sehingga menjadi lebih padat
bentuknya menyerupai kondisi real lapangan. Selanjutnya, melakukan klasifikasi dense cloud, caranya
dari menu Tools → Dense Cloud → Clasify Ground Points. Lalu, pilih Any class pada pilihan Classes.
12
Gambar hasil klasifikasi dense point cloud secara otomatis
Jika klasifikasi otomatis software kurang memuaskan dapat dilakukan klasifikasi manual dengan cara:
Seleksi area yang akan diklasifikasi → Tools → Dense Cloud → Assign Class → pilih jenis klasifikasinya.
6. Build Mesh
Agisoft membentuk 3D poligon mesh yang merepresentasikan permukaan objek berdasarkan data
dense point cloud. Caranya: Workflow → Build Mesh. Terdapat dua pilihan pada surface type, yaitu
Arbitrary dan Height Field. Arbitrary digunakan untuk objek jarak dekat, seperti bangunan gedung,
13
tugu, dll. Sedangkan, height field digunakan jika area dalam foto adalah permukaan bumi datar. Lalu,
pada interpolation dipilih enabled (default) dimana software menginterpolasi pada data dense point
cloud dan dalam radius tertentu. Model 3D ini digunakan sebagai dasar pembuatan DTM dan
orthophoto.
7. Build Texture
Tekstur dibuat secara seragam. Caranya: Workflow → Build Texture. Pada bagian mapping mode
dipilih orthophoto yang menjadikan seluruh permukaan diproyeksikan secara ortogonal, sehingga
diperoleh foto tegak.
14
Gambar kotak dialog Build Texture
8. Build DEM
Digital Elevation Model (DEM) merupakan data digital dalam format raster/ grid yang menunjukkan
ketinggian. DEM terbagi dalam dua jenis yaitu Digital Surface Model (DSM) dan Digital Terrain Model
(DSM). DSM menunjukkan ketinggian seluruh permukaan objek termasuk vegetasi, bangunan, dll.
Sedangkan, DTM menunjukkan ketinggian permukaan tanah. Pembuatan DTM di sini merupakan hasil
filter dari dense cloud yang diklasifikasikan dalam beberapa kelas (ground, vegetasi, building, etc).
Caranya: Workflow → Build DEM. Pada bagian point classes pilih ground.
15
Gambar kotak dialog Build DEM
9. Build Orthomosaic
Build Orthomosaic menghasilkan orthophoto yang seluruh permukaannya telah diproyeksikan secara
orthogonal, sehingga diperoleh foto tegak yang merepresentasikan kondisi lapangan. Orthophoto
dibentuk dari DEM dan tekstur yang seragam dengan mempertahankan akurasi foto asli.
16
Gambar kotak dialog Build Orthomosaic
Gambar orthophoto
17
10. Output
Output dari pengolahan foto menggunakan Agisoft terdiri dari:
a. Report keseluruhan proses dirangkum dalam format *.pdf
Caranya: File → Export → Generate Report
18
c. DEM dalam format *.tif
Caranya: File → Export → Export DEM → Export TIFF
19